pekerjaannya.
Notaris
mempekerjakan
seseorang
dalam
kantornya adalah sebagai pembantu pembuat akta dan hal-hal yang berkaitan
dengan tugas notaris. Keterkaitan antara pekerja dengan notaris tidak hanya
dengan ketentuan, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan
dengan kepentingan notaris dan masyarakat atau kliennya. Untuk itu
diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
mencakup sumber daya manusia, peningkatan produktivitas, perjanjian
kontrak kerja dan lain sebagainya.
Tujuannya adalah untuk menjamin kualitas kerja dan pekerja yang
bekerja pada kantor notaris terkait mengenai upah dan gaji yang diterima serta
untuk melindungi pekerja mengenai hak dan kewajibannya. Melihat praktik
dilapangan jika dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, maka pekerja pada kantor notaris tidak sama hak
dan kewajibannya dengan ketentuan ketenagakerjaan. Surat perjanjian kerja
antara notaris dengan pekerja pada praktiknya tidak terlaksana, artinya notaris
mempekerjakan seseorang pada kantornya sesuai dengan kebutuhannya. Jika
pekerja pada kantor notaris dikatakan sebagai karyawan atau tenaga kerja pada
Undang-undang
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
Dasar
1945,
kemudian
dilaksanakan
dalam
rangka
PEKERJA
PADA
KANTOR
NOTARIS
DI
KOTA
YOGYAKARTA.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
2.
C. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai Perlindungan
Upah Terhadap Pekerja Pada Kantor Notaris Kota Yogyakarta belum pernah di
temukan oleh penulis. Pernah ditemukan oleh penulis penelitian dengan judul
Analisis Yuridis Normatif Perlindungan Upah Bagi Tenagakerja Ditinjau Dari
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi kasus
kota Surakarta) yang ditulis oleh Widi Nugrahaningsih. Penelitian tersebut
meneliti tentang bagaimana ketentuan perlindungan jaminan upah bagi tenaga
kerja ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.1 Kesimpulannya adalah bahwa jaminan kepastian hukum
tentang upah bagi tenagakerja di kota Surakarta, dapat dilaksanakan sesuai
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
dengan instrumen pelaksana yaitu dinas sosial tenagakerja kota Surakarta,
diupayakan supaya antar pihak yaitu pengusaha dan pekerja tidak merasa
dirugikan terhadap adanya kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dengan
tujuan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Apabila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis, dilihat dari objek penelitian maupun arah pembahasannya maka
sangat berbeda karena penulis menitikberatkan penelitiannya pada bagaimana
ketentuan kontrak kerja terhadap karyawan yang bekerja di kantor notaris
Kota Yogyakarta serta bagaimana perlindungan upah bagi tenaga kerja yang
bekerja di kantor notaris dari prespektif kebijakan upah minimum kota
1
Yogyakarta. Untuk itu, maka penelitian ini merupakan hasil penelitian sendiri
dan akan diteliti lebih lanjut oleh penulis, sehingga penelitian ini diharapkan
dapat melengkapi penelitian sebelumnya serta menjadi dasar evaluasi dalam
menyempurnakan peraturan kontrak kerja serta menganai dasar pengupahan
khususnya terkait dengan kesepakatan kerja yang dilakukan antara notaris
dengan pekerjanya.
D. Manfaat Penelitian
1.
Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam bidang
penelitian dan untuk memperluas pengetahuan penulis dalam bidang
hukum khususnya yaitu bidang hukum perdata dan kenotariatan.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum
dan terutama bagi pejabat hukum yaitu notaris, serta dapat menjadi
evaluasi bagi praktisi hukum.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketentuan kontrak kerja terhadap karyawan yang
bekerja di kantor notaris Kota Yogyakarta.
F. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Notaris
a.
Notaris
Notaris merupakan pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan
oleh pemerintah, namun Notaris bukanlah Pegawai Negeri menurut Undangundang atau peraturan kepegawaian. Oleh karenanya Notaris tidak menerima
gaji dan memperoleh pensiun, hanya menerima honorarium dari kliennya.
