RKPD
RKPD
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
(RKPD)
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
(RKPD)
ii
:
:
:
:
050/200/II/Bangda
SEGERA
1 (Satu) berkas
Pedoman Penyusunan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Kepada Yth.
Sdr. Gubernur
di Seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada Pasal 4 Ayat 1, menyatakan
bahwa Rencana Pembangunan Daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Rencana Pembangunan Daerah tersebut merupakan
dokumen perencanaan pembangunan yang wajib disusun. Selanjutnya, bahwa salah satu
dokumen perencanaan yaitu Dokumen RKPD mempunyai peranan sangat strategis, karena
menjembatani antara kepentingan perencanaan strategis jangka menengah dengan
perencanaan dan penganggaran tahunan.
Berdasarkan hal tersebut dan sebagai upaya untuk membantu Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundangan,
khususnya dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah provinsi/kabupaten/kota, maka dipandang perlu menerbitkan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Maksud dan tujuan dari pedoman ini adalah untuk memperjelas tahapan, langkah
dan substansi penyusunan RKPD dan Renja SKPD, termasuk pelaksanaan musyawarah
perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan sampai kabupaten/kota dan
provinsi.
Pedoman terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Bagian A: Umum, berisi latar belakang, landasan hukum, fungsi kedudukan dan
pendekatan RKPD, tujuan, sasaran dan ruang lingkup pedoman, serta sistematika
pedoman.
iii
iv
2. Bagian B: Proses Penyusunan RKPD, antara lain berisi tentang persiapan dan
pengorganisasian pemangku kepentingan, penyusunan rancangan awal RKPD, Renja
SKPD, proses musrenbang, dan pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran
daerah.
3. Bagian C: Teknis Penyusunan Dokumen RKPD (prototype), berisi langkah-langkah dalam
menyusun dokumen mulai tahap persiapan dan pengorganisasian hingga proses
penganggaran.
4. Bagian D: Penutup, berisi kaidah dalam menggunakan pedoman.
Surat edaran ini disampaikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan dengan terbitnya pedoman ini diharapkan daerah
dapat menyusun RKPD disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan kemampuan
perencanaan di masing-masing daerah dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam peraturan perundangan dan tata kepemerintahan yang baik.
Kepada para Gubernur diminta untuk menindaklanjuti Surat Edaran dimaksud dan
selanjutnya memberitahukan dan mensosialisasikan kepada para Bupati dan Walikota di
wilayah masing-masing.
Demikian untuk menjadi perhatian.
vi
KATA PENGANTAR
Rencana Kerja Pembangunan Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan
pembangunan daerah yang disyaratkan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat,
dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD selanjutnya menjadi
pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
Mengingat pentingnya peranan RKPD dalam kerangka perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, yaitu sebagai acuan pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan tahunan dan sebagai pedoman penyusunan RAPBD, maka diperlukan
pedoman penyusunan RKPD untuk menjamin kualitas proses penyusunan dan kualitas
substansi dokumen ini benar-benar memenuhi pendekatan perencanaan serta efektif dan
responsif terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Untuk itu, terbitnya SE Mendagri tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah ini menjadi satu hal yang penting dan strategis sebagai pedoman
teknis/operasional penyusunan RKPD. Dengan adanya SE Mendagri ini diharapkan proses
penyusunan dan substansi dokumen RKPD di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia dapat memenuhi ketentuan tentang sistem, prosedur, dan proses penyusunan RKPD
dan berkontribusi signifikan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara berkelanjutan.
Afriadi S. Hasibuan
Direktur Perencanaan Pembangunan Daerah
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Departemen Dalam Negeri
vii
viii
ix
Daftar Isi
SURAT EDARAN ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vii
SAMBUTAN ........................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xi
DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN .................................................................... xv
xi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PENDAHULUAN ............................................................................................... 43
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 43
1.2. Landasan Hukum ........................................................................................ 43
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................... 43
1.4. Sistimatika Dokumen RKPD ....................................................................... 43
xii
Daftar Bagan
Bagan 1.
Bagan 2a.
Bagan 2b.
Bagan 3.
Bagan 4.
xiii
Daftar Tabel
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Daftar Referensi
Referensi R-1. Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian Pembangunan 2004-2009 .... 73
Referensi R-2. Indikator Kemajuan Otonomi Daerah ........................................................ 75
Referensi R-3. Pengukuran Kinerja Penyelenggaraan Otonomi Daerah .......................... 76
Referensi R-4. Indikator Kinerja Kunci yang digunakan untuk Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Otonomi Daerah .......................................................... 77
Referensi R-5. Contoh Tolok Ukur Kinerja Urusan Wajib dan Pilihan Pemerintah
Daerah Menurut SKPD ............................................................................. 81
xiv
xv
26) Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
27) Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan
tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
28) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
29) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.
30) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
31) Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
32) Agenda pembangunan adalah penerjemahan visi ke dalam tujuan-tujuan besar (strategic goals) yang dapat mempedomani dan memberikan fokus pada penilaian dan
perumusan strategi, kebijakan dan program.
33) Strategi pembangunan adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
34) Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/
Daerah untuk mencapai tujuan.
35) Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
36) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber
daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
37) Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong
partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan
pembangunan kabupaten/kota.
38) Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang
perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota.
39) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
40) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
41) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program.
42) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
43) Alokasi Dana Desa, yang selanjutnya disingkat dengan ADD adalah dana yang
dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.
xvii
44) Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Stakeholder dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan.
45) Konsultasi Publik adalah kegiatan partisipatif yang bertujuan untuk menghadirkan stakeholder dalam rangka mendiskusikan dan memahami isu dan permasalahan strategis
pembangunan daerah; merumuskan kesepakatan tentang prioritas pembangunan dan
mencapai konsensus tentang pemecahan masalah-masalah strategis daerah. Konsultasi
publik dilakukan pada berbagai skala, tahapan dan tingkatan pengambilan keputusan
perencanaan daerah. Konsultasi publik dapat berupa musrenbangda di peringkat
kabupaten/kota, konsultasi forum stakeholder atau focus group discussions di peringkat
SKPD maupun di peringkat lintas SKPD.
46) Musrenbang atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah forum antarpelaku dalam
rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
47) Musrenbang Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa/
kelurahan (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa/
kelurahannya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk
menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.
48) Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk
mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati
kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.
49) Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan
lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas
prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau
gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara
penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.
50) Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk
mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang
hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD.
51) Tim Penyelenggara Musrenbang adalah Tim yang dibentuk untuk melakukan persiapan,
memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklajuti hasil Musrenbang.
52) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
53) Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu
diskusi kelompok ataupun konsultasi publik. Seorang fasilitator harus memenuhi
kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam penerapan
berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas dan partisipatifnya kegiatan.
54) Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang
untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
55) Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri
Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi.
56) NGO adalah singkatan dari Non-Governmental Organization atau Lembaga Swadaya
Masyarakat/LSM.
57) CBO adalah singkatan dari Community Based Organization (Kelompok Masyarakat Sipil).
58) CSO adalah singkatan dari Civil Society Organization (Organisasi Masyarakat Sipil).
xviii
UMUM
BAGIAN A: UMUM
1. Latar Belakang
RPJP
NASIONAL
Pedoman
RPJM
NASIONAL
Dijabarkan
RKP
Diperhatikan
Pedoman
RPJP
DAERAH
20 Tahun
Dijabarkan
RPJM
DAERAH
RKPD
DAERAH
Pedoman
Pedoman
Penyusunan
RAPBD
Diacu
RENSTRA
SKPD
Pedoman
RENJA
SKPD
1 Tahun
5 Tahun
Persiapan dan
Pengorganisasian Para
Pemangku Kepentingan
Tahap 2
Penyusunan Rancangan
Awal RKPD
Tahap 3
Penyusunan Rancangan
Renja SKPD
Tahap 4
Penyusunan Rancangan
RKPD
Tahap 5
Musrenbang
Tahap 6
Penyusunan Rancangan
Akhir RKPD/Renja SKPD
Tahap 7
Tahap 8
Pengintegrasian RKPD ke
dalam Proses
Penganggaran Daerah
Bagan 2A memperlihatkan alur proses penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS, dan
APBD. Bagan tersebut menunjukkan kedudukan RKPD dalam proses perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, dimana RKPD merupakan acuan penyusunan KUA, PPAS,
dan APBD.
