KLARIFIKASI ISTILAH
1.1. UGD (Unit Gawat Darurat)
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang
memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat dan mampu melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving) (Kepmenkes
RI No.856, 2009).
1.2. Dukun Beranak
Dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan
mampu mengeluarkannya lewat berkemih dan buang air besar (Grace & Borley,
2006; Dwienda et al., 2014)
1.4. Umbilikus
Menurut Dorland (2012) umbilikus adalah pusar yang merupakan jaringan
parut yang menandai pelekatan tali pusat pada janin, biasa disebut juga sebagai
omphalus.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
menyusui?
Mengapa pada umbilicus tercium bau busuk dan terlihat kemerahan dikulit
sekitarnya?
4. Faktor-faktor apa yang dapat menyebabkan terinfeksinya tali pusat?
5. Berapa kali ibu hamil harus kontrol (ANC/ante natal care)?
6. Bagaimana teknik memotong tali pusat yang benar?
7. Bagaimana interpretasi kasus ini serta DD-nya?
8. Bagaimana penatalaksanaan sepsis?
9. Bagaimana penatalaksanaan ikterus
10. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Tali pusat !
BAB III
ANALISIS MASALAH
Menurut Tjipta (2013) dan Kosim et al. (2014) ikterik (pewarnaan kuning)
yang tampak pada sklera dan kulit
Breastfeeding jaundice, dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu
(ASI) eksklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada
hari kedua atau ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan.
Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidakcocokan
golongan darah (inkompatibilitas ABO) dan rhesus (inkompatibilitas
rhesus) ibu dan janin. Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang akan
menyerang sel darah merah janin sehingga akan menyebabkan pecahnya
sel darah merah sehingga akan meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel
darah merah.
Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat
timbul dalam proses persalinan. Lebam terjadi karena penumpukan darah
beku di bawah kulit kepala. Secara alamiah tubuh akan menghancurkan
bekuan ini sehingga bilirubin juga akan keluar yang mungkin saja terlalu
banyak untuk dapat ditangani oleh hati sehingga timbul kuning.
Karena infeksi, infeksi saat bayi dalam kandungan atau infeksi jalan lahir.
Atau infeksi sesudah lahir karena alat-alat bayi tidak steril, sehingga
adanya infeksi dapat menghancurkan sel darah merah yang membentuk
bilirubin.
4
Globin
ti
UCB
Besi
OTAK
Protofiri
n
Tubuh
kuning
Ginjal
(Urubilinogen)
UCB+Albu
min
Albumi
n
HEPAR
UCB
Tida
k
larut
dala
m
air
Glukorinic
acid
Urine
(yellow)
(5%)
Porta
l
Vein
Laru
t
dala
m
air
CB
Empedu
CB
Usus Halus
CB
Usus Besar CB
Ileum
Bakteri
Urubilinogen
(10%)
Sigalobulin (90%)
Feces
3.2. Bayi demam tinggi, tangisannya merintih dan tidak mau menyusui
Bayi mengalami demam tinggi merupakan gejala yang diakibatkan oleh
umbilicus yang mengalami infeksi. Infeksi dapat menjalar ke bagian organ tubuh
lain disekitar umbilicus, sehingga mengalami kemerahan. Dengan kondisi tersebut
bayi akan mengalami rasa sakit yang tak tertahankan, yang menyebabkan bayi
tersebut menangis merintih dan tidak mau menyusui. (Dewi, 2010). Adapun
menurut Schwartz (2003) bayi tidak mau menyusui, merintih dan demam
merupakan gejala atau tanda dari sepsis. Pengaruh sepsis yang menyebar pada
saluran cerna yang menyebabkan bayi tersebut tidak mau menyusui, menyebar
pada saluran nafas yang menyebabkan bayi merintih dan menyebar pada sel tubuh
yang menyebabkan demam.
3.3. Umbilicus tercium bau busuk dan terlihat kemerahan
Penyebab umbilicus tercium bau busuk dan terlihat kemerahan diakibatkan oleh
pemotongan tali pusat yang tidak steril. Saat dipotong talipusat dilepas dari supply
darah dari ibu, kemudian tali pusat menempel dan mengeras. Pengeringan dan
pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengalirinya.
Jaringan pada sisa talipusat dapat dijadikan tempat infeksi koloni oleh bakteri
terutama jika tidak steril. S. aureus, E. Coli, dan B. Streptoccoci dijumpai
berkoloni dalam tali pusat. Bakteri ini menyebabkan inflamasi sehingga
mengalami rubor atau kemerahan kemudian bakteri yang ada dihancurkan oleh
system imun dan terbentuk abses atau nanah pada tepi umbilical. (Depkes RI,
2004)
3.4. Faktor-faktor penyebabkan terinfeksinya tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi
yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di
potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada
pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi
Staphylococcus aereus pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada
sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema. (Musbikin, 2005).
Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui
ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada
keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2002).
Adapun menurut Danuatmaja (2003) dapat juga tali pusat terinfeksi oleh bakteri
Clostridium tetani yang menyebabkan tetanus dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme). Oleh karena itu faktor-faktor penyebab infeksi tali pusat adalah :
a. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya
infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan
tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu
pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat
memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong
persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang
digunakan pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat
pemotongan tali pusat.
b. Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis. Infeksi
oleh Clostridium tetani pada bayi saat pertolongan persalinan oleh dukun
beranak yang memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan
berkarat serta tidak diberikan obat antiseptik.
c. Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku di sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan
atau
serbuk-serbuk yang
dipercaya
bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Dari ramuan ataupun
serbuk yang tidak hygeinis dapat menyebabkan infeksi dari mikroba yang
dikandungnya.
3.5. Jadwal ibu hamil kontrol
Menurut Saifuddin (2002) kunjungan ANC untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua
kali kunjungan.
Dengan rincian pemeriksaan dan konsultasi sebagai berikut :
Perencanan persalinan
perkemihan
Mengulang perencanaan persalinan
4. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5. Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang pusat,
ikatan harus kecang dengan simpul mati.
6. Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan
bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik.
3.7. Interpretasi kasus ini
Anamnesis :
1. Keluhan utama :
Demam tinggi
2.
Keluhan penyerta :
Skelera kuning
Tangisan merintih
Tidak mau menyusui
3. Riwayat penyakit : 4. Riwayat kehamilan :
Tidak kontrol teratur ke bidan/dokter
Melahirkan ditolong oleh dukun beranak
Pemeriksaan fisik
Bayi tampak lemah
Ikterik
Umbilikus berbau busuk dan warna
kemerahan di kulit sekitarnya
Interpretasi
Abnormal
Abnormal
Abnormal/adanya infeksi
Berdasarkan interpretasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka bayi tersebut
diduga menderita sepsis (Pusponegoro, 2000; Kosim et al., 2014). Adapun untuk
memastikan harus dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
kultur darah,
Memeriksa golongan darah Ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil.
Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir,
dirawat.
Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui.
2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya ikterus
Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya gejala dan diatasi
dengan penatalaksanaan di bawah ini
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan :
Kadar bilirubin serum berkala.
Darah tepi lengkap.
Golongan darah ibu dan bayi diperiksa.
b.
diperhatikan :
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan
b. Terapi transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tidak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan
sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa
mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,
cerebral palsy, gangguan motoric dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi sudah teracuni akan dibuang dan ditukar
dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan bertahap.
Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang
menggembirakan, maka terapi transfuse bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka
perlu dilakukan proses transfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah
masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam
tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin yang tinggi.
c. Terapi obat-obatan
Terapi dengan obat-obatan, seperti obat Phenobarbital atau luminal untuk
meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya
indirect berubah jadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau
albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut
bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan
terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obatobatan ini dikurangi bahkan dihenntikan. Efek sampingnya adalah mengantuk.
Akibatnya bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan
terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan
bilirubin. Oleh karena itu, teapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk
menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil bisa
ditangani.
d. Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk
itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat
terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.
e. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur
selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam
keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan
anatara jam 07.00 sampai 09.00 pagi. Inillah waktu dimana sinar surya efektif
mengurangi kadar bilirubin. Dibawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup
efektif, sedangkan di atas jam Sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga
akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke
matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi disekeliling,
keadaan udara harus bersih.
3.10.
jaringan kulit di sekitar tali pusat ditandai dengan tali pusat merah, bengkak dan
mengeluarkan nanah atau berbau busuk.
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15
hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat
penting untuk mencegah sepsis.
1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Bila tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah atau berbau busuk tapi
kemerahan dan bengkak terbatas pada daerah kurang dari 1cm di sekitar
pangkal tali pusat maka disebut sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Penatalaksanaan
Bersihkan tali pusat dengan menggunakan larutan antiseptik (KLorheksidin
atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih Olesi tali pusat dan
daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (gentian violet atau iodium
povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali
pusat. Dapat dilakukan ibu di rumah kapan saja bila memungkinkan
2) Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau
kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami
pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
Penatalaksanaan
Bawa bayi ke dokter dan tetap lakukan perawatan seperti infeksi tali pusat
lokal atau terbatas Oleh dokter akan dilakukan pemeriksaan tanda tanda
sepsis pada bayi dan pemeriksaan laboratorium darah serta kultur dan
sensitivitas. Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti
Kloksasilin oral selama lima hari.
