Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Sifat Fisikokimia
Simvastatin
Rumus Bangun
Rumus molekul
: C 25 H 38 O 5
Sinonim
Berat Molekul
: 418,57
Pemeriaan
Kelarutan
tambahan. Granul-granul akan pecah, dan zat aktif akan terlepas dari bahan
tambahan yang kemudian akan terlarut pada larutan cerna. Bahan tambahan yang
digunakan pada formulasi tablet sangat mempengaruhi kinetika pelarutan obat.
Contoh bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan tablet adalah:
i.
Difusi pasif : pada proses ini obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik
disebabkan perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Pada
umumnya, sebagian besar obat masuk ke saluran sistemik melalui proses
ini.
ii. Transport aktif : ini merupakan proses pemindahan senyawa obat yang
diperntarai oleh pembawa (carrier). Transport ini melakukan pemindan
molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Oleh karena itu,
proses ini memerlukan energi. Molekul pembawa sangat selektif terhadap
molekul obat. Bila struktur obat yang dibawa menyerupai substrat alami
yang ditransport, maka obat obat itu sesuai untuk ditransport dengan
mekanisme pembawa yang sama.
iii. Difusi yang difasilitasi : merupakan sistem transport yang diperantarai
pembawa, berbeda dengan transport aktif, obat bergerak karena perbdaan
konsentrasi (bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Oleh
karena itu, sistem ini tidak memerlukan energi.
iv. Pinositas : merupakan proses fagosistosis dimana membran sel
mengelilingi suuatu mekromolekul dan kemudian memasukkan bahan
tersebut ke dalam sel.
Aliran darah ke saluran cerna merupakan hal penting untuk membawa obat
ke saluran sistemik dan kemudian ke tempat kerjanya. Daerah usus memiliki
jumlah pembuluh darah yang sangat banyak. Obat yang telah diserap akan terlebih
dulu dibawa ke hati melalui vena porta hepatik dan kemudian ke sirkulasi
sistemik. Penurunan aliran darah pada saluran cerna akan menurunkan laju
pemindahan obat dari usus kedalam darah.
2.3 Kolesterol
2.3.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah lipida sturktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol
merupakan bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol diproduksi
oleh liver dan selebihnya didapat dari makanan yang kaya akan kandungan
kolesterol seperti daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Dari segi
kesehatan, kolesterol sangat berguna dalam membantu pembentukan hormon atau
vitamin D, membantu pembentukan lapisan pelindung disekitar sel syaraf,
membangun dinding sel, pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan pada anak-anak
dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otaknya (Silalahi, 2006).
2.3.2 Biosintesis Kolesterol
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:
a.
Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. VLDL
disekresi oleh hati untuk mengangkut kolesterol ke jaringan perifer.
c. IDL (intermdiate density lipoprotein)
IDL ini mengandung trigliserida (30%) dan kolesterol (20%). IDL adalah
zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL di katabolisme menjadi LDL.
d. LDL (low density lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia.
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. LDL
merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer
(untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL plasma
tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak
jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL.
e. HDL (high density lipoprotin)
Komponen HDL ialah 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida dan
50% protein. HDL penting untuk bersihan trigliserida dan kolesterol dalam
plasma. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang
tidak terkontrol (Suyatna, 1995).
Ada dua jenis lipoprotein yang penting dalam distribusi kolesterol, yakni
HDL dan LDL. HDL mengangkat kolesterol ke hati untuk dimetabolisme,
selanjutnya LDL membawa kolesterol ke sel-sel yang memiliki molekul reseptor
untuk LDL, dan dengan bantuan reseptor ini LDL dapat memasuki sel untuk
dimanfaatkan oleh sel tersebut.
