NPM
TUGAS
Annisa Mayangsari
260110130144
Pembahasan
Yudisia Ausi
260110130146
Moses Prasetio
260110130147
TTD
I.
TUJUAN
Menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) suatu sediaan uji terhadap
bakteri Gram positif maupun Gram negatif, dengan menggunakan metoda MIC
cair atau MIC padat.
II.
PRINSIP
1. MIC
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah
antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil
yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada
pembiakan (Jawetz, 2005).
2. Makrodilusi
Adalah metode penentuan MIC menggunaan antimikroba dengan kadar
yang menurun secara bertahap dengan volume yang digunakan lebih dari
1 mL (Jawetz, 1991).
3. Pertumbuhan bakteri
Hasil pengamatan dibandingkan dengan larutan pambanding (medium
ditambahkan konsentrasi sampel tanpa suspensi bakteri) sehingga dapat
diketahui adanya media yang mulai bening/ jernih yang menunjukkan
nilai MIC (pertumbuhan bakteri minimal) (Wilson, 2005).
4. Teknik Aseptis
Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisir
kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan
terhadap petugas (Depkes RI, 2009).
2
III.
TEORI DASAR
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri
lain, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang
dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Secara garis besar antibiotika dibagi menjadi dua jenis yaitu yang
membunuh kuman (bakterisid) dan yang hanya menghambat pertumbuhan kuman
(bakteriostatik). Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lain
penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin,
isoniazid danlain-lain. Sedangkan antibiotic yang memiliki sifat bakteriostatik,
dimana penggunaanya tergantung status imunologi pasien, antara lain
sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain (Laurence dkk, 1987).
Secara prinsip, pemilihan antibiotika yang tepat harus mempertimbangkan
aktivitas mikrobiologik dan farmakodinamik masing-masing terhadap pola
sensitivitas kuman setempat. Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari
kadar hambat minimal (minimum inhibitory concentration/ MIC), kemampuan
pertahanan
tubuh
individu,
lokasi
infeksi,
dan
profil
farmakokinetika
antimikroba(Polk, 1999).
Tidak semua mikroba rusak dalam konsentrasi dan waktu pemaparan yang
sama. Jenis yang sensitive lebih mudah dan lebih cepat rusak dibanding yang
resisten (Cappucino, 2001). Efektivitas antiseptik dapat ditentukan dengan
mengetahui
Concentration
Konsentrasi
(MIC),
Hambat
Minimal
Konsentrasi
Bunuh
(KHM)/Minimum
Minimal
(KBM)/
Inhibitory
Minimum
Uji antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode difusi
dan dilusi. Metode difusi (Diffusion Test) untuk menentukan daya hambat dari
bahan antibakteri. bakteri yang dihambat. Sedangkan metode dilusi (Dillution
Test) digunakan untuk mengetahui MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dan
MBC (Minimum bactericidal Concentration) pada bahan antibakteri. MIC
merupakan konsentrasi terendah bahan antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah bahan antibakteri yang
dapat membunuh mikroorganisme (Rinawati, 2011).
Sedangkan menurut Valgas (2007), metode skrining yang sering
digunakan untuk mendereksi aktivitas antimikroba produk alam dibagi menjadi
tiga, meteode bioautografi, difusi dan dilusi. Metode bioautografi dan difusi
merupakan teknik secara kualitatif karena metode ini hanya akan menunjukkan
ada atau tidaknya senyawa dengan aktivitas antimikroba. Di sisi lain, metode
dilusi digunakan untuk kuantitatif yang akan menentukan Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) (Valgas, 2007).
Untuk metode difusi, biakan bakteri yang sudah diremajakan terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam media, misalnya Nutrien Broth kemudian
diinkubasi selama 24 jam. Sebanyak 0,1 ml bakteri dimasukkan ke dalam media
media yang telah disterilkan terlebih dahulu. Selanjutnya paperdisk yang sudah
berisi sampel dan control diletakkan di atas media. Cawan petri berisi media
diinkubasi pada suhu 37oc selama 24 jam kemudian diukur diameter hambatnya
(Rosyidah, 2010). Konsentrasi sampel yang semakin tinggi membentuk zona
bening yang semakin besar. Semakin pekat konsentrasi sampel akan memberikan
pengaruh terhadap diameter zona bening yang terbentuk (Ajizah, 2004).
Pada mertode dilusi, medium diinokulasi dengan organisme uji dan
sampel yang diuji dicampur dengan inoculum. Pengujian diulang dengan variasi
dilusi sampel uji dalam medium kultur dan menentukan dilusi yang paling tinggi
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme sampel (Rahman dkk, 2005).
