Anda di halaman 1dari 107

DEPARTEMEN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR : 050/200/II/BANGDA/2008

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
(RKPD)

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH


DEPARTEMEN DALAM NEGERI
2008

PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
(RKPD)

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH


DEPARTEMEN DALAM NEGERI
2008
i

ii

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 28 Februari 2008
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal

:
:
:
:

050/200/II/Bangda
SEGERA
1 (Satu) berkas
Pedoman Penyusunan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

Kepada Yth.
Sdr. Gubernur
di Seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada Pasal 4 Ayat 1, menyatakan
bahwa Rencana Pembangunan Daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Rencana Pembangunan Daerah tersebut merupakan
dokumen perencanaan pembangunan yang wajib disusun. Selanjutnya, bahwa salah satu
dokumen perencanaan yaitu Dokumen RKPD mempunyai peranan sangat strategis, karena
menjembatani antara kepentingan perencanaan strategis jangka menengah dengan
perencanaan dan penganggaran tahunan.
Berdasarkan hal tersebut dan sebagai upaya untuk membantu Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundangan,
khususnya dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah provinsi/kabupaten/kota, maka dipandang perlu menerbitkan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Maksud dan tujuan dari pedoman ini adalah untuk memperjelas tahapan, langkah
dan substansi penyusunan RKPD dan Renja SKPD, termasuk pelaksanaan musyawarah
perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan sampai kabupaten/kota dan
provinsi.
Pedoman terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Bagian A: Umum, berisi latar belakang, landasan hukum, fungsi kedudukan dan
pendekatan RKPD, tujuan, sasaran dan ruang lingkup pedoman, serta sistematika
pedoman.

iii

iv

2. Bagian B: Proses Penyusunan RKPD, antara lain berisi tentang persiapan dan
pengorganisasian pemangku kepentingan, penyusunan rancangan awal RKPD, Renja
SKPD, proses musrenbang, dan pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran
daerah.
3. Bagian C: Teknis Penyusunan Dokumen RKPD (prototype), berisi langkah-langkah dalam
menyusun dokumen mulai tahap persiapan dan pengorganisasian hingga proses
penganggaran.
4. Bagian D: Penutup, berisi kaidah dalam menggunakan pedoman.
Surat edaran ini disampaikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan dengan terbitnya pedoman ini diharapkan daerah
dapat menyusun RKPD disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan kemampuan
perencanaan di masing-masing daerah dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam peraturan perundangan dan tata kepemerintahan yang baik.
Kepada para Gubernur diminta untuk menindaklanjuti Surat Edaran dimaksud dan
selanjutnya memberitahukan dan mensosialisasikan kepada para Bupati dan Walikota di
wilayah masing-masing.
Demikian untuk menjadi perhatian.

a.n. MENTERI DALAM NEGERI


DIREKTUR JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH

H. SYAMSUL ARIEF RIVAI

Tembusan disampaikan kepada Yth:


1. Bapak Menteri Dalam Negeri (Sebagai Laporan)
2. Bapak Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas
3. Sdr. Bupati/Walikota Seluruh Indonesia

vi

DEPARTEMEN DALAM NEGERI

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH


Jalan Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata - Jakarta Selatan

KATA PENGANTAR
Rencana Kerja Pembangunan Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan
pembangunan daerah yang disyaratkan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat,
dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD selanjutnya menjadi
pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
Mengingat pentingnya peranan RKPD dalam kerangka perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, yaitu sebagai acuan pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan tahunan dan sebagai pedoman penyusunan RAPBD, maka diperlukan
pedoman penyusunan RKPD untuk menjamin kualitas proses penyusunan dan kualitas
substansi dokumen ini benar-benar memenuhi pendekatan perencanaan serta efektif dan
responsif terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Untuk itu, terbitnya SE Mendagri tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah ini menjadi satu hal yang penting dan strategis sebagai pedoman
teknis/operasional penyusunan RKPD. Dengan adanya SE Mendagri ini diharapkan proses
penyusunan dan substansi dokumen RKPD di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia dapat memenuhi ketentuan tentang sistem, prosedur, dan proses penyusunan RKPD
dan berkontribusi signifikan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara berkelanjutan.

Jakarta, 28 Februari 2008

Afriadi S. Hasibuan
Direktur Perencanaan Pembangunan Daerah
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Departemen Dalam Negeri

vii

viii

DEPARTEMEN DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya SE Mendagri tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah ini. Dengan adanya pedoman
ini, Pemerintah Daerah telah dilengkapi dengan suatu pedoman teknis/operasional
penyusunan RKPD, guna mendukung perencanaan tahunan daerah yang memenuhi
peraturan perundangan tentang sistem perencanaan pembangunan nasional serta prinsipprinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).
Pedoman yang ditujukan untuk memperjelas tahapan, langkah-langkah, dan
substansi untuk penyusunan RKPD ini dirancang dengan pendekatan sefleksibel mungkin
sehingga daerah dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi dan
perkembangan kemampuan perencanaan di masing-masing daerah, namun tetap
mengindahkan ketentuan-ketentuan yang bersifat prinsip sebagaimana terkandung dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dan prinsip-prinsip
tata kelola kepemerintahan yang baik.
Direktorat Perencanaan Ditjen Bangda menyampaikan penghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah bekerjasama dalam pengembangan
dan penyusunan pedoman ini, khususnya pihak peserta Konsultasi Regional pada akhir
November 2007, yang telah menyampaikan kritik dan masukannya untuk penyempurnaan
rancangan pedoman ini.
Semoga pedoman ini dapat memenuhi harapan kita semua untuk perbaikan kualitas
perencanaan daerah dalam rangka perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan secara
berkelanjutan.

Jakarta, 28 Februari 2008

H. Syamsul Arief Rivai


Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Departemen Dalam Negeri

ix

Daftar Isi
SURAT EDARAN ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vii
SAMBUTAN ........................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xi
DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN .................................................................... xv

BAGIAN A: UMUM .............................................................................................................. 1


1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
2. Landasan Hukum ........................................................................................................ 3
3. Fungsi, Kedudukan, dan Pendekatan RKPD .............................................................. 3
3.1. Fungsi RKPD ....................................................................................................... 3
3.2. Kedudukan RKPD dalam Sistem dan Mekanisme Perencanaan dan
Penganggaran Pembangunan Daerah ................................................................ 4
3.3. Pendekatan Perencanaan dalam Penyusunan RKPD......................................... 5
3.4. Tahapan dalam Proses Penyusunan RKPD ........................................................ 7
4. Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup Pedoman ......................................................11
4.1. Tujuan dan Sasaran Pedoman ...........................................................................11
4.2. Ruang Lingkup dan Substansi Pedoman ...........................................................11
5. Sistimatika Pedoman .................................................................................................11
A. Umum .................................................................................................................11
B. Proses Penyusunan RKPD ................................................................................11
C. Teknis Penyusunan RKPD ................................................................................ 12
D. Penutup ............................................................................................................. 12
BAGIAN B: PROSES PENYUSUNAN RKPD ................................................................... 13
1. PERSIAPAN DAN PENGORGANISASIAN PEMANGKU KEPENTINGAN .............. 15
1.1. Orientasi RKPD ................................................................................................. 15
1.2. Identifikasi Pemangku Kepentingan .................................................................. 15
1.3. Pembentukan Tim dan Rekrutmen Fasilitator .................................................... 16
1.4. Penyusunan Agenda Kerja Penyiapan Dokumen ............................................. 17
1.5. Pengumpulan Data dan Informasi ..................................................................... 17
1.6. Penyiapan Daftar Isi ........................................................................................... 17
2. PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD ........................................................... 18
2.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Awal RKPD ........................................ 18
2.2. Tata Cara Penyusunan ...................................................................................... 19

xi

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA SKPD .......................................................... 20


3.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Renja SKPD ...................................... 21
3.2. Tata Cara Penyusunan ...................................................................................... 22
3.2.1. Kegiatan Persiapan: ................................................................................ 22
3.2.2. Kegiatan Analisis dan Pengkajian Dokumen: .......................................... 23
3.2.3. Kegiatan Penyusunan Rancangan Renja SKPD: .................................... 23
PENYUSUNAN RANCANGAN RKPD ...................................................................... 25
4.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan RKPD ................................................. 25
4.2. Tata Cara Penyusunan ...................................................................................... 26
MUSRENBANG ........................................................................................................ 26
5.1. Musrenbang Desa/Kelurahan ............................................................................ 28
5.2. Musrenbang Kecamatan .................................................................................... 29
5.3. Forum SKPD/Gabungan SKPD Kabupaten/Kota .............................................. 30
5.4. Musrenbang Kabupaten/Kota ............................................................................ 31
5.5. Forum SKPD/Gabungan SKPD Provinsi ........................................................... 32
5.6. Musrenbang Provinsi ......................................................................................... 33
6.7. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion/FGD) ............................ 34
PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RKPD .............................................................. 34
6.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Akhir RKPD ....................................... 34
6.2. Tata Cara Penyusunan Rancangan Akhir RKPD ............................................... 35
PENYUSUNAN RENJA SKPD.................................................................................. 35
7.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Renja SKPD .......................................................... 35
7.2. Tata Cara Penyusunan Renja SKPD ................................................................. 36
PENYIAPAN DAN PENETAPAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG
RKPD DAN PERATURAN KEPALA SKPD TENTANG RENJA SKPD ...................... 36
8.1. Penyiapan dan penetapan PERKADA ............................................................... 36
8.2. Penyiapan dan penetapan PERKA SKPD ......................................................... 37
PENGINTEGRASIAN RKPD KE DALAM PROSES PENGANGGARAN DAERAH .. 37
9.1. Penyusunan KUA dan PPAS ............................................................................. 38
9.2. Penyusunan RKA SKPD ................................................................................... 39
9.3. Penyusunan RAPBD ......................................................................................... 39

BAGIAN C: TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD (PROTOTYPE) ........................ 41


BAB I.

PENDAHULUAN ............................................................................................... 43
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 43
1.2. Landasan Hukum ........................................................................................ 43
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................... 43
1.4. Sistimatika Dokumen RKPD ....................................................................... 43

BAB II. EVALUASI HASIL KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH .................................. 43


2.1. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah ............................ 43
2.2. Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan
Daerah ........................................................................................................ 44
2.4. Isu Strategis dan Masalah Mendesak ........................................................ 44

xii

BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH ............................................. 45


3.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun ... (tahun lalu) dan Perkiraan Tahun .... .......
(tahun berjalan) ........................................................................................... 45
3.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun ..... dan Tahun ..... 45
3.3. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah. ............................................................... 45
3.4. Analisis dan Perkiraan Sumber-sumber Pendanaan Daerah ..................... 46
3.4.1. Dana Desentralisasi / APBD ............................................................. 46
3.4.2. Dana Dekonsentrasi / APBN ............................................................. 47
3.4.3. Dana Tugas Pembantuan / APBN.................................................... 47
3.4.4. Dana Otonomi Khusus / APBN ......................................................... 47
3.5. Arah Kebijakan Keuangan Daerah ............................................................. 47
3.5.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ................................................. 48
3.5.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah ........................................................ 48
3.5.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ................................................ 49
BAB IV. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN (Tahun Rencana) ................. 49
4.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah .................................. 49
4.2. Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah ............................. 49
BAB V. RENCANA KERJA DAN PENDANAAN ................................................................ 50
BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN .................................................................................... 50
BAGIAN D. PENUTUP ...................................................................................................... 51

Daftar Bagan
Bagan 1.
Bagan 2a.
Bagan 2b.
Bagan 3.
Bagan 4.

Alur Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU 25/2004 .................... 5


Alur Perencanaan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS, dan APBD ................... 9
Alur Penyusunan Dokumen RKPD dan Dokumen Renja SKPD ................... 10
Proses Penyusunan Dokumen Rancangan Awal RKPD ............................... 20
Proses Penyusunan Dokumen Rancangan Renja SKPD.............................. 25

xiii

Daftar Tabel
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.

Contoh Susunan Tim Penyusun RKPD ........................................................... 57


Contoh Kalender Penyusunan RKPD dan Renja SKPD ................................. 58
Inventarisasi Sumber dan Jenis Data/Informasi untuk Penyusunan RKPD .... 59
Evaluasi Kinerja Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu dan Review
Pencapaian RPJMD ........................................................................................ 60
Format Daftar Rancangan Program dan Kegiatan RKPD/Renja SKPD .......... 61
Contoh Prototype Daftar Isi Renja SKPD ........................................................ 62
Pengisian RKA-SKPD 2.2.1 dan Penyusunan Prakiraan Maju Berdasarkan
Biaya Satuan Per Keluaran Kegiatan ............................................................. 63
Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan Provinsi/
Kabupaten/Kota* Tahun....dan Tahun... ........................................................... 64
Identifikasi Isu dan Masalah Mendesak di Tingkat Nasional, Provinsi.....dan
Kab/Kota.......Tahun. ........................................................................................ 65
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Prov./Kab./Kota......Tahun........dan
Tahun..........serta Perubahannya .................................................................... 66
Analisis Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Prov./Kab./Kota .............. 67
Realisasi dan Proyeksi Pendapatan, Belanja, Pembiayaan Daerah, dan Pagu
Anggaran RKPD .............................................................................................. 68
Contoh Matrik Prioritas Pembangunan ............................................................ 70
Rencana Kerja dan Pendapatan Menurut Bidang Urusan Pemerintahan
Daerah di Provinsi/Kab./Kota........Tahun.......(tahun rencana) ........................ 70

Daftar Referensi
Referensi R-1. Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian Pembangunan 2004-2009 .... 73
Referensi R-2. Indikator Kemajuan Otonomi Daerah ........................................................ 75
Referensi R-3. Pengukuran Kinerja Penyelenggaraan Otonomi Daerah .......................... 76
Referensi R-4. Indikator Kinerja Kunci yang digunakan untuk Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Otonomi Daerah .......................................................... 77
Referensi R-5. Contoh Tolok Ukur Kinerja Urusan Wajib dan Pilihan Pemerintah
Daerah Menurut SKPD ............................................................................. 81

xiv

Daftar Peristilahan dan Singkatan


1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan RPJP
adalah dokumen perencanaan untuk periode dua puluh (20) tahun.
2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan
RPJPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode dua puluh
(20) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu
pada RPJP Nasional.
3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM
adalah dokumen perencanaan untuk periode lima (5) tahun.
4) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan
RPJMD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode lima (5) tahun
yang memuat penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan
umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
5) Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode satu (1) tahun.
6) Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RKPD adalah
dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan
penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan
kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
7) Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran.
8) Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala daerah/
wakil kepala daerah, dan SKPD.
9) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan
RENSTRA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode lima (5) tahun,
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta
berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
10) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan
Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang
memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
11) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang selanjutnya disingkat dengan RKA SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
SKPD yang merupakan penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD yang bersangkutan
dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

xv

12) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah selanjutnya


disingkat LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama
1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang
disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah.
13) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD yang
selanjutnya disebut LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang
disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD.
14) Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disingkat
ILPPD adalah informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat
melalui media yang tersedia di Daerah.
15) Rencana Tata Ruang, yang selanjutnya disingkat dengan RTR adalah dokumen yang
memuat hasil perencanaan tata ruang.
16) Rencana Tata Ruang Wilayah, yang selanjutnya disingkat dengan RTRW adalah
dokumen yang memuat hasil perencanaan tata ruang wilayah.
17) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
18) Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang
dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah dan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang
mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan Kepala Daerah dalam
rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah,
PPKD, dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
19) Kebijakan Umum APBD, yang selanjutnya disingkat dengan KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode satu (1) tahun.
20) Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada SKPD
untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja SKPD.
21) Pagu sementara merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum
dan prioritas anggaran hasil pembahasan Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD.
22) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, yang selanjutnya disingkat dengan PPAS
adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKASKPD setelah disepakati dengan DPRD.
23) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana
belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar
penyusunan APBD.
24) Prakiraan maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
25) Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi
alokasi dana.
xvi

26) Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
27) Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan
tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
28) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
29) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.
30) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
31) Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
32) Agenda pembangunan adalah penerjemahan visi ke dalam tujuan-tujuan besar (strategic goals) yang dapat mempedomani dan memberikan fokus pada penilaian dan
perumusan strategi, kebijakan dan program.
33) Strategi pembangunan adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
34) Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/
Daerah untuk mencapai tujuan.
35) Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
36) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber
daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
37) Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong
partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan
pembangunan kabupaten/kota.
38) Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang
perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota.
39) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
40) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
41) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program.
42) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
43) Alokasi Dana Desa, yang selanjutnya disingkat dengan ADD adalah dana yang
dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.
xvii

44) Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Stakeholder dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan.
45) Konsultasi Publik adalah kegiatan partisipatif yang bertujuan untuk menghadirkan stakeholder dalam rangka mendiskusikan dan memahami isu dan permasalahan strategis
pembangunan daerah; merumuskan kesepakatan tentang prioritas pembangunan dan
mencapai konsensus tentang pemecahan masalah-masalah strategis daerah. Konsultasi
publik dilakukan pada berbagai skala, tahapan dan tingkatan pengambilan keputusan
perencanaan daerah. Konsultasi publik dapat berupa musrenbangda di peringkat
kabupaten/kota, konsultasi forum stakeholder atau focus group discussions di peringkat
SKPD maupun di peringkat lintas SKPD.
46) Musrenbang atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah forum antarpelaku dalam
rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
47) Musrenbang Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa/
kelurahan (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa/
kelurahannya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk
menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.
48) Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk
mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati
kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.
49) Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan
lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas
prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau
gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara
penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.
50) Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk
mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang
hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD.
51) Tim Penyelenggara Musrenbang adalah Tim yang dibentuk untuk melakukan persiapan,
memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklajuti hasil Musrenbang.
52) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
53) Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu
diskusi kelompok ataupun konsultasi publik. Seorang fasilitator harus memenuhi
kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam penerapan
berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas dan partisipatifnya kegiatan.
54) Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang
untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
55) Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri
Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi.
56) NGO adalah singkatan dari Non-Governmental Organization atau Lembaga Swadaya
Masyarakat/LSM.
57) CBO adalah singkatan dari Community Based Organization (Kelompok Masyarakat Sipil).
58) CSO adalah singkatan dari Civil Society Organization (Organisasi Masyarakat Sipil).
xviii

UMUM

BAGIAN A: UMUM

1. Latar Belakang

ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
telah mengamanatkan bahwa setiap daerah diwajibkan untuk menyusun perencanaan
pembangunan daerah untuk jangka panjang 20 tahun (RPJPD), rencana pembangunan
daerah jangka menengah 5 tahun (RPJMD), dan rencana pembangunan jangka pendek/1
tahun (RKPD).
Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis,
yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan
dan penganggaran tahunan, untuk itu maka sesuai amanat dalam kedua undang-undang
diatas, Bappeda merupakan institusi yang ditunjuk dan berfungsi sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan perencanaan daerah yang juga mengkoordinasikan perencanaanperencanaan yang bersifat sektoral di daerah.
2. Landasan Hukum
Kewajiban daerah untuk menyusun RKPD sebagai dasar dan acuan penyusunan RAPBD
diamanatkan melalui beberapa peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaen/
Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Negara/
Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
11. Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

3. Fungsi, Kedudukan dan Pendekatan RKPD


3.1. Fungsi RKPD
Fungsi RKPD mencakup sebagai berikut:
Menjabarkan rencana strategis ke dalam rencana operasional;
Memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah
dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah;
Mengarahkan proses penyusunan RENJA dan RKA SKPD;
Menjadi dasar pedoman dalam penyusunan KUA, PPAS, RAPBD dan APBD;
Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi
dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah;
Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur capaian target kinerja program
pembangunan jangka menengah;
Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur capaian target standar pelayanan
minimal dan mengukur kinerja pelayanan SKPD;
Instrumen bagi pemerintah daerah sebagai acuan LPPD kepada pemerintah, LKPJ
kepada DPRD dan ILPPD kepada masyarakat.
Menyediakan informasi bagi pemenuhan Laporan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang perlu disampaikan kepada Pemerintah Pusat.

3.2. Kedudukan RKPD dalam Sistem dan Mekanisme Perencanaan dan


Penganggaran Pembangunan Daerah
RKPD merupakan penjabaran RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, memuat rancangan
kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya
dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala daerah dan DPRD dalam
menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran
Sementara (PPAS) didasarkan atas dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati
selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan APBD.
Dari segi kerangka waktu, penyusunan dokumen RKPD harus diselesaikan pada setiap
bulan Mei, sedangkan dokumen APBD harus sudah disahkan paling lambat tanggal 1
Desember.
Substansi RKPD memuat program dan kegiatan SKPD dan dokumen RKPD merupakan
acuan bagi SKPD dalam menyempurnakan Renja SKPD untuk tahun yang sama. Proses
penyusunan RKPD dilakukan secara paralel dan sifatnya saling memberi masukan dengan
proses penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD).

