Anda di halaman 1dari 21

1

PERLINDUNGAN UPAH TERHADAP PEKERJA PADA KANTOR


NOTARIS DI KOTA YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Notaris dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pejabat
dibidang hukum pada prinsipnya membutuhkan tenaga kerja untuk membantu
menjalankan

pekerjaannya.

Notaris

mempekerjakan

seseorang

dalam

kantornya adalah sebagai pembantu pembuat akta dan hal-hal yang berkaitan
dengan tugas notaris. Keterkaitan antara pekerja dengan notaris tidak hanya
dengan ketentuan, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan
dengan kepentingan notaris dan masyarakat atau kliennya. Untuk itu
diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
mencakup sumber daya manusia, peningkatan produktivitas, perjanjian
kontrak kerja dan lain sebagainya.
Tujuannya adalah untuk menjamin kualitas kerja dan pekerja yang
bekerja pada kantor notaris terkait mengenai upah dan gaji yang diterima serta
untuk melindungi pekerja mengenai hak dan kewajibannya. Melihat praktik
dilapangan jika dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, maka pekerja pada kantor notaris tidak sama hak
dan kewajibannya dengan ketentuan ketenagakerjaan. Surat perjanjian kerja
antara notaris dengan pekerja pada praktiknya tidak terlaksana, artinya notaris
mempekerjakan seseorang pada kantornya sesuai dengan kebutuhannya. Jika
pekerja pada kantor notaris dikatakan sebagai karyawan atau tenaga kerja pada

kantor notaris maka harus memperhatikan kesesuaian upah mimimim regional


disetiap daerah dimamana kantor notaris berada serta harus melihat ketentuanketentuan undang-undang ketenagakerjaan.
Penjelasan

Undang-undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa pembangunan ketenagakerjaan sebagai


bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang

Dasar

1945,

kemudian

dilaksanakan

dalam

rangka

pembangunan manusia di Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat


Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat dan harga diri tenaga kerja
serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik
materiil maupun spiritual. Pada prinsipnya pembangunan ketenagakerjaan
mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan.
Beberapa point penting yang harus diperhatikan disini adalah
mengenai jaminan tenaga kerja, waktu kontrak kerja, pemberian upah dan
sebagainya. Notaris tidak memberlakukan ketentuan tersebut diatas sedangkan
dalam pelaksanaannya bahwa notaris memiliki kantor oprasional dan
pekerjanya yang disebut sebagai karyawan atau tenaga kerja. Permasalahan
penting yang akan menjadi dasar pembahasan dan analisis penulis adalah
sebagai berikut:
1. Tentang bagaimana ketentuan kontrak kerja antara notaris dengan
pekerjanya,
2. Pelaksanaan pemberian upah dan gaji,

3. Ketentuan pemberhentian dan pengangkatan pekerja pada kantor


notaris,
4. Masalah jaminan pekerja serta ketentuan lain yang menyangkut hak
dan kewajiban antara pekerja dengan notarisnya.
Melihat perrmasalahan tersebut diatas, maka hal yang menarik adalah
apakah notaris dalam mempekerjakan seseorang pada kantornya menggunakan
sistem kontrak atau bersifat sementara. Jika menggunakan sistem kontrak
maka notaris dalam mempekerjakan seseorang pada kantornya dapat
dikatakan telah mngacu kepada Undang-undang ketenagakerjaan serta harus
memperhatikan mengenai ketentuan gaji dan upah sesuai dengan upah
minimum regional.
Karena jika mengacu pada Undang-undang Ketenagakerjaan yaitu
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dengan tegas mengatur tentang
Pengupahan, dengan melindungi upah tenaga kerja yang merupakan upah
minimum berdasarkan wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota, yang diarahkan
kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. Sistem upah pada umumnya
dipandang sebagai suatu alat untuk mendistribusikan upah kepada karyawan,
pendistribusian ini berdasarkan produksi, lamanya kerja, lamanya dinas dan
berdasarkan kebutuhan hidup.
Tetapi jika notaris dalam mempekerjakan seseorang pada kantornya
hanya bersifat sementara dan sesuai kebutuhan saja maka hal tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan Undang-undang ketenaga kerjaaan. Kesepakatan
kerjasama tersebut pada prinsipnya harus memiliki peraturan yang khusus