Hasil pengamatan dibandingkan dengan larutan pambanding (medium
ditambahkan konsentrasi sampel tanpa suspensi bakteri) sehingga dapat diketahui
adanya media yang mulai bening/ jernih yang menunjukkan nilai MIC. Nilai-nilai
MIC ditafsirkan sebagai pengenceran tertinggi dan konsentrasi terendah dari
sampel (Wilson, 2005).
Metode dilusi cair dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mikrodilusi dan
makrodilusi. Pada makrodiusi, inkubasi dilakukan dengan menggunakan tabung
reaksi sedangkan mikrodilusi menggunakan micropalete (Zaenab, 2004). Metode
mikrodilusi sedang dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan teknik difusi agar. Sensitivitas mikrodilusi mencapai 30 kali
lebih sensitif. Teknik mikrodilusi dapat digunakan untuk beberapa sampel yang
berbeda dengan jumlah sampel yang sedikit. Hal ini sangat berguna jika jumlah
senyawa antibakteri yang didapatkan sedikit dan terbatas. Teknik mikrodilusi juga
dapat membedakan antara efek bakteriostatik dan bakterisidal (Langfield, 2004).
Mikrodilusi tidak membutuhkan waktu yang lama karena pengujian dilakukan
dalam waktu satu kali pada satu microplate dengan jumlah sumur yang banyak.
Metode mikrodilusi ini dapat digunakan untuk berbagai macam mikroorganisme,
murah, dan menghasilkan hasil dapat diulang. Mikrodilusi menggunakan sampel
yang diencerkan secara berseri. Volume kultur bakteri yang dimasukkan ke dalam
sumur seragam. Ukuran inokulum yang biasa digunakan yaitu 106 sampai 108
CFU/mL (Baris, 2006)
Uji kadar hambat minimal juga dapat dilakukan dengan metode dilusi
lempeng agar. Uji MIC dilakukan dengan melakukan pengenceran serial sampel.
Media yang masih cair dicampur dengan sampel dalam cawan petri dan biarkan
membeku. Setelah agar beku diinokulasi dengan masing-masing bakteri uji.
Cawan petri kemudian dinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37C. Hasil uji
MIC didasarkan pada konsentrasi minimal dari sampel yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji. (Noor, 2006)
Penentuan MBC dapat dilakukan setelah menginokulasikan larutan dari
tabung MIC terjernih pada media (Susanti, 2008). Diambil 0,1 ml suspensi bakteri
dari tabung pada perlakuan yang menunjukkan nilai MIC sampai konsentrasi
sebesar 100%, kemudian ditumbuhkan dalam medium dengan cara pour plate.
Diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah diinkubasi, dihitung jumlah
koloni yang tumbuh pada medium. Nilai MBC ditentukan dari konsentrasi
terendah ekstrak yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan koloni pada
cawan petri (Boyd, 1995). Perlakuan MBC diulangi sebanyak tiga kali untuk
dilakukan analisis data (Susanti, 2008).
Salah satu jenis antibiotik adalah kloramfenikol. Kloramfenikol adalah
antibiotik spectrum luas yang efektif terhadap beberapa jenis bakteri dan kuman
anaerob. Kloramfenikol mampu menghambat sintesis protein pada bakteri, tanpa
mempengaruhi sintesis DNA dan RNA (Rendi, 1962). Kloramfenikol merupakan
turunan dari amfenikol yang dihasilkan dari Streptomyces venezuelae (Solanki,
2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukandar dkk (2011).
Diketahui bahwa kloramfenikol merupakan antibiotic yang memiliki spektrum
luas atau memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
maupun negatif pada 10 g. Zona hambat kloramfenikol terhadap S. aureus dan
E. coli sebesat 17,5 mm dan 22,66 mm. Dari hasil diketahui kalau kedua bakteri
itu memiliki sifat sensitif terhadap kloramfenikol.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013). Kloramfenikol
memiliki MIC sebesar 8g/mL terhadap E. coli dan 4 8g/mL terhadap S. aureus.
Yaitu lebih kecil daripada MIC sampel berupa ekstrak dan fraksi dari senyawa
6
IV.
Kawat Ose
Inkubator
Pembakar Spiritus
Tabung Reaksi
Volume Pipet 1 ml
Volume Pipet 10 ml
b. Gambar Alat
1) Kawat Ose
2) Labu Ukur
3) Inkubator
5) Pembakar Spiritus
6)
7) Tabung Reaksi
8) Volume Pipet
c. Bahan
No Bahan
1
Antibiotik Kloramfenikol
Nutrien Broth
10
V.