Bagan 2B memperlihatkan rincian tahapan dan kegiatan dalam proses penyusunan RKPD
dan Renja SKPD
Renstra
SKPD
(Peraturan
Kepala
SKPD)
m- 4 Feb
m- 4 Jan
Musrenbang
Desa/Kel.
m- 3 Feb
Musrenbang
Kecamatan
m- 1 Mar
m- 1 Mar
Rancangan
RKPD
Pembahasan
Forum SKPD
Rancangan
Renja SKPD
m- 1 Feb
Rancangan
Awal RKPD
RKP
m- 3 Mar
Musrenbang
Daerah/RKPD
Keterangan:
m
Batas waktu penyelenggaraan pada minggu ke.....
----->
Konsultatif/Sosialisasi
m- 4 Jul
Nota Kesepakatan
PPAS
Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum
APBD
m- 2/3 Jul
Pembahasan
KUA & PPAS
(TAPD &
Panggar
DPRD
Dokumen Prioritas
& Plafon Anggaran
Sementara
(PPAS)
Dokumen
Kebijakan Umum
APBD (KUA)
m- 1 Jun
Penyusunan
Rancangan PPAS
m- 4 Mei
Penetapan
Peraturan Kep.
SKPD ttg Renja
SKPD
m- 4 Mei
Penetapan
Peraturan Kep.
Daerah ttg RKPD
m- 4 Mei
Dokumen
Renja SKPD
(Perka SKPD)
Renja
SKPD
m- 4 Mei
Dokumen RKPD
(Perkada)
m- 2 Mei
Rancangan
Akhir RKPD
Penyusunan
Rancangan KUA
Pedoman
Penyusunan APBD
Bagan 2A. Alur Penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD
Proses
Partisipatif
Proses
Legislasi/
Politis
Proses
TeknoKratis
Dokumen
RPJM-D
(PERDA)
m- 2 Des
m- 1 Des
Konsultasi Publik
Ranperda APBD
(RAPBD)
Evaluasi Ranperda
APBD dan Ranpekada
Penjabaran APBD oleh
Gubernur
m- 3 Des
Penetapan Kepala
Daerah tentang Perda
APBD dan Perkada
Penjabaran APBD
m- 4 Des
PERDA
tentang
APBD
m- 4 Des
PERKADA
tentang
Penjabaran
APBD
Keputusan
Bersama Kepala
Daerah dan
DPRD thdp
Ranperda APBD
m- 2 Okt
Pembahasan
Ranperda APBD
oleh Pemda dan
DPRD
Rancangan
PERDA tentang
APBD
Sosialisasi
Ranperda
kepada
Masyarakat
m- 1 Agt
Penetapan SE
KaDa ttg
Pedoman
Penyusunan
RKA-SKPD
RKASKPD
m- 2 Sept
Rancangan
PERKADA tentang
Penjabaran APBD
10
Bagan 2B. Proses Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Dokumen Rencana Kerja SKPD ( Renja SKPD)
11
12
13
14
ualitas suatu perencanaan akan dipengaruhi oleh sejauhmana kematangan dalam tahap
persiapan, sedangkan legitimasinya dari sisi partisipasi ditentukan oleh seberapa jauh
keterlibatan para pemangku kepentingan. Tahapan persiapan dan pengorganisasian
pemangku kepentingan meliputi : orientasi mengenai RKPD, identifikasi para pemangku
kepentingan untuk dilibatkan dalam proses penyusunan RKPD, pembentukan Tim Penyusun
RKPD, Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan Dokumen RKPD, pengumpulan data dan
informasi, serta penyusunan daftar isi RKPD.
1.1. Orientasi RKPD
Kesamaan pemahaman merupakan salah satu syarat pencapaian kesepakatan untuk tujuan
bersama. Oleh karena itu, maka dalam penyusunan RKPD perlu dilakukan orientasi bagi
pihak-pihak yang terkait, baik yang menyangkut proses dan pendekatan perencanaan
maupun berkaitan dengan substansi perencanaan itu sendiri.
Adapun proses orientasi mengenai RKPD, adalah sebagai berikut:
Langkah-1 : Membentuk tim inti penyusun RKPD yang anggotanya berasal dari unsur
Bappeda
Langkah-2 : Mempelajari peraturan perundangan yang terkait dengan penyusunan RKPD
Langkah-3 : Menyusun jadwal/agenda, bahan presentasi dan narasumber untuk kegiatan
orientasi RKPD (dari unsur Bappeda, atau bila dipandang perlu dapat
mengundang narasumber dari luar daerah yang memahami betul tentang
RKPD).
Langkah-4 : Melakukan lokakarya/workshop orientasi dengan mengundang seluruh SKPD,
DPRD, Perguruan Tinggi dan unsur LSM yang relevan untuk mengikuti
orientasi.
Langkah 5 : Menyusun kesepakatan bersama mengenai pokok-pokok yang perlu
dilakukan dalam penyusunan RKPD, baik yang menyangkut proses
penyusunan, substansi utama, pendekatan RKPD, maupun rancangan
sementara agenda penyusunan dokumen RKPD.
1.2. Identifikasi Pemangku Kepentingan
Identifikasi para pemangku kepentingan dimaksudkan untuk mencari siapa dan dari unsur
mana yang memiliki kompetensi untuk dilibatkan secara aktif dalam proses penyusunan
RKPD. Untuk itu, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah-1 :
15
Langkah-2 :
Langkah-3 :
Langkah-4 :
Melakukan kajian pengalaman dari institusi atau individu yang terdaftar dan
selanjutnya menentukan siapa individu atau institusi yang cocok untuk
dilibatkan sebagai tim penyusun, fasilitator, narasumber, advisor atau sebagai
mitra diskusi, dan juga menentukan keterlibatan masing-masing dalam
keseluruhan proses penyusunan RKPD.
Menyiapkan surat permintaan resmi dari Bappeda atau Kepala Daerah untuk
pelibatan para pemangku kepentingan dalam proses penyusunan RKPD
sesuai peran yang dikehendaki.
Mengundang para pemangku kepentingan yang relevan dan sesuai perannya
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka penyusunan
dokumen RKPD.
16
Tabel 3 memperlihatkan contoh check list untuk inventarisasi sumber dan jenis data/
informasi yang diperlukan dalam penyusunan RKPD.
17
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan rancangan awal RKPD adalah sebagai
berikut:
1. Bappeda melakukan review RPJMD untuk melihat seberapa jauh pencapaian target
kinerja program; isu dan permasalahan yang dihadapi; dan indikasi prioritas program
pada tahun rencana
2. Bappeda melakukan kompilasi rancangan program/kegiatan setiap SKPD untuk tahun
rencana. Kompilasi rancangan program/kegiatan setiap SKPD ini diambil dari prakiraan
maju RKA-SKPD tahun (n+1) dari usulan tahun sebelumnya untuk dikonfirmasi kembali
kepada setiap SKPD.
3. Bappeda menyiapkan konsep Surat Edaran Kepala Daerah yang ditujukan kepada
seluruh SKPD, berisikan permintaan agar setiap SKPD mengkonfirmasi, mereview atau
memperbaiki usulan atas rencana program dan kegiatan tahun rencana yang diajukan
pada tahun sebelumnya, dengan memperhatikan prioritas daerah.
4. Kepala Daerah mengeluarkan Surat Edaran untuk seluruh SKPD dengan dilengkapi
dengan formulir-formulir isian/matriks rencana program dan kegiatan SKPD yang telah
19
5.
