Anda di halaman 1dari 2

PENYEBAB KEGAGALAN GIGI TIRUAN JEMBATAN SESUAI SKENARIO

Kemungkinan kegagalan yang terjadi pada gigi tiruan tetap pada scenario sebagai berikut,
1. Adanya radiolusent berbatas jelas pada apical gigi 25 yang terdapat perawatan post
perawatan endo dimungkinkan adanya debridement saat endodontic treatment yang
kurang sempurna sehingga menyebabkan adanya reinfeksi bakteri sepanjang saluran akar
dan menuju ke foramen apical untuk melakukan infeksi berkelanjutan pada jaringan
periapikal .
2. Fraktur retainer gigi 25 dimungkinkan dapat terjadi akibat pemilihan pasak yang terlalu
pendek atau terlalu panjang, sehingga adaptasi pasak terhadap saluran akar tidak
membuat suatu fitness yang sempurna.Komplikasi dari fraktur retainer ataupun fraktur
gigi ini biasanya sering disebabkan oleh pemasangan pasak prefabricated yang sudah
didesain dari pabrik, untuk dapat secara langsung di aplikasikan pada saluran akar.
3. Fraktur akar palatal pada gigi 27 dapat disebabkan oleh ketidaktelitian operator dalam
mengevaluasi artikulasi pada pasien setelah insersi gigi tiruan tetap.Jadi dapat
diilustrasikan bahwa oklusi pasien saat belum di insersi gigi tiruan tetap dengan kondisi
working side kekanan cusp fungsional palatal RA tidak berkontak dengan cusp RB, tetapi
saat dilakukan working side kekiri cusp fungsional palatal RA di area working side
berkontak dengan cusp gigi RB.Maka setelah insersi gigi tiruan tetap harus sesuai oklusi
awal sebelum pemasangan. Namun apabila setelah insersi gigi tiruan tetap merubah
working side dari oklusi awal dan tidak dikoreksi dengan occlusal adjudgment maka hal
tersebut dapat menimbulkan masalah pada cusp fungsional untuk menerima beban lebih
besar dan dapat terjadi fraktur seperti pada scenario.
4. Karies pada gigi 25 disebabkan banyak kemungkinan:
Kontak mahkota pada retainer 25 tidak menyelungkup dengan baik atau bisa
dikatakan pembuatan yang kurang sempurna dari lab sehingga menyebabkan adanya
daya ungkitan yang berbeda.Daya ungkitan yang terlalu besar pada satu sisi mahkota
dapat menyebabkan adaptasi sementasi kurang baik, dan memberi celah untuk cairan
rongga mulut meresap dan melarutkan semen beserta akumulasi debris dan plak

dalam proses demineralisasi gigi abutment (karies)


Adanya karies pada gigi abutment berupa white spot yang tidak terlihat ,ketika
dilakukan insersi ternyata white spot tersebut terus melakukan progresifitas karies
lebih dalam

Kontak proksimal dengan gigi tetangga yang terlalu rapat sehingga tidak adanya self
cleansing yang baik, akibatnya akumulasi plak dan debris menumpuk dibawah titik

kontak dan susah dibersihkan


Lalai dalam pemakaian gingival retraction saat insersi gigi tiruan tetap dengan
akhiran cervical subgingiva ,maka yang terjadi retainer akan mendesak gingiva dan
terjadi inflamasi.Selain itu adanya rongga antara supragingiva dan subgingiva yang
seharusnya diinsersi retainer mampu menjadi potensi plak dan debris masuk serta

menimbulkan karies lebih dalam.


5. Resesi gingiva yang tampak pada gigi 27 merupakan efek dari overcontouring pontik
yang menekan gingiva sehingga gingiva mengadaptasikannya berupa pergerakan lebih ke
apical
6. Adanya pengelupasan lapisan estetik porcelain merupakan kesalahan ketebalan preparasi
yang kurang tepat sehingga tidak memberikan ruangan yang pas untuk coping logam dan
porcelain.Akibatnya lapisan porcelain yang kurang mendapat tempat tidak memiliki
ikatan kuat dengan coping logam dan mudah terkelupas dalam jangka waktu tertentu.
Untuk perawatan pendahuluan :
1. Pengambilan bridge dengan teknik semi-conservative
2. Pengambilan kista dengan teknik enukleasi
3. Ekstraksi pada gigi-gigi abutment
4. Evaluasi dan control pasca bedah dalam penyembuhan sempurna tulang alveolar
sekitar 2 3 bulan dan pengontrolan apakah adanya rekarensi kista akibat epitel yang
tidak terambil sempurna
5. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan pertimbangan adanya kegoyangan 2/3

alveolar

Anda mungkin juga menyukai