mengenai hak dan kewajiban serta ketentuan lain mengenai kesepakatan


kontrak kerja antara notaris dengan pekerjanya. Tujuannya adalah untuk
terciptanya asas keadilan serta terwujudnya kesejahteraan pekerja khususnya
pada kantor notaris di Kota Yogyakarta.
Fokus penelitian dan arah pembahasan penulis dalam permasalahan ini
adalah tentang bagaimana perlindungan upah terhadap pekerja yang bekerja
dikantor notaris kota Yogyakarta serta bagaimana perlindungan upah jika
ditinjau dari prespektif kebijakan upah minimum regional dari daerah tersebut.
Hal tersebut yang menjadi dasar penulis untuk melakukan sebuah penelitian
mengenai perlindungan pekerja yang bekerja pada kantor notaris, maka
penulis akan mengankat judul penelitian PERLINDUNGAN UPAH
TERHADAP

PEKERJA

PADA

KANTOR

NOTARIS

DI

KOTA

YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana ketentuan kontrak kerja terhadap karyawan yang bekerja di


kantor notaris Kota Yogyakarta?

2.

Bagaimana perlindungan upah bagi tenaga kerja yang bekerja di kantor


notaris dari prespektif kebijakan upah minimum kota Yogyakarta?

C. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai Perlindungan
Upah Terhadap Pekerja Pada Kantor Notaris Kota Yogyakarta belum pernah di
temukan oleh penulis. Pernah ditemukan oleh penulis penelitian dengan judul
Analisis Yuridis Normatif Perlindungan Upah Bagi Tenagakerja Ditinjau Dari
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi kasus
kota Surakarta) yang ditulis oleh Widi Nugrahaningsih. Penelitian tersebut
meneliti tentang bagaimana ketentuan perlindungan jaminan upah bagi tenaga
kerja ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.1 Kesimpulannya adalah bahwa jaminan kepastian hukum
tentang upah bagi tenagakerja di kota Surakarta, dapat dilaksanakan sesuai
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
dengan instrumen pelaksana yaitu dinas sosial tenagakerja kota Surakarta,
diupayakan supaya antar pihak yaitu pengusaha dan pekerja tidak merasa
dirugikan terhadap adanya kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dengan
tujuan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Apabila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis, dilihat dari objek penelitian maupun arah pembahasannya maka
sangat berbeda karena penulis menitikberatkan penelitiannya pada bagaimana
ketentuan kontrak kerja terhadap karyawan yang bekerja di kantor notaris
Kota Yogyakarta serta bagaimana perlindungan upah bagi tenaga kerja yang
bekerja di kantor notaris dari prespektif kebijakan upah minimum kota
1

Widi Nugrahaningsih, 2015, Analisis Yuridis Normatif Perlindungan Upah Bagi


Tenagakerja Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
(Studi kasus kota Surakarta).

Yogyakarta. Untuk itu, maka penelitian ini merupakan hasil penelitian sendiri
dan akan diteliti lebih lanjut oleh penulis, sehingga penelitian ini diharapkan
dapat melengkapi penelitian sebelumnya serta menjadi dasar evaluasi dalam
menyempurnakan peraturan kontrak kerja serta menganai dasar pengupahan
khususnya terkait dengan kesepakatan kerja yang dilakukan antara notaris
dengan pekerjanya.

D. Manfaat Penelitian
1.

Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam bidang
penelitian dan untuk memperluas pengetahuan penulis dalam bidang
hukum khususnya yaitu bidang hukum perdata dan kenotariatan.

2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum
dan terutama bagi pejabat hukum yaitu notaris, serta dapat menjadi
evaluasi bagi praktisi hukum.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketentuan kontrak kerja terhadap karyawan yang
bekerja di kantor notaris Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui perlindungan upah bagi tenaga kerja yang bekerja di


kantor notaris dari prespektif kebijakan upah minimum kota Yogyakarta.

F. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Notaris
a.