6.
7.
8.
9.
10.
disiapkan Bappeda, disertai batas waktu pengembalian formulir isian tersebut kepada
Bappeda.
Bappeda menerima pengembalian formulir isian rencana program dan kegiatan yang
telah dikonfirmasi/ direview/ dievaluasi atau usulan perubahan dari masing-masing SKPD.
Bappeda melakukan pengecekan dan perbaikan terhadap matriks-matriks program setiap
SKPD berdasarkan pengembalian formulir isian dari SKPD yang disesuaikan dengan
hasil review RPJMD, serta hasil monitoring dan evaluasi kinerja pencapaian tahun lalu.
Dalam melaksanakan langkah (1), (2), (3), (4) dan (5), secara simultan Bappeda melalui
Tim Intinya menyiapkan dokumen Rancangan Awal RKPD secara lengkap dengan
menggunakan pedoman sebagaimana dijelaskan dalam Bagian-C.
Bappeda bersama Sekda mengundang seluruh Kepala SKPD untuk pembahasan
rancangan awal RKPD, guna disepakati sebagai pedoman penyusunan rancangan
Renja-SKPD.
Bappeda mengirimkan rancangan awal RKPD yang disertai dengan jadwal kalender
perencanaan daerah untuk tahun yang direncanakan kepada seluruh SKPD sebagai
bahan bagi SKPD untuk menyusun Rancangan Renja SKPD. Rancangan awal RKPD
Kabupaten/Kota juga merupakan bahan acuan bagi desa/kelurahan dan kecamatan
untuk melakukan Musrenbang desa/kelurahan dan musrenbang kecamatan.
Pengiriman rancangan awal RKPD tersebut disertai dengan catatan agar setiap SKPD
menyerahkan rancangan Renja SKPD kepada Bappeda sesuai dengan kalender
perencanaan yang disampaikan.
.
Secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut :
Perkiraan Kemampuan
Keuangan Daerah
Review RPJMD
- Prioritas dan Target
Program
- Perkiraaan Capaian
Penyiapan Rumusan
Rancangan Awal
RKPD
Review Usulan
Program dan Kegiatan
dari RKA-SKPD Tahun
Sebelumnya
Rumusan Kebijakan
Keuangan Daerah;
Prioritas Program dan
Kegiatan; serta Pagu
Indikatif
20
10. Program dan kegiatan di dalam Renja SKPD Kabupaten/Kota yang diusulkan untuk
didanai melalui APBD Provinsi dan APBN, dan/atau usulan program/kegiatan
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan DAK. Tembusannya disampaikan oleh SKPD
Kabupaten/Kota kepada SKPD Provinsi dan Kementerian/Lembaga yang sesuai.
11. SKPD Provinsi melakukan pengkajian terhadap usulan program/kegiatan yang
disampaikan SKPD terkait dari kabupaten/kota yang ada di provinsi, selanjutnya dibahas
bersama SKPD-SKPD kabupaten/kota tersebut dalam forum SKPD Provinsi untuk
menentukan kesepakatan prioritas terhadap program/kegiatan yang diusulkan untuk
didanai APBD Provinsi dan/atau APBN.
22
isian/matrik yang disampaikan oleh Kepala Daerah tentang usulan program dan kegiatan
yang diajukan SKPD tahun sebelumnya dalam rangka prakiraan maju serta menyerahkan
formulir isian yang telah dilengkapi dan telah direview kepada Bappeda.
5. Penyusunan Rencana Kerja Tim untuk Penyusunan Renja SKPD
Tim Penyusun Renja SKPD menyusun rencana kerja untuk penyusunan Renja SKPD
serta menyiapkan outline atau daftar isi Renja SKPD dengan lampiran berupa format
kegiatan yang akan dianggarkan. Format kegiatan yang akan dianggarkan tersebut
menggunakan format sesuai ketentuan yang diatur dalam PERMENDAGRI No 59/2007
tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13/2006.
6. Kompilasi Informasi/Konsultasi dengan Kementrian/Lembaga (K/L) Terkait
Tim Penyusun Renja SKPD meminta/mengumpulkan informasi atau berkonsultasi
dengan K/L sehubungan dengan rancangan Renja K/L untuk bidang/sektor terkait di
provinsi dan kabupaten/kota.
7. Kompilasi Informasi/Konsultasi dengan Provinsi Terkait
Tim Penyusun Renja SKPD kabupaten/kota meminta/mengumpulkan informasi atau
berkonsultasi sehubungan dengan rancangan Renja SKPD Provinsi untuk bidang/sektor
terkait.
Tabel 6 memperlihatkan Prototype Daftar Isi Rancangan Renja SKPD
23
gram dan kegiatan yang diusulkan tahun sebelumnya dalam rangka prakiraan maju
pada program/ kegiatan (n + 1)
5. Meminta/menerima Rancangan Awal RKPD secara resmi dari Bappeda
3.2.3. Kegiatan Penyusunan Rancangan Renja SKPD:
Kegiatan ini dilaksanakan setelah SKPD menerima secara resmi dokumen Rancangan Awal
RKPD dari Bappeda.
Langkah-langkah pada kegiatan penyusunan rancangan Renja SKPD mencakup:
1. Mengidentifikasi realisasi target capaian kinerja program dan kegiatan SKPD tahun lalu
dan dibandingkan terhadap sasaran dan target Renstra SKPD dan RPJMD pada tahun
bersangkutan.
2. Merumuskan program/kegiatan pelayanan wajib/pilihan SKPD sesuai skala prioritasnya
untuk pencapaian sasaran dan target Renstra SKPD maupun RPJMD.
3. Mengkaji rancangan awal RKPD program/kegiatan apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan dan lakukan pengecekan apakan program/kegiatan yang merupakan kegiatan
lanjutan dan/atau prioritas SKPD sudah termuat dalam rancangan awal RKPD. Jika
belum termuat, maka perlu diberi catatan penting pada rancangan awal tersebut.
4. Mengidentifikasi program dan kegiatan RKPD yang bersifat lintas SKPD dan memerlukan
koordinasi dalam penyusunan program dan kegiatan.
5. Memasukkan usulan kegiatan hasil Musrenbang Kecamatan yang terkait dengan SKPD
ke dalam rancangan Renja SKPD Kabupaten/Kota, sedangkan untuk rancangan Renja
SKPD Provinsi, dilakukan kajian atas usulan yang disampaikan dari SKPD kabupaten/
kota dengan mempertimbangkan hasil kesepakatan Musrenbang Kabupaten/Kota.
6. Merumuskan perubahan atau revisi atas program dan kegiatan SKPD yang tertulis dalam
RKPD dengan merinci tambahan atau koreksi terhadap rencana kegiatan SKPD yang
tercantum dalam rancangan awal RKPD.
7. Menyiapkan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD untuk mendapatkan
kesepakatan susunan prioritas kegiatan dan program dalam format rencana kerja RKPD
bagi setiap SKPD. Dalam keadaan terdapat kegiatan usulan masyarakat yang mendesak
dan tidak atau belum termasuk dalam salah satu program dan kegiatan RKPD yang
sudah dirancang maka kepala SKPD menambahkan program dan kegiatan tambahan
ke dalam Renja SKPD yang sudah dirancang tersebut. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan besaran pagu indikatif setiap SKPD yang ditentukan dalam
rancangan awal RKPD.
8. Merumuskan kembali usulan program dan kegiatan SKPD untuk tahun yang
direncanakan dalam bentuk rancangan Renja SKPD, dengan memperhatikan prioritas
daerah, kesinambungan program dan kegiatan SKPD serta pagu indikatif yang telah
dicanangkan dalam rancangan awal RKPD. Format usulan memperhatikan format RKASKPD.