RPJP
NASIONAL

Pedoman

RPJM
NASIONAL

Dijabarkan
RKP

Diperhatikan
Pedoman
RPJP
DAERAH
20 Tahun

Dijabarkan
RPJM
DAERAH

RKPD
DAERAH

Pedoman

Pedoman
Penyusunan
RAPBD

Diacu

RENSTRA
SKPD

Pedoman

RENJA
SKPD
1 Tahun

5 Tahun

Bagan 1. Alur Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU 25/2004


3.3. Pendekatan Perencanaan dalam Penyusunan RKPD
Ada lima pendekatan dalam penyusunan RKPD, yaitu pendekatan teknokratis, politis,
partisipatif, top-down, dan bottom-up.
a. Pendekatan Teknokratis (Strategis dan Berbasis Kinerja)
Dokumen RKPD pada dasarnya merupakan suatu proses pemikiran strategis. Kualitas
dokumen RKPD sangat ditentukan oleh kualitas program dan kegiatan yang diusulkan RKPD
dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang disepakati dalam
Musrenbang RKPD. Penyusunan RKPD sangat erat kaitannya dengan kompetensi dalam
menyusun, mengorganisasikan, mengimplementasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi
capaian program dan kegiatan.
Pendekatan teknokratis bermakna bahwa RKPD memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Review menyeluruh tentang kinerja pembangunan tahun lalu
2. Rumusan status, kedudukan kinerja penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan
daerah masa kini
3. Rumusan peluang dan tantangan ke depan yang mempengaruhi penyusunan RKPD
4. Rumusan tujuan, strategi, dan kebijakan pembangunan
5. Pertimbangan atas kendala ketersediaan sumberdaya dan dana (kendala fiskal daerah)
6. Rumusan dan prioritas program dan kegiatan SKPD berbasis kinerja
7. Tolok ukur dan target kinerja capaian program dan kegiatan dengan mempertimbangkan
Standar Pelayanan Minimal
8. Tolok ukur dan target kinerja keluaran
9. Tolok ukur dan target kinerja hasil
10. Pagu indikatif program dan kegiatan.
11. Prakiraan maju pendanaan program dan kegiatan untuk satu tahun berikutnya
12. Kejelasan siapa bertanggungjawab untuk mencapai tujuan, sasaran dan hasil, serta
waktu penyelesaian, termasuk review kemajuan pencapaian sasaran

b. Pendekatan Demokratis dan Partisipatif


Pendekatan demokratis dan partisipatif bermakna bahwa RKPD memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan untuk dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan di setiap tahapan penyusunan RKPD
2. Kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintah dan non
pemerintah dalam pengambilan keputusan
3. Transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan
4. Keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum
perempuan dan kelompok marjinal
5. Rasa memiliki masyarakat terhadap RKPD
6. Pelibatan media
7. Pelaksanaan Musrenbang RKPD yang berkualitas dari segi penerapan perencanaan
partisipatif
8. Konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan,
seperti: perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi, dan
kebijakan dan prioritas program
c. Pendekatan Politis
Pendekatan politis bermakna bahwa RKPD memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan Kepala Daerah untuk penerjemahan yang tepat, sistematis atas visi,
misi, dan program Kepala Daerah ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program
pembangunan daerah
2. Keterlibatan aktif DPRD dalam proses penyusunan RKPD
3. Jaring aspirasi masyarakat (reses) oleh DPRD merupakan bagian integral dari proses
penyusunan RKPD
4. Pokok-pokok pikiran DPRD dalam proses penyusunan RKPD
5. Pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD yang setelah
ditetapkan akan mengikat semua pihak sebagai acuan dalam penyusunan RAPBD
d. Pendekatan Bottom-up
Pendekatan bottom-up bermakna bahwa RKPD memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk melihat konsistensi dengan visi,
misi, dan program Kepala Daerah Terpilih
2. Memperhatikan hasil proses musrenbang dan kesepakatan dengan masyarakat tentang
prioritas pembangunan daerah
3. Mempertimbangkan hasil Forum SKPD
e. Pendekatan Top-down
Pendekatan top-down bermakna bahwa RKPD memuat hal-hal sebagai berikut:
1 Sinergi dengan RKP dan RENJA K/L
2 Sinergi dan konsistensi dengan RPJMD maupun RPJPD
3 Sinergi dan konsistensi dengan RTRWD
4 Penanganan masalah dengan pendekatan holistik dan pendekatan sistem.
5 Sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan global seperti
Millenium Development Goals (MDGs), Sustainable Development, pemenuhan Hak Asasi
Manusia, pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), dan sebagainya.

3.4. Tahapan dalam Proses Penyusunan RKPD


Secara garis besar, tahapan proses penyusunan RKPD dapat dibagi dalam delapan tahapan
utama, yaitu:
Tahap 1

Persiapan dan
Pengorganisasian Para
Pemangku Kepentingan

Pada tahap ini dilakukan orientasi mengenai RKPD,


identifikasi para pemangku kepentingan untuk dilibatkan
dalam proses penyusunan RKPD, pembentukan Tim
Penyusun RKPD, Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan
Dokumen, pengumpulan data dan informasi, serta
penyusunan daftar isi RKPD.

Tahap 2

Penyusunan Rancangan
Awal RKPD

Tahapan ini mencakup kegiatan-kegiatan review RPJMD,


review usulan program dan kegiatan SKPD tahun lalu dan
prioritas untuk tahun rencana, analisis isu strategis dan
prioritas pembangunan daerah untuk tahun yang
direncanakan bersama para pemangku kepentingan terkait,
menyusun dokumen rancangan awal RKPD, dan
pembahasan rancangan awal RKPD dengan SKPD.

Tahap 3

Penyusunan Rancangan
Renja SKPD

Tahapan ini meliputi kegiatan persiapan penyusunan,


kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan
kegiatan penyusunan Rancangan Renja SKPD.

Tahap 4

Penyusunan Rancangan
RKPD

Pada tahap ini dilakukan penilaian dan pembahasan atas


rancangan Renja SKPD yang disampaikan Kepala SKPD
kepada Bappeda, pengintegrasian rancangan Renja SKPD
ke dalam Rancangan Awal RKPD untuk menjadi Rancangan
RKPD, pembahasan dengan para pemangku kepentingan
terkait untuk memperoleh masukan dan pertimbangan bagi
rancangan RKPD, penyiapan ringkasan Rancangan RKPD
untuk sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang
tahunan daerah, dan penyampaian tembusan Rancangan
RKPD kepada Bappenas dan Bappeda Provinsi sebagai
masukan dalam penyusunan RKP Nasional dan RKPD
Provinsi.

Tahap 5

Musrenbang

Tahap ini merupakan pelibatan para pemangku kepentingan


dalam pengambilan keputusan perencanaan, melalui
pelaksanaan Musrenbang sejak tingkat desa/kelurahan,
tingkat kecamatan, Forum SKPD/gabungan SKPD
Kabupaten/Kota, Musrenbang Kabupaten/Kota, Forum
SKPD/Gabungan SKPD Provinsi, dan Musrenbang Provinsi,
sesuai jadwal yang ditetapkan.

Tahap 6

Penyusunan Rancangan
Akhir RKPD/Renja SKPD

Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan atas Rancangan


RKPD berdasarkan hasil kesepakatan dalam Musrenbang
tahunan daerah dengan tetap memperhatikan rancangan
RKP untuk RKPD Provinsi, dan rancangan RKPD Provinsi
untuk RKPD Kabupaten/Kota.

Tahap 7

Penyiapan dan Penetapan


Peraturan RKPD/Renja
SKPD

Pada tahap ini dilakukan penyiapan dan penetapan


peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan penyiapan dan
penetapan peraturan Kepala SKPD untuk Renja SKPD.

Tahap 8

Pengintegrasian RKPD ke
dalam Proses
Penganggaran Daerah

Pada tahap ini RKPD perlu diterjemahkan ke dalam proses


penganggaran melalui penyusunan KUA, PPAS, dan RKA
SKPD.

Bagan 2A memperlihatkan alur proses penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS, dan
APBD. Bagan tersebut menunjukkan kedudukan RKPD dalam proses perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, dimana RKPD merupakan acuan penyusunan KUA, PPAS,
dan APBD.
Bagan 2B memperlihatkan rincian tahapan dan kegiatan dalam proses penyusunan RKPD
dan Renja SKPD

Renstra
SKPD
(Peraturan
Kepala
SKPD)

m- 4 Feb

m- 4 Jan

Musrenbang
Desa/Kel.

m- 3 Feb

Musrenbang
Kecamatan

m- 1 Mar

m- 1 Mar

Rancangan
RKPD

Pembahasan
Forum SKPD

Rancangan
Renja SKPD

m- 1 Feb

Rancangan
Awal RKPD

RKP

m- 3 Mar

Musrenbang
Daerah/RKPD

Keterangan:
m
Batas waktu penyelenggaraan pada minggu ke.....
----->
Konsultatif/Sosialisasi

m- 4 Jul

Nota Kesepakatan
PPAS

Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum
APBD

m- 2/3 Jul

Pembahasan
KUA & PPAS
(TAPD &
Panggar
DPRD

Dokumen Prioritas
& Plafon Anggaran
Sementara
(PPAS)

Dokumen
Kebijakan Umum
APBD (KUA)

m- 1 Jun

Penyusunan
Rancangan PPAS

Konsultasi dgn Delegasi


Peserta Musrenbang

m- 4 Mei

Penetapan
Peraturan Kep.
SKPD ttg Renja
SKPD

m- 4 Mei

Penetapan
Peraturan Kep.
Daerah ttg RKPD

m- 4 Mei

Dokumen
Renja SKPD
(Perka SKPD)

Renja
SKPD

m- 4 Mei

Dokumen RKPD
(Perkada)

m- 2 Mei

Rancangan
Akhir RKPD

Penyusunan
Rancangan KUA

Pedoman
Penyusunan APBD

Bagan 2A. Alur Penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD

Proses
Partisipatif

Proses
Legislasi/
Politis

Proses
TeknoKratis

Dokumen
RPJM-D
(PERDA)

PENYUSUNAN RKPD DAN RENJA SKPD

m- 2 Des

m- 1 Des

Konsultasi Publik
Ranperda APBD
(RAPBD)

Evaluasi Ranperda
APBD dan Ranpekada
Penjabaran APBD oleh
Gubernur

m- 3 Des

Penetapan Kepala
Daerah tentang Perda
APBD dan Perkada
Penjabaran APBD

m- 4 Des

PERDA
tentang
APBD

m- 4 Des

PERKADA
tentang
Penjabaran
APBD

Keputusan
Bersama Kepala
Daerah dan
DPRD thdp
Ranperda APBD

m- 2 Okt

Pembahasan
Ranperda APBD
oleh Pemda dan
DPRD

Rancangan
PERDA tentang
APBD

Sosialisasi
Ranperda
kepada
Masyarakat

m- 1 Agt

Penetapan SE
KaDa ttg
Pedoman
Penyusunan
RKA-SKPD

RKASKPD

m- 2 Sept

Rancangan
PERKADA tentang
Penjabaran APBD

PENYUSUNAN KUA DAN APBD

10

Bagan 2B. Proses Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Dokumen Rencana Kerja SKPD ( Renja SKPD)

4. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup Pedoman


4.1. Tujuan dan Sasaran Pedoman
Pedoman ini dirancang untuk membantu Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajibannya
yang ditentukan oleh peraturan perundangan tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional, khususnya dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran
tahunan daerah provinsi/kabupaten/kota. Pedoman ini ditujukan untuk memperjelas tahapan,
langkah-langkah, dan substansi untuk penyusunan RKPD dan Renja SKPD, termasuk
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan
sampai dengan tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
Pedoman ini dirancang dengan pendekatan seluwes mungkin sehingga daerah dapat
melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi dan perkembangan
kemampuan perencanaan di masing-masing daerah, namun tetap mengindahkan ketentuanketentuan yang bersifat prinsip sebagaimana terkandung dalam Undang-undang 25/2004,
PP-8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta prinsip-prinsip tata kelola
kepemerintahan yang baik (good governance).
4.2. Ruang Lingkup dan Substansi Pedoman
Pedoman penyusunan RKPD secara umum merupakan pedoman bagi daerah kabupaten/
kota maupun provinsi yang berisikan mengenai tata cara penyusunan dokumen RKPD mulai
dari tahap persiapan, penyiapan dan penetapan RKPD dalam bentuk Peraturan Kepala
Daerah, hingga proses pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran tahunan
daerah.
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan tahunan daerah
(Musrenbangda) merupakan bagian dari proses penyusunan RKPD. Oleh karena itu
pedoman ini mencakup juga hal-hal pokok/prinsip-prinsip dalam pelaksanaan musrenbang
tahunan daerah mulai dari musrenbang desa/kelurahan sampai dengan musrenbang Provinsi.
Pengaturan penyelenggaraan Musrenbang secara lebih lebih terinci akan diatur dalam
Permendagri tersendiri tentang Musrenbang.
5. Sistimatika Pedoman
Pedoman penyusunan RKPD ini secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
A. UMUM
Merupakan pengantar bagi pengguna pedoman untuk memahami filosofi dan latar belakang
penyusunan RKPD, substansi utama RKPD, pendekatan perencanaan, serta keterkaitan
dokumen RKPD dengan dokumen lainnya.

11

B. PROSES PENYUSUNAN RKPD


Berisikan penjelasan singkat tentang tahapan-tahapan dalam penyusunan RKPD dilengkapi
dengan bagan alir penyusunan RKPD.
C. TEKNIS PENYUSUNAN RKPD
Berisikan pedoman langkah-langkah dalam rangka menyusun dokumen, mulai dari tahap
persiapan dan pengorganisasian para pemangku kepentingan, penyusunan rancangan
RKPD/Renja SKPD, hal-hal pokok dan prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang,
penyusunan Rancangan Akhir RKPD/Renja SKPD, penyiapan dan penetapan RKPD/Renja
SKPD, dan pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran daerah.
D. PENUTUP
Berisikan kaidah-kaidah dalam menggunakan pedoman penyusunan dokumen RKPD.
Pedoman teknis penyusunan RKPD diupayakan agar lebih bersifat operasional, sehingga
mudah diikuti para pengguna, untuk keperluan itu juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran
teknis dan matriks/tabel-tabel untuk mempermudah kajian.

12

PROSES PENYUSUNAN RKPD

13

14

BAGIAN B: PROSES PENYUSUNAN RKPD


1. PERSIAPAN DAN PENGORGANISASIAN PEMANGKU KEPENTINGAN

ualitas suatu perencanaan akan dipengaruhi oleh sejauhmana kematangan dalam tahap
persiapan, sedangkan legitimasinya dari sisi partisipasi ditentukan oleh seberapa jauh
keterlibatan para pemangku kepentingan. Tahapan persiapan dan pengorganisasian
pemangku kepentingan meliputi : orientasi mengenai RKPD, identifikasi para pemangku
kepentingan untuk dilibatkan dalam proses penyusunan RKPD, pembentukan Tim Penyusun
RKPD, Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan Dokumen RKPD, pengumpulan data dan
informasi, serta penyusunan daftar isi RKPD.
1.1. Orientasi RKPD
Kesamaan pemahaman merupakan salah satu syarat pencapaian kesepakatan untuk tujuan
bersama. Oleh karena itu, maka dalam penyusunan RKPD perlu dilakukan orientasi bagi
pihak-pihak yang terkait, baik yang menyangkut proses dan pendekatan perencanaan
maupun berkaitan dengan substansi perencanaan itu sendiri.
Adapun proses orientasi mengenai RKPD, adalah sebagai berikut:
Langkah-1 : Membentuk tim inti penyusun RKPD yang anggotanya berasal dari unsur
Bappeda
Langkah-2 : Mempelajari peraturan perundangan yang terkait dengan penyusunan RKPD
Langkah-3 : Menyusun jadwal/agenda, bahan presentasi dan narasumber untuk kegiatan
orientasi RKPD (dari unsur Bappeda, atau bila dipandang perlu dapat
mengundang narasumber dari luar daerah yang memahami betul tentang
RKPD).
Langkah-4 : Melakukan lokakarya/workshop orientasi dengan mengundang seluruh SKPD,
DPRD, Perguruan Tinggi dan unsur LSM yang relevan untuk mengikuti
orientasi.
Langkah 5 : Menyusun kesepakatan bersama mengenai pokok-pokok yang perlu
dilakukan dalam penyusunan RKPD, baik yang menyangkut proses
penyusunan, substansi utama, pendekatan RKPD, maupun rancangan
sementara agenda penyusunan dokumen RKPD.
1.2. Identifikasi Pemangku Kepentingan
Identifikasi para pemangku kepentingan dimaksudkan untuk mencari siapa dan dari unsur
mana yang memiliki kompetensi untuk dilibatkan secara aktif dalam proses penyusunan
RKPD. Untuk itu, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah-1 :

Menyusun inventarisasi daftar perguruan tinggi, asosiasi-asosiasi, LSM dan


individu yang memiliki kompetensi dalam perencanaan pembangunan. Data
dapat bersumber dari Bappeda sendiri, Kesatuan Bangsa, atau sumber
lainnya.

15

Langkah-2 :

Langkah-3 :

Langkah-4 :

Melakukan kajian pengalaman dari institusi atau individu yang terdaftar dan
selanjutnya menentukan siapa individu atau institusi yang cocok untuk
dilibatkan sebagai tim penyusun, fasilitator, narasumber, advisor atau sebagai
mitra diskusi, dan juga menentukan keterlibatan masing-masing dalam
keseluruhan proses penyusunan RKPD.
Menyiapkan surat permintaan resmi dari Bappeda atau Kepala Daerah untuk
pelibatan para pemangku kepentingan dalam proses penyusunan RKPD
sesuai peran yang dikehendaki.
Mengundang para pemangku kepentingan yang relevan dan sesuai perannya
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka penyusunan
dokumen RKPD.

1.3. Pembentukan Tim dan Rekrutmen Fasilitator


Mengingat RKPD merupakan rencana tahunan daerah yang mencakup seluruh bidang
pembangunan di daerah, maka tim penyusun sebaiknya juga melibatkan unsur para
pemangku kepentingan di luar Bappeda, misalnya unsur perguruan tinggi, unsur asosiasi/
LSM, dan unsur SKPD lain yang sangat terkait dengan kepentingan RKPD. Untuk lebih
efektifnya kerja tim, maka tim penyusun dibagi dalam kelompok-kelompok kerja (POKJA).
Dengan demikian, tim penyusun akan terdiri atas Tim Inti dan Kelompok Kerja. Tim Inti
sendiri terbagi habis di dalam POKJA. Pembagian pokja perlu diatur berdasarkan fungsi
pemerintahan daerah atau gabungan beberapa fungsi yang mempunyai keterterkaitan erat,
serta sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga setiap pokja-dalam proses pematangan
konsepnya-dapat melakukan diskusi masing-masing secara terpisah.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah-1 : Menentukan pilihan calon-calon anggota kelompok kerja/tim penyusun RKPD
dan calon individu/kelompok mitra diskusi yang dinilai potensial berdasarkan
hasil kajian identifikasi para pemangku kepentingan.
Langkah-2 : Menyusun surat permintaan kesediaan kepada calon terpilih anggota
kelompok kerja tim penyusun RKPD melalui atasan calon tersebut, untuk
bergabung menjadi anggota kelompok kerja tim penyusun RKPD.
Langkah-3 : Untuk hal yang sama, menyusun surat permintaan kesediaan pada calon
individu/kelompok untuk dapat berperanserta dalam diskusi-diskusi terfokus
yang akan dilaksanakan selama proses penyusunan dokumen RKPD.
Langkah-4: Merekrut fasilitator yang kompeten dari unsur pemerintah/non pemerintah,
guna memastikan terdapatnya kualitas hasil kesepakatan dan pengambilan
keputusan dalam diskusi kelompok terfokus, konsultasi publik, dan
musrenbang.

Tabel 1 memperlihatkan contoh pengorganisasian dan susunan Tim Penyusun RKPD.

16

1.4. Penyusunan Agenda Kerja Penyiapan Dokumen


Penyusunan rencana kerja perlu dilakukan sebagai acuan bagi tim penyusun dalam proses
penyiapannya. Rencana kerja mengatur rincian kegiatan apa yang perlu dilakukan (termasuk
seluruh kegiatan musrenbang dan forum SKPD), siapa yang melakukan, metoda
pelaksanaannya bagaimana, serta kapan kegiatan tersebut akan dilakukan.
Langkah-langkah penyusunan rencana kerja secara umum adalah sebagai berikut:
Langkah-1 : Menyusun rincian agenda kegiatan yang harus dilakukan dalam proses
penyusunan dokumen RKPD dan memberi catatan batas waktu (deadline)
pada kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan berdasarkan peraturan
perundangan. Lihat Lampiran 1 Contoh Kalender Penyusunan RKPD dan
Renja SKPD
Langkah-2 : Merumuskan keluaran/output serta metoda pelaksanaan dari setiap rincian
kegiatan tersebut.
Langkah-3 : Menyusun matrik rencana kerja yang berisikan rincian kegiatan, keluaran,
metoda dan jadwal pelaksanaan
Langkah-4 : Menjabarkan rencana kerja penyusunan RKPD tersebut oleh masing-masing
Pokja
Tabel 2 memperlihatkan contoh Kalender Penyusunan RKPD dan Renja SKPD.

1.5. Pengumpulan Data dan Informasi


Setiap usulan program dan kegiatan perlu didukung dengan data dan informasi yang memadai
dan akurat dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Data/informasi yang
dikumpulkan sedemikian rupa sehingga memperlihatkan secara jelas status, kedudukan,
capaian kinerja penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah.
Langkah-1: Menyusun daftar data/informasi yang dibutuhkan bagi penyusunan RKPD
dan menuangkannya dalam bentuk matrik (check list) untuk memudahkan
pemantauan.
Langkah-2: Melakukan pengumpulan data/informasi dari sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan
Langkah-3: Menyiapkan tabel-tabel/matrik kompilasi data yang sesuai dengan kebutuhan
analisis.

Tabel 3 memperlihatkan contoh check list untuk inventarisasi sumber dan jenis data/
informasi yang diperlukan dalam penyusunan RKPD.