Behrman, R.E., Kliegman, R & Arvin, A.M. (2012.). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Danuatmaja (2003). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspaswara
Depkes RI. (1994). Buku Pintar Dukun. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Bakti Husada.
Dewi, V. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Dorland, W.A.N. (2012). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC.
Dwienda, O., Maita, L., Saputri, E.M., & Yulviana, R. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para
Bidan. Yogyakarta : Deepublish.
Grace, P.A., & Borley, N.R. (2006). At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit PT. Gelora Aksara Pratama.
IDAI. (2003). Infeksi Tali Pusat dalam Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
1. Definisi,
etiologi,
patofisiologi,
patogenesis,
komplikasi
dan
penatalaksanaan Sepsis!
2. Macam-macam infeksi pada bayi baru lahir!
3. Pemeriksaan pada ANC lengkap !
4. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis
pada kasus ini!
2) Etiologi
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri. virus, jamur dan
protozoa (jarang). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah
Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu.
Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh Streptokokus grup B, virus herpes
simplek (HSV), enterovirus dan E. coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat
namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi,
disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur.
4)
Patogenesis
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
5)
Komplikasi
Menurut Pusponegoro (2000) dan Sheikh et al. (2010) komplikasi yang
ataupun
bakteri
gram
postif
yang
mengeluarkan
6) Penatalaksanaan
Menurut Pusponegoro (2000) dan Kosim et al. (2014) penatalaksaan sepsis dapat
dilakukan sebagai berikut :
4) Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolism tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
5) Mengenai pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh,
tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak, dan dapat diberik secara
parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi.
6) Walaupun pemberian antibiotik masih merupakan tata laksana utama
pengobatan sepsis neonatorum, berbagai upaya pengobatan tambahan
kembang janin.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan janin.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
eksklusif
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
a.
d) Jadwal Imunisasi TT
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1
TT3 6 bulan setelah TT2
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
g) Jadwal Kunjungan Ulang
Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk :
Penapisan dan pengobatan anemia.
Perencanaan persalinan.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
Kunjungan II (24 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan:
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Penapisan pre eklamesia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
Mengulang perencanaan persalinan.
Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) :
Sama seperti perkunjungan II dan III.
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
Mengenali tanda-tanda persalinan.
2) Pemeriksaan antenatal care
a) Anamnesis
Identitas Pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada
kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada
unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta
aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan
b) Pemeriksaan Fisis
Status generalis/pemeriksaan umum
Penilaian keadaan umum, tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan), tinggi/berat badan.
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal,
hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.
Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri
Abdomen
Genitalia eksterna
Genitalia interna
Pemeriksaan rektal (rektal touch) : dilakukan atas indikasi.
d) Pemeriksaan Lanjutan
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai
mencapai normal.
Pemeriksaan USG
Nasehat Untuk Perawatan Umum sehari-hari
serta urin.
Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium,
kalium).
b) Bila ada indikasi, dapat dilakukan pemeriksaan biakan tinja dan urin.
Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil pemeriksaan baru akan
diketahui dalam waktu minimal 3-5 hari.
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi,
dan ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan
atas indikasi.
3) Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan
plasenta
dan
selaput
janin
dapat
menunjukkan
adanya
Behrman, R.E., Kliegman, R & Arvin, A.M. (2012.). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. (2010). Pedoman Pelayanan
Kementerian Kesehatan RI.
Antenatal
Terpadu.
Jakarta
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, Rizakya., Sarosa, G.I., & Usman, A. (2014).
Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Mathur, N.B. (2010). Neonatal Sepsis. New Delhi : Elsevier Publishing.
McDonald, M.G., Seshia, M.M.K., & Mullet, M.D. (2005). Avery Neonatology :
Pathophysiology & Management of The Newborn. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
McMillan, J.A., Feigin, R.D., DeAngelis, C., & Jones, M.D. (2006). Oskis
Pediatrics : Principles & Practice. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
Pasqulini, L., Menccaci, A., Leli, C., Montagna, P., Cardecci, A., Cenci, F.,
Montecarlos, I., Pirro, M., DiFillipo, F., Cistaro, F., Shillaci, G., Bistoni,
F., & Mannarino, E. (2012). Diagnostic performance of a multiple real
time PCR assay in patients with suspected sepsis hospitalized in an
internal medicine ward. Journal of Clinical Biology, 50(4), 1285-1289.
Pusponegoro, T.S. (2000). Sepsis pada neonatus (sepsis neonatal). Sari Pediatri,
2(2), 96-102.
Sheikh, A.M., Javed, T., Afzal, M.P., & Sheikh, C.A., (2010). Course and
complication of early onset neonatal sepsis : a descriptive study. Annals.,
16(4), 96-102.