Prosedur
Pada
praktikum
mengenai
penentuan
Minimum
Inhibitory
Concentration (MIC) pada suatu antibiotika ini, langkah kerja yang pertama
dilakukan adalah terlebih dahulu larutan uji dimasukkan ke dalam labu ukur,
kemudian dilarutkan dengan menggunakan pelarutnya. Lalu, setelah itu
ditambahkan dengan air suling steril hingga tanda batas. Jika sediaan uji yang
akan digunakan berbentuk padat, maka sediaan uji tersebut telebih dahulu
digerus di dalam mortir sebelum kemudian dilarutkan dalam labu ukur.
Setelah itu, dilakukan perancangan pengenceran, dimana perancangan
pengenceran ini disertai dengan penghitungan konsentrasi pada masingmasing tabung, baik tabung yang besar maupun tabung yang kecil. Tabung
besar yang digunakan berjumlah dua buah, sedangkan tabung kecil yang
digunakan berjumlah 6 buah. Setelah dibuat rancangan pengenceran, lalu
dilanjutkan dengan dilakukan pengenceran sesuai dengan rancangan. Pada dua
tabung reaksi yang besar, dilakukan pengenceran bertingkat dengan
menggunakan larutan air suling steril. Setelah itu, ke dalam tabung reaksi
yang berukuran kecil, dimasukkan media Nutrien Broth sebanyak 1 ml ke
dalam lima tabung reaksi dan media Nutrien Broth double strength sebanyak
1 ml ke dalam salah satu tabung. Setelah itu, diambil 1 ml dari pengenceran
terakhir tabung reaksi besar, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama
yang berisi media Nutrien Broth. Setelah itu, tabung reaksi digoyanggoyangkan, dan dilakukan pengenceran hingga tabung reaksi kelima. Lalu,
dari pengenceran terakhir tabung reaksi kecil berisi media Nutrien Broth,
diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil berisi media
Nutrien Broth double strength. Setelah itu, buang 1 ml dari tabung reaksi
terakhir tersebut. Kemudian dilakukan penambahan bakteri ke dalam tiap
tabung secara aseptis dan dilakukan inkubasi pada suhu 37 derajat celcius
selama 18-24 jam dan dilihat pertumbuhan bakteri serta MIC yang
didapatkan.
11
VI.
Data Pengamatan
a. Rencana Pengenceran
M1 x V1 = M2 X V2
Pengenceran :
1.
(X) mL =
x 10 mL
X = 5 mL
2.
(X) ml =
x 10 m
X = 5 mL
3.
(X) ml =
x 10 m
X = 5 mL
1 ml = ( )
x 2 mL
x 2 mL
x 2 mL
1 ml = ( )
x 2 mL
X = 19.2125
X = 156.25
2.
1 ml = ( )
X = 78.125
3.
5.
x 1 ml = ( )
X = 9.60625
6.
1 ml = ( )
X = 39.625
4.
x 1 ml = ( )
12
x 2 mL
x 2 mL
X = 4.803125
Kontrol
Positif
9.60625
19.2125
78.125
39.625
13
156.25
VII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan konsentrasi hambat
minimum (KHM) pada suatu sediaan antibiotik. Penentuan nilai MIC ini
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terendah dari senyawa antibakteri
yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji secara signifikan
yang ditandai dengan terbentuknya zona bening (Susanti et al, 2014). Dengan
penentuan
konsentrasi
hambat
minimum
atau
Minimum
inhibitory
menjadi 1250 g/ml. Pengenceran selanjutnya yaitu 625 g/ml dan terkahir
312,5 g/ml. Pengenceran setelahnya yang akan digunakan sebagai
konsentrasi yang akan digunakan pada penentuan nilai KHM kloramfenikol.
Dari tabung terakhir dengan konsentrasi 312,5 g/ml, dilakukan pengenceran
2x nya sebanyak 5 kali pengenceran. Masing-masing tabung berisi Nutrient
Broth (NB), yang merupakan media pertumbuhan bakteri , sebanyak 1 ml.
Konsentrasi pada tabung pertama yaitu 156,25 g/ml. Untuk tabung
selanjutnya yaitu 78,125 g/ml, 39,625 g/ml, 19,2125 g/ml dan 9,60625
g/ml. Sebanyak 1 ml dari tabung terakhir dipipet ke dalam tabung nutrient
Broth (NB) double strength. Dalam NB double strength ini, nutrisi-nutrisi
yang diperlukan bakteri untuk tumbuh lebih banyak sehingga bakteri yang
akan tumbuh pun akan lebih banyak pula. Selain itu untuk mengetahui
16
dimanakan letak KHM antibiotic uji, perlu dibuat larutan control negatif dan
positif. Control negatif berisi Nutrient Broth (NB) saja sedangkan control
positif berisi Nutrient Broth (NB) dan 1 ose bakteri. Control positif dan
negatif digunakan sebagai pembanding pada larutan uji. Dimana pada control
positif akan terlihat keruh yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba,
sedangkan pada control negatif akan bening karena tidak adanya pertumbuhan
mikroba.