Notaris
Notaris merupakan pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan

oleh pemerintah, namun Notaris bukanlah Pegawai Negeri menurut Undangundang atau peraturan kepegawaian. Oleh karenanya Notaris tidak menerima
gaji dan memperoleh pensiun, hanya menerima honorarium dari kliennya.
Dalam Pasal 36 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris diatur secara jelas mengenai besarnya honorarium yang diperoleh oleh
Notaris dalam menjalankan tugasnya. Undang- undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Jabatan Notaris tersebut.2
Notaris diberi wewenang serta mempunyai kewajiban untuk melayani
publik, oleh karena itu Notaris ikut melaksanakan kewibawaan dari
pemerintah. Dody Radjasa Waluyo menegaskan bahwa Notaris selaku pejabat
umum mempunyai kewenangan membuat akta otentik, yang merupakan bukti
tertulis perbuatan hukum para pihak dalam bidang hukum perdata.3
Adapun mengenai akta otentik yaitu:
2

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Pasal 1 tentang Jabatan Notaris.


Dody Radjasa Waluyo, 2001, Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum, Media
Notariat (Menor), edisi Oktober-Desember. hlm. 63.
3

1. Akta artinya tulisan yang memang disengaja dibuat untuk dijadikan


bukti tentang suatu peristiwa yang ditandatangani (Pasal 1867
KUHPerdata),
2. Akta otentik itu mempunyai kekuasaan pembuktian hukum yang
sempurna, karena itu kedudukannya sama dengan Undang-undang,
artinya apa yang tertulis dalam akta itu harus dipercayai oleh
hakim serta mempunyai kekuatan pembuktian keluar secara formil
maupun materiil,
3. Apabila suatu akta tidak dibuat di hadapan atau oleh pejabat yang
berwenang, maka akta itu menjadi tidak otentik melainkan sama
dengan akta di bawah tangan, artinya apabila akta tersebut
disangkal oleh penggugat, maka harus dibuktikan dulu kebenaran
tanda tangan yang terdapat dalam suatu akta.
4. Jadi kegunaan akta otentik untuk kepentingan pembuktian dalam
suatu peristiwa hukum guna mendapatkan suatu kepastian hukum.
b. Tugas dan Kewenangan Notaris
Seorang Notaris mempunyai tugas dan kewenangan yang harus
dipatuhi. Tugas pokok dari Notaris, adalah membuat akta-akta otentik. Di
dalam pembuatan akta-akta otentik tersebut, Notaris mempunyai peranan
yang sangat penting, yaitu melayani kepentingan umum terutama dalam hal
pelayanan hukum. Kewenangan dari Notaris tersebut meliputi:
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk


dinyatakan dalam akta otentik,
2. Menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
3. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,
4. Membubuhkan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus,
5. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan, berupa salinan
yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan,
6. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya,
7. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta,
8. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan,
9. Membuat akta risalah lelang.
Kewenangan Notaris tersebut dibatasi oleh ketentuan-ketentuan lain
yaitu tidak semua pejabat umum dapat membuat semua akta, tetapi seorang
pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Notaris tidak berwenang membuat akta untuk
kepentingan

orang-orang

tertentu.

Maksudnya,

bahwa

Notaris

tidak

diperbolehkan membuat akta untuk diri sendiri, suami/istrinya, keluarga


sedarah maupun keluarga semenda dari Notaris, dalam garis keturunan lurus

10

ke bawah tanpa batasan derajat serta dalam garis ke samping sampai dengan
derajat ketiga, baik menjadi pihak untuk diri sendiri maupun melalui kuasa.
Hal ini untuk mencegah terjadinya suatu tindakan memihak dan
penyalahgunaan jabatan. Notaris hanya berwenang untuk membuat akta
otentik di wilayah hukum atau wilayah jabatannya. Di luar wilayah hukum
atau wilayah jabatannya, maka akta yang dibuat tidak mempunyai kekuatan
sebagai akta notariil. Notaris tidak boleh membuat akta, apabila Notaris masih
menjalankan cuti atau dipecat dari jabatannya. Notaris juga tidak boleh
membuat akta, apabila Notaris tersebut belum diambil sumpahnya.