17

1.6. Penyiapan Daftar Isi


Dokumen RKPD merupakan dokumen yang menjabarkan rencana jangka menengah daerah
ke dalam rencana tahunan dan mengimplementasikannya dalam program dan kegiatan
tahunan, sehingga akan dijadikan acuan bagi proses penyusunan RAPBD, mulai dari
perumusan Kebijakan Umum APBD, penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran hingga
penyusunan RKA-SKPD dan RAPBD. Oleh karena itu substansi RKPD seyogyanya mampu
menjawab kebutuhan materi bagi proses perencanaan dan penganggaran selanjutnya.
2. PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD
Rancangan Awal RKPD merupakan kunci penting dalam menentukan kualitas seluruh proses
penyusunan RKPD. Rancangan Awal menginformasikan rancangan kerangka ekonomi
daerah, arah kebijakan keuangan daerah, arah prioritas pembangunan daerah dan rencana
keja program dan kegiatan yang dilengkapi dengan rancangan pagu indikatif untuk setiap
SKPD untuk tahun yang direncanakan sebagai acuan bagi setiap SKPD dalam menyiapkan
rancangan Renja SKPD. Rancangan Awal RKPD berfungsi sebagai koridor perencanaan
pembangunan indikatif untuk tahun yang direncanakan.
Arah kebijakan keuangan daerah di dalam Rancangan Awal RKPD Provinsi memuat indikasi
belanja bagi hasil pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota, indikasi belanja
dana dekonsentrasi, indikasi belanja dana sektoral, serta indikasi belanja tugas pembantuan
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan kepada pemerintahan desa, sedangkan
arah kebijakan keuangan daerah dalam Rancangan Awal RKPD Kabupaten/Kota memuat
indikasi belanja bagi hasil pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa serta indikasi
bantuan keuangan pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa. Informasi ini sangat
berguna sebagai acuan desa dalam menyusun rancangan RKT (Rencana Kerja Tahunan)
desa.
Di dalam penyusunan rancangan awal RKPD dilakukan review RPJMD, review usulan
program dan kegiatan SKPD dari usulan tahun lalu dan prioritas pembangunan untuk tahun
rencana, kajian terhadap RKP, analisis isu strategis dan prioritas pembangunan daerah
untuk tahun yang direncanakan bersama para pemangku kepentingan yang terkait,
merumuskan rancangan awal RKPD, dan pembahasan rancangan awal RKPD dengan
SKPD.
Penyusunan Rancangan Awal RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, untuk
itu Bappeda membentuk tim penyusun RKPD yang bertugas melaksanakan seluruh proses
penyusunan dokumen RKPD.
2.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Awal RKPD
Hal prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan rancangan awal RKPD adalah:
1. Penyusunan Rancangan Awal RKPD berpedoman pada hasil review RPJMD dan capaian
kinerja penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah, hasil review
terhadap usulan-usulan SKPD yang tertuang dalam prakiraan maju yang diajukan tahun
sebelumnya, serta memperhatikan perkiraan kemampuan keuangan daerah .
18

2. Substansi utama yang termuat dalam rancangan awal RKPD, meliputi


a. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu
b. Rancangan kerangka ekonomi daerah
c. Arah kebijakan keuangan daerah, termasuk indikasi belanja bagi hasil dan belanja
bantuan keuangan.
d. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah
e. Rencana program dan kegiatan prioritas serta pagu indikatif SKPD
3. Informasi pagu indikatif bagi setiap SKPD dan indikasi belanja bagi hasil serta belanja
bantuan keuangan merupakan informasi yang harus disampaikan dalam rancangan
awal RKPD. Ketersediaan informasi ini akan sangat dibutuhkan oleh setiap SKPD (dan
desa untuk RKPD kabupaten/kota) sebagai acuan dalam merumuskan rancangan
rencana kerja SKPD (dan rencana kerja tahunan desa). Pagu indikatif SKPD dan indikasi
belanja hibah dan belanja bantuan keuangan tersebut juga berfungsi sebagai koridor
pendanaan dalam pembahasan forum SKPD maupun dalam pelaksanaan musrenbang
desa dan musrenbang kecamatan, sehingga proses pelaksanaan musrenbang menjadi
lebih efektif dan efisien.
4. Pengalokasian besaran pagu indikatif berorientasi pada asas pemenuhan kebutuhan,
efisiensi, keadilan, dan penilaian kinerja, serta sinergi sumber-sumber pendanaan.
5. Perhitungan pagu indikatif anggaran program dan kegiatan yang dialokasikan bagi setiap
SKPD didasarkan pada kebutuhan SKPD untuk melaksanakan urusan wajib/pilihan
pemerintah daerah prioritas sesuai tingkat dan sasaran pelayanan program dan kegiatan.
6. Penyusunan rancangan awal RKPD dilakukan oleh Tim Inti Penyusunan RKPD dibawah
tanggung jawab Bappeda, yang prosesnya dilakukan secara partisipatif.
7. Penyusunan rancangan awal RKPD dapat dimulai segera setelah dicapainya persetujuan
bersama DPRD dan Kepala Daerah terhadap Ranperda APBD untuk pelaksanaan tahun
sebelumnya (sekitar bulan Desember). Selanjutnya, paling lambat pada Minggu ke-3
bulan Januari Rancangan Awal RKPD sudah selesai disusun dan disebarkan kepada
setiap SKPD dan unit kegiatan.
2.2.

Tata Cara Penyusunan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan rancangan awal RKPD adalah sebagai
berikut:
1. Bappeda melakukan review RPJMD untuk melihat seberapa jauh pencapaian target
kinerja program; isu dan permasalahan yang dihadapi; dan indikasi prioritas program
pada tahun rencana
2. Bappeda melakukan kompilasi rancangan program/kegiatan setiap SKPD untuk tahun
rencana. Kompilasi rancangan program/kegiatan setiap SKPD ini diambil dari prakiraan
maju RKA-SKPD tahun (n+1) dari usulan tahun sebelumnya untuk dikonfirmasi kembali
kepada setiap SKPD.
3. Bappeda menyiapkan konsep Surat Edaran Kepala Daerah yang ditujukan kepada
seluruh SKPD, berisikan permintaan agar setiap SKPD mengkonfirmasi, mereview atau
memperbaiki usulan atas rencana program dan kegiatan tahun rencana yang diajukan
pada tahun sebelumnya, dengan memperhatikan prioritas daerah.
4. Kepala Daerah mengeluarkan Surat Edaran untuk seluruh SKPD dengan dilengkapi
dengan formulir-formulir isian/matriks rencana program dan kegiatan SKPD yang telah

19

5.
6.

7.

8.

9.

10.

disiapkan Bappeda, disertai batas waktu pengembalian formulir isian tersebut kepada
Bappeda.
Bappeda menerima pengembalian formulir isian rencana program dan kegiatan yang
telah dikonfirmasi/ direview/ dievaluasi atau usulan perubahan dari masing-masing SKPD.
Bappeda melakukan pengecekan dan perbaikan terhadap matriks-matriks program setiap
SKPD berdasarkan pengembalian formulir isian dari SKPD yang disesuaikan dengan
hasil review RPJMD, serta hasil monitoring dan evaluasi kinerja pencapaian tahun lalu.
Dalam melaksanakan langkah (1), (2), (3), (4) dan (5), secara simultan Bappeda melalui
Tim Intinya menyiapkan dokumen Rancangan Awal RKPD secara lengkap dengan
menggunakan pedoman sebagaimana dijelaskan dalam Bagian-C.
Bappeda bersama Sekda mengundang seluruh Kepala SKPD untuk pembahasan
rancangan awal RKPD, guna disepakati sebagai pedoman penyusunan rancangan
Renja-SKPD.
Bappeda mengirimkan rancangan awal RKPD yang disertai dengan jadwal kalender
perencanaan daerah untuk tahun yang direncanakan kepada seluruh SKPD sebagai
bahan bagi SKPD untuk menyusun Rancangan Renja SKPD. Rancangan awal RKPD
Kabupaten/Kota juga merupakan bahan acuan bagi desa/kelurahan dan kecamatan
untuk melakukan Musrenbang desa/kelurahan dan musrenbang kecamatan.
Pengiriman rancangan awal RKPD tersebut disertai dengan catatan agar setiap SKPD
menyerahkan rancangan Renja SKPD kepada Bappeda sesuai dengan kalender
perencanaan yang disampaikan.

.
Secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut :

Abalisis Kondisi dan


Permasalahan Daerha
Mutakhir

Perkiraan Kemampuan
Keuangan Daerah

Review RPJMD
- Prioritas dan Target
Program
- Perkiraaan Capaian

Penyiapan Rumusan
Rancangan Awal
RKPD

Review Usulan
Program dan Kegiatan
dari RKA-SKPD Tahun
Sebelumnya

Rumusan Kebijakan
Keuangan Daerah;
Prioritas Program dan
Kegiatan; serta Pagu
Indikatif

Bagan 3. Proses Penyusunan Rancangan Awal RKPD

Tabel 4 memperlihatkan contoh format yang dapat digunakan untuk mereview


realisasi target capaian kinerja RPJMD. Format ini dapat digunakan untuk menganalisis kesenjangan pencapaian program/kegiatan, faktor-faktor penyebabnya, dan
mengidentifikasi kebutuhan prioritas program dan kegiatan tahun rencana.
Tabel 5 kolom 5, 6 dan 7 memperlihatkan contoh format yang dapat digunakan
untuk mereview usulan program dan kegiatan SKPD serta prioritas tahun rencana
berdasarkan prakiraan maju (n+1) RKPD tahun berjalan.

20

3. PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA SKPD


Rancangan Renja SKPD merupakan rancangan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh masing-masing SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang pencapaian visi dan misi kepala daerah
terpilih. Program dan kegiatan dalam rancangan Renja SKPD masih bersifat indikatif yang
diselaraskan dengan program dan kegiatan prioritas daerah. Pada tahap ini dilakukan kegiatan
persiapan penyusunan, kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan
penyusunan Rancangan Renja SKPD.
Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala
SKPD yang proses penyusunannya mengacu pada rancangan awal RKPD, untuk itu masingmasing SKPD perlu membentuk tim penyusun Renja SKPD yang bertugas melaksanakan
seluruh proses penyusunan dokumen Renja SKPD sampai dengan penyusunan RKA-SKPD.
3.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Renja SKPD
Prinsip-prinsip di dalam penyusunan rancangan Renja SKPD, adalah sebagai berikut:
1. Berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada rancangan awal RKPD.
2. Penyusunan Renja SKPD bukan kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
rangkaian kegiatan yang simultan dengan penyusunan RKPD, serta merupakan bagian
dari rangkaian kegiatan penyusunan APBD.
3. Substansi rancangan Renja SKPD memuat evaluasi status, kedudukan kinerja
penyelenggaraan urusan wajib/pilihan SKPD terhadap Renstra SKPD; evaluasi
pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu; rumusan tujuan, sasaran, program dan kegiatan;
dana indikatif serta sumber dananya dan prakiraan maju.
4. Penyusunan program dan kegiatan SKPD untuk tahun yang direncanakan mengacu
pada ketentuan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan mempertimbangkan capaian
kinerja SPM yang ada (jika SPM untuk kegiatan dimaksud tersedia).
5. Rumusan program/kegiatan di dalam renja SKPD didasarkan atas pertimbangan urutan
urusan pelayanan wajib/pilihan pemerintahan daerah yang memerlukan prioritas
penanganan dan mempertimbangkan pagu indikatif masing-masing SKPD.
6. Progam/kegiatan dalam RKPD Provinsi dirinci menurut sumber pendanaan yang
diusulkan untuk didanai APBD Provinsi, APBN dan sumber lainnya, sedangkan untuk
RKPD Kabupaten/Kota dirinci menurut sumber dana APBD Kabupaten/Kota, APBD
Provinsi, APBN dan sumber dana lainnya.
7. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur dan target capaian kinerja,
keluaran, biaya satuan per keluaran, total kebutuhan dana, baik untuk tahun n dan
tahun n+1.
8. Dibentuknya forum SKPD sebagai forum diskusi, tidak hanya ditujukan untuk
pembahasan program dan kegiatan tahunan saja, melainkan juga sebagai sarana diskusi
dalam pembahasan berbagai persoalan pembangunan yang terkait dengan bidang SKPD
masing-masing. Untuk itu pemilihan peserta forum SKPD harus yang betul-betul memiliki
komitmen, serta sesuai dengan kapasitas dan kompetensi menurut bidangnya.
9. Rancangan Renja SKPD Kabupaten/Kota selesai disusun dan disampaikan kepada
Kepala Daerah melalui Bappeda paling lambat pada minggu ke-4 bulan Februari,
sedangkan untuk Renja SKPD Provinsi paling lambat pada minggu pertama bulan Maret.
21

10. Program dan kegiatan di dalam Renja SKPD Kabupaten/Kota yang diusulkan untuk
didanai melalui APBD Provinsi dan APBN, dan/atau usulan program/kegiatan
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan DAK. Tembusannya disampaikan oleh SKPD
Kabupaten/Kota kepada SKPD Provinsi dan Kementerian/Lembaga yang sesuai.
11. SKPD Provinsi melakukan pengkajian terhadap usulan program/kegiatan yang
disampaikan SKPD terkait dari kabupaten/kota yang ada di provinsi, selanjutnya dibahas
bersama SKPD-SKPD kabupaten/kota tersebut dalam forum SKPD Provinsi untuk
menentukan kesepakatan prioritas terhadap program/kegiatan yang diusulkan untuk
didanai APBD Provinsi dan/atau APBN.

Tabel 5 kolom 1, 2, 3, 4, 8 sampai dengan 14 memperlihatkan contoh format yang


dapat digunakan untuk menyusun rancangan program dan kegiatan RKPD/Renja SKPD

3.2. Tata Cara Penyusunan


3.2.1. Kegiatan Persiapan:
Kegiatan penyusunan rancangan Renja SKPD dapat dilakukan sebelum Rancangan Awal
RKPD diterima SKPD, atau segera setelah RAPBD tahun sebelumnya disahkan menjadi
APBD (awal Desember).
Langkah-langkah pada Kegiatan Persiapan mencakup:
1. Melakukan identifikasi para pemangku kepentingan
Identifikasi dan seleksi para pemangku kepentingan yang akan dilibatkan sebagai peserta
forum SKPD, dan/atau yang akan dipilih sebagai anggota Tim Penyusun Renja SKPD,
mencakup individu ataupun lembaga yang dinilai kompeten, relevan, dan representative. Jika kegiatan ini telah dilakukan pada waktu penyusunan Renja tahun sebelumnya,
maka pada langkah ini cukup mereview dan melakukan perubahan yang diperlukan
berdasarkan masukan tahun sebelumnya.
2. Pembentukan Tim Penyusun Renja SKPD
Pada langkah ini selain membentuk Tim Penyusun Renja SKPD disarankan pula untuk
menetapkan fasilitator untuk membantu proses pelaksanaan perencanaan partisipatif
yang efektif dan efisien. Tim yang dibentuk diusahakan melibatkan anggota dari unsur
LSM yang memiliki kompetensi dan komitmen. Tim penyusun Renja SKPD, dapat
dibentuk untuk masa waktu beberapa tahun, dan dapat juga sekaligus dirangkap/
merangkap Tim penyusun Renstra SKPD. Jika tim telah terbentuk pada tahun
sebelumnya, maka jika diperlukan dapat direview kembali.
3. Penyiapan Kelembagaan Forum SKPD
Pada langkah ini dilakukan penyiapan kelembagaan forum SKPD yang pesertanya
merupakan perwakilan para para pemangku kepentingan yang memiliki relevansi dan
kompetensi khusus serta punya komitmen dengan SKPD yang bersangkutan. Jika
kelembagaan forum SKPD ini sudah terbentuk, maka tinggal dilanjutkan.
4. Pengisian Formulir (Isian)
Pada langkah ini Tim Penyusun Renja SKPD melakukan konfirmasi terhadap formulir

22

isian/matrik yang disampaikan oleh Kepala Daerah tentang usulan program dan kegiatan
yang diajukan SKPD tahun sebelumnya dalam rangka prakiraan maju serta menyerahkan
formulir isian yang telah dilengkapi dan telah direview kepada Bappeda.
5. Penyusunan Rencana Kerja Tim untuk Penyusunan Renja SKPD
Tim Penyusun Renja SKPD menyusun rencana kerja untuk penyusunan Renja SKPD
serta menyiapkan outline atau daftar isi Renja SKPD dengan lampiran berupa format
kegiatan yang akan dianggarkan. Format kegiatan yang akan dianggarkan tersebut
menggunakan format sesuai ketentuan yang diatur dalam PERMENDAGRI No 59/2007
tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13/2006.
6. Kompilasi Informasi/Konsultasi dengan Kementrian/Lembaga (K/L) Terkait
Tim Penyusun Renja SKPD meminta/mengumpulkan informasi atau berkonsultasi
dengan K/L sehubungan dengan rancangan Renja K/L untuk bidang/sektor terkait di
provinsi dan kabupaten/kota.
7. Kompilasi Informasi/Konsultasi dengan Provinsi Terkait
Tim Penyusun Renja SKPD kabupaten/kota meminta/mengumpulkan informasi atau
berkonsultasi sehubungan dengan rancangan Renja SKPD Provinsi untuk bidang/sektor
terkait.
Tabel 6 memperlihatkan Prototype Daftar Isi Rancangan Renja SKPD

3.2.2. Kegiatan Analisis dan Pengkajian Dokumen:


Merupakan kegiatan pengkajian terhadap dokumen program/kegiatan yang terkait langsung
dengan penyusunan Renja SKPD dalam rangka koordinasi dan sinergi program/kegiatan
SKPD. Kegiatan dapat dilaksanakan sebelum rancangan awal RKPD diterima.
Langkah-langkah pada kegiatan analisis dan pengkajian dokumen ini mencakup:
1. Melakukan Kajian terhadap Rancangan Awal RKP Nasional (dan RKPD Provinsi)
Langkah ini dimaksudkan untuk melihat arahan dan prioritas program/kegiatan yang
terkait SKPD yang bersangkutan.
2. Review RPJM Nasional dan RPJM Provinsi
Melakukan identifikasi arahan dan prioritas RPJM Nasional untuk diakomodasikan dalam
penyusunan Renja SKPD Provinsi. Untuk Renja SKPD Kabupaten/Kota juga perlu
mengidentifikasi arahan dan prioritas RPJM Provinsi atau dari Renja SKPD Provinsi
tahun yang direncanakan (jika telah disusun), untuk diakomodasikan dan disinergikan
dalam penyusunan Renja SKPD Kabupaten/Kota. Jika belum diperoleh informasi untuk
tahun yang direncanakan, maka dapat diidentifikasi dari RKP/RKPD Provinsi tahun lalu.
3. Kajian terhadap RPJM Daerah dan Renstra SKPD
Melakukan evaluasi status capaian kinerja penyelenggaraan urusan wajib/pilihan SKPD
terhadap RPJM Daerah dan program dan kegiatan dalam Renstra SKPD pada tahun
rencana, sesuai Tupoksi SKPD dalam rangka mencapai sasaran hasil pembangunan
tahun rencana
4. Kajian dan Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan SKPD
Melakukan kajian dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan SKPD tahun lalu
dan tahun berjalan, evaluasi pencapaian SPM serta review terhadap kebutuhan pro-

23

gram dan kegiatan yang diusulkan tahun sebelumnya dalam rangka prakiraan maju
pada program/ kegiatan (n + 1)
5. Meminta/menerima Rancangan Awal RKPD secara resmi dari Bappeda
3.2.3. Kegiatan Penyusunan Rancangan Renja SKPD:
Kegiatan ini dilaksanakan setelah SKPD menerima secara resmi dokumen Rancangan Awal
RKPD dari Bappeda.
Langkah-langkah pada kegiatan penyusunan rancangan Renja SKPD mencakup:
1. Mengidentifikasi realisasi target capaian kinerja program dan kegiatan SKPD tahun lalu
dan dibandingkan terhadap sasaran dan target Renstra SKPD dan RPJMD pada tahun
bersangkutan.
2. Merumuskan program/kegiatan pelayanan wajib/pilihan SKPD sesuai skala prioritasnya
untuk pencapaian sasaran dan target Renstra SKPD maupun RPJMD.
3. Mengkaji rancangan awal RKPD program/kegiatan apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan dan lakukan pengecekan apakan program/kegiatan yang merupakan kegiatan
lanjutan dan/atau prioritas SKPD sudah termuat dalam rancangan awal RKPD. Jika
belum termuat, maka perlu diberi catatan penting pada rancangan awal tersebut.
4. Mengidentifikasi program dan kegiatan RKPD yang bersifat lintas SKPD dan memerlukan
koordinasi dalam penyusunan program dan kegiatan.
5. Memasukkan usulan kegiatan hasil Musrenbang Kecamatan yang terkait dengan SKPD
ke dalam rancangan Renja SKPD Kabupaten/Kota, sedangkan untuk rancangan Renja
SKPD Provinsi, dilakukan kajian atas usulan yang disampaikan dari SKPD kabupaten/
kota dengan mempertimbangkan hasil kesepakatan Musrenbang Kabupaten/Kota.
6. Merumuskan perubahan atau revisi atas program dan kegiatan SKPD yang tertulis dalam
RKPD dengan merinci tambahan atau koreksi terhadap rencana kegiatan SKPD yang
tercantum dalam rancangan awal RKPD.
7. Menyiapkan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD untuk mendapatkan
kesepakatan susunan prioritas kegiatan dan program dalam format rencana kerja RKPD
bagi setiap SKPD. Dalam keadaan terdapat kegiatan usulan masyarakat yang mendesak
dan tidak atau belum termasuk dalam salah satu program dan kegiatan RKPD yang
sudah dirancang maka kepala SKPD menambahkan program dan kegiatan tambahan
ke dalam Renja SKPD yang sudah dirancang tersebut. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan besaran pagu indikatif setiap SKPD yang ditentukan dalam
rancangan awal RKPD.
8. Merumuskan kembali usulan program dan kegiatan SKPD untuk tahun yang
direncanakan dalam bentuk rancangan Renja SKPD, dengan memperhatikan prioritas
daerah, kesinambungan program dan kegiatan SKPD serta pagu indikatif yang telah
dicanangkan dalam rancangan awal RKPD. Format usulan memperhatikan format RKASKPD.
9. Rancangan Renja SKPD Provinsi memuat hasil identifikasi program dan kegiatan, dirinci
menurut kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan serta perkiraan alokasi sumber
pendanaan dari APBD kabupaten/kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan
lainnya.