Dalam Pasal 36 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris diatur secara jelas mengenai besarnya honorarium yang diperoleh oleh
Notaris dalam menjalankan tugasnya. Undang- undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Jabatan Notaris tersebut.2
Notaris diberi wewenang serta mempunyai kewajiban untuk melayani
publik, oleh karena itu Notaris ikut melaksanakan kewibawaan dari
pemerintah. Dody Radjasa Waluyo menegaskan bahwa Notaris selaku pejabat
umum mempunyai kewenangan membuat akta otentik, yang merupakan bukti
tertulis perbuatan hukum para pihak dalam bidang hukum perdata.3
Adapun mengenai akta otentik yaitu:
2
orang-orang
tertentu.
Maksudnya,
bahwa
Notaris
tidak
10
ke bawah tanpa batasan derajat serta dalam garis ke samping sampai dengan
derajat ketiga, baik menjadi pihak untuk diri sendiri maupun melalui kuasa.
Hal ini untuk mencegah terjadinya suatu tindakan memihak dan
penyalahgunaan jabatan. Notaris hanya berwenang untuk membuat akta
otentik di wilayah hukum atau wilayah jabatannya. Di luar wilayah hukum
atau wilayah jabatannya, maka akta yang dibuat tidak mempunyai kekuatan
sebagai akta notariil. Notaris tidak boleh membuat akta, apabila Notaris masih
menjalankan cuti atau dipecat dari jabatannya. Notaris juga tidak boleh
membuat akta, apabila Notaris tersebut belum diambil sumpahnya.
11
adalah sesuatu yang perlu dilakukan sebelum menuntut hak. Seorang tenaga
kerja mempunyai beberapa hak dan kewajiban baik sebelum menjadi tenaga
kerja, setelah menjadi tenaga kerja bahkan setelah mereka telah selesai
menjadi tenaga kerja.4 Arah pembangunan ketenagakerjaan telah jelas
didalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Dari sini pekerjaan adalah merupakan hak dasar
setiap orang, karena adanya pekerjaan pada dasarnya bukan semata-mata
untuk mendapatkan penghasilan, tetapi lebih dari itu harga diri dan martabat
manusia juga dari aktivitas bekerja yang bersangkutan.
Lebih lanjut dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945
memberikan penjelasan dan arahan tentang kebebasan berserikat dan
menyampaikan pendapat. Dalam konteks ketenagakerjaan, hal ini berkaitan
dengan pelaksanaan hak berserikat bagi pekerja dan segala macam
implikasinya. Dilihat dari ruang lingkupnya, hal-hak tersebut juga termuat
secara jelas pada Deklarasi Universal PBB tentang Hak Azasi Manusia
tahun 1948. Dalam dasawarsa terakhir abad 20, hak azasi manusia dan
demokratisasi merupakan isu yang paling mendapat sorotan masyarakat
internasional secara tajam. Hal tersebut telah merasuk kedalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Isu ini menjadi
kelengkapan dari globalisasi dan liberalisasi pasar yang secara langsung
terkait dengan aspek ketenagakerjaan. Dengan demikian pembangunan
4
12
Halili Toha dan Hari Pramono. 1991, Hubungan Antara Majikan dan
Buruh, Cet II, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm 7.
Ibid.
13
antara hak tenaga kerja perempuan dan laki-laki, tetapi lebih banyak
menyinggung tentang hak-hak tenaga kerja perempuan yang pada prinsipnya
lebih sering mengalami kesenjangan dalam kontrak kerja pada perusahaan.
3. Tinjauan Umum Tentang Gaji dan Upah
a. Gaji
Gaji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan
oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan seperti manajer (Mulyadi,
2001, 377).7 Penggajian dapat diartikan sebagai proses pembayaran upah
kepada seseorang atau individu untuk pengganti hasil kerja atau jasa yang
telah dilakukan. Pada prinsipnya gaji dan upah dianggap mempunyai
pengertian yang sama oleh kebanyakan masyarakat. Anggapan ini terjadi
mungkin disebabkan karena gaji dan upah sama-sama merupakan balas jasa
yang diberikan kepada karyawannya. Pada kenyataannya kedua istilah
tersebut mempunyai perbedaan.
b. Upah
Istilah upah (wages) biasanya digunakan untuk pembayaran kepada
karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak
terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam. 8
Menurut undang-undang tenaga kerja Nomor 13 Tahun 2003, Bab 1, Pasal
1 berisikan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
7
8
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/gaji-dan-upah.html.20:30 Wib.
https://sanoesi.wordpress.com/tag/gaji-dan-upah-tinjauan-akuntansi-gaji-dan-upah.20:45
Wib.