2. Tinjauan Umum tentang Tenaga Kerja dan Perjanjian Kerja


a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau karyawan adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, instansi (perusahaan) maupun untuk
masyarakat, sedangkan pemberi kerja adalah orang perorangan, pengusaha,
badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian
pengusaha adalah orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan.
b. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja (Karyawan)
Menurut konsepnya, bahwa hak adalah sesuatu yang harus kita
terima setelah kita menjalankan suatu kewajiban. Sedangkan kewajiban

11

adalah sesuatu yang perlu dilakukan sebelum menuntut hak. Seorang tenaga
kerja mempunyai beberapa hak dan kewajiban baik sebelum menjadi tenaga
kerja, setelah menjadi tenaga kerja bahkan setelah mereka telah selesai
menjadi tenaga kerja.4 Arah pembangunan ketenagakerjaan telah jelas
didalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Dari sini pekerjaan adalah merupakan hak dasar
setiap orang, karena adanya pekerjaan pada dasarnya bukan semata-mata
untuk mendapatkan penghasilan, tetapi lebih dari itu harga diri dan martabat
manusia juga dari aktivitas bekerja yang bersangkutan.
Lebih lanjut dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945
memberikan penjelasan dan arahan tentang kebebasan berserikat dan
menyampaikan pendapat. Dalam konteks ketenagakerjaan, hal ini berkaitan
dengan pelaksanaan hak berserikat bagi pekerja dan segala macam
implikasinya. Dilihat dari ruang lingkupnya, hal-hak tersebut juga termuat
secara jelas pada Deklarasi Universal PBB tentang Hak Azasi Manusia
tahun 1948. Dalam dasawarsa terakhir abad 20, hak azasi manusia dan
demokratisasi merupakan isu yang paling mendapat sorotan masyarakat
internasional secara tajam. Hal tersebut telah merasuk kedalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Isu ini menjadi
kelengkapan dari globalisasi dan liberalisasi pasar yang secara langsung
terkait dengan aspek ketenagakerjaan. Dengan demikian pembangunan
4

Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Cet. II,


Jakarta, PT. Raja Grafika Persada. hlm 21.

12

politik ketenagakerjaan tidak mungkin terlepas dari kecenderungan dunia


tersebut.5
Masyarakat internasional mengakui adanya sejumlah konvensi
ILO, sebagai core convention yang merupakan konvensi-konvensi tentang
hak-hak dasar pekerja. Konvensi tersebut merupakan salah satu sisi hak
azasi pekerja, yang harus dihormati dan dilaksanakan oleh semua negara
anggota. Bangsa Indonesia telah meratifikasih keseluruhan isi konvensi
tersebut yang berjumlah tujuh buah. Dengan perkembangan nasional
maupun global tersebut, maka terjadi perubahan paradigma yang sangat
mendasar dalam bidang ketenagakerjaan khususnya berkaitan dengan hakhak dasar pekerja. Sehingga peradigma baru yang mejadi dasar
pembangunan politik ketenagakerjaan adalah hak berserikat dan hak azasi
pekerja, demokrasi serikat pekerja, serta perluasan kesempatan kerja dengan
tetap memperhatikan segi gender pekerja/karyawan.6
Dilihat secara alamiah pekerja sebagai manusia dengan segala
harkat dan martabatnya perlu mendapatkan hak-hak dasar mereka. Hak-hak
dasar ini telah ditetapkan melalui berbagai konvensi ILO yang disebut core
convention yang pada dasarnya mengatur hak-hak yang fundamental. Hakhak dasar tersebut telah disepakati oleh masyarakat internasional dan harus
dihormati dan dilaksanakan antara lain adalah hak berserikat. Dalam
Undang-undang tenaga kerja Nomor 13 Tahun 2003 tidak membedakan
5

Halili Toha dan Hari Pramono. 1991, Hubungan Antara Majikan dan
Buruh, Cet II, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm 7.
Ibid.