24

10. Rancangan Renja SKPD kabupaten/kota juga memuat hasil identifikasi program dan
kegiatan SKPD Provinsi yang berasal dari RPJM Propinsi dan/atau dari Renja SKPD
Provinsi untuk tahun rencana atau dari prakiraan maju APBD Provinsi tahun sebelumnya.
11. Tembusan rancangan Renja SKPD kabupaten/kota disampaikan kepada SKPD Provinsi
dan Kementerian/Lembaga terkait, khususnya daftar program dan kegiatan prioritas
yang diusulkan untuk ditangani dan/atau dibiayai provinsi dan pemerintah pusat melalui
dana APBN (dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, DAK dan Dana Otsus), dan/
atau APBD Provinsi.
12. Untuk Renja SKPD provinsi, tembusannya disampaikan kepada Kemeterian/Lembaga
terkait, khususnya daftar program dan kegiatan prioritas yang diusulkan untuk ditangani
dan/atau dibiayai pemerintah pusat melalui dana APBN (dana dekonsentrasi, dana tugas
pembantuan, DAK dan Dana Otsus).
Skematis proses penyusunan Rancangan Renja SKPD dapat digambarkan sebagai
berikut :

Review
Renstra
SKPD

Evaluasi Capaian
Kinerja Pelayanan
Wajib/Pilihan
SKPD terhadap
Target Renstra
SKPD

Review
Rancangan
Awal RKPD
Identifikasi Program/
Kegiatan terkait SKPD

Program/Kegiatan
SKPD Berdasarkan
Skala Prioritas

Usulan Hasil
Musrenbang dan
Forum

Bagan 4. Proses Penyusunan Rancangan Renja SKPD

25

Rumusan
Rancangan
Renja SKPD

Identifikasi Program
dan Kegiatan yang
ditangani Pusat

4. PENYUSUNAN RANCANGAN RKPD


Merupakan tahap lanjutan, berupa kajian dan pembahasan atas rancangan Renja SKPD
yang diintegrasikan dengan Rancangan Awal RKPD untuk disperbaiki menjadi Rancangan
RKPD, pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan
dan pertimbangan bagi rancangan RKPD, penyiapan ringkasan Rancangan RKPD sebagai
bahan pembahasan dalam Musrenbang tahunan daerah. Ringkasan rancangan RKPD
Provinsi disampaikan kepada Bappenas, sedangkan ringkasan RKPD Kabupaten/Kota
disampaikan kepada Bappenas dan Bappeda Provinsi sebagai masukan dalam penyusunan
RKP Nasional dan/atau RKPD Provinsi.
Rancangan RKPD merupakan integrasi dan harmonisasi antara rancangan awal RKPD
dengan rancangan Renja setiap SKPD yang telah mendapatkan konfirmasi dan review dari
setiap SKPD.
Penyusunan Rancangan RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan materi
program/kegiatan yang termuat merupakan bahan utama dalam penyelenggaraan
musrenbang tahunan daerah.
4.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan RKPD
Prinsip-prinsip penyusunan Rancangan RKPD mencakup:
1. Merupakan proses tindak lanjut dan kesinambungan dari penyusunan rancangan awal
RKPD dan penyusunan Renja SKPD.
2. Substansi pokok rancangan RKPD meliputi : evaluasi pelaksanaan RKPD tahun
sebelumnya; rancangan kerangka ekonomi daerah; arah kebijakan keuangan daerah;
prioritas dan sasaran pembangunan daerah; rencana program dan kegiatan prioritas
yang dilengkapi dengan pagu indikatif.
3. Menjamin konsistensi program dan kegiatan SKPD terhadap pencapaian visi dan misi
Kepala Daerah dan prioritas pembangunan daerah.
4. Setiap prioritas pembangunan daerah memiliki maksud mencapai sasaran hasil
pembangunan jangka menengah daerah yang terukur dan jelas indikatornya.
5. Menjamin kesinambungan, efisiensi dan efektifitas program/kegiatan yang telah dibangun
pada tahun-tahun sebelumnya.
6. Penyelesaian dokumen Rancangan RKPD paling lambat pada minggu ke-2 bulan
Maret.
4.2. Tata Cara Penyusunan
Tata cara penyusunan Rancangan RKPD adalah sebagai berikut:
1. Bappeda menerima secara resmi naskah rancangan Renja-SKPD yang disampaikan
oleh Kepala SKPD
2. Menilai dan membahas konsistensi rancangan Renja-SKPD dengan SKPD yang
bersangkutan terhadap tugas dan fungsinya, serta terhadap prioritas pembangunan
daerah yang sudah dicanangkan.
3. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan-kegiatan yang merupakan lintas SKPD

26

4.
5.

6.

7.

8.

dan lintas wilayah, khususnya yang terkait dengan penanganan isu strategis daerah,
kemudian memberi catatan agar program/kegiatan tersebut dapat bersinergi.
Mereview kembali besaran program, anggaran yang dibutuhkan, indikator kinerja, dan
target kinerja yang hendak dicapai dari setiap program dan kegiatan.
Mengintegrasikan rancangan Renja-SKPD ke dalam rancangan awal RKPD menjadi
rancangan RKPD, dengan memperhatikan prioritas daerah maupun nasional, prioritas
program dan kegiatan SKPD, serta perkembangan informasi ketersediaan dana
pembangunan.
Melakukan beberapa diskusi kelompok terfokus menurut bidang bahasan dengan
berbagai kalangan para pemangku kepentingan yang relevan dalam rangka memperoleh
masukan dan pertimbangan terhadap draft rancangan RKPD.
Menyelesaikan dokumen rancangan RKPD serta menyiapkan ringkasan (summary) atau
pokok-pokok materi sebagai bahan pembahasan dalam kegiatan musrenbang tahunan
daerah.
Menyampaikan tembusan ringkasan rancangan RKPD kepada Bappenas dan/atau
Bappeda Provinsi sebagai masukan dalam penyusunan RKP Nasional dan/atau RKPD
Provinsi.

5. MUSRENBANG
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RKPD adalah melalui kegiatan musyawarah
perencanaan pembangunan/Musrenbang, forum SKPD/Gabungan SKPD, serta kegiatan
Diskusi Kelompok Terfokus (FGD).
Musrenbang tahunan dan forum SKPD dilaksanakan pada setiap tahun perencanaan yang
penyelenggaraannya merupakan tanggung jawab daerah, dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Kepala Bappeda.
Musrenbang tahunan daerah merupakan forum konsultasi dengan para pemangku
kepentingan pembangunan untuk membahas rencana pembangunan daerah dan
mengalokasikan kegiatan tersebut menurut prioritasnya kepada pihak yang berwenang atau
bertanggungjawab pada kegiatan tersebut, maupun pihak-pihak yang berkomitmen untuk
melaksanakannya, dibawah koordinasi Kepala Bappeda. Agar dalam pelaksanaan
musrenbang dapat menghasilkan keluaran yang optimal serta menjamin keterlibatan
masyarakat yang lebih intensif, maka dalam setiap tahapan musrenbang dari mulai persiapan
sampai dengan paska musrenbang perlu difasilitasi oleh fasilitator yang memadai.
Musrenbang tahunan atau musrenbang RKPD dan forum SKPD juga berfungsi untuk
menjembatani kepentingan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
kepentingan masyarakat (top-down dan bottom-up approach), serta mendapatkan komitmen/
kesepakatan para pemangku kepentingan untuk penyempurnaan rencana kerja
pembangunan daerah untuk tahun yang direncanakan.
Panyelenggaraan musrenbang tahunan daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari
musrenbang desa/kelurahan, musrenbang kecamatan, forum SKPD atau forum gabungan
SKPD Kabupaten/Kota, Musrenbang Kabupaten/Kota, Forum SKPD atau Gabungan SKPD

27

Provinsi, dan Musrenbang Provinsi. Hasil Musrenbang Kabupaten/Kota sendiri menjadi


masukan bagi provinsi dan pusat untuk bahan musrenbang provinsi, musrenbang pusat
dan musrenbang nasional maupun dalam rangka penyusunan rancangan akhir RKPD.
Penyelenggaraan musrenbang desa/kelurahan, musrenbang kecamatan, forum SKPD atau
gabungan SKPD dan musrenbang kabupaten/kota dikoordinasikan dan difasilitasi oleh
Bappeda Kabupaten/Kota yang pendanaannya dibebankan pada APBD Kabupaten /Kota,
sedangkan forum SKPD/gabungan SKPD dan musrenbang provinsi dibebankan pada APBD
Provinsi.
Keseluruhan penyelenggaraan musrenbang tahunan yang berjenjang mulai dari tingkat desa
sampai dengan tingkat nasional, dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
1) Musrenbang Desa/Kelurahan; dilaksanakan sepanjang bulan Januari, dan paling lambat
akhir bulan Januari seluruh desa/kelurahan telah melaksanakannya.
2) Musrenbang Kecamatan; dilaksanakan sekitar bulan Februari, dan paling lambat akhir
minggu ke-3 bulan Februari seluruh kecamatan sudah selesai melaksanakan
musrenbang kecamatan.
3) Forum SKPD/Gabungan SKPD Kabupaten/kota; dilaksanakan antara minggu ke-2
Februari sampai dengan akhir minggu ke-1 bulan Maret.
4) Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret.
5) Musrenbang Pusat (Musrenbangpus) dilaksanakan pada akhir bulan Maret.
6) Forum SKPD/Gabungan SKPD Provinsi dilaksanakan paling lambat minggu ke-2 bulan
Maret.
7) Musrenbang Provinsi dilaksanakan paling lambat akhir bulan Maret.
8) Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada akhir bulan April.
Musrenbang harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Inklusif. Memastikan keterlibatan dan keterwakilan para pemangku kepentingan.
2. Relevan. Melibatkan para pemangku kepentingan yang relevan yaitu yang memiliki
kepedulian, kompetensi serta peranan (termasuk pengaruh) dalam proses pemecahan
permasalahan penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
3. Sensitif gender. Memastikan bahwa baik laki-laki maupun perempuan mempunyai akses
yang sama pada pengambilan keputusan perencanaan daerah
4. Partisipatif dan interaktif; proses pembahasan melibatkan seluruh para pemangku
kepentingan secara seimbang, baik dalam penyampaian informasi, analisis, interpretasi
informasi, dan pengembangan kesepakatan untuk pengambilan keputusan.
5.1. Musrenbang Desa/Kelurahan
Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan forum musyawarah tahunan para pemangku
kepentingan tingkat desa/kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran
berikutnya. Penyelenggaraan musrenbang desa/ kelurahan menjadi tanggung jawab kepala
desa/lurah, dan difasilitasi/disupervisi oleh camat yang bersangkutan di bawah koordinasi
kepala Bappeda.

28

Prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang Desa/kelurahan:


1. Musrenbangdes/kel ditujukan untuk membahas seluruh rencana kegiatan pembangunan
di wilayah desa/kelurahan untuk tahun rencana yang pendanaannya berasal dari
berbagai sumber (PADes, ADD/dana bagi hasil, Bantuan desa/kelurahan, PPK/P2KP,
swadaya masyarakat, dan sumber dana lainnya).
2. Untuk menjamin pemahaman dan kajian mendalam, maka bahan/materi musrenbang
desa/kelurahan sudah dibagikan bersamaan ketika mengantarkan surat undangan
kepada peserta yang memiliki kompetensi memadai.
3. Peserta mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengkaji, mendiskusikan,
mengusulkan dan mengambil kesepakatan bersama terhadap rumusan hasil
musrenbang desa/kelurahan.
4. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbang desa/kelurahan, serta melibatkan
narasumber yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
5. Adanya kejelasan informasi dari Pemda Kabupaten/Kota tentang indikasi Alokasi Dana
Desa yang akan diberikan kepada desa untuk tahun anggaran direncanakan serta
sumber pendanaan program/kegiatan lainnya.
6. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan desa/kelurahan
dan urutan faktor penyebabnya
7. Adanya kesepakatan urutan prioritas fungsi/urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
untuk menangani isu/permasalahan pembangunan desa/kelurahan
8. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana
pembangunan jangka menengah desa/kelurahan (RPJMdes/RPJMkel).
9. Keluaran musrenbang desa/kelurahan berupa :
a. Daftar prioritas kegiatan pembangunan skala desa/kelurahan dengan tolok ukur
capaian kinerjanya, yang akan didanai melalui dana bagi hasil/Alokasi Dana Desa,
bantuan keuangan desa/kelurahan, dana swadaya masyarakat, dan sumber dana
program/ kegiatan lainnya.
b. Daftar prioritas kegiatan pembangunan lengkap dengan tolok ukur capaian kinerjanya
yang diusulkan untuk dilaksanakan melalui SKPD dan/atau kecamatan, namun masih
akan dibahas dalam musrenbang kecamatan dan/atau forum SKPD dan musrenbang
kabupaten/kota.
c. Daftar nama delegasi untuk mengikuti musrenbang kecamatan
d. Berita Acara Musrenbang Desa/Kelurahan
10. Paling lambat pada akhir bulan Januari seluruh desa dan kelurahan telah selesai
melaksanakan musrenbang desa/kelurahan.
5.2. Musrenbang Kecamatan
Musrenbang kecamatan merupakan forum musyawarah pembangunan bersama para
pemangku kepentingan tingkat kecamatan. Penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab
Camat yang bersangkutan dan dikoordinasikan oleh Kepala Bappeda Kabupaten/Kota.

29

Prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan:


1. Sasaran musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan didasarkan atas prinsip-prinsip
transparansi, demokratis/partisipatif, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, fokus serta
mengarah pada pemecahan masalah dengan kebersamaan.
2. Pelaksanaan musrenbang kecamatan perlu dipandu oleh fasilitator kecamatan yang
memahami teknik-teknik fasilitasi dan mengerti tentang mekanisme perencanaan
pembangunan di daerah.
3. Peserta musrenbang kecamatan sekurang-kurangnya terdiri atas: delegasi hasil
musrenbang desa/kelurahan, institusi/lembaga/organisasi masyarakat tingkat
kecamatan; pengusaha/ asosiasi dan lembaga pendidikan yang ada di kecamatan
tersebut, serta tokoh-tokoh masyarakat kecamatan setempat.
4. Setiap peserta memperoleh bahan/materi yang lengkap, serta mempunyai kesempatan
yang sama untuk menyampaikan pemikiran dan gagasannya terhadap materi bahasan.
5. Narasumber meliputi Bappeda, perwakilan SKPD kabupaten/kota, kepala-kepala cabang
SKPD dan kepala unit pelayanan di kecamatan, anggota DPRD yang berasal dari daerah
pemilihan kecamatan bersangkutan, camat, aparat kecamatan dan para ahli/profesional
yang dibutuhkan.
6. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbang kecamatan.
7. Pokok bahasan dalam musrenbang kecamatan adalah mensinergikan hasil musrenbang
desa/kelurahan tentang usulan daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan melalui SKPD dan/atau kecamatan, serta rancangan kerja pembangunan
kecamatan.
8. Rumusan kesepakatan prioritas program dan kegiatan yang direncanakan harus terukur
dan jelas indikator kinerjanya.
9. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan kecamatan dan
urutan faktor penyebabnya
10. Adanya kesepakatan urutan prioritas fungsi/urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
untuk menangani isu/permasalahan pembangunan kecamatan
11. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
12. Keluaran musrenbang kecamatan meliputi :
a. Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan menurut fungsi/SKPD
yang siap dibahas pada forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/Kota, yang
diusulkan untuk didanai melalui APBD Kabupaten /Kota maupun sumber pendanaan
lainnya.
b. Daftar delegasi kecamatan untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/
Kota.
c. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan
13. Adanya sosialisasi kembali oleh delegasi desa/kelurahan kepada masyarakat yang
diwakilinya tentang hasil musrenbang kecamatan, sehingga masyarakat dapat
mengetahui apa yang disepakati dan apa yang tidak disepakati di tingkat kecamatan.
14. Paling lambat pada minggu ke-3 bulan Februari seluruh kecamatan telah selesai
melaksanakan musrenbang kecamatan.

30

5.3. Forum SKPD/Gabungan SKPD Kabupaten/Kota


Merupakan wahana pembahasan dan konsolidasi program/kegiatan untuk memperoleh
kesepakatan bersama mengenai program/kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun
yang direncanakan termasuk prioritas dan cara penanganannya, dengan cara membahas
dan mensinergikan antara prioritas kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan
dengan rancangan Renja SKPD yang bersumber dari Renstra SKPD.
Pada dasarnya setiap SKPD perlu mempunyai forum diskusi masing-masing, namun jika
belum memungkinkan, maka beberapa SKPD yang bidang tugasnya saling mempunyai
keterkaitan erat dapat juga membentuk forum gabungan SKPD.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan forum SKPD/gabungan SKPD Kabupaten/Kota:
1. Forum SKPD/gabungan SKPD merupakan forum pembahasan strategis yang
mempertemukan pendekatan teknokratis dan top-down dengan pendekatan partisipatif
dan bottom-up.
2. Forum SKPD/gabungan SKPD membahas daftar prioritas kegiatan pembangunan di
wilayah kecamatan menurut fungsi/SKPD atau gabungan SKPD, yang akan didanai
melalui APBD Kabupaten/Kota maupun sumber pendanaan lainnya.
3. Peserta terdiri dari para delegasi kecamatan, perwakilan institusi/organisasi/ perguruan
tinggi atau kelompok masyarakat tingkat kabupaten/kota yang terkait langsung dengan
fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang bersangkutan, serta anggota forum SKPD.
4. Narasumber meliputi kepala SKPD kabupaten/kota, kepala dan para pejabat Bappeda,
anggota DPRD dari komisi pasangan kerja masing-masing SKPD, ahli/profesional baik
yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi.
5. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil Forum SKPD.
6. Forum SKPD dapat digunakan DPRD baik secara perorangan maupun atas nama komisi
terkait untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran hasil kegiatan reses dan usulan program dan kegiatannya dalam forum SKPD/ gabungan SKPD untuk dibahas dan
memperoleh kesepakatan bersama.
7. Keluaran forum SKPD/gabungan SKPD Kabupaten/Kota, meliputi:
a. Rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum-SKPD yang memuat kerangka
regulasi dan kerangka anggaran SKPD.
b. Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan APBD setempat,
APBD Provinsi maupun APBN yang termuat dalam rancangan Renja-SKPD disusun
menurut kecamatan dan desa. Selanjutnya, hasil kesepakatan prioritas kegiatan per
kecamatan disampaikan kepada masing-masing kecamatan oleh para delegasi
kecamatan.
c. Terpilihnya delegasi SKPD yang berasal dari organisasi dan/atau kelompok-kelompok
masyarakat untuk mengikuti musrenbang daerah kabupaten/kota.
8. Penyelenggaraan Forum SKPD/gabungan SKPD paling lambat pada minggu ke-1 bulan
Maret telah selesai dilaksanakan seluruhnya.

31

5.4. Musrenbang Kabupaten/Kota


Musrenbang kabupaten/kota adalah musyawarah para pemangku kepentingan di tingkat
kabupaten/kota untuk mematangkan rancangan RKPD kabupaten/kota berdasarkan RenjaSKPD hasil forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD
yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran rancangan RKPD.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang Kabupaten/Kota:
1. Musrenbang kabupaten/kota memperhatikan hasil pembahasan forum SKPD atau forum gabungan SKPD, hasil musrenbang kecamatan, RPJMD atau Renstra Daerah (bagi
daerah yang belum melakukan Pilkada), hasil evaluasi kinerja pembangunan tahun
berjalan dan masukan dari para peserta.
2. Hasil musrenbang kabupaten/kota adalah prioritas kegiatan yang dipilah menurut sumber
pendanaan dari APBD setempat, APBD Provinsi dan APBN sebagai bahan pemutakhiran
rancangan RKPD Kabupaten/Kota untuk menjadi dasar dan rujukan utama dalam
penyusunan anggaran tahunan (RAPBD).
3. Peserta musrenbang kabupaten/kota adalah delegasi dari musrenbang kecamatan,
delegasi dari forum SKPD/gabungan SKPD dan perwakilan institusi/organisasi/
perguruan tinggi yang bekerja di kabupaten/kota.
4. Narasumber terdiri atas: SKPD kabupaten/kota, DPRD, Perguruan Tinggi, perwakilan
Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Anggaran Eksekutif maupun Panitia
Anggaran DPRD.
5. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbang kabupaten/kota.
6. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan kabupaten/kota
dan urutan faktor penyebabnya
7. Adanya kesepakatan urutan prioritas fungsi/urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
untuk menangani isu/permasalahan pembangunan kabupaten/kota
8. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
9. Keluaran dari pelaksanaan musrenbang kabupaten/kota adalah kesepakatan tentang
rumusan yang menjadi masukan utama untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan
rancangan Renja-SKPD, yang meliputi:
a) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan pagu indikatif menurut fungsi/
SKPD.
b) Daftar kegiatan prioritas dengan tolok ukur capaian kinerjanya yang sudah dipilah menurut
sumber pembiayaan dari APBD kabupaten/kota, APBD Provinsi, APBN, dan sumber
pendanaan lainnya.
c) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan/
atau Pusat.
d) Rancangan belanja bagi hasil pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota,
serta indikasi belanja bantuan keuangan pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan kepada pemerintahan desa (untuk RKPD Provinsi).
e) Rancangan belanja bagi hasil pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa serta
indikasi bantuan keuangan pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa (untuk
RKPD Kabupaten/Kota).