9. Rancangan Renja SKPD Provinsi memuat hasil identifikasi program dan kegiatan, dirinci
menurut kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan serta perkiraan alokasi sumber
pendanaan dari APBD kabupaten/kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan
lainnya.
24
10. Rancangan Renja SKPD kabupaten/kota juga memuat hasil identifikasi program dan
kegiatan SKPD Provinsi yang berasal dari RPJM Propinsi dan/atau dari Renja SKPD
Provinsi untuk tahun rencana atau dari prakiraan maju APBD Provinsi tahun sebelumnya.
11. Tembusan rancangan Renja SKPD kabupaten/kota disampaikan kepada SKPD Provinsi
dan Kementerian/Lembaga terkait, khususnya daftar program dan kegiatan prioritas
yang diusulkan untuk ditangani dan/atau dibiayai provinsi dan pemerintah pusat melalui
dana APBN (dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, DAK dan Dana Otsus), dan/
atau APBD Provinsi.
12. Untuk Renja SKPD provinsi, tembusannya disampaikan kepada Kemeterian/Lembaga
terkait, khususnya daftar program dan kegiatan prioritas yang diusulkan untuk ditangani
dan/atau dibiayai pemerintah pusat melalui dana APBN (dana dekonsentrasi, dana tugas
pembantuan, DAK dan Dana Otsus).
Skematis proses penyusunan Rancangan Renja SKPD dapat digambarkan sebagai
berikut :
Review
Renstra
SKPD
Evaluasi Capaian
Kinerja Pelayanan
Wajib/Pilihan
SKPD terhadap
Target Renstra
SKPD
Review
Rancangan
Awal RKPD
Identifikasi Program/
Kegiatan terkait SKPD
Program/Kegiatan
SKPD Berdasarkan
Skala Prioritas
Usulan Hasil
Musrenbang dan
Forum
25
Rumusan
Rancangan
Renja SKPD
Identifikasi Program
dan Kegiatan yang
ditangani Pusat
26
4.
5.
6.
7.
8.
dan lintas wilayah, khususnya yang terkait dengan penanganan isu strategis daerah,
kemudian memberi catatan agar program/kegiatan tersebut dapat bersinergi.
Mereview kembali besaran program, anggaran yang dibutuhkan, indikator kinerja, dan
target kinerja yang hendak dicapai dari setiap program dan kegiatan.
Mengintegrasikan rancangan Renja-SKPD ke dalam rancangan awal RKPD menjadi
rancangan RKPD, dengan memperhatikan prioritas daerah maupun nasional, prioritas
program dan kegiatan SKPD, serta perkembangan informasi ketersediaan dana
pembangunan.
Melakukan beberapa diskusi kelompok terfokus menurut bidang bahasan dengan
berbagai kalangan para pemangku kepentingan yang relevan dalam rangka memperoleh
masukan dan pertimbangan terhadap draft rancangan RKPD.
Menyelesaikan dokumen rancangan RKPD serta menyiapkan ringkasan (summary) atau
pokok-pokok materi sebagai bahan pembahasan dalam kegiatan musrenbang tahunan
daerah.
Menyampaikan tembusan ringkasan rancangan RKPD kepada Bappenas dan/atau
Bappeda Provinsi sebagai masukan dalam penyusunan RKP Nasional dan/atau RKPD
Provinsi.
5. MUSRENBANG
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RKPD adalah melalui kegiatan musyawarah
perencanaan pembangunan/Musrenbang, forum SKPD/Gabungan SKPD, serta kegiatan
Diskusi Kelompok Terfokus (FGD).
Musrenbang tahunan dan forum SKPD dilaksanakan pada setiap tahun perencanaan yang
penyelenggaraannya merupakan tanggung jawab daerah, dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Kepala Bappeda.
Musrenbang tahunan daerah merupakan forum konsultasi dengan para pemangku
kepentingan pembangunan untuk membahas rencana pembangunan daerah dan
mengalokasikan kegiatan tersebut menurut prioritasnya kepada pihak yang berwenang atau
bertanggungjawab pada kegiatan tersebut, maupun pihak-pihak yang berkomitmen untuk
melaksanakannya, dibawah koordinasi Kepala Bappeda. Agar dalam pelaksanaan
musrenbang dapat menghasilkan keluaran yang optimal serta menjamin keterlibatan
masyarakat yang lebih intensif, maka dalam setiap tahapan musrenbang dari mulai persiapan
sampai dengan paska musrenbang perlu difasilitasi oleh fasilitator yang memadai.
Musrenbang tahunan atau musrenbang RKPD dan forum SKPD juga berfungsi untuk
menjembatani kepentingan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
kepentingan masyarakat (top-down dan bottom-up approach), serta mendapatkan komitmen/
kesepakatan para pemangku kepentingan untuk penyempurnaan rencana kerja
pembangunan daerah untuk tahun yang direncanakan.
Panyelenggaraan musrenbang tahunan daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari
musrenbang desa/kelurahan, musrenbang kecamatan, forum SKPD atau forum gabungan
SKPD Kabupaten/Kota, Musrenbang Kabupaten/Kota, Forum SKPD atau Gabungan SKPD
27
28
29
30
31
32
f)
33
34
35
tentang program dan kegiatan K/L serta program dan kegiatan provinsi yang akan
dilaksanakan di kabupaten/kota.
2. Menyusun naskah rancangan peraturan kepala daerah tentang RKPD dibantu oleh
kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
3. Menyampaikan rancangan akhir RKPD beserta naskah Perkada dan naskah
kesepakatan hasil Musrenbang Tahunan Daerah kepada Kepala Daerah.
4. Menginformasikan secara luas rancangan akhir RKPD kepada masyarakat melalui media
resmi pemerintah daerah
7. PENYUSUNAN RENJA SKPD
Renja SKPD merupakan penyempurnaan dari rancangan Renja SKPD yang berisikan program dan kegiatan yang telah disepakati melalui pembahasan forum SKPD/gabungan SKPD
dan musrenbang kabupaten/kota untuk dilaksanakan oleh masing-masing SKPD pada tahun
yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang
pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam Renja SKPD
bersifat definitif.
Penyempurnaan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD
yang proses penyusunannya mengacu pada dokumen RKPD yang telah ditetapkan menjadi
Peraturan Kepala Daerah.
7.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Renja SKPD
Prinsip-prinsip penyusunan Renja SKPD adalah sebagai berikut:
1. Mengacu pada RKPD yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah dan
perlu dipastikan secara resmi bahwa RKPD yang diterima masing-masing kepala SKPD
adalah dokumen resmi yang disampaikan oleh Kepala Daerah melalui bagian hukum;
2. Substansi Renja SKPD merupakan perbaikan dari materi Rancangan Renja SKPD yang
disesuaikan dengan Perkada RKPD;
3. Program dan kegiatan dirinci menurut sumber pendanaan yang diusulkan (APBD
Kabupaten/kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber lainnya);
4. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur kinerja keluaran, target
capaian program/kegiatan, target keluaran kegiatan pada n dan pada n+1, biaya satuan
per keluaran kegiatan pada n dan n+1, dan total dana yang diperlukan kegiatan pada n
dan n+1.
5. Renja SKPD merupakan dokumen resmi program dan kegiatan SKPD yang akan
dilaksanakan dalam tahun rencana dan merupakan acuan dalam penyusunan RKASKPD setelah memperhatikan nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
6. Renja SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD paling lambat sebelum
pembahasan Kerangka Umum APBD dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
(atau sekitar akhir bulan Mei). Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD dapat
juga menjadi dokumen pelengkap dalam kerjasama pembangunan antar daerah atau
antar SKPD.
36
37
38
Uraian pada tahap ini lebih ditujukan untuk menjelaskan hal-hal pokok/esensial dan prinsipprinsip penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD serta penyusunan RAPBD.