Semua jenis kolesterol ini sangat penting keberadaanya dalam tubuh. Akan
tetapi, bila kadar yang dimiliki melebihi kadar normalnya dapat menyebabkan
gangguan dalam tubuh. Penggolongan kadar kolesterol tubuh dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Variasi kadar total kolesterol, LDL, dan HDL
Karakter Level Kolesterol
Total Kolesterol (mg/dl)
< 200
Excellent
200-240
Borderline high
>240
High
LDL (mg/dl)
<100
Excellent
100-129
Pretty good
130-159
Borderline high
160-190
High
>190
Very high
HDL (mg/dl)
<40
Low
>60
High
(Rinzler, 2002)
Kadar kolesterol dalam darah tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan
jumlah kolesterol dalam diet. Diet dengan kadar kolesterol yang lebih rendah dari
normal tidak akan mempengaruhi jumlah kolesterol dalam darah, ini disebabkan
karena tubuh dapat mensintesis kolesterol sendiri. Selain itu, dalam keadaan
reseptor LDL tidak mencukupi atau kurang berfungsi, akan dapat menyebabkan
peningkatan kadar koleterol dalam darah yang dapa (Silalahi, 2006).
2.3.5 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat
kolesterol yang sangat tinggi dalam darah. Peningkatan kolesterol dalam darah
disebabkan kelainan pada tingkat lipoprotein. Tingginya kadar kolestrol dalam
tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit.
Hiperkolestrolemia dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolsterolmia primer adalah gangguan lipid yang terbagi menjadi 2
bagian,
yakni
hiperkolesterol
poligenik
dan
hiperkolesterol
familial.
LDL yang tinggi atau berkurangnya kemampuan reseptor LDL. Kejadian ini
biasanya ditandai dengan kadar kolesterol yang mencapai 400 mg/dl dan kadar
HDL dibawah 35 mg/dl, meskipun penderita sering berolahraga, memakan
makanan berserat, jarang mengkonsumsi lemak hewani dan tidak merokok
(Suharti, 2006).
2.3.6 Ekskresi Kolesterol
Sekitar setengah dari kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh dieksresi
dalam feses setelah diubah menjadi garam empedu. Selebihnya diekskresi sebagai
steroid netral. Sebagian besar kolesterol yang disekresi melalui empedu diserap
kembali, dan dianggap sebagai kolesterol yang berperan sebagai prazat untuk
sterol yang berasal dari mukosa usus.
Sebagian besar ekskresi garam-garam empedu diserap kembali ke dalam
sirkulasi vena porta, kemudian dibawa kembali ke hati, dan diekskresi kembali
melalui empedu. Ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam
empedu yang tidak diserap akan diekskresi dalam feses.
2.3.7 Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma)
dalam nadi. Zat-zat yang merangsang terbentuknya aterosklerosis disebut
aterogenik Pengendapan lemak seperti ini disebut plak, terutama terdiri dari
kolesterol dan esternya, dan cenderung terjadi di titik-titik percabangan nadi
sehingga mengganggu alairan darah di tempat-tempat yang memiliki aliran darah
tidak begitu deras. Nadi-nadi tertentu rentan terhadap plak, termasuk nadi-nadi
koroner yang memasok darah ke otot-otot jantung, nadi-nadi yang memasok darah
ke otak, dan nadi-nadi pada kaki (Silalahi, 2006).
Aterosklerosis terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pembentukan sel busa,
pembentukan plak pada jaringan, dan lesi majemuk. Tahap awal aterosklerosis
disebabkan oleh adanya kadar LDL yang tinggi pada sirkulasi, LDL ini dapat
terjebak di dalam intima dan akan mengalami oksidasi. Peristiwa oksidasi ini akan
merangsang permukaan sel untuk menarik monosit ke dalam intima. Di dalam
intima monosit akan berubah menjadi makrofag yang akan memakan LDL
teroksidasi. Makin banyak LDL yang dimakan menyebabkan makrofag penuh
sehingga makrofag akan berbentuk seperti busa. Pada tahap berikutnya terjadi
pertumbuhan sel otot polos pada pembuluh darah dari lapisan tengah menuju
bagian dalam dinding pembuluh. Pertumbuhan ini akan menyebabkan
terbentuknya plak dan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Makin lama pertumbuhan sel akan makin besar dan akan memeperkecil lumen.
Selanjutnya plak makin majemuk dengan terjadinya penambahan kalsium dan
unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah. Ini dapat mengakibatkan sobekan dan
perdarahan, ini merupakan tahap lesi majemuk. Proses terjadinya penyumbatan
pembuluh darah dapat dilihat pada gambar 2.1.
Arteri normal
Pembentukan
sel busa
Pembentukan
plak
Lesi
Tunika adventis
Tunika media
Tunika intima
Lumen