32

f)

Daftar delegasi musrenbang kabupaten/kota untuk mengikuti proses penyusunan APBD


dan proses musrenbang provinsi.
g) Berita Acara pelaksanaan musrenbang kabupaten/kota.
10. Paling lambat pada akhir bulan Maret, musrenbang kabupaten/kota sudah selesai
dilaksanakan.

5.5. Forum SKPD/Gabungan SKPD Provinsi


Merupakan wahana pembahasan dan konsolidasi untuk memperoleh kesepakatan bersama
mengenai program/kegiatan yang akan dilaksanakan oleh SKPD Provinsi pada tahun yang
direncanakan termasuk prioritas dan cara penanganannya, dengan cara membahas dan
mensinergikan antara prioritas kegiatan pembangunan hasil forum musrenbang kabupaten/
kota dengan rancangan renja SKPD Provinsi yang bersumber dari Renstra SKPD Provinsi.
Setiap SKPD perlu memiliki forum diskusi masing-masing, namun dapat pula membentuk
forum gabungan SKPD untuk beberapa SKPD yang bidang tugasnya mempunyai saling
keterkaitan erat.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan Forum SKPD/gabungan SKPD Provinsi:
1. Merupakan forum pembahasan strategis yang mempertemukan pendekatan teknokratis
dan top-down dengan pendekatan partisipatif dan bottom-up.
2. Membahas daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah provinsi menurut fungsi/
SKPD atau gabungan SKPD, yang akan didanai melalui APBD Provinsi, APBN maupun
sumber pendanaan lainnya.
3. Peserta terdiri dari para delegasi kabupaten/kota, SKPD kabupaten/kota terkait seprovinsi, perwakilan institusi/organisasi/perguruan tinggi tingkat provinsi yang terkait
langsung dengan fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang bersangkutan, serta anggota
forum SKPD.
4. Narasumber meliputi kepala SKPD provinsi, kepala/pejabat Bappeda, anggota DPRD
dari komisi pasangan kerja masing-masing SKPD, para ahli/ profesional baik yang berasal
dari kalangan praktisi maupun akademisi.
5. Forum SKPD dapat digunakan DPRD baik secara perorangan maupun atas nama komisi
terkait untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran hasil kegiatan reses dan usulan program dan kegiatannya dalam forum SKPD/gabungan SKPD untuk dibahas dan
memperoleh kesepakatan bersama.
6. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil forum SKPD/gabungan SKPD provinsi.
7. Keluaran forum SKPD/gabungan SKPD provinsi, meliputi :
a. Rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil forum-SKPD yang memuat kerangka regulasi
dan kerangka anggaran SKPD.
b. Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan APBD Provinsi maupun
APBN yang termuat dalam rancangan Renja-SKPD
7. Penyelenggaraan forum SKPD/gabungan SKPD provinsi paling lambat pada minggu
ke-2 bulan Maret sudah selesai dilaksanakan seluruhnya.

33

5.6. Musrenbang Provinsi


Musrenbang provinsi adalah musyawarah pemangku kepentingan di tingkat provinsi untuk
menyempurnakan rancangan RKPD provinsi berdasarkan masukan hasil forum SKPD
Provinsi dan hasil musrenbang kabupaten/kota.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang Provinsi:
1. Musrenbang provinsi membahas kesepakatan bersama prioritas program/kegiatan
provinsi dengan memperhatikan hasil forum SKPD atau forum gabungan SKPD provinsi,
hasil musrenbang kabupaten/kota, RPJMD/ Renstra Daerah Provinsi, hasil evaluasi
kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta.
2. Peserta musrenbang adalah para delegasi kabupaten/kota, para kepala Bappeda dan
perwakilan sekda kabupaten/kota se-provinsi, perwakilan institusi/ organisasi/ perguruan
tinggi tingkat provinsi, dan anggota forum SKPD atau gabungan SKPD.
3. Narasumber terdiri atas: Kepala Bappeda dan para kepala SKPD provinsi, DPRD,
Perguruan Tinggi, perwakilan Kementerian/Lembaga pusat, Tim Penyusun RKPD, Tim
Anggaran Eksekutif maupun Panitia Anggaran DPRD.
4. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu
pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbang provinsi.
5. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan provinsi dan
urutan faktor penyebabnya
6. Adanya kesepakatan urutan prioritas fungsi/urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
untuk menangani isu/permasalahan pembangunan provinsi
7. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD Provinsi).
8. Keluaran musrenbang berupa kesepakatan rumusan yang menjadi masukan utama
untuk memutakhirkan rancangan RKPD dan rancangan Renja-SKPD, yang meliputi:
a) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan, dan pagu indikatif menurut fungsi/
SKPD.
b) Daftar kegiatan prioritas dengan tolok ukur capaian kinerjanya yang sudah dipilah
menurut sumber pembiayaan APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya.
c) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Provinsi dan/atau Pusat.
d) Rancangan belanja bagi hasil dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/
kota.
e) Rancangan bantuan keuangan provinsi untukpemerintah kabupaten/kota dan untuk
pemerintah desa.
f) Daftar delegasi musrenbang provinsi untuk mengikuti proses penyusunan APBD
Provinsi
g) Berita Acara pelaksanaan musrenbang provinsi.
9. Paling lambat pada akhir bulan April, musrenbang provinsi sudah selesai dilaksanakan.
5.7. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion/FGD)
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RKPD/Renja SKPD juga dilakukan melalui
serangkaian Diskusi Kelompok Terfokus (FGD/ Focus Group Discussion). Diskusi kelompok

34

terfokus bertujuan untuk mempertajam substansi Rancangan RKPD/Renja SKPD


berdasarkan analisis dan kesepakatan para pemangku kepentingan yang ahli/berpengaruh.
Pelaksanaan FGD menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu pembahasan
dan penyepakatan hasil FGD.
6. PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RKPD
Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan atas Rancangan RKPD berdasarkan hasil
kesepakatan dalam Musrenbang tahunan daerah dengan tetap mengacu pada rancangan
RKP, sedangkan untuk RKPD Kabupaten/Kota juga memperhatikan rancangan RKPD
Provinsi.
Penyusunan rancangan akhir RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda dengan
masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Tahunan Daerah untuk disampaikan kepada
Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
6.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Rancangan Akhir RKPD
Prinsip-prinsip penyusunan Rancangan Akhir RKPD meliputi:
1. Rancangan akhir RKPD wajib mengakomodasikan hasil-hasil kesepakatan musrenbang
RKPD.
2. Dalam rancangan akhir RKPD tidak diperkenankan memasukkan program/kegiatan baru
yang tidak melalui proses musrenbang, kecuali apabila setelah pelaksanaan musrenbang
RKPD kemudian muncul kebutuhan program/kegiatan baru yang bersifat darurat,
misalnya karena ada bencana alam, wabah, atau kerusuhan yang perlu segera ditangani.
Untuk itu, maka perlu didiskusikan dan mendapat kesepakatan dengan delegasi
musrenbang.
3. Rancangan Akhir RKPD merupakan dokumen final RKPD yang telah mengalami
serangkaian proses sinergitas dan harmonisasi berbagai pendekatan perencanaan
(teknokratis, politis, demokratis/patisipatif, bottom-up dan top-down).
4. Dokumen rancangan akhir yang kemudian ditetapkan menjadi PERKADA merupakan
dokumen acuan dalam perumusan Kebijakan Umum APBD dan penetapan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (KUA dan PPAS), serta dalam penyusunan RAPBD.
5. Rancangan Akhir RKPD ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah, paling lambat
pada akhir bulan Mei.
6. Nota kesepakatan KUA dan PPAS merupakan acuan bagi kepala daerah dalam
menyusun pedoman penyusunan RKA-SKPD dan penyusunan RAPBD.
6.2. Tata Cara Penyusunan Rancangan Akhir RKPD
Tata cara penyusunan Rancangan Akhir RKPD adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rancangan akhir RKPD Provinsi memuat kesepakatan hasil Musrenbang
tahunan daerah dan memperhatikan rancangan RKP, sedangkan untuk RKPD
kabupaten/kota harus memperhatikan juga rancangan RKPD Provinsi, khususnya

35

tentang program dan kegiatan K/L serta program dan kegiatan provinsi yang akan
dilaksanakan di kabupaten/kota.
2. Menyusun naskah rancangan peraturan kepala daerah tentang RKPD dibantu oleh
kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
3. Menyampaikan rancangan akhir RKPD beserta naskah Perkada dan naskah
kesepakatan hasil Musrenbang Tahunan Daerah kepada Kepala Daerah.
4. Menginformasikan secara luas rancangan akhir RKPD kepada masyarakat melalui media
resmi pemerintah daerah
7. PENYUSUNAN RENJA SKPD
Renja SKPD merupakan penyempurnaan dari rancangan Renja SKPD yang berisikan program dan kegiatan yang telah disepakati melalui pembahasan forum SKPD/gabungan SKPD
dan musrenbang kabupaten/kota untuk dilaksanakan oleh masing-masing SKPD pada tahun
yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang
pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam Renja SKPD
bersifat definitif.
Penyempurnaan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD
yang proses penyusunannya mengacu pada dokumen RKPD yang telah ditetapkan menjadi
Peraturan Kepala Daerah.
7.1. Prinsip-prinsip Penyusunan Renja SKPD
Prinsip-prinsip penyusunan Renja SKPD adalah sebagai berikut:
1. Mengacu pada RKPD yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah dan
perlu dipastikan secara resmi bahwa RKPD yang diterima masing-masing kepala SKPD
adalah dokumen resmi yang disampaikan oleh Kepala Daerah melalui bagian hukum;
2. Substansi Renja SKPD merupakan perbaikan dari materi Rancangan Renja SKPD yang
disesuaikan dengan Perkada RKPD;
3. Program dan kegiatan dirinci menurut sumber pendanaan yang diusulkan (APBD
Kabupaten/kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber lainnya);
4. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur kinerja keluaran, target
capaian program/kegiatan, target keluaran kegiatan pada n dan pada n+1, biaya satuan
per keluaran kegiatan pada n dan n+1, dan total dana yang diperlukan kegiatan pada n
dan n+1.
5. Renja SKPD merupakan dokumen resmi program dan kegiatan SKPD yang akan
dilaksanakan dalam tahun rencana dan merupakan acuan dalam penyusunan RKASKPD setelah memperhatikan nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
6. Renja SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD paling lambat sebelum
pembahasan Kerangka Umum APBD dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
(atau sekitar akhir bulan Mei). Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD dapat
juga menjadi dokumen pelengkap dalam kerjasama pembangunan antar daerah atau
antar SKPD.

36

7.2. Tata Cara Penyusunan Renja SKPD


Tata cara penyusunan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Menyempurnakan rancangan Renja SKPD menjadi Renja SKPD berpedoman pada
Perkada RKPD serta memperhatikan Renja K/L. Untuk Renja SKPD kabupaten/kota
memperhatikan juga RKPD Provinsi dan Renja SKPD Provinsi;
2. Memasukkan informasi judul kegiatan, kodefikasi, prakiraan maju, tolok ukur dan target
kinerja masukan, keluaran, dan hasil program dan prioritas kegiatan kedalam formatformat RKA-SKPD;
3. Menyusun prakiraan maju berdasarkan perhitungan biaya satuan per keluaran kegiatan
(Activity Based Cost) dan dengan memperhatikan target capaian keluaran kegiatan
pada tahun n dan tahun n+1.
4. Menyerahkan rancangan akhir Renja SKPD kepada Kepala Daerah, melalui Kepala
Bappeda;

Tabel 7 memperlihatkan contoh penyusunan prakiraan maju berdasarkan perhitungan


biaya satuan per keluaran kegiatan (Activity Based Cost)

8. PENYIAPAN DAN PENETAPAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG


RKPD DAN PERATURAN KEPALA SKPD TENTANG RENJA SKPD
Pada tahap ini dilakukan penyiapan dan penetapan peraturan Kepala Daerah tentang RKPD
serta penyiapan dan penetapan peraturan Kepala SKPD untuk Renja SKPD, sehingga
dokumen RKPD menjadi dokumen resmi yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan
Renja SKPD maupun kelanjutannya dalam proses penyusunan APBD, demikian pula
dokumen Renja SKPD menjadi dokumen resmi sebagai rujukan dalam penyusunan RKASKPD.
8.1. Penyiapan dan Penetapan PERKADA
Prinsip-prinsip Perkada RKPD adalah sbb:
1. Substansi Perkada adalah rancangan akhir RKPD
2. Naskah Perkada mengacu pada ketentuan teknis dan legislasi yang berlaku.
3. Perkada RKPD adalah dokumen resmi yang menjadi acuan penyempurnaan rancangan
renja SKPD dan pedoman dalam penyusunan KUA, PPAS dan RAPBD
Dalam penyiapan dan penetapan Perkada tentang RKPD, langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Daerah menerima secara resmi naskah Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD
2. Kepala Daerah melakukan pengecekan atas substansi dan kebijakan pembangunan
yang akan diterapkan pada tahun rencana;
3. Kepala Daerah melakukan pengecekan atas kesesuaian rancangan akhir RKPD dengan
Berita Acara hasil musrenbang provinsi/kabupaten/kota.
4. Kepala Daerah memberikan pengantar dan arahan menggunakan RKPD;

37

5. Kepala Daerah menandatangani dan menyerahkan naskah kepada SKPD yang


bertanggungjawab di bidang hukum untuk disebarluaskan kepada SKPD melalui
Sekretariat Daerah.
6. Kepala daerah membentuk TAPD dengan memasukkan perwakilan delegasi
musrenbang povinsi/kabupaten/kota sebagai mitra kerja TAPD.
Kegiatan tindak lanjut pasca ditetapkannya RKPD dengan Peraturan Kepala Daerah
mencakup:
1. Perwakilan delegasi musrenbang provinsi/kabupaten/kota membantu TAPD dalam
mempersiapkan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan penyusunan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), untuk dibahas bersama DPRD;
2. Pembahasan bersama KUA dan PPAS diikuti oleh perwakilan delegasi musrenbang.
8.2. Penyiapan dan Penetapan PERKA SKPD
Supaya Renja SKPD menjadi dokumen resmi yang digunakan sebagai salah satu rujukan
dalam penyusunan RKA-SKPD, maka Renja SKPD perlu ditetapkan dengan Peraturan
Kepala SKPD.
Prinsip-prinsip Perka SKPD tentang Renja SKPD adalah sebagai berikut:
1. Substansi Perka adalah Renja SKPD
2. Naskah Perka mengacu pada ketentuan teknis dan legislasi yang berlaku.
3. Perka SKPD adalah dokumen resmi yang menjadi acuan penyelenggaraan program
dan kegiatan SKPD pada tahun rencana dan pedoman dalam penyusunan RKA-SKPD
Langkah-langkah dalam penyiapan dan penyusunan Perka SKPD adalah sebagai berikut:
1. SKPD menyusun naskah rancngan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD dibantu
atau berkonsultasi dengan Kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
tugas dan fungsi hukum
2. Bila diperlukan melakukan konsultasi naskah rancangan Peraturan Kepala SKPD tentang
Renja SKPD kepada Bappeda dan Sekretaris Daerah
3. Menerbitkan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD;
4. Menyampaikan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD, beserta naskah
kesepakatan hasil Forum SKPD kepada Kepala Daerah melalui Bappeda
9. PENGINTEGRASIAN RKPD KE DALAM PROSES PENGANGGARAN DAERAH
Pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran tahunan daerah dilakukan melalui
3 (tiga) hal, yaitu: penyusunan KUA dan PPAS, penyusunan RKA-SKPD, dan penyusunan
RAPBD.
Penyusunan KUA dan PPAS, serta penyusunan RKA-SKPD memiliki fungsi penting dan
sangat fundamental karena menjembatani proses penerjemahan rencana ke dalam
penganggaran yang disusun untuk memastikan bahwa kesepakatan para pemangku
kepentingan atas tujuan, sasaran, dan target perencanaan dapat direalisasikan. Oleh karena
itu sangat perlu diperhatikan konsistensi dokumen perencanaan seperti RKPD dan Renja
SKPD dengan KUA, PPAS, dan RKA SKPD.

38

Uraian pada tahap ini lebih ditujukan untuk menjelaskan hal-hal pokok/esensial dan prinsipprinsip penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD serta penyusunan RAPBD.
9.1. Penyusunan KUA dan PPAS
Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta rancangan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) merupakan tanggung jawab Kepala Daerah yang dalam
penyusunannya dibantu oleh TAPD. Penyusunan rancangan KUA dan PPAS mengacu pada
Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan berpedoman pada Pedoman penyusunan
APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Prinsip-prinsip penyusunan KUA dan PPAS adalah sebagai berikut:
1. Rancangan KUA disusun mengacu pada dokumen RKPD
2. Rancangan KUA berisikan antara lain:
a. Latar belakang penyusunan KUA, tujuan penyusunan KUA dan Dasar hukum KUA.
b. Kerangka Ekonomi Makro Daerah, yang menguraikan perkembangkann indikator
ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya dan rencana target ekonomi makro
pada tahun perencanaan.
c. Asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD yang mengacu pada asumsi dasar
yang digunakan APBN, laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya.
d. Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan daerah
e. Format KUA diatur dalam Permendagri 59/2007
3. Rancangan PPAS disusun secara simultan dengan penyusunan KUA.
4. PPAS memuat substansi tentang latar belakang dan tujuan penyusunan PPAS, Rencana
pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah, prioritas belanja daerah, serta plafon
anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan program/kegiatan.
5. Rancangan KUA dan PPAS tersebut disampaikan kepada DPRD untuk dibahas bersama.
6. Rancangan KUA dan PPAS dibahas bersama Pemda dengan DPRD
7. Pembahasan PPAS melalui langkah-langkah berikut :
a. Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan.
b. Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan
c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program
8. Pembahasan KUA dan PPAS paling lambat dilaksanakan pada minggu kedua bulan
Juli, yang setelah disepakati, kemudian dituangkan dalam Nota Kesepakatan Bersama
Pemerintah dengan DPRD.
9.2. Penyusunan RKA SKPD
RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja program, dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan
sebagai dasar penyusunan APBD.
RKA SKPD disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kepala SKPD dibantu tim penyusun Renja SKPD menyusun RKA-SKPD mengacu pada
pedoman penyusunan RKA-SKPD yang ditetapkan Kepala Daerah termasuk lampirannya

39

yang mencakup KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar
belanja, standar satuan harga, serta mempertimbangkan standar pelayanan minimal
(SPM)
2. RKA SKPD yang disusun menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kinerja.
3. RKA-SKPD berisikan :
Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan SKPD;
Rincian anggaran pendapatan SKPD ;
Rincian anggaran biaya tidak langsung SKPD (periodik atau non kegiatan);
Rekapitulasi rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD
untuk tahun rencana dan tahun berikutnya (n+1);
Rincian penerimaan pembiayaan daerah;
Rincian pengeluaran pembiayaan daerah;
Uraian lebih lengkap serta format yang digunakan diatur di dalam Permendagri 59/2007
9.3. Penyusunan RAPBD
Penyusunan RAPBD merupakan tahap akhir dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, yang disusun bersama TAPD dengan Panitia Anggaran
DPRD sebagai bahan pembahasan paripurna DPRD untuk ditetapkan dalam Peraturan
Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan daerah untuk tahun yang
direncanakan.