9.1. Penyusunan KUA dan PPAS
Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta rancangan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) merupakan tanggung jawab Kepala Daerah yang dalam
penyusunannya dibantu oleh TAPD. Penyusunan rancangan KUA dan PPAS mengacu pada
Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan berpedoman pada Pedoman penyusunan
APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Prinsip-prinsip penyusunan KUA dan PPAS adalah sebagai berikut:
1. Rancangan KUA disusun mengacu pada dokumen RKPD
2. Rancangan KUA berisikan antara lain:
a. Latar belakang penyusunan KUA, tujuan penyusunan KUA dan Dasar hukum KUA.
b. Kerangka Ekonomi Makro Daerah, yang menguraikan perkembangkann indikator
ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya dan rencana target ekonomi makro
pada tahun perencanaan.
c. Asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD yang mengacu pada asumsi dasar
yang digunakan APBN, laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya.
d. Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan daerah
e. Format KUA diatur dalam Permendagri 59/2007
3. Rancangan PPAS disusun secara simultan dengan penyusunan KUA.
4. PPAS memuat substansi tentang latar belakang dan tujuan penyusunan PPAS, Rencana
pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah, prioritas belanja daerah, serta plafon
anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan program/kegiatan.
5. Rancangan KUA dan PPAS tersebut disampaikan kepada DPRD untuk dibahas bersama.
6. Rancangan KUA dan PPAS dibahas bersama Pemda dengan DPRD
7. Pembahasan PPAS melalui langkah-langkah berikut :
a. Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan.
b. Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan
c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program
8. Pembahasan KUA dan PPAS paling lambat dilaksanakan pada minggu kedua bulan
Juli, yang setelah disepakati, kemudian dituangkan dalam Nota Kesepakatan Bersama
Pemerintah dengan DPRD.
9.2. Penyusunan RKA SKPD
RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja program, dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan
sebagai dasar penyusunan APBD.
RKA SKPD disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kepala SKPD dibantu tim penyusun Renja SKPD menyusun RKA-SKPD mengacu pada
pedoman penyusunan RKA-SKPD yang ditetapkan Kepala Daerah termasuk lampirannya
39
yang mencakup KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar
belanja, standar satuan harga, serta mempertimbangkan standar pelayanan minimal
(SPM)
2. RKA SKPD yang disusun menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kinerja.
3. RKA-SKPD berisikan :
Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan SKPD;
Rincian anggaran pendapatan SKPD ;
Rincian anggaran biaya tidak langsung SKPD (periodik atau non kegiatan);
Rekapitulasi rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD
untuk tahun rencana dan tahun berikutnya (n+1);
Rincian penerimaan pembiayaan daerah;
Rincian pengeluaran pembiayaan daerah;
Uraian lebih lengkap serta format yang digunakan diatur di dalam Permendagri 59/2007
9.3. Penyusunan RAPBD
Penyusunan RAPBD merupakan tahap akhir dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, yang disusun bersama TAPD dengan Panitia Anggaran
DPRD sebagai bahan pembahasan paripurna DPRD untuk ditetapkan dalam Peraturan
Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan daerah untuk tahun yang
direncanakan.
40
41
42
43
Mendeskripsikan kedudukan program dan kegiatan tahun rencana dalam rangka pencapaian
visi dan misi pembangunan daerah jangka menengah sebagaimana tertuang dalam RPJMD.
2.2. Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah
Mengemukakan tentang status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah
berdasarkan indikator-indikator makro pembangunan daerah dan penyelenggaraan urusan
wajib/pilihan pemerintahan daerah. Hal ini dilakukan untuk:
1) Mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai terhadap target kinerja yang
diharapkan menurut RPJMD, target pembangunan nasional (RPJM Nasional) maupun
sektoral (Renstra K/L)
2) Mengetahui kendala dan tingkat pemanfaatan potensi yang ada
3) Menentukan langkah-langkah atau kebijakan yang diperlukan
Tabel 8 memperlihatkan contoh format evaluasi status dan kedudukan pencapaian
kinerja pembangunan provinsi/kabupaten/kota
Di dalam bagian referensi dari pedoman ini, diberikan contoh indikator-indikator kinerja yang
dapat juga digunakan oleh pemerintah daerah sebagai acuan untuk mengevaluasi kinerja
pembangunan daerah.
2.3. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu
Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah
tahun lalu. Evaluasi meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut
kategori urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah, menyangkut realisasi capaian target
kinerja keluaran kegiatan dan realisasi target capaian kinerja program tahun lalu terhadap
RPJMD.
Evaluasi mencakup:
1) Realisasi program/kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja keluaran yang diharapkan
2) Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target kinerja keluaran program/kegiatan
3) Implikasi yang timbul terhadap target capaian program RPJMD
4) Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk mengatasi
faktor-faktor penyebab tersebut.
2.4. Isu Strategis dan Masalah Mendesak
Untuk RKPD Kabupaten/Kota, bagian ini mengemukakan isu strategis dan permasalahan
tingkat daerah (hasil Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan, forum SKPD, dan
Musrenbang Kabupaten/Kota) dan keterkaitannya dengan isu strategis dan permasalahan
tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Untuk RKPD Provinsi, bagian bagian ini mengemukakan isu strategis dan permasalahan
tingkat provinsi (hasil Musrenbang Kabupaten Kota, forum SKPD Provinsi, dan Musrenbang
Provinsi) dan keterkaitannya dengan isu strategis dan permasalahan tingkat nasional.
44
Tabel 9 memperlihatkan contoh format identifikasi isu strategis dan permasalahan mendesak
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
Mengemukakan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang
antara lain mencakup: a) Indikator Pertumbuhan Ekonomi Daerah; b) Sumber-sumber
Pendapatan dengan perincian, sumber pendapatan tahun lalu dan satu tahun sebelumnya,
tahun berjalan, tahun rencana dan satu tahun setelah tahun rencana sebagai prakiraan
maju pendapatan; dan c) Kebijakan Pemerintah Daerah yang diperlukan dalam Pembangunan
Perekonomian Daerah meliputi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah,
yang dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun ...(tahun lalu) dan Perkiraan Tahun ....
(tahun berjalan)
Mengemukakan kondisi dan analisis data statistik Perekonomian Daerah, yang antara lain
mencakup: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Inflasi, Sumbangan Sektoral,
Tingkat Investasi (termasuk PMA dan PMDN), Ekspor, dan Indikator Pembangunan Daerah
Bidang Ekonomi yang tersedia di Daerah. Hasil analisis tersebut dapat diilustrasikan dalam
grafik/bagan agar mudah dipahami.
Tabel 10 memperlihatkan contoh format untuk mendokumentasikan perkembangan
indicator makro ekonomi provinsi dan kabupaten/kota
3.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun ..... dan Tahun .....
Mengidentifikasi tantangan dan prospek perekonomian daerah, khususnya pada tahun
rencana (tahun n) dan 1 (satu) tahun setelah tahun rencana ( tahun n+1), dengan terlebih
dahulu mengadakan analisis atas Kondisi Internal (kekuatan dan kelemahan) dan juga Kondisi
Eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan daerah.
Hasil analisis digunakan sebagai masukan dalam menentukan arah kebijakan ekonomi
daerah, misalnya dalam menentukan fokus pembangunan ekonomi, identifikasi sektor yang
perlu dipercepat perkembangannya, tindakan apa yang perlu diperankan pemerintah daerah
dalam mengatasi permasalahan dan mendorong pembangunan ekonomi daerah dan
kebijakan ekonomi daerah lainnya.
Tabel 11 memperlihatkan contoh format untuk menganalisis kondisi lingkungan
internal dan eksternal provinsi/kabupaten/kota.
46
Dalam analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah untuk RKPD provinsi,
maka perkiraan belanja tidak langsung harus tergambarkan secara jelas indikasi besaran
belanja bagi hasil pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota, dan besaran
bantuan keuangan pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan kepada pemerintah desa,
sedangkan dalam RKPD Kabupaten/Kota memuat perkiraan bagi hasil pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan besaran bantuan keuangan pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa.