13

antara hak tenaga kerja perempuan dan laki-laki, tetapi lebih banyak
menyinggung tentang hak-hak tenaga kerja perempuan yang pada prinsipnya
lebih sering mengalami kesenjangan dalam kontrak kerja pada perusahaan.
3. Tinjauan Umum Tentang Gaji dan Upah
a. Gaji
Gaji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan
oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan seperti manajer (Mulyadi,
2001, 377).7 Penggajian dapat diartikan sebagai proses pembayaran upah
kepada seseorang atau individu untuk pengganti hasil kerja atau jasa yang
telah dilakukan. Pada prinsipnya gaji dan upah dianggap mempunyai
pengertian yang sama oleh kebanyakan masyarakat. Anggapan ini terjadi
mungkin disebabkan karena gaji dan upah sama-sama merupakan balas jasa
yang diberikan kepada karyawannya. Pada kenyataannya kedua istilah
tersebut mempunyai perbedaan.
b. Upah
Istilah upah (wages) biasanya digunakan untuk pembayaran kepada
karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak
terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam. 8
Menurut undang-undang tenaga kerja Nomor 13 Tahun 2003, Bab 1, Pasal
1 berisikan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
7
8

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/gaji-dan-upah.html.20:30 Wib.
https://sanoesi.wordpress.com/tag/gaji-dan-upah-tinjauan-akuntansi-gaji-dan-upah.20:45
Wib.

14

kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu


perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, memberikan
definisi upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu kerja berfungsi
sebagai suatu jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan
dan produktifitas yang dinyatakan dalam nilai atau bentuk yang ditetapkan
menurut suatu persetujuan Undang-undang dan peraturan yang dibayarkan
atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima
kerja.
Selanjutnya pengertian gaji dan upah menurut Hadi Purwono
adalah sebagai berikut:9
1. Gaji (salary) biasanya dikatakan upah (wages) yang dibayarkan
kepada pimpinan, pengawas, dan tata usaha pegawai kantor
atau manajer lainnya. Gaji umumnya tingkatnya lebih tinggi
dari pada pembayaran kepada pekerja upahan.
2. Upah adalah pembayaran kepada karyawan atau pekerja yang
dibayar menurut lamanya jam kerja dan diberikan kepada
mereka yang biasanya tidak mempunyai jaminan untuk
dipekerjakan secara terus-menerus.
Dari definisi Gaji dan upah di atas maka dapat disimpulkan bahwa
gaji merupakan pengganti jasa bagi tenaga-tenaga kerja dengan tugas yang
9

Purwono. H, 2003, Sistem Personalia, Edisi Ke-3, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

15

sifatnya lebih konstan. Ditetapkan melalui perhitungan masa yang lebih


panjang misalnya bulanan, triwulan atau tahunan. Sedangkan upah adalah
pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan
berdasarkan jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan misalnya jumlah
unit produksi.

G. Metode Penelitian
Penelitian mengenai Perlindungan Upah Terhadap Pekerja Pada Kantor
Notaris di Kota Yogyakarta merupakan penelitian yuridis empiris. Pendekatan
yuridis dari segi Undang-undang serta peraturan lain yang relevan dengan
permasalahan, sedangkan empiris dengan terjun langsung ke lapangan.10
1. Penelitian Lapangan
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan
pendekatan konseptual (conceptual approach) mengenai kekuatan
pembuktian sidik jari pada akta notaris. Penelitian hukum empiris
dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber
hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada
di dalam masyarakat. Data dari lapangan ini dikumpulkan dan dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab secara tertulis maupun
secara lisan sehingga nantinya diperoleh data yang konkrit dan akurat.
2. Jenis Data
a. Data Primer

10

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Judimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 40.

16

Data primer terdiri dari pendapat responden dan narasumber serta hasil
penelitian lapangan. Kemudian sebagai bahan hukum primer adalah:
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4) Serta peraturan lain yang berkaitan dengan penelitian.
b. Data Sekunder
Terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier yaitu bahan yang berhubungan atau erat kaitannya dari
bahan

hukum

primer

yang

dapat

membantu

menganalisis

permasalahan yang ada dalam bentuk buku-buku, dokumen/data yang


didapat dari lapangan, makalah hasil seminar maupun pendapat para
ahli hukum. Adapun ruang lingkup penelitian kepustakaan sebagai
berikut:
1) Bahan Hukum Primer
a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
b) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
c) Undang-undang

Nomor

13

Tahun

2003

Ketenagakerjaan.
d) Serta peraturan lain yang berkaitan dengan penelitian.