40

TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD


(PROTOTYPE)

41

42

BAGIAN C: TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD


(PROTOTYPE)

KPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, kebijakan keuangan daerah,
prioritas pembangunan daerah, serta rencana kerja dan pendanaan. Penyusunan RKPD
juga mengacu pada RKP Nasional, terutama dalam sinkronisasi dan sinergitas program
dan kegiatan antara pembangunan nasional dengan pembangunan daerah.
Adapun sistimatika/susunan serta garis besar isi dari dokumen RKPD dapat diuraikan
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD, kedudukan
RKPD tahun rencana dalam periode dokumen dokumen RPJMD, keterkaitan antara dokumen
RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindaklanjutnya dengan
proses penyusunan RAPBD.
1.2. Landasan Hukum
Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD,
baik yang berskala nasional, maupun lokal. Dalam hal ini kalau di daerah telah diterbitkan
Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah yang mengatur tentang perencanaan dan
penganggaran ataupun tentang tata cara penyusunan dokumen perencanaan dan
pelaksanaan musrenbang, perlu dicantumkan. Pada subbab ini tidak perlu semua peraturanperundangan dicantumkan, melainkan cukup pada peraturan-perundangan yang memuat
ketentuan secara langsung terkait dengan penyusunan RKPD
1.3. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan maksud dan tujuan penyusunan RKPD tahun rencana dalam kaitannya dengan
dokumen RPJMD dan isu strategis serta kaitannya dengan Visi dan Misi Kepala Daerah.
1.4. Sistimatika Dokumen RKPD
Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD terkait dengan pengaturan bab
serta garis besar isi setiap bab di dalamnya.
BAB II. EVALUASI HASIL KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
2.1. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah

43

Mendeskripsikan kedudukan program dan kegiatan tahun rencana dalam rangka pencapaian
visi dan misi pembangunan daerah jangka menengah sebagaimana tertuang dalam RPJMD.
2.2. Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah
Mengemukakan tentang status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah
berdasarkan indikator-indikator makro pembangunan daerah dan penyelenggaraan urusan
wajib/pilihan pemerintahan daerah. Hal ini dilakukan untuk:
1) Mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai terhadap target kinerja yang
diharapkan menurut RPJMD, target pembangunan nasional (RPJM Nasional) maupun
sektoral (Renstra K/L)
2) Mengetahui kendala dan tingkat pemanfaatan potensi yang ada
3) Menentukan langkah-langkah atau kebijakan yang diperlukan
Tabel 8 memperlihatkan contoh format evaluasi status dan kedudukan pencapaian
kinerja pembangunan provinsi/kabupaten/kota

Di dalam bagian referensi dari pedoman ini, diberikan contoh indikator-indikator kinerja yang
dapat juga digunakan oleh pemerintah daerah sebagai acuan untuk mengevaluasi kinerja
pembangunan daerah.
2.3. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu
Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah
tahun lalu. Evaluasi meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut
kategori urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah, menyangkut realisasi capaian target
kinerja keluaran kegiatan dan realisasi target capaian kinerja program tahun lalu terhadap
RPJMD.
Evaluasi mencakup:
1) Realisasi program/kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja keluaran yang diharapkan
2) Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target kinerja keluaran program/kegiatan
3) Implikasi yang timbul terhadap target capaian program RPJMD
4) Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk mengatasi
faktor-faktor penyebab tersebut.
2.4. Isu Strategis dan Masalah Mendesak
Untuk RKPD Kabupaten/Kota, bagian ini mengemukakan isu strategis dan permasalahan
tingkat daerah (hasil Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan, forum SKPD, dan
Musrenbang Kabupaten/Kota) dan keterkaitannya dengan isu strategis dan permasalahan
tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Untuk RKPD Provinsi, bagian bagian ini mengemukakan isu strategis dan permasalahan
tingkat provinsi (hasil Musrenbang Kabupaten Kota, forum SKPD Provinsi, dan Musrenbang
Provinsi) dan keterkaitannya dengan isu strategis dan permasalahan tingkat nasional.
44

Tabel 9 memperlihatkan contoh format identifikasi isu strategis dan permasalahan mendesak
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
Mengemukakan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang
antara lain mencakup: a) Indikator Pertumbuhan Ekonomi Daerah; b) Sumber-sumber
Pendapatan dengan perincian, sumber pendapatan tahun lalu dan satu tahun sebelumnya,
tahun berjalan, tahun rencana dan satu tahun setelah tahun rencana sebagai prakiraan
maju pendapatan; dan c) Kebijakan Pemerintah Daerah yang diperlukan dalam Pembangunan
Perekonomian Daerah meliputi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah,
yang dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun ...(tahun lalu) dan Perkiraan Tahun ....
(tahun berjalan)
Mengemukakan kondisi dan analisis data statistik Perekonomian Daerah, yang antara lain
mencakup: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Inflasi, Sumbangan Sektoral,
Tingkat Investasi (termasuk PMA dan PMDN), Ekspor, dan Indikator Pembangunan Daerah
Bidang Ekonomi yang tersedia di Daerah. Hasil analisis tersebut dapat diilustrasikan dalam
grafik/bagan agar mudah dipahami.
Tabel 10 memperlihatkan contoh format untuk mendokumentasikan perkembangan
indicator makro ekonomi provinsi dan kabupaten/kota

3.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun ..... dan Tahun .....
Mengidentifikasi tantangan dan prospek perekonomian daerah, khususnya pada tahun
rencana (tahun n) dan 1 (satu) tahun setelah tahun rencana ( tahun n+1), dengan terlebih
dahulu mengadakan analisis atas Kondisi Internal (kekuatan dan kelemahan) dan juga Kondisi
Eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan daerah.
Hasil analisis digunakan sebagai masukan dalam menentukan arah kebijakan ekonomi
daerah, misalnya dalam menentukan fokus pembangunan ekonomi, identifikasi sektor yang
perlu dipercepat perkembangannya, tindakan apa yang perlu diperankan pemerintah daerah
dalam mengatasi permasalahan dan mendorong pembangunan ekonomi daerah dan
kebijakan ekonomi daerah lainnya.
Tabel 11 memperlihatkan contoh format untuk menganalisis kondisi lingkungan
internal dan eksternal provinsi/kabupaten/kota.

3.3. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah


Berisikan misalnya: arahan nasional di bidang ekonomi yang bersumber dari dokumen RKP
(Nasional), RKPD Regional (Provinsi) dan juga kebijakan di bidang ekonomi dalam dokumen
45

RPJMD. Berdasar pada berbagai dokumen tersebut diturunkan ke kebijakan pengembangan


sektoral, regional dan sebagainya.
Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ditujukan untuk mengimplementasikan program dan
mewujudkan visi dan misi kepala daerah, serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk
perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada
tahun rencana.
3.4. Analisis dan Perkiraan Sumber-sumber Pendanaan Daerah
Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dibiayai
dari APBD, sedang penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah dibiayai dari APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan
kepada Gubernur atau ditugaskan kepada Pemerintah Daerah dan/atau Desa atau sebutan
lainnya dalam rangka Tugas Pembantuan.
Sumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer,
dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi :
a. Pendapatan pajak daerah,
b. Pendapatan retribusi daerah,
c. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ,
d. Lain-lain PAD yang sah,
Sedangkan pendapatan transfer, meliputi :
a. Dana perimbangan, yang terdiri :
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
b. Transfer Pemerintah Pusat lainnya, terdiri :
Dana Otonomi Khusus (hanya untuk Provinsi Aceh dan Provinsi Papua)
Dana Penyesuaian
Lain-lain Pendapatan yang sah, meliputi :
a. Pendapatan Hibah
b. Pendapatan dana darurat
c. Pendapatan lainnya
3.4.1. Dana Desentralisasi / APBD
Dana Desentralisasi adalah dana yang berasal dari APBD Provinsi / Kabupaten / Kota sebagai
konsekuensi atas penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah
Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sendiri dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

46

Dalam analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah untuk RKPD provinsi,
maka perkiraan belanja tidak langsung harus tergambarkan secara jelas indikasi besaran
belanja bagi hasil pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota, dan besaran
bantuan keuangan pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan kepada pemerintah desa,
sedangkan dalam RKPD Kabupaten/Kota memuat perkiraan bagi hasil pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan besaran bantuan keuangan pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa.
3.4.2. Dana Dekonsentrasi / APBN
Dana Dekonsentrasi pada dasarnya adalah dana yang berasal dari adanya pelimpahan
wewenang dari Pemerintah (Kementerian / Lembaga) kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah, yang dananya bersumber dari APBN, dengan demikian maka analisis dan
perkiraan sumber dana dekonsentrasi hanya dilakukan dalam rangka penyusunan RKPD
Provinsi.
Informasi mengenai dana dekonsentrasi yang lokasi kegiatannya berada pada kabupaten/
kota, perlu diakomodasi dalam dokumen RKPD Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
3.4.3. Dana Tugas Pembantuan / APBN
Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari penugasan Pemerintah
(Kementerian / Lembaga) kepada Daerah (Gubernur / Bupati / Walikota) dan/atau Desa
atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan, yang dananya bersumber dari APBN.
3.4.4. Dana Otonomi Khusus / APBN
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang berasal dari bagi hasil Minyak Bumi dan Gas
Alam di 2 (dua) provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dan
Provinsi Papua, sebagai konsekuensi dari penetapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Propinsi Papua.
Tabel 12 memperlihatkan contoh format yang dapat digunakan untuk:
1) Mendokumentasikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
dalam 3 tahun terakhir
2) Memproyeksikan pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah berdasarkan (a)
3) Memproyeksikan pagu anggaran RKPD pada tahun n dan tahun n+1
3.5. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Berdasar pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya
dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah, yang pada dasarnya menjadi acuan/
kerangka dalam pengelolaan APBD.
47

3.5.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah


Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah, minimal yang terkait langsung dengan pos-pos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan
pendapatan daerah meliputi :
a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun anggaran
berkenaan;
b. Target pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,
dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah;
c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.
Arah kebijakan pendapatan daerah dapat mempertimbangkan realisasi dan proyeksi
pendapatan sebagaimana ditampilkan pada Bagian A Tabel 12.
3.5.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah
Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja (Belanja Langsung maupun Belanja
Tidak Langsung) dalam APBD. Informasi penting yang sangat dibutuhkan dari dokumen
RKPD bagi proses penyusunan APBD pemerintahan lainnya, yang terkait dengan kebijakan
Belanja Tidak Langsung adalah:
Besaran Belanja Bagi Hasil pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota,
Besaran Bantuan Keuangan pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan kepada
pemerintah desa,
Besaran Belanja Bagi Hasil pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan
Besaran Bantuan Keuangan pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa.
Ketentuan yang berkaitan dengan besaran belanja bagi hasil pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten/kota dan pemerintahan desa, maupun belanja bagi hasil pemerintah
kabupaten/kota terhadap pemerintahan desa mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 tentang Desa.
Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib
dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman,
belanja subsidi, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang
bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang
wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif
setiap SKPD.
Arah kebijakan belanja daerah mencakup :
a. Kebijakan terkait perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah;
b. Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga;
c. Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas
pembangunan daerah yang disusun secara terintegrasi dengan kebijakan dan prioritas
pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah.
48

d. Kebijakan belanja berdasarkan :


- Urusan pemerintahan daerah (urusan wajib dan urusan pilihan)
- Satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Arah kebijakan belanja daerah dapat mempertimbangkan realisasi dan proyeksi belanja
daerah sebagaimana ditampilkan pada Bagian D Tabel 12.
3.5.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan terkait dengan kondisi keuangan
Daerah, apakah cenderung mengalami Defisit Anggaran ataukah dalam kondisi Surplus
Anggaran. Dalam hal ada kecenderungan terjadinya Defisit Anggaran, harus diantisipasi
kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos Penerimaan Pembiayaan Daerah,
sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya Surplus Anggaran, harus diantisipasi
kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
Arah kebijakan pembiayaan daerah meliputi :
a. Kebijakan penerimaan pembiayaan;
b. Kebijakan pengeluaran pembiayaan.
Berdasarkan kerangka dan arah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pembiayaan,
selanjutnya dirumuskan target penerimaan pembiayaan dan target pengeluaran pembiayaan
daerah, yang dituangkan dalam tabel berikut:
Arah kebijakan pembiayaan daerah dapat mempertimbangkan realisasi dan proyeksi
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah sebagaimana ditampilkan pada Bagian
E dan Bagian F Tabel 12.
BAB IV. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN . (Tahun Rencana)
Mengemukakan secara eksplisit prioritas pembangunan daerah yang disusun berdasarkan
evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana dan capaian kinerja yang
direncanakan dalam RPJMD, serta aspirasi masyarakat yang disepakati dalam hasil
Musrenbang Tahunan Daerah.
4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
Mengemukakan tentang prioritas dan sasaran pembangunan untuk tahun rencana,
didasarkan atas hasil analisis atas capaian kinerja, masalah dan tantangan pembangunan,
serta isu dan masalah mendesak di daerah.
4.2. Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah
Mengemukakan program-program yang memerlukan prioritas, berdasarkan pada sasaran
yang harus dicapai dalam dokumen RPJMD, pencapaian kinerja, masalah dan tantangan
pokok pembangunan, serta tema, tujuan, dan arah kebijakan pembangunan daerah.

49

Pada bagian ini dirumuskan:


- Kriteria Penyusunan Prioritas
- Prioritas isu-isu pembangunan daerah untuk tahun rencana
- Prioritas pembangunan daerah
- Sasaran pembangunan daerah
- Urutan prioritas urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah
- Urutan prioritas program pada masing-masing prioritas urusan wajib/pilihan pemerintahan
daerah
- SKPD yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program

Tabel 13 memperlihatkan contoh format penyusunan matriks prioritas program

BAB V. RENCANA KERJA DAN PENDANAAN


Mengemukakan rincian program dan kegiatan pokok RKPD tahun rencana, instansi
pelaksana/SKPD, indikator capaian masing-masing program dan kegiatan serta pagu
indikatifnya.
Tabel 14 memperlihatkan contoh format yang dapat digunakan untuk menyusun
rencana kerja dan pendanaan menurut bidang urusan pemerintahan daerah
di provinsi/kabupaten/kota.

BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN


Bagian ini memuat arahan Kepala Daerah bagi SKPD dalam rangka menyusun dokumen
Renja SKPD.
Bagian ini dapat memuat antara lain:
1) Prinsip-prinsip penyusunan dan pelaksanaan Renja SKPD untuk mencapai tujuan-tujuan
pembangunan daerah dalam RKPD
2) Keterpaduan dan sinkronisasi penyusunan program dan kegiatan di dalam dan di antara
SKPD dengan memperhatikan peran/tanggung jawab/tugas SKPD
3) Keterpaduan dan sinkronisasi program dan kegiatan dilakukan melalui Musrenbang,
FGD, dan forum-forum konsultasi publik
4) Peranan masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi kebijakan, program, dan kegiatan RKPD
5) Penegasan RKPD sebagai acuan penyusunan Kebijakan Publik dan APBD
6) Penegasan tentang kewajiban pemerintah daerah untuk mengevaluasi pelaksanaan
program RKPD

50

PENUTUP

51

52

BAGIAN D: PENUTUP

edoman ini disusun dengan tujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam
memenuhi kewajibannya yang ditentukan oleh peraturan perundangan tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional, khususnya dalam rangka penyusunan dokumen
perencanaan dan penganggaran tahunan daerah provinsi/kabupaten/kota. Pedoman ini telah
mencoba untuk memperjelas pengertian, ruang lingkup, pendekatan, proses, tahapan,
langkah-langkah, dan substansi untuk penyusunan RKPD dan Renja SKPD, termasuk
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan
sampai dengan tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
Pedoman ini telah dirancang dengan pendekatan seluwes mungkin sehingga daerah dapat
melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi dan perkembangan kemampuan
dan kapasitas perencanaan di masing-masing daerah, namun tetap mengindahkan ketentuanketentuan yang bersifat prinsip sebagaimana terkandung dalam Undang-undang 25/2004 dan
prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).
Agar pedoman ini dapat digunakan secara efektif, Pemerintah Daerah dapat (1)
mensosialisasikan Pedoman ini di lingkungan SKPD, DPRD, dan Organisasi Masyarakat
Sipil; (2) menyusun Peraturan Kepala Daerah tentang Penyusunan RKPD/Renja SKPD; (3)
menyusun Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Pembangunan Daerah.

53

54

Tabel/Format berikut ini dirancang untuk membantu Bappeda dan SKPD untuk
mengorganisasikan penyusunan dokumen RKPD agar lebih efektif. Tabel/format dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah; ketersediaan
data dan informasi; serta ketersediaan sumber daya dan dana untuk
melaksanakannya.

55

56

Tabel 1: Contoh Susunan Tim Penyusun RKPD


No
(1)

Jabatan dalam Tim


(2)

Nama
(3)

Lembaga
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota
Sekretaris Daerah
Kepala Bappeda
............................

1
2
3
4

Penanggung jawab
Pengarah
Ketua Tim
Sekretaris

....................................
....................................
....................................
....................................

Kelompok Kerja (Pokja) A : Fungsi


Pelayanan Umum, Ketertiban dan
Keamanan

1. ...............................
2. ...............................
dst. .............................

Pokja B : Fungsi Ekonomi

1. ................................
2. ................................
dst. .............................

Pokja C : Lingkungan Hidup, Perumahan


dan Fasilitas Umum

1. ...............................
2. ...............................
dst. ............................

Pokja D : Fungsi Kesehatan

1. ...............................
2. ................................
dst. ..............................

Pokja E : Fungsi Pendidikan, Budaya dan


Pariwisata

1. ................................
2. ................................
dst. .............................

Pokja F: Fungsi Perlindungan Sosial

1. ...............................
2. ...............................
dst. .............................

10

Catatan: Pokja dapat merupakan gabungan beberapa fungsi

57

Tabel 2. Contoh Kalender Penyusunan RKPD dan Renja SKPD

58

Tabel 3. Inventarisasi Sumber dan Jenis Data/Informasi untuk Penyusunan RKPD


Kode

Dokumen Sumber Data/


Informasi
RPJMD

Data yang dibutuhkan

Tahun Data

Program untuk tahun


rencana

Sumber

Bappeda

Pencapaian kinerja
program
2

RKPD tahun lalu

Isu prioritas, prioritas


pembangunan, sasaran
pembangunan, dan target
program prioritas

Laporan hasil evaluasi


RKPD tahun lalu (LPPD,
LKPJ)

Evaluasi capaian program


dan kegiatan
pembangunan tahun lalu
Perkembangan kinerja
makro pembangunan
daerah

APBD tahun lalu

Realisasi capaian program


dan kegiatan, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan
pembangunan daerah

RKA SKPD tahun berjalan

Kompilasi kegiatan dan


belanja langsung untuk
tahun n dan n+1

APBD tahun berjalan


yang telah disahkan

Kabupaten/Kota dalam
Angka

Data makro ekonomi

BPS/Kantor
Statistik

Laporan SKPD

Data realiasi program,


kegiatan, dan anggaran

SKPD

Perkembangan kinerja
penyelenggaraan urusan
wajib/pilihan SKPD
9
10

dst

* bagi daerah yang belum memiliki RPJMD dapat menggunakan Rencana Strategis Daerah yang
masih berlaku

59

Keterangan

60

PEKERJAAN UMUM
Program: Rehabilitasi/Pemeliharaan
jalan/jembatan
Kegiatan: Pemeliharaan jalan hotmix
kabupaten/kota

Kegiatan ..................
dst...........

KESEHATAN
Program.............
Kegiatan .............
Kegiatan ..................
dst...........
Program ............
Kegiatan.........
dst..........

PENDIDIKAN
Program...............
Kegiatan .............
Kegiatan ..................
dst...........
Program...............
Kegiatan .........
dst..........

Km (panjang
jalan)

500 km

100 km

Target kinerja
keluaran
kegiatan
(RKPD)

Sasaran/ target
kinerja capaian
program
(RPJMD)

Indikator/
tolok ukur
kinerja

Bidang Urusan Pemerintahan


Daerah

No

85 km

Realisasi
Kegiatan

85%

7=6/5

Tingkat
Realisasi
terhadap
target
kegiatan (%)

40%

9=8/4

200 km

Tingkat Realisasi
target capaian
program (RPJMD)
sampai dengan tahun
lalu (tahun...) (%)

Realisasi target
capaian program
(RPJMD) sampai
dengan tahun
lalu (tahun...)

Tabel 4. Evaluasi Kinerja Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu dan Review Pencapaian RPJMD

Dinas
Pekerjaan
Umum

10

Organisasi
Pelaksana

61

Jumlah

Program
Tolok
dan
Ukur
Kegiatan* Kinerja

Target
Kinerja
Program
RPJMD

Target
Kinerja
Keluaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan

Anggaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan (Rp)

Kategori
Prioritas**

Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n

Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n+1

10

Biaya
Satuan Per
Keluaran
Kegiatan
pada Tahun
n (Rp

11

Biaya
Satuan Per
Keluaran
Kegiatan
pada
Tahun n+1
(Rp)

12

Pagu
Indikatif
Pada
Tahun n
(Rp)

13

Pagu
Indikatif
Pada
Tahun
n+1 (Rp)

14

Organisasi

Penyusunan Target Kinerja Keluaran Kegiatan dan Perkiraan Pagu Indikatif Program
dan Kegiatan pada tahun n dan n+1

Sumber: Tabel Target Pencapaian Kinerja yang Terukur dari Setiap Urusan Pemerintahan Daerah-Lampiran A-X Permendagri 13/2006
Catatan: * Dilengkapi dengan kode (B) sebagai kegiatan baru, (R) sebagai kegiatan replikasi, (L) sebagai kegiatan lanjutan
** Kategori prioritas: tinggi, sedang, rendah ditinjau dari tingkat relevansi terhadap pencapaian visi, misi RPJMD
*** n adalah tahun rencana, n + 1 adalah satu tahun setelah tahun rencana

Code

Review Usulan Kegiatan (n+1)


pada RKPD tahun berjalan

Tabel 5. Format Daftar Rancangan Program dan Kegiatan RKPD/Renja SKPD

Tabel 6. Contoh Prototype Daftar Isi Renja SKPD

BAB I.

PENDAHULUAN

BAB II.

PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN


2.1. Kondisi Umum Pelayanan SKPD
2.2. Kajian Renstra dan Prioritas Program Renstra SKPD
2.3. Evaluasi Pencapaian Program tahun Lalu dan Perkiraan
Tahun Berjalan
2.4. Identifikasi Masalah (masalah dan tantangan utama
pelayanan SKPD pada tahun rencana)
2.5. Identifikasi Program dan Kegiatan Pusat dan Provinsi
Tahun Rencana
2.6. Hasil-hasil Forum SKPD

BAB III.

TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN SKPD


3.1. Tujuan dan sasaran program jangka menengah (out
come 5 tahun)
3.2. Sasaran dan indikator kinerja kelompok sasaran SKPD
Tahun Rencana

BAB IV.

PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN RENCANA


4.1 Prioritas Program dan Kegiatan SKPD
4.2 Program dan Kegiatan SKPD, Target Kinerja Capaian
Program, Target Kinerja Keluaran Kegiatan, Target
Kinerja Hasil, dan Anggaran

BAB V.

PENUTUP

62

Tabel 7 : Pengisian RKA-SKPD 2.2.1 dan Penyusunan Prakiraan maju Berdasarkan


Biaya Satuan Per Keluaran Kegiatan
Langkah

Uraian

Isi kode urusan pemerintahan, kode organisasi, kode


program dan kode kegiatan berdasarkan klasifikasi
kode dan kegiatan yang telah ditentukan dalam
Lampiran A.VII PERMENDAGRI 13/2006.

Isi tolok ukur dan target kinerja capaian program,


keluaran, hasil dan masukan.
Tolok ukur kinerja program adalah alat ukur spesifik
secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu
program.
Tolok ukur kinerja keluaran adalah alat ukur spesifik
secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
menggambarkan tingkat capaian kinerja keluaran
kegiatan.
Tolok ukur kinerja hasil adalah alat ukur spesifik
secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
menggambarkan tingkat capaian kinerja hasil
kegiatan.
Tolok ukur kinerja masukan adalah jumlah dana yang
dibutuhkan untuk mencapai target kinerja keluaran
kegiatan. Target kinerja capaian program adalah total
target keluaran yang akan dihasilkan selama program
tsb dilaksanakan.
Target kinerja keluaran adalah keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
Target kinerja hasil adalah hasil (short term outcome)
yang diharapkan dicapai setelah keluaran kegiatan
diperoleh.Target kinerja masukan adalah jumlah dana
yang dibutuhkan untuk mencapai target keluaran
kegiatan.