3.4.2. Dana Dekonsentrasi / APBN
Dana Dekonsentrasi pada dasarnya adalah dana yang berasal dari adanya pelimpahan
wewenang dari Pemerintah (Kementerian / Lembaga) kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah, yang dananya bersumber dari APBN, dengan demikian maka analisis dan
perkiraan sumber dana dekonsentrasi hanya dilakukan dalam rangka penyusunan RKPD
Provinsi.
Informasi mengenai dana dekonsentrasi yang lokasi kegiatannya berada pada kabupaten/
kota, perlu diakomodasi dalam dokumen RKPD Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
3.4.3. Dana Tugas Pembantuan / APBN
Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari penugasan Pemerintah
(Kementerian / Lembaga) kepada Daerah (Gubernur / Bupati / Walikota) dan/atau Desa
atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan, yang dananya bersumber dari APBN.
3.4.4. Dana Otonomi Khusus / APBN
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang berasal dari bagi hasil Minyak Bumi dan Gas
Alam di 2 (dua) provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dan
Provinsi Papua, sebagai konsekuensi dari penetapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Propinsi Papua.
Tabel 12 memperlihatkan contoh format yang dapat digunakan untuk:
1) Mendokumentasikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
dalam 3 tahun terakhir
2) Memproyeksikan pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah berdasarkan (a)
3) Memproyeksikan pagu anggaran RKPD pada tahun n dan tahun n+1
3.5. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Berdasar pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya
dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah, yang pada dasarnya menjadi acuan/
kerangka dalam pengelolaan APBD.
47
49
50
PENUTUP
51
52
BAGIAN D: PENUTUP
edoman ini disusun dengan tujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam
memenuhi kewajibannya yang ditentukan oleh peraturan perundangan tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional, khususnya dalam rangka penyusunan dokumen
perencanaan dan penganggaran tahunan daerah provinsi/kabupaten/kota. Pedoman ini telah
mencoba untuk memperjelas pengertian, ruang lingkup, pendekatan, proses, tahapan,
langkah-langkah, dan substansi untuk penyusunan RKPD dan Renja SKPD, termasuk
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan
sampai dengan tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
Pedoman ini telah dirancang dengan pendekatan seluwes mungkin sehingga daerah dapat
melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi dan perkembangan kemampuan
dan kapasitas perencanaan di masing-masing daerah, namun tetap mengindahkan ketentuanketentuan yang bersifat prinsip sebagaimana terkandung dalam Undang-undang 25/2004 dan
prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).
Agar pedoman ini dapat digunakan secara efektif, Pemerintah Daerah dapat (1)
mensosialisasikan Pedoman ini di lingkungan SKPD, DPRD, dan Organisasi Masyarakat
Sipil; (2) menyusun Peraturan Kepala Daerah tentang Penyusunan RKPD/Renja SKPD; (3)
menyusun Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Pembangunan Daerah.
53
54
Tabel/Format berikut ini dirancang untuk membantu Bappeda dan SKPD untuk
mengorganisasikan penyusunan dokumen RKPD agar lebih efektif. Tabel/format dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah; ketersediaan
data dan informasi; serta ketersediaan sumber daya dan dana untuk
melaksanakannya.
55
56
Nama
(3)
Lembaga
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota
Sekretaris Daerah
Kepala Bappeda
............................
1
2
3
4
Penanggung jawab
Pengarah
Ketua Tim
Sekretaris
....................................
....................................
....................................
....................................
1. ...............................
2. ...............................
dst. .............................
1. ................................
2. ................................
dst. .............................
1. ...............................
2. ...............................
dst. ............................
1. ...............................
2. ................................
dst. ..............................
1. ................................
2. ................................
dst. .............................
1. ...............................
2. ...............................
dst. .............................
10
57
58
Tahun Data
Sumber
Bappeda
Pencapaian kinerja
program
2
Kabupaten/Kota dalam
Angka
BPS/Kantor
Statistik
Laporan SKPD
SKPD
Perkembangan kinerja
penyelenggaraan urusan
wajib/pilihan SKPD
9
10
dst
* bagi daerah yang belum memiliki RPJMD dapat menggunakan Rencana Strategis Daerah yang
masih berlaku
59
Keterangan
60
PEKERJAAN UMUM
Program: Rehabilitasi/Pemeliharaan
jalan/jembatan
Kegiatan: Pemeliharaan jalan hotmix
kabupaten/kota
Kegiatan ..................
dst...........
KESEHATAN
Program.............
Kegiatan .............
Kegiatan ..................
dst...........
Program ............
Kegiatan.........
dst..........
PENDIDIKAN
Program...............
Kegiatan .............
Kegiatan ..................
dst...........
Program...............
Kegiatan .........
dst..........
Km (panjang
jalan)
500 km
100 km
Target kinerja
keluaran
kegiatan
(RKPD)
Sasaran/ target
kinerja capaian
program
(RPJMD)
Indikator/
tolok ukur
kinerja
No
85 km
Realisasi
Kegiatan
85%
7=6/5
Tingkat
Realisasi
terhadap
target
kegiatan (%)
40%
9=8/4
200 km
Tingkat Realisasi
target capaian
program (RPJMD)
sampai dengan tahun
lalu (tahun...) (%)
Realisasi target
capaian program
(RPJMD) sampai
dengan tahun
lalu (tahun...)
Tabel 4. Evaluasi Kinerja Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu dan Review Pencapaian RPJMD
Dinas
Pekerjaan
Umum
10
Organisasi
Pelaksana
61
Jumlah
Program
Tolok
dan
Ukur
Kegiatan* Kinerja
Target
Kinerja
Program
RPJMD
Target
Kinerja
Keluaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan
Anggaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan (Rp)
Kategori
Prioritas**
Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n
Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n+1
10
Biaya
Satuan Per
Keluaran
Kegiatan
pada Tahun
n (Rp
11
Biaya
Satuan Per
Keluaran
Kegiatan
pada
Tahun n+1
(Rp)
12
Pagu
Indikatif
Pada
Tahun n
(Rp)
13
Pagu
Indikatif
Pada
Tahun
n+1 (Rp)
14
Organisasi
Penyusunan Target Kinerja Keluaran Kegiatan dan Perkiraan Pagu Indikatif Program
dan Kegiatan pada tahun n dan n+1
Sumber: Tabel Target Pencapaian Kinerja yang Terukur dari Setiap Urusan Pemerintahan Daerah-Lampiran A-X Permendagri 13/2006
Catatan: * Dilengkapi dengan kode (B) sebagai kegiatan baru, (R) sebagai kegiatan replikasi, (L) sebagai kegiatan lanjutan
** Kategori prioritas: tinggi, sedang, rendah ditinjau dari tingkat relevansi terhadap pencapaian visi, misi RPJMD
*** n adalah tahun rencana, n + 1 adalah satu tahun setelah tahun rencana
Code
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
BAB III.
BAB IV.
BAB V.
PENUTUP
62
Uraian
Jumlah
Keluaran
Kegiatan
Jumlah
Belanja
Langsung
Kegiatan
63
Urusan Wajib/Pilihan
Pemerintahan Daerah
Indikator*
Pertumbuhan PDRB
Daerah
Indeks Gini
Pemerataan pendapatan
Kondisi
Tahun.
Kondisi
Tahun.
Perubahan
garis kemiskinan
Urusan Pendidikan
dll
dll
3
Urusan Kesehatan
dll
4
Urusan Pemberdayaan
dll
5
Urusan Ketenagakerjaan
dll
6
Urusan ........
Catatan :
Jenis indikator disesuaikan dengan ketersediaan data di daerah, namun yang dapat mencerminkan
indikator kinerja pembangunan di daerah
Jenis indikator yang digunakan dapat mengacu pada bagian referensi pedoman ini.