14
Purwono. H, 2003, Sistem Personalia, Edisi Ke-3, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
15
G. Metode Penelitian
Penelitian mengenai Perlindungan Upah Terhadap Pekerja Pada Kantor
Notaris di Kota Yogyakarta merupakan penelitian yuridis empiris. Pendekatan
yuridis dari segi Undang-undang serta peraturan lain yang relevan dengan
permasalahan, sedangkan empiris dengan terjun langsung ke lapangan.10
1. Penelitian Lapangan
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan
pendekatan konseptual (conceptual approach) mengenai kekuatan
pembuktian sidik jari pada akta notaris. Penelitian hukum empiris
dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber
hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada
di dalam masyarakat. Data dari lapangan ini dikumpulkan dan dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab secara tertulis maupun
secara lisan sehingga nantinya diperoleh data yang konkrit dan akurat.
2. Jenis Data
a. Data Primer
10
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Judimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 40.
16
Data primer terdiri dari pendapat responden dan narasumber serta hasil
penelitian lapangan. Kemudian sebagai bahan hukum primer adalah:
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4) Serta peraturan lain yang berkaitan dengan penelitian.
b. Data Sekunder
Terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier yaitu bahan yang berhubungan atau erat kaitannya dari
bahan
hukum
primer
yang
dapat
membantu
menganalisis
Nomor
13
Tahun
2003
Ketenagakerjaan.
d) Serta peraturan lain yang berkaitan dengan penelitian.
tentang
17
2). Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berhubungan atau erat
kaitanya dari bahan hukum primer yang dapat membantu
menganalisis permasalahan yang ada dalam bentuk buku-buku,
dokumen/data yang didapat dari lapangan, makalah hasil seminar
maupun para ahli hukum.
3). Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari:
a) Kamus hukum,
b) Kamus Inggris-Indonesia,
c) Kamus Bahasa Indonesia.
3. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Kota Yogyakarta.
Alasan penulis mengambil lokasi penelitiaan di Kota Yogyakarta adalah
wilayah tersebut banyak terdapat kantor notaris serta penulis melihat
banyaknya pekerja atau karyawan yang bekerja pada masing-masing
kantor notaris di Kota Yogyakarta.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Sampling
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara teknik non random sampling yaitu setiap individu tidak diberi
kesempatan untuk menjadi anggota sampel. bentuk yang diambil adalah
purposive sampling yaitu penelitian dengan menggunakan pertimbangan-
18
5. Jalannya Penelitian
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan dan menginventaris
bahan-bahan kepustakaan dilanjutkan dengan menentukan topik penelitian
19
penelitian
lapangan
dilakukan
dengan
penelitian
20
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku-buku:
Abdul
21
Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Cet. II, Jakarta, PT.
Raja Grafika Persada.
Halili Toha dan Hari Pramono. 1991, Hubungan Antara Majikan dan Buruh, Cet
II, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Purwono. H, 2003, Sistem Personalia, Edisi Ke-3, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Radjasa Waluyo, 2001, Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum, Media
Notariat (Menor), edisi Oktober-Desember.
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Judimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Swastha, dan Sukotjo. 2000, Manajemen Personalia, Edisi KE-5, BPFEYogyakarta.
Peraturan:
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang jabatan Notaris.
Website:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42669/4/Chapter%20II.pdf.20:00
Wib.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/gaji-dan-upah.html.20:30 Wib.
https://sanoesi.wordpress.com/tag/gaji-dan-upah-tinjauan-akuntansi-gaji-danupah.20:45 Wib.