Jumlah
Keluaran
Kegiatan

Jumlah
Belanja
Langsung
Kegiatan

Isi tolok ukur kinerja penerima manfaat kegiatan.


Tolok ukur kinerja penerima manfaat kegiatan adalah
penjelasan tentang karakteristik kelompok sasaran
penerima manfaat kegiatan.

Ini berkaitan dengan informasi tentang:


(1) Komposisi dan jumlah sumber daya (personil,
tenaga, peralatan, material) yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan dan menghasilkan
keluaran kegiatan
(2) Waktu kerja (jam orang, jam peralatan) yang
digunakan
(3) Biaya satuan masing-masing - sumberdaya
(4) Total belanja kegiatan
Untuk pelayanan wajib yang dilakukan berulang
(kegiatan rutin pelayanan) diharapkan dapat
dikembangkan :
(1) Standar pelaksanaan kegiatan yang memuat
informasi tentang standar komposisi sumber daya
untuk menghasilkan keluaran kegiatan tertentu dan
(2) Standar belanja kegiatan (perlu direview setiap
tahun sesuai dengan perkembangan biaya
satuan sumber daya)

Untuk dapat menyusun pagu indikatif kegiatan dan


perkiraan maju diperlukan informasi tentang biaya per
satuan keluaran kegiatan.
Biaya per satuan keluaran kegiatan diperoleh dengan
cara membagi total jumlah belanja langsung
kegiatan terhadap jumlah keluaran kegiatan.

63

Apabila kegiatan berkesinambungan, maka untuk


dasar penyusunan kebutuhan anggaran tahun n+1,
dapat digunakan informasi yang disediakan pada
langkah (5) diatas, dengan cara mengalikan target
kinerja keluaran kegiatan pada n+ 1 dengan biaya per
satuan keluaran kegiatan (setelah mempertimbangkan eskalasi biaya dan inflasi)

Tabel 8. Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan


Prov./Kab./Kota ................Tahun ..... dan Tahun......
No

Urusan Wajib/Pilihan
Pemerintahan Daerah

Indikator*

Indikator Makro Ekonomi

Pertumbuhan PDRB

Daerah

Laju inflasi Prov/Kab/Kota

PDRB per kapita

Indeks Gini

Pemerataan pendapatan

Indeks ketimpangan regional

Persentase penduduk di bawah

Kondisi
Tahun.

Kondisi
Tahun.

Perubahan

garis kemiskinan

Urusan Pendidikan

dll

Angka melek huruf

Angka rata-rata lama sekolah

Angka partisipasi murni

dll
3

Urusan Kesehatan

Angka kelangsungan hidup bayi

Angka usia harapan hidup

Persentase balita gizi buruk

dll
4

Urusan Pemberdayaan

Persentase jumlah tenaga kerja di


bawah umur

Perempuan dan Anak

Persentase jumlah perempuan di


lembaga pemerintah

dll
5

Urusan Ketenagakerjaan

Angka partisipasi angkatan kerja

Tingkat pengangguran terbuka

dll
6

Urusan ........

Catatan :

Jenis indikator disesuaikan dengan ketersediaan data di daerah, namun yang dapat mencerminkan
indikator kinerja pembangunan di daerah

Jenis indikator yang digunakan dapat mengacu pada bagian referensi pedoman ini.

64

Tabel 9. Identifikasi Isu dan Masalah Mendesak di Tingkat Nasional, Provinsi ..........dan
Kab./Kota............. Tahun ..............
Urutan Isu dan Masalah Mendesak
No

(1)

Tingkat Nasional*

Tingkat Provinsi**

Tingkat Kab/Kota***

(2)

(3)

(4)

Keterangan:
* Dapat mengacu pada rancangan RKP yang, antara lain juga dapat diakses melalui situs resmi Bappenas:
www.bappenas.go.id
** Dapat mengacu pada rancangan RKPD Provinsi
*** Dapat mengacu pada RPJMD atau hasil-hasil pelaksanaan Musrenbang

65

Tabel 10. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Prov./Kab./Kota ...... Tahun ....
dan Tahun.... serta Perubahannya
No

Indikator Makro

(1)

(2)

Tahun ....

Tahun .....

(3)

(4)

Tahun ......

Perubahan

(5)

(6)

Keterangan:
Kolom (1)

Diisi sesuai dengan nomor urut Indikator Makro Ekonomi yang tersedia.

Kolom (2)

Diisi dengan nama Indikator Makro Ekonomi Daerah yang diambilkan dari data
yang tersedia di Daerah, yang antara lain mencakup:
a. PDRB (Harga Berlaku dan Harga Konstan)
b. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga Konstan tahun tertentu
c. Tingkat Inflasi
d. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral
e. Produktivitas Sektoral, yang merupakan rasio antara Nilai Tambah Bruto (NTB)
setiap sektor terhadap Jumlah tenaga kerja di sektor yang bersangkutan
f. Struktur PDRB Pendekatan Pengeluaran (Konsumsi Rumah Tangga,
Konsumsi Pemerintah, Investasi, dan Kegiatan Perdagangan Luar Negeri)
g. Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
h. Jumlah Penduduk Miskin
i. Tingkat Pengangguran
j. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan:
- Pendapatan Perkapita
- Kemampuan Investasi
- Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Index)
- Besaran IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
- Dan sebagainya
k. Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan
- Pajak Daerah terhadap PDRB
- Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagainya terhadap PDRB
- Perbandingan Penerimaan Pemerintah Daerah (PAD dan
- Dana Perimbagan terhadap PDRB
- Struktur Pembiayaan Pembangunan Daerah
- Dan sebagainya.

Kolom (3)

Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,

Kolom (4)

Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,

Kolom (5)

Diisi dengan data tahun sebelumnya sesuai dengan Indikator Makro Ekonomi
yang tersedia,

Kolom (6)

Diisi dengan rata-rata perubahan dari kolom 3, 4, dan 5.

66

Tabel 11 . Analisis Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Prov./Kab./Kota ......


Kondisi Internal Daerah

Kondisi Eksternal Daerah

No

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Faktor..............

Faktor..............

Faktor..............

Faktor..............

ANALISIS S W O T
Analisis SWOT pada dasarnya ditujukan untuk mengembangkan road map untuk memandu
pemerintah daerah menuju masa depan. SWOT itu sendiri merupakan analisis atas keadaan internal
pemerintahan daerah (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman)
Analisis SWOT mencakup:
1) identifikasi atas berbagai kekuatan (potensi) signifikan daerah (ekonomi, sosial dsb) yang dapat
mendorong pencapaian tujuan-tujuan. Kekuatan lazimnya adalah yang sudah dilakukan dengan
baik oleh daerah yang perlu dipelihara, ditingkatkan untuk menghasilkan competitive advantage
2) identifikasi atas berbagai kelemahan signifikan utama daerah- dampak perkembangan eksternal
yang dapat menghambat pencapaian tujuan-tujuan. Kelemahan adalah sesuatu yang tidak dapat
dilakukan dengan baik dan memerlukan upaya untuk mengatasinya, untuk meminimalkan dampak
negatifnya sehingga tidak akan mengurangi competitive disadvantage
3) identifikasi berbagai peluang-peluang signifikan utama daerah-dampak perkembangan eksternal
yang dapat mendorong pencapaian tujuan-tujuan. Peluang adalah potensi situasi yang
menguntungkan yang perlu dioptimasikan dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya
4) identifikasi berbagai ancaman signifikan terhadap pengembangan daerah, dampak
perkembangan eksternal yang dapat menghambat pencapaian tujuan-tujuan. Ancaman adalah
potensi situasi yang kurang menguntungkan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
kesejahteraan. Ancaman perlu diatasi agar dapat menjamin kelangsungan perkembangan daerah
Beberapa tips dalam melakukan SWOT:
(1) ada dokumentasi informasi keadaan internal dan external
(2) gunakan kerangka berfikir, checklist
(3) ada masukan dari para pemangku kepentingan
(4) pastikan bahwa SWOT mencerminkan keadaan/situasi sekarang
(5) individu terlibat dalam analisis SWOT mengetahui posisi dan peranan masing-masing
Langkah-langkah:
(1) Review lingkungan internal dan eksternal
(2) Identifikasi elemen-elemen penting/utama, baik internal maupun eksternal
(3) Identifikasi kekuatan dan kelemahan internal- buat matrix dan isi kolom sejauh mungkin dengan
fakta dan angka-angka
(4) Identifikasi peluang dan ancaman eksternal
(5) Libatkan semaksimal mungkin para pemangku kepentingan untuk mendapatkan masukan issues
(6) Analisis masing-masing isu dan kategorikan kedalam isu penting dan isu mendesak
(7) Fasilitasi terdapatnya konsensus atas 3-5 isu penting dan susun urutan prioritasnya
(8) Issues sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sempit atau terlalu luas
(9) Tangani isu-isu yang diperkirakan dapat diselesaikan
(10) Ubah isu menjadi tujuan
(11) Identifikasi kemungkinan strategi untuk pencapaian tujuan

67

Tabel 12 . Realisasi dan Proyeksi Pendapatan, Belanja, Pembiayaan Daerah, dan


Pagu Anggaran RKPD
Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah
No

Uraian

PENDAPATAN DAERAH

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3

Pendapatan asli daerah


Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah

1.1.4

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3

1.3.4
1.3.5

BELANJA DAERAH

2.1.8
B

2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3

(3)

(4)

Tahun
Proyeksi ProyekBerja- pada Tahun si pada
lan (n-1) Renca-na Tahun
(n+1)
(n)
(5)

Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
Hibah
Dana darurat
Bagi hasil pajak dari
provinsi dan dari
pemerintah daerah
lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
provinsi pemerintah
daerah lainnya
JUMLAH PENDAPATAN

2.1.7

Realisasi
Tahun
(n-2)

Dana perimbangan
Dana bagi hasil pajak/
Bagi hasil bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus

2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

Realisasi
Tahun
(n-3)

Belanja Tidak Langsung


Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja bagi hasil
kepada Provinsi/
Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja tidak terduga
JUMLAH BELANJA
TIDAK LANGSUNG
Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal

68

(6)

(7)

Rp

%
(9) =

(8)= 6-5

100*(8)/(5)

Lanjutan Tabel 12..............


Bertambah/
(Berkurang)

Jumlah
No

Uraian

Realisasi
Tahun
(n-3)
(3)

JUMLAH BELANJA
LANGSUNG

TOTAL JUMLAH
BELANJA

ProyekProyeksi
Reali- Tahun
Berja- pada Tahun si pada
sasi
Tahun
Tahun lan (n-1) Renca-na
(n+1)
(n)
(n-2)
(4)

(5)

Surplus/(Defisit)
3
3.1
3.1.1

3.1.2
3.1.3

3.1.4
3.1.5
3.1.6

3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan
pembiayaan
Sisa lebih perhitungan
anggaran tahun
sebelumnya (SILPA)
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil penjualan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Penerimaan pinjaman
daerah
Penerimaan kembali
pemberian pinjaman
Penerimaan piutang
daerah
JUMLAH
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Pengeluaran
pembiayaan
Pembentukan dana
cadangan
Penyertaan modal
(Investasi) daerah
Pembayaran pokok
utang
Pemberian pinjaman
daerah
JUMLAH
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
Pembiayaan neto

SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN (SILPA)

PAGU ANGGARAN
RKPD = [G + A + E]
(B+F)

Referensi: Permendagri 13/2006

69

(6)

(7)

Rp

%
(9) =

(8)= 6-5

100*(8)/(5)

Tabel 13 . Contoh Matriks Prioritas Pembangunan


No

Isu Prioritas
Daerah

Prioritas
Pembangunan

Sasaran
Pembangunan

1.

Urutan Prioritas Urusan


Wajib/Pilihan
Pemerintahan Daerah

Urutan Prioritas
Program

1.

1.
2.

2.

1.
2.

2.

1.

1.
2.

2.

1.

dst

2.

Tabel 14 . Rencana Kerja dan Pendanaan Menurut Bidang Urusan Pemerintahan Daerah
di Provinsi / Kab./Kota ............... Tahun ....... (tahun rencana)
Kode

Bidang Urusan
Pemerintah Daerah

Sasaran Program/
Kegiatan

Target
(%)

6=3x5

50/200
atau 25%

Rp 25 juta

1,250

Dinas
Pendidikan

1.

Urusan Wajib

1. 01

Pendidikan
Program Dikdas 9
Tahun

200 unit ruang kelas


selama x tahun

Kegiatan
Penambahan Ruang
Kelas

50 unit ruang kelas

Dst

2.

Urusan Pilihan
Jumlah

70

Pagu
Biaya Satuan
Per Keluaran Indikatif
(Juta Rp)
Kegiatan

Organisasi

Referensi berikut ini berisikan indikator/tolok ukur kinerja yang dapat digunakan
untuk memperlihatkan dan menganalisis status, kedudukan dan kemajuan
kinerja pembangunan daerah dan penyelenggaraan fungsi/urusan wajib dan
pilihan pemerintahan daerah baik di tingkat provinsi/kabupaten/kota maupun
di tingkat SKPD.

71

72

Referensi R-1
Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian
Pembangunan 2004-2009
Sasaran RPJM Nasional 2004-2009

Indikator Kinerja yang Berhubungan


dengan Daerah

AGENDA AMAN DAN DAMAI


1. Menurunnya konflik
2. Menurunnya kriminalitas
3. Menurunnya kejahatan di lautan dan
lintas batas
4. Tertanganinya separatisme
5. Tertanganinya terorisme
6. Berperannya Indonesia dalam
menciptakan perdamaian dunia
7. Terjaganya kedaulatan NKRI

1. Jumlah konflik etnis dan sosial


2. HDI dan HPI wilayah konflik
3. Indeks kriminalitas dan rasio penyelesaian kasus
kriminalitas
4. Jumlah pecandu narkoba
5. Angka illegal logging dan illegal trading
6. Sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat
terhadap aksi terorisme

AGENDA ADIL DAN DEMOKRATIS


1. Meningkatnya keadilan hukum dan
penegakan hukum
2. Terciptanya sistem hukum yang
konsekuen dan tidak diskriminatif
serta yang memberikan perlindungan
dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia
3. Meningkatnya pelayanan masyarakat
4. Meningkatnya penyelenggaraan
otonomi daerah
5. Terpeliharanya konsolidasi demokrasi

1. Peraturan daerah yang spesifik mengenai


mekanisme dan koordinasi dana dekonsentrasi
2. Perbaikan proses penyelenggaraan Musrenbang
3. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam
Pilkada
4. Angka Gender-related Development Index (GDI);
dan
5. Angka Gender Empowerment Measurement
(GEM)
Kesejahteraan anak
6. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
7. Status gizi balita buruk
8. Persalinan bayi oleh tenaga kesehatan
Perlindungan anak
9. Pekerja anak (%)
10. Jumlah anak yang memiliki akte Kelahiran

AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


1. Menurunnya jumlah penduduk miskin
menjadi 8,2% pada tahun 2009
2. Terciptanya lapangan kerja untuk
mengurangi pengangguran terbuka
menjadi 5,1 persen pada tahun 2009
3. Angka pertumbuhan rata-rata 6,6
persen pertahun
4. Berkurangnya kesenjangan
pendapatan dan kesenjangan daerah
5. Meningkatnya kualitas manusia
dengan terpenuhinya hak sosial
rakyat
6. Membaiknya mutu lingkungan hidup
7. Meningkatnya dukungan infrastruktur.

Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
2. Struktur PBRB dan PDRB per kapita
3. Kesempatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka
4. Jumlah penduduk miskin
5. Investasi dan aktivitas ekspor impor
6. Peningkatan peran UKM
Pendidikan
7. Angka Buta Aksara penduduk usia 15 tahun ke
atas
8. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk setiap
jenjang pendidikan

73

Lanjutan Referensi R-1 .......................................


Sasaran RPJM Nasional 2004-2009

Indikator Kinerja yangBerhubungan


dengan Daerah
9. Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk setiap
kelompok usia sekolah
10. Angka Melanjutkan Sekolah
11. Angka Putus Sekolah
12. Angka Mengulang Kelas
13. Rata-rata Lama Penyelesaian Pendidikan
Kesehatan
14. Umur Harapan Hidup (UHH)
15. Angka Kematian Bayi (AKB)
16. Angka Kematian Ibu (AKI)
17. Prevalensi Gizi Kurang
Kependudukan dan KB
18. Laju pertumbuhan penduduk (%)
19. Unmet need KB (%)
20. Total Fertility Rate/TFR (per perempuan)
21. Partisipasi laki-laki dalam ber-KB (%)
22. Contraceptive Prevalence Rate/CPR (%)
Lingkungan Hidup
23. Kualitas air permukaan dan air tanah
24. Tingkat Pencemaran Pesisir dan Laut
25. Angka Illegal Logging
26. Luas lahan kritis
Prasarana dan Sarana
27. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan
berbagai prasarana dan sarana

Sumber: Handbook SPPN RI, Bappenas 2006

74

Referensi R-2
Indikator Kemajuan Otonomi Daerah
No

Parameter

Indikator

Skala Kehidupan
Ekonomi

Pertumbuhan

Pertumbuhan pendapatan
Pertumbuhan investasi
Pertumbuhan kesempatan kerja

Pemerataan

Distribus pendapatan
Pemerataan akses modal

Layanan Publik

Resiko-resiko
lokal

Sub Indikator

Kesinambungan

Daya dukung lingkungan


Daya dukung manusia berkeahlian

Pemberdayaan

Pemberdayaan ekonomi lemah


Pemberdayaan ekonomi lokal

Efisiensi

Keterpaduan birokrasi
Sanitari birokrasi

Sufisiensi

Ketersediaan kebutuhan dana sosial


Ketersediaan infrastruktur

Fasilitasi

Fasilitasi partisipasi sosial


Kesetaraan gender
Fasilitasi resolusi konflik

Keamanan

Keamanan hak sipil


Keamanan hak politik
Keamanan hak ekonomi

Stabilitas

Kesinambungan politik
Kesehatan makro ekonomi
Integrasi sosial

Demokrasi

Supremasi hukum
Kontrol dan pertimbangan
Pertanggungjawaban politik
Kebebasan pers

Otonomi

Kemandirian daerah
Lokalisme lokal

Sumber: Handbook SPPN RI, Bappenas 2006

75

Referensi R-3
Pengukuran Kinerja Penyelenggaraan Otonomi Daerah
No

Parameter Umum
Derajat
kesejahteraan
umum

Derajat
Pelayanan
Publik

Derajat
kehidupan
demokrasi
lokal

Indikator

Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi daerahTingkat pendapatan rata-rata per


kapita per tahun (PDRB atau Net Income)

Sosial

Infrastruktur

Jaringan Jalan:
- Rasio panjang jalan dengan luas wilayah
- Rasio panjang jalan dengan kondisi tidak rusak per panjang
jalan keseluruhan
- Rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan umum roda
empat
Sanitasi
- Penurunan presentasi penduduk tanpa akses terhadap
sanitasi

Kebutuhan
dasar

Kesehatan:
- Penurunan angka kematian bayi
- Penurunan angka kematian ibu
- Rasio jumlah penduduk dengan jumlah rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya
Pendidikan:
- Rasio jumlah murid per jumlah sekolah
- Rasio jumlah murid per jumlah guru
- Rasio jumlah guru per jumlah sekolah
Angka partisipasi sekolah
- Penurunan angka putus sekolah
- Nilai rata-rata Ebta Murni/UAN
Air bersih:
- Akses terhadap air bersih
Transportasi umum:
- Rasio jumlah kendaraan umum roda 4 per 10.000 penduduk

Pemerintahan

Kepegawaian :
Rasio jumlah penduduk dengan jumlah PNS PemdaKeuangan :
- Rasio PAD dengan jumlah penduduk

Politik

Pemilu:
- Rasio jumlah pemilih yang melakukan pemilihan dengan
jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih
Komposisi partai politik dalam Pemilu
- Rasio jumlah partai politik pemenang Pemilu Lokal yang
memperoleh kursi di Legislatif dengan jumlah seluruh Partai
Politik peserta Pemilu Lokal
Angka Kejadian Politik Praktis
- Kejadian politik praktis
- Massa/demo dalam satu tahun

Penurunan angka pengangguran terbuka


Kenaikan angka partisipasi kerja
Penurunan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM)
Kenaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumber: Handbook SPPN RI, Bappenas 2006

76

Referensi R-4
Indikator Kinerja Kunci yang digunakan untuk Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Otonomi Daerah

A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Parameter Umum

Indikator

1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi

a. Pertumbuhan PDRB

Laju Inflasi

b. Laju inflasi provinsi

Pendapatan per kapita

c. PDRB per kapita

Ketimpangan kemakmuran

d. Indeks Gini

Pemerataan pendapatan

e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia

Ketimpangan regional

f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

2. Kesejahteraan Sosial Pendidikan


Pendidikan

a.
b.
c.
d.
e.

Kesehatan

f. Angka kelangsungan hidup bayi


g. Angka usia harapan hidup
h. Persentase balita gizi buruk

Kemiskinan

i. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan

Kepemilikan tanah

j. Persentase penduduk yang memiliki lahan

Kesempatan kerja

k. Rasio penduduk yang bekerja

Kriminalitas

l. Angka kriminalitas yang tertangani

Angka melek huruf


Angka rata-rata lama sekolah
Angka partisipasi murni
Angka partisipasi kasar
Angka pendidikan yang ditamatkan

3. Seni Budaya dan Olah Raga


Grup kesenian

a. Jumlah grup kesenian

Gedung kesenian

b. Jumlah gedung kesenian

Klub olahraga

c. Jumlah klub olahraga

Gedung Olah Raga

d. Jumlah gedung olah raga

77

B. ASPEK PELAYANAN UMUM


Parameter Umum

Indikator

1. Pelayanan Dasar
Pendidikan

Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi sekolah
b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata
Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi sekolah
f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
g. Rasio guru terhadap murid
h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata

Kesehatan

i. Rasio posyandu per satuan balita


j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk
k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
l. Rasio dokter per satuan penduduk
m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk

Lingkungan hidup

n. Persentase penanganan sampah


o. Persentase penduduk berakses air minum
p. Persentase luas permukiman yang tertata

Sarana dan Prasarana


Umum

q.
r.
s.
t.
u.
.
w.
x.