64
Tabel 9. Identifikasi Isu dan Masalah Mendesak di Tingkat Nasional, Provinsi ..........dan
Kab./Kota............. Tahun ..............
Urutan Isu dan Masalah Mendesak
No
(1)
Tingkat Nasional*
Tingkat Provinsi**
Tingkat Kab/Kota***
(2)
(3)
(4)
Keterangan:
* Dapat mengacu pada rancangan RKP yang, antara lain juga dapat diakses melalui situs resmi Bappenas:
www.bappenas.go.id
** Dapat mengacu pada rancangan RKPD Provinsi
*** Dapat mengacu pada RPJMD atau hasil-hasil pelaksanaan Musrenbang
65
Tabel 10. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Prov./Kab./Kota ...... Tahun ....
dan Tahun.... serta Perubahannya
No
Indikator Makro
(1)
(2)
Tahun ....
Tahun .....
(3)
(4)
Tahun ......
Perubahan
(5)
(6)
Keterangan:
Kolom (1)
Diisi sesuai dengan nomor urut Indikator Makro Ekonomi yang tersedia.
Kolom (2)
Diisi dengan nama Indikator Makro Ekonomi Daerah yang diambilkan dari data
yang tersedia di Daerah, yang antara lain mencakup:
a. PDRB (Harga Berlaku dan Harga Konstan)
b. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan tahun tertentu
c. Tingkat Inflasi
d. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral
e. Produktivitas Sektoral, yang merupakan rasio antara Nilai Tambah Bruto (NTB)
setiap sektor terhadap Jumlah tenaga kerja di sektor yang bersangkutan
f. Struktur PDRB Pendekatan Pengeluaran (Konsumsi Rumah Tangga,
Konsumsi Pemerintah, Investasi, dan Kegiatan Perdagangan Luar Negeri)
g. Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
h. Jumlah Penduduk Miskin
i. Tingkat Pengangguran
j. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan:
- Pendapatan Perkapita
- Kemampuan Investasi
- Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Index)
- Besaran IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
- Dan sebagainya
k. Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan
- Pajak Daerah terhadap PDRB
- Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagainya terhadap PDRB
- Perbandingan Penerimaan Pemerintah Daerah (PAD dan
- Dana Perimbagan terhadap PDRB
- Struktur Pembiayaan Pembangunan Daerah
- Dan sebagainya.
Kolom (3)
Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,
Kolom (4)
Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,
Kolom (5)
Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,
Kolom (6)
66
No
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Faktor..............
Faktor..............
Faktor..............
Faktor..............
ANALISIS S W O T
Analisis SWOT pada dasarnya ditujukan untuk mengembangkan road map untuk memandu
pemerintah daerah menuju masa depan. SWOT itu sendiri merupakan analisis atas keadaan internal
pemerintahan daerah (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman)
Analisis SWOT mencakup:
1) identifikasi atas berbagai kekuatan (potensi) signifikan daerah (ekonomi, sosial dsb) yang dapat
mendorong pencapaian tujuan-tujuan. Kekuatan lazimnya adalah yang sudah dilakukan dengan
baik oleh daerah yang perlu dipelihara, ditingkatkan untuk menghasilkan competitive advantage
2) identifikasi atas berbagai kelemahan signifikan utama daerah- dampak perkembangan eksternal
yang dapat menghambat pencapaian tujuan-tujuan. Kelemahan adalah sesuatu yang tidak dapat
dilakukan dengan baik dan memerlukan upaya untuk mengatasinya, untuk meminimalkan dampak
negatifnya sehingga tidak akan mengurangi competitive disadvantage
3) identifikasi berbagai peluang-peluang signifikan utama daerah-dampak perkembangan eksternal
yang dapat mendorong pencapaian tujuan-tujuan. Peluang adalah potensi situasi yang
menguntungkan yang perlu dioptimasikan dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya
4) identifikasi berbagai ancaman signifikan terhadap pengembangan daerah, dampak
perkembangan eksternal yang dapat menghambat pencapaian tujuan-tujuan. Ancaman adalah
potensi situasi yang kurang menguntungkan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
kesejahteraan. Ancaman perlu diatasi agar dapat menjamin kelangsungan perkembangan daerah
Beberapa tips dalam melakukan SWOT:
(1) ada dokumentasi informasi keadaan internal dan external
(2) gunakan kerangka berfikir, checklist
(3) ada masukan dari para pemangku kepentingan
(4) pastikan bahwa SWOT mencerminkan keadaan/situasi sekarang
(5) individu terlibat dalam analisis SWOT mengetahui posisi dan peranan masing-masing
Langkah-langkah:
(1) Review lingkungan internal dan eksternal
(2) Identifikasi elemen-elemen penting/utama, baik internal maupun eksternal
(3) Identifikasi kekuatan dan kelemahan internal- buat matrix dan isi kolom sejauh mungkin dengan
fakta dan angka-angka
(4) Identifikasi peluang dan ancaman eksternal
(5) Libatkan semaksimal mungkin para pemangku kepentingan untuk mendapatkan masukan issues
(6) Analisis masing-masing isu dan kategorikan kedalam isu penting dan isu mendesak
(7) Fasilitasi terdapatnya konsensus atas 3-5 isu penting dan susun urutan prioritasnya
(8) Issues sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sempit atau terlalu luas
(9) Tangani isu-isu yang diperkirakan dapat diselesaikan
(10) Ubah isu menjadi tujuan
(11) Identifikasi kemungkinan strategi untuk pencapaian tujuan
67
Jumlah
No
Uraian
PENDAPATAN DAERAH
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
BELANJA DAERAH
2.1.8
B
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
(3)
(4)
Tahun
Proyeksi ProyekBerja- pada Tahun si pada
lan (n-1) Renca-na Tahun
(n+1)
(n)
(5)
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
Hibah
Dana darurat
Bagi hasil pajak dari
provinsi dan dari
pemerintah daerah
lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
provinsi pemerintah
daerah lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
2.1.7
Realisasi
Tahun
(n-2)
Dana perimbangan
Dana bagi hasil pajak/
Bagi hasil bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Realisasi
Tahun
(n-3)
68
(6)
(7)
Rp
%
(9) =
(8)= 6-5
100*(8)/(5)
Jumlah
No
Uraian
Realisasi
Tahun
(n-3)
(3)
JUMLAH BELANJA
LANGSUNG
TOTAL JUMLAH
BELANJA
ProyekProyeksi
Reali- Tahun
Berja- pada Tahun si pada
sasi
Tahun
Tahun lan (n-1) Renca-na
(n+1)
(n)
(n-2)
(4)
(5)
Surplus/(Defisit)
3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan
pembiayaan
Sisa lebih perhitungan
anggaran tahun
sebelumnya (SILPA)
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil penjualan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Penerimaan pinjaman
daerah
Penerimaan kembali
pemberian pinjaman
Penerimaan piutang
daerah
JUMLAH
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Pengeluaran
pembiayaan
Pembentukan dana
cadangan
Penyertaan modal
(Investasi) daerah
Pembayaran pokok
utang
Pemberian pinjaman
daerah
JUMLAH
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
Pembiayaan neto
SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN (SILPA)
PAGU ANGGARAN
RKPD = [G + A + E]
(B+F)
69
(6)
(7)
Rp
%
(9) =
(8)= 6-5
100*(8)/(5)
Isu Prioritas
Daerah
Prioritas
Pembangunan
Sasaran
Pembangunan
1.
Urutan Prioritas
Program
1.
1.
2.
2.
1.
2.
2.
1.
1.
2.
2.
1.
dst
2.
Tabel 14 . Rencana Kerja dan Pendanaan Menurut Bidang Urusan Pemerintahan Daerah
di Provinsi / Kab./Kota ............... Tahun ....... (tahun rencana)
Kode
Bidang Urusan
Pemerintah Daerah
Sasaran Program/
Kegiatan
Target
(%)
6=3x5
50/200
atau 25%
Rp 25 juta
1,250
Dinas
Pendidikan
1.