tentang

17

2). Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berhubungan atau erat
kaitanya dari bahan hukum primer yang dapat membantu
menganalisis permasalahan yang ada dalam bentuk buku-buku,
dokumen/data yang didapat dari lapangan, makalah hasil seminar
maupun para ahli hukum.
3). Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari:
a) Kamus hukum,
b) Kamus Inggris-Indonesia,
c) Kamus Bahasa Indonesia.
3. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Kota Yogyakarta.
Alasan penulis mengambil lokasi penelitiaan di Kota Yogyakarta adalah
wilayah tersebut banyak terdapat kantor notaris serta penulis melihat
banyaknya pekerja atau karyawan yang bekerja pada masing-masing
kantor notaris di Kota Yogyakarta.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Sampling
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara teknik non random sampling yaitu setiap individu tidak diberi
kesempatan untuk menjadi anggota sampel. bentuk yang diambil adalah
purposive sampling yaitu penelitian dengan menggunakan pertimbangan-

18

pertimbangan dalam menentukan sampel berdasarkan pengetahuan yang


cukup dan ciri-ciri yang berhubungan dengan penelitian.
b. Responden
Responden penelitian mengenai Perlindungan Upah Terhadap
Pekerja Pada Kantor Notaris di Kota Yogyakarta adalah para pekerja pada
Kantor Notaris Kota Yogyakarta. Dalam hal ini penulis mengambil lima
responden yaitu:
1) ................................
2) .
3) ...
4)
5)
c. Narasumber
Narasumber adalah pihak yang memahami tentang masalah
penelitian. Narasumber bukan orang yang mengalami fenomena yang
diteliti namun dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut. Sebagai narasumber dalam penelitian ini
adalah.

5. Jalannya Penelitian
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan dan menginventaris
bahan-bahan kepustakaan dilanjutkan dengan menentukan topik penelitian

19

dan dan penyusunan serta pengajuan alternatif judul. Kemudian


mengajukan proposal untuk didiskusikan dan dikonsultasikan dengan
Dosen pembimbing tesis untuk penyempurnaanya.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan dengan dua tahap sebagai berikut:
1) Pelaksanaan penelitian kepustakaan, pertama adalah pengumpulan dan
pengkajian terhadap data sekunder yang tentunya meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
2) Pelaksanaan

penelitian

lapangan

dilakukan

dengan

penelitian

responden dan pengumpulan data primer. Hal ini dilakukan melalui


wawancara dengan menggunakan alat berupa kerangka wawancara
yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga dilakukan
pengumpulan data sekunder dari narasumber terkait.
c. Tahap penyelesaian
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah pengolahan, analisis
data, dan kontruksi data agar dapat dikonsultasikan kepada Dosen
Pembimbing Tesis sambil melakukan perbaikan-perbaikan hingga
akhirnya dilakukan penyusunan laporan akhir.
6. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul baik dari penelitian lapangan maupun
penelitian pustaka disusun dan dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu dengan melakukan interaksi

20

langsung kelapangan untuk mendapat data-data sesuai dengan yang diteliti


yang dinyatakan oleh responden dan narasumber secara tertulis atau lisan
serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari menjadi
suatu kesatuan yang utuh.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku-buku:
Abdul

Khakim. 2007. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.

Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar


Grafika.

21

Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Cet. II, Jakarta, PT.
Raja Grafika Persada.
Halili Toha dan Hari Pramono. 1991, Hubungan Antara Majikan dan Buruh, Cet
II, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Purwono. H, 2003, Sistem Personalia, Edisi Ke-3, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Radjasa Waluyo, 2001, Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum, Media
Notariat (Menor), edisi Oktober-Desember.
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Judimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Swastha, dan Sukotjo. 2000, Manajemen Personalia, Edisi KE-5, BPFEYogyakarta.
Peraturan:
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang jabatan Notaris.
Website:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42669/4/Chapter%20II.pdf.20:00
Wib.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/gaji-dan-upah.html.20:30 Wib.
https://sanoesi.wordpress.com/tag/gaji-dan-upah-tinjauan-akuntansi-gaji-danupah.20:45 Wib.

Anda mungkin juga menyukai