Penataan ruang

y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB
z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan

Perhubungan

aa.
ab.
ac.
ad.

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik


Rasio jaringan irigasi
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Persentase rumah tinggal bersanitasi
Rasio tempat pemakaman umum per satuan pendudukv
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
Rasio rumah layak huni
Rasio permukiman layak huni

Jumlah arus penumpang angkutan umum


Rasio ijin trayek
Jumlah uji kir angkutan umum
Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis

2. Pelayanan Penunjang
Penanaman modal

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)


b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
c. Rasio daya serap tenaga kerja

KUKM

d. Persentase koperasi aktif


e. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
f. Jumlah BPR/LKM

Kependudukan dan
catatan sipil

g. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk


h. Rasio bayi berakte kelahiran
i. Rasio pasangan berakte nikah

Ketenagakerjaan

j. Angka partisipasi angkatan kerja


k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun

Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak

l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah


m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta
n. Rasio KDRT
o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

78

Parameter Umum

Indikator

KB dan KS

p.
q.

Rata-rata jumlah anak per keluarga


Rasio akseptor KB

Komunikasi dan informatika

r.
s.
t.
u.

Jumlah jaringan komunikasi


Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
Jumlah surat kabar nasional/lokal
Jumlah penyiaran radio/TV lokal

Pertanahan

v.

Persentase luas lahan bersertifikat

Pemberdayaan masyarakat
dan desa

w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan


masyarakat (LPM)
x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
y. Jumlah LSM

Perpustakaan

z. Jumlah perpustakaan
aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Penyelenggaraan Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat

ab. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk


ac. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan

Pemuda dan olahraga

ae.
af.
ag.
ah.

Jumlah organisasi pemuda


Jumlah organisasi olahraga
Jumlah kegiatan kepemudaan
Jumlah kegiatan olahraga

C. ASPEK DAYA SAING DAERAH


Parameter Umum

Indikator

1. Kemampuan Ekonomi Daerah


Pengeluaran konsumsi
rumah tangga per kapita

a. Angka konsumsi RT per kapita

Nilai tukar petani

b. Perbandingan faktor produksi dengan produk

Pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita

c. Persentase Konsumsi RT untuk non pangan

Produktivitas total daerah

d. Dihitung produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor:


1) Pertanian
2) Pertambangan dan penggalian
3) Industri pengolahan
4) Listrik
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan dan komunikasi
8) Keuangan
9) Jasa

2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Aksesibilitas daerah

a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan


b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum
c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per
tahun

79

Parameter Umum

Indikator

Penataan wilayah

d.
e.
f.
g.
h.
i.

Ketaatan terhadap RTRW


Luas wilayah produktif
Luas wilayah industri
Luas wilayah kebanjiran
Luas wilayah kekeringan
Luas wilayah perkotaan

Fasilitas bank dan non


bank

j. Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya


k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya

Ketersediaan air bersih

l. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih

Fasilitas listrik dan telepon

m. Rasio ketersediaan daya listrik


n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik
o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon

Ketersediaan restoran

p. Jenis, kelas, dan jumlah restoran

Ketersediaan penginapan

q. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel

3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan ketertiban

a. Angka kriminalitas
b. Jumlah demo

Kemudahan perijinan

c. Lama proses perijinan

Pengenaan pajak daerah

d. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah

Perda

e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha

Status desa

f. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa

4. Sumberdaya Manusia
Kualitas tenaga kerja

a. Rasio lulusan S1/S2/S3

Tingkat ketergantungan

b. Rasio ketergantungan

Sumber: Lampiran PP No 6/2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

80

Referensi R-5
Contoh Tolok Ukur Kinerja Urusan Wajib dan Pilihan
Pemerintah Daerah Menurut SKPD
Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Tolok Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Pelayanan Umum
1

Perencanaan
Pembangunan

Tingkat ketersediaan dan validitas informasi perencanaan


pembangunan
Jumlah kerjasama pembangunan antar daerah
Tingkat disparitas pembangunan antar subwilayah
Tingkat kelengkapan rencana wilayah strategis
Tingkat kelengkapan rencana kawasan cepat tumbuh
Tingkat penanganan perencanaan wilayah tertinggal
Tingkat penanganan wilayah strategis
Tingkat penanganan wilayah cepat tumbuh
Tingkat penanganan perkembangan pusat-pusat kegiatan
wilayah
Tingkat kesesuaian antara perencanaan pusat kegiatan
dengan perkembangan actual
Tingkat penerapan perencanaan partisipatif
Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan daerah
Tingkat kapasitas kelembagaan perencanaan
pembangunan daerah
Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan daerah
Tingkat implementasi dokumen perencanaan daerah
Kualitas pelaksanaan Musrenbang*

Pemerintahan
Umum

Kepegawaian

Tingkat kapasitas sumber daya aparatur


Tingkat keterampilan dan aparatur
Tingkat profesionalisme aparatur

Statistik

Tingkat kapasitas aparatur


Tingkat pelayanan penyelenggaraan administrasi daerah
Tingkat kapasitas pengelolaan keuangan daerah
Tingkat professionalisme dan kompetensi staff
Jumlah kasus penyalahgunaan wewenang
Jumlah kasus KKN
Tingkat pelayanan pengaduan masyarakat
Jumlah kerjasama antar pemerintah daerah
Jumlah peraturan daerah yang disusun
Tingkat partisipasi politik dalam Pilkada*
Peraturan Daerah mengenai mekanisme dan koordinasi
dana dekonsentrasi*

Tingkat ketersediaan data/informasi dan statistic daerah


Tingkat penggunaan teknologi informasi untuk statistik daerah
Tingkat validitas dan kemutakhiran data dan informasi daerah
Tingkat kemudahan akses informasi

81

Lanjutan Referensi R-5...........


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Kearsipan

Tingkat kelengkapan administrasi kearsipan


Tingkat penerapan teknologi informasi dalam administrasi
kearsipan
Tingkat penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan
pelestarian dokumen/arsip daerah
Tingkat pelayanan informasi kearsipan daerah
Tingkat keterbukaan informasi kearsipan daerah bagi
masyarakat

Komunikasi dan
Informatika

Tingkat perkembangan media lokal dalam penyebarluasan


informasi pembangunan daerah
Tingkat perkembangan media lokal dalam penyebarluasan
informasi penyelenggaraan pemerintah daerah
Tingkat kapasitas SDM bidang komunikasi dan informasi
Akses masyarakat kepada informasi publik

Ketertiban dan Ketentraman


1

Kesatuan Bangsa
dan Politik Dalam
Negeri

Tingkat kriminalitas
Jumlah kasus kriminalitas yang dapat diselesaikan
Jumlah konflik etnis dan social*
HDI dan HPI wilayah konflik*
Sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap
terorisme*
Tingkat ancaman konflik antar kelompok masyarakat
Jumlah kasus pelanggaran PERDA
Jumlah kasus peredaran narkoba
Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba
Jumlah kasus illegal logging
Tingkat pendidikan politik masyarakat
Ada/tidaknya sistem penanggulangan korban bencana alam

Ekonomi
1

Perhubungan

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor perhubunganq


Tingkat ketersediaan prasarana dan sarana/fasilitas
perhubungan
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana/fasilitas
perhubunganq Tingkat pelayanan prasarana dan fasilitas
LLAJ
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana angkutan umum
Tingkat pelayanan prasarana dan sarana angkutan
penumpang dan barang (darat, laut, udara)
Tingkat keselamatan/keamanan lalu lintas transportasi (darat,
laut, udara)
Tingkat kecelakaan lalu lintas transportasi

Tenaga Kerja

Tingkat pengangguran terbuka


Jumlah pekerja formal perdesaan/perkotaan
Jumlah pekerja pada lapangan kerja kurang produktif
Tingkat kesempatan kerja
Kapasitas Balai Latihan Kerja
Proporsi Tenaga Kerja Indonesia Terdidik
Jumlah kasus pelanggaran/penyimpangan regulasi
ketenagakerjaan

82

Lanjutan Referensi R-5............


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor KUKM


Tingkat kepastian usaha dan perlindungan hukum
Laju pertumbuhan UMKM
Laju pertumbuhan nilai ekspor produk UMKM
Tingkat keterampilan SDM Usaha Mikro
Akses ke permodalan pasar
Kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha kecil

Penanaman
Modal

Tingkat investasi dalam PDRB


Laju pertumbuhan investasi
Ada/tidaknya sistem informasi penanaman modal
Jangka waktu pengurusan prosedur perijinan start up
dan operasi bisnis

Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa

Tingkat keberdayaan masyarakat perdesaan


Tingkat perkembangan lembaga ekonomi perdesaan
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
Tingkat kapasitas aparatur pemerintahan desa
Tingkat kontribusi perempuan dalam pembangunan
perdesaan

Pertanian

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor pertanian


Kualitas SDM pertanian di perdesaan
Cakupan bantuan beras bersubsidi pada keluarga miskin
Akses terhadap kredit usaha pertanian dan sumberdaya
permodalan
Tingkat ketahanan pangan kelompok miskin
Tingkat produksi bahan pangan protein hewani dan hasil
ternak dan ikan
Tingkat produksi padi/beras
Tingkat sarana hasil produksi pertanian
Cakupan lahan beririgasi
Kualitas pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Cakupan sistem penyuluhan
Tingkat penggunaan teknologi tepat guna
Nilai tambah hasil pertanian, peternakan, dan perikananq
Tingkat infrastruktur perdesaan

Kehutanan

Energi dan
Sumberdaya
Mineral

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor listrik, gas (dan air


bersih)
Ketersediaan regulasi untuk pembinaan dan pengawasan
bidang pertambangan
Ketersediaan sistem pengawasan dan penertiban kegiatan
rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
Cakupan pelayanan kelistrikan

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor kehutanan


Laju pertumbuhan luas hutan produksi
Laju pertumbuhan luas Hutan Tanaman Industri
Laju deforestasi
Nilai tambah hasil hutan kayu
Nilai tambah hasil hutan non kayu
Cakupan sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan
Cakupan penetapan kawasan hutan dalam tata ruang

83

Lanjutan Referensi R-5............


Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan

Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Kelautan dan
Perikanan

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor kelautan dan


perikanan
Tingkat perkembangan budidaya perikanan
Tingkat perkembangan perikanan tangkap
Ketersediaan sistem penyuluhan perikanan
Tingkat pengelolaan produksi perikanan
Tingkat pemasaran produksi perikanan
Tingkat perkembangan kawasan budidaya laut, air payau, dan
air tawar
Tingkat illegal fishing

Perdagangan

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor perdagangan


Ketersediaan program perlindungan konsumen
Jumlah kerjasama perdagangan internasional/regional
Tingkat pertumbuhan nilai ekspor
Tingkat pertumbuhan nilai impor
Tingkat efisiensi dan efektivitas pelayanan ekspor-impor
Tingkat pertumbuhan realisasi omzet perdagangan per tahun
Ketersediaan sistem pembinaan pedagang sektor informal

Perindustrian

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor perindustrian


Tingkat kapasitas Iptek sistem Produksi
Tingkat penerapan standardisasi produk industri
Laju pertumbuhan industri kecil dan menengah
Tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri
Volume ekspor produk industri dalam total ekspor daerah
Ketersediaan kebijakan pengelolaan sentra-sentra industri
potensial

Transmigrasi

Tingkat perkembangan areal transmigrasi


Jumlah transmigran yang berhasil dimukimkan
Akses transmigran kepada pelayanan pendidikan dan
kesehatan
Ketersediaan program penyuluhan bagi transmigrasi lokal/
regional

Lingkungan Hidup
1

Penataan Ruang

Tingkat kelengkapan Rencana Tata Ruang (mulai RTRW


sampai dengan RDTR)
Tingkat pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan
koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan
antar subwilayah
Tingkat pengendalian pemanfaatan ruang
Jumlah konflik pemanfaatan ruang antar stakeholder
setempat, antar instansi pemerintah, maupun antar
kewenangan tingkatan pemerintahan
Perkembangan rasio luas kawasan lindung terhadap luas total
wilayah
Proporsi rasio luas kawasan kritis terhadap luas total wilayah
Laju pertumbuhan luas kawasan bersifat kota
Tingkat penanganan kawasan terisolir
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang

84

Lanjutan Referensi R-5............


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan
1

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Lingkungan Hidup

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Pertanahan

Tingkat pemanfaatan sumber daya alam


Cakupan sistem pengelolaan persampahan
Tingkat pencemaran lingkungan (air, tanah, udara)
Tingkat pelanggaran dan perusakan sumber daya alam dan
lingkungan hidup
Tingkat rehabilitasi/pemulihan sumber daya alam
Jumlah kasus kebakaran hutan
Jumlah DAS berkondisi kritis
Cakupan kawasan konservasi laut
Tingkat pengelolaan ekosistem pesisir-laut
Ketersediaan Early Warning System/Pernyataan Dini
Bencana)
Jumlah kasus illegal fishing
Jumlah kasus illegal sand mining
Jumlah kasus illegal logging
Kualitas air permukaan dan air tanah*
Tingkat pencemaran pesisir dan laut*
Luas lahan kritis*

Luas daerah yang telah tercakup dalam sistem pendaftaran


tanah
Cakupan informasi pertanahan
Tingkat penerapan teknologi informasi pertanahan
Jangka waktu penyelesaian administrasi pertanahan
Tingkat penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Perumahan dan Fasilitas Umum


1

Pekerjaan Umum

Perumahan Rakyat

Tingkat aksesibilitas wilayah


Tingkat mobilitas orang/barang
Tingkat kondisi prasarana transportasi
Tingkat resiko dan periode genangan banjir
Jumlah kejadian bencana kekeringan
Tingkat ketersediaan jaringan prasarana dan pengelolaan air
baku
Tingkat pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan
(rumah tangga, permukiman, pertanian, industri)
Tingkat pengelolaan dan konservasi sumber daya air
Tingkat pelayanan air minum
Tingkat pelayanan air limbah bagi masyarakat miskin
Tingkat pengendalian potensi konflik air
Tingkat pengendalian pemanfaatan air tanah
Tingkat perlindungan daerah pantai dari abrasi air laut
Tingkat kesiagaan penanganan bencana alam
Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor perumahan
Luas dan sebaran kawasan kumuh
Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah
Tingkat kemampuan penyediaan prasarana dan sarana rumah
Tingkat kemantapan penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman
Tingkat pelayanan air bersih
Tingkat pelayanan sanitasi
Tingkat pelayanan penyehatan lingkungan (air limbah)
Tingkat kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pemakaman

85

Lanjutan Referensi R-5............


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Kesehatan
1

Kesehatan

Keluarga
Berencana

Umur harapan hidup


Angka kematian bayi
Angka kematian ibu melahirkan
Persalinan bayi oleh tenaga kesehatan*
Tingkat prevalensi/kejadian gizi kurang pada anak balita*
Angka kasus anemia gizi besi pada ibu hamil
Tingkat ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
Tingkat pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
Tingkat ketersediaan unit pelayanan kesehatan
Tingkat keterjangkauan pelayanan kesehatan
Jumlah kasus akibat pangan dan bahan berbahaya
Jumlah kasus/kejadian penyakit menular
Jumlah kasus penyakit malaria, DBD
Tingkat prevalensi HIV/AIDS
Persentase perilaku hidup sehat
Akses penduduk terhadap sanitasi dasar
Tingkat kunjungan penduduk miskin ke Puskesmas
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Akses masyarakat kawasan perbatasan pada pelayanan
kesehatan
Proporsi tenaga dokter di Puskesmas
Pemerataan tenaga kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan Ibu dan bayi*
Tingkat pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia
sekolah*
Cakupan peserta KB aktif*
Cakupan pelayanan imunisasi*
Cakupan pelayanan kesehatan jiwa
Cakupan pelayanan gawat darurat
Tingkat pencegahan/pemberantasan penyakit polio, TB Paru,
dan ISPA*
Jumlah institusi binaan untuk pelayanan kesehatan
lingkungan*
*beberapa contoh dari SPM bidang Kesehatan di Kab/kota.
Selengkapnya dapat dilihat dalam KepMenKes No 1457/
MenKes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Laju pertumbuhan penduduk
Tingkat kelahiran
Total Fertility Rate/TFR (per perempuan)*
Tingkat pelayanan kontrasepsi
Kapasitas institusi daerah dalam pelaksanaan KB

Pariwisata dan Budaya


1

Kebudayaan

Ketersediaan kebijakan tentang pelestarian budaya lokal


daerah
Jumlah program pengembangan kesenian dan kebudayaan
daerah

86

Lanjutan Referensi R-5...........


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan
2

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Pariwisata

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Pertumbuhan dan kontribusi PDRB sektor pariwisata


Tingkat perkembangan kontribusi sektor pariwisata dalam
PDRB
Tingkat perkembangan jumlah obyek wisata
Tingkat perkembangan jumlah wisatawan
Tingkat perkembangan kerjasama/kemitraan pemasaran
pariwisata

Pendidikan
1

Pendidikan

Cakupan pelayanan pendidikan usia dini


Persentase penduduk yang selesai Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun
Angka partisipasi kasar penduduk yang mengikuti
pendidikan menengah
Angka partisipasi kasar penduduk yang mengikuti
pendidikan tinggi
Tingkat mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur
pendidikan formal/non formal
Angka buta aksara penduduk usia >15 th*
Angka melanjutkan sekolah*
Angka putus sekolah*
Angka mengulang kelas*
Rata-rata lama menyelesaikan pendidikan*
Persentase penduduk miskin menyelesaikan Program Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
Tingkat cakupan pendidikan formal terhadap penduduk
miskin
Pemerataan pendidikan
Tingkat efektivitas manajemen berbasis sekolah
Jumlah anggaran pendidikan dari APBN/D
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar 9 tahun*
Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada pendidikan
sekolahdasar/sederajat*
APS pada pendidikan sekolah menengah pertama/
sederajat*
APS pada pendidikan sekolah menengah atas/sederajat*
*beberapa contoh dari SPM bidang Pendidikan.
Selengkapnya dapat dilihat dalam KepMenDikNas No 129a/
U/2004 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang
Pendidikan

Pemuda dan
Olah Raga

Tingkat kualitas pemuda (15-35 tahun)


Sports Development Index (SDI)
Prestasi olahraga dalam event-event internasionalq
Ada/tidaknya kebijakan pengelolaan prestasi olahraga
daerah
Tingkat ketersediaan prasarana dan sarana olahraga

87

Lanjutan Referensi R-5............


Kode Urusan
Wajib/Pilihan:
1. Urusan
Wajib
2. Urusan
Pilihan

Tolak Ukur Kinerja sebagai Referensi Penilaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan

Fungsi dan
Urusan
Pemerintah
Daerah

Perlindungan Sosial
1

Kependudukan
dan Catatan Sipil

Ketersediaan system administrasi kependudukan


Jumlah anak yang memiliki akte kelahiran*
Akses mayarakat terhadap pelayanan administrasi dan
kependudukan
Keterjangkauan biaya pelayanan administrasi dan
kependudukan
Lama (waktu) pelayanan administrasi dan kependudukan
Tingkat ke-mutakhir-an data administrasi dan kependudukan

Pemberdayaan
Perempuan

Jumlah kebijakan daerah untuk peningkatan kualitas anak


dan perempuan
Tingkat kesenjangan antara HDI dan GDI*
Jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan
Akses perempuan terhadap pendidikan
Persentase penduduk perempuan berusia 10 th ke atas yang
tidak/belum pernah sekolah
Persentase penduduk perempuan yang buta huruf
Akses perempuan terhadap layanan kesehatan
Angka Gender Empowerment Measurement* (mengukur
ketimpangan gender di bidang ekonomi (perempuan dalam
angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non-pertanian),
politik (perempuan di parlemen) dan pengambilan keputusan
(perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi, dan manajer))
Akses perempuan untuk terlibat dalam kegiatan public
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan
Tingkat keterwakilan perempuan di lembaga legislatif
Persentase perempuan dalam jabatan publik (PNS)
Jumlah (persentase) pekerja anak*
Tingkat perlindungan perempuan

Keluarga
Sejahtera

Tingkat kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak


Tingkat/kualitas tumbuh kembang anak
Cakupan pelayanan pasangan usia subur yang tergolong
masyarakat miskin

Sosial

Cakupan pembinaan gelandangan, pengemis, dan PMKS,


anak jalanan, dan anak cacat
Akses kepada pelayanan sosial dasar bagi masyarakat miskin
Jumlah tenaga pelayanan social untuk berbagai jenis
kecacatan
Peluang mengakses pelayanan umum
Persentase penurunan jumlah fakir miskin dan keluarga
rentan social
Persentase jumlah penduduk miskin*

Keterangan:
1 Kode Urusan Wajib
2 Kode Urusan Pilihan
* Tolok ukur kinerja pencapaian pembangunan 2004-2009
Referensi:
1. Sasaran dan Indikator Kinerja Pencapaian Pembangunan 2004-2009, Handbook SPPN RI, Bappenas, 2006
2. Indikator Kemajuan Otonomi Daerah, Handbook SPPN RI, Bappenas, 2006
3. Lampiran A 1, Lampiran A VI, dan Lampiran A-VII Permendagri 13/2006

88

Anda mungkin juga menyukai