Urusan Wajib
1. 01
Pendidikan
Program Dikdas 9
Tahun
Kegiatan
Penambahan Ruang
Kelas
Dst
2.
Urusan Pilihan
Jumlah
70
Pagu
Biaya Satuan
Per Keluaran Indikatif
(Juta Rp)
Kegiatan
Organisasi
Referensi berikut ini berisikan indikator/tolok ukur kinerja yang dapat digunakan
untuk memperlihatkan dan menganalisis status, kedudukan dan kemajuan
kinerja pembangunan daerah dan penyelenggaraan fungsi/urusan wajib dan
pilihan pemerintahan daerah baik di tingkat provinsi/kabupaten/kota maupun
di tingkat SKPD.
71
72
Referensi R-1
Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian
Pembangunan 2004-2009
Sasaran RPJM Nasional 2004-2009
Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
2. Struktur PBRB dan PDRB per kapita
3. Kesempatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka
4. Jumlah penduduk miskin
5. Investasi dan aktivitas ekspor impor
6. Peningkatan peran UKM
Pendidikan
7. Angka Buta Aksara penduduk usia 15 tahun ke
atas
8. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk setiap
jenjang pendidikan
73
74
Referensi R-2
Indikator Kemajuan Otonomi Daerah
No
Parameter
Indikator
Skala Kehidupan
Ekonomi
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan
Pertumbuhan investasi
Pertumbuhan kesempatan kerja
Pemerataan
Distribus pendapatan
Pemerataan akses modal
Layanan Publik
Resiko-resiko
lokal
Sub Indikator
Kesinambungan
Pemberdayaan
Efisiensi
Keterpaduan birokrasi
Sanitari birokrasi
Sufisiensi
Fasilitasi
Keamanan
Stabilitas
Kesinambungan politik
Kesehatan makro ekonomi
Integrasi sosial
Demokrasi
Supremasi hukum
Kontrol dan pertimbangan
Pertanggungjawaban politik
Kebebasan pers
Otonomi
Kemandirian daerah
Lokalisme lokal
75
Referensi R-3
Pengukuran Kinerja Penyelenggaraan Otonomi Daerah
No
Parameter Umum
Derajat
kesejahteraan
umum
Derajat
Pelayanan
Publik
Derajat
kehidupan
demokrasi
lokal
Indikator
Ekonomi
Sosial
Infrastruktur
Jaringan Jalan:
- Rasio panjang jalan dengan luas wilayah
- Rasio panjang jalan dengan kondisi tidak rusak per panjang
jalan keseluruhan
- Rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan umum roda
empat
Sanitasi
- Penurunan presentasi penduduk tanpa akses terhadap
sanitasi
Kebutuhan
dasar
Kesehatan:
- Penurunan angka kematian bayi
- Penurunan angka kematian ibu
- Rasio jumlah penduduk dengan jumlah rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya
Pendidikan:
- Rasio jumlah murid per jumlah sekolah
- Rasio jumlah murid per jumlah guru
- Rasio jumlah guru per jumlah sekolah
Angka partisipasi sekolah
- Penurunan angka putus sekolah
- Nilai rata-rata Ebta Murni/UAN
Air bersih:
- Akses terhadap air bersih
Transportasi umum:
- Rasio jumlah kendaraan umum roda 4 per 10.000 penduduk
Pemerintahan
Kepegawaian :
Rasio jumlah penduduk dengan jumlah PNS PemdaKeuangan :
- Rasio PAD dengan jumlah penduduk
Politik
Pemilu:
- Rasio jumlah pemilih yang melakukan pemilihan dengan
jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih
Komposisi partai politik dalam Pemilu
- Rasio jumlah partai politik pemenang Pemilu Lokal yang
memperoleh kursi di Legislatif dengan jumlah seluruh Partai
Politik peserta Pemilu Lokal
Angka Kejadian Politik Praktis
- Kejadian politik praktis
- Massa/demo dalam satu tahun
76
Referensi R-4
Indikator Kinerja Kunci yang digunakan untuk Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Otonomi Daerah
Indikator
a. Pertumbuhan PDRB
Laju Inflasi
Ketimpangan kemakmuran
d. Indeks Gini
Pemerataan pendapatan
Ketimpangan regional
a.
b.
c.
d.
e.
Kesehatan
Kemiskinan
Kepemilikan tanah
Kesempatan kerja
Kriminalitas
Gedung kesenian
Klub olahraga
77
Indikator
1. Pelayanan Dasar
Pendidikan
Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi sekolah
b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata
Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi sekolah
f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
g. Rasio guru terhadap murid
h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata
Kesehatan
Lingkungan hidup
q.
r.
s.
t.
u.
.
w.
x.
Penataan ruang
y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB
z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan
Perhubungan
aa.
ab.
ac.
ad.
2. Pelayanan Penunjang
Penanaman modal
KUKM
Kependudukan dan
catatan sipil
Ketenagakerjaan
Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak
78
Parameter Umum
Indikator
KB dan KS
p.
q.
r.
s.
t.
u.
Pertanahan
v.
Pemberdayaan masyarakat
dan desa
Perpustakaan
z. Jumlah perpustakaan
aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Penyelenggaraan Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat
ae.
af.
ag.
ah.
Indikator
Pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita
2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Aksesibilitas daerah
79
Parameter Umum
Indikator
Penataan wilayah
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Ketersediaan restoran
Ketersediaan penginapan
3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan ketertiban
a. Angka kriminalitas
b. Jumlah demo
Kemudahan perijinan
Perda
Status desa
4. Sumberdaya Manusia
Kualitas tenaga kerja
Tingkat ketergantungan
b. Rasio ketergantungan
80
Referensi R-5
Contoh Tolok Ukur Kinerja Urusan Wajib dan Pilihan
Pemerintah Daerah Menurut SKPD
Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Pelayanan Umum
1
Perencanaan
Pembangunan
Pemerintahan
Umum
Kepegawaian
Statistik
81
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Kearsipan
Komunikasi dan
Informatika
Kesatuan Bangsa
dan Politik Dalam
Negeri
Tingkat kriminalitas
Jumlah kasus kriminalitas yang dapat diselesaikan
Jumlah konflik etnis dan social*
HDI dan HPI wilayah konflik*
Sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap
terorisme*
Tingkat ancaman konflik antar kelompok masyarakat
Jumlah kasus pelanggaran PERDA
Jumlah kasus peredaran narkoba
Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba
Jumlah kasus illegal logging
Tingkat pendidikan politik masyarakat
Ada/tidaknya sistem penanggulangan korban bencana alam
Ekonomi
1
Perhubungan
Tenaga Kerja
82
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
Penanaman
Modal
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa
Pertanian
Kehutanan
Energi dan
Sumberdaya
Mineral
83
Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Kelautan dan
Perikanan
Perdagangan
Perindustrian
Transmigrasi
Lingkungan Hidup
1
Penataan Ruang
84
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Lingkungan Hidup
Pertanahan
Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat
85
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Kesehatan
1
Kesehatan
Keluarga
Berencana
Kebudayaan
86
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Pariwisata
Pendidikan
1
Pendidikan
Pemuda dan
Olah Raga
87
Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Perlindungan Sosial
1
Kependudukan
dan Catatan Sipil
Pemberdayaan
Perempuan
Keluarga
Sejahtera
Sosial
Keterangan:
1 Kode Urusan Wajib
2 Kode Urusan Pilihan
* Tolok ukur kinerja pencapaian pembangunan 2004-2009
Referensi:
1. Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian Pembangunan 2004-2009, Handbook SPPN RI, Bappenas, 2006
2. Indikator Kemajuan Otonomi Daerah, Handbook SPPN RI, Bappenas, 2006
3. Lampiran A 1, Lampiran A VI, dan Lampiran A-VII Permendagri 13/2006
88