Setelah
dibuat
variasi
konsentrasi,
kepada
tiap-tiap
tabung
17
Hasil yang didapat dari praktikum kali ini yaitu semua tabung uji
menghasilkan nilai negatif atau tidak adanya pertumbuhan bakteri yang
ditandai dengan larutan berwarna bening. Menurut literature dimana
konsentrasi hambat minimum (KHM) dari kloramfenikol sekitar 10 g/ml
tidak didapatkan nilai KHM. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
pertumbuhan mikroba pada masing-masing tabung yang menyebabkan warna
larutan menjadi keruh. Nilai KHM tidak didapat karena rencana pengenceran
yang telah dibuat tidak sesuai dengan rentang nilai KHM yang diketahui.
Nilai KHM berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Jika nilai
KHM makin kecil maka aktivitas antimikroba tersebut makin besar (Nofiani
et al, 2009). Semakin rendah nilai KHM dari sebuah antibiotika, sensitivitas
dari bakteri akan semakin besar. MIC dari sebuah antibiotika terhadap spesies
mikroba adalah rata-rata MIC terhadap seluruh strain dari spesies tersebut.
Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal
sensitivitasnya. (Jawetz et al.,1996). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil dari penentuan KHM diantaranya adalah:
1. Jenis
zat
dan
mikroorganisme
dan
intensitas
zat
antimikrobial
organisme
18
5. Jenis antibiotic
jenis dari antibiotic kloramfenikol juga dapat mempengaruhi dari
efektivitas antibiotic (Boyd, 1980).
Hasil yang tidak sesuai dengan literature dapat dikeranakan berbagai
hal, diantaranya yaitu kesalahan procedural dari praktikan. Dimana
konsentrasi antibiotic yang ditambahkan ke dalam tabung NB double strength
berasal dari tabung terkahir hasil pengenceran atau tabung dengan konsentrasi
terkecil. Seharusnya, konsentrasi antibiotic yang ditambahkan ke dalam
tabung NB double strength berasal dari hasil pengenceran ke-3 yaitu
konsentrasi 312,5 g/ml sehingga menyebabkan ketidak akuratan dalam
percobaan kali ini. Selain itu, kesalahan dalam menentukan rencana
pengenceran menyebabkan nilai MIC tidak didapat karena dalam konsentrasi
yang dibuat, pertumbuhan bakteri masih dapat dihambat. Faktor lainnya dapat
disebabkan karena saat pengambilan bakteri, suspense tidak dikocok terlebih
dahulu sehingga jumlah bakteri tidak tersebar merata yang menyebabkan
antara tabung satu dengan lainnya tidak sama dalam jumlah bateri yang
diinokulumkan. Sehingga walau dalam konsentrasi yang kecil pun, bakteri
masih dapat dihambat pertumbuhannya.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) suatu sediaan uji terhadap
bakteri Gram negative (E. coli), dengan menggunakan metoda MIC cair
karena kesalahan prosedur dan penentuan konsentrasi pengenceran.
19
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium Trehadap Ekstrak
Daun. Psidium Guajava L. Bioscientiae. 1(1): 31-38
Baris O, Gulluce M, Sahin F, Ozer H, Kilic H, Ozkan H, Sokmen M, Ozbek T
.2006. Biological activities of the essential oil and methanol extract of
Achillea Biebersteinii Afan. (Asteraceae). Turk. J. Biol. 30: 65-73.
Boyd, Robert F.
20
Aktivitas
Antimikroba.
Available
at
http://jagb.journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/876
[16/04/2015]
Pelczar, Michael, j., dan e.c.s. chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta:
UI press
Polk, R. 1999. Optimal Use of Modern Antibiotics: Emerging Trends. Clin
Infect Dis. 1999;29:264-74
Rahman, Atta ur, M. Iqbal Choudhary, William J. Thomsen. 2005. Bioassay
Techniques for Drug Development. Hardwood Academic Publisher
21
di:
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13710-
Staphylococcus
aureus.
Available
at
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/8798/8766
[16/04/2015]
untuk
Determinasi
Kloramfenikol.
Available
http://www,jki-ina.com/index.php/jki/article/view/30 [16/04/2015]
22
at
Artur
23