TEKNOLOGI PANGAN
PEMBUATAN RICE WINE (BREM PADAT)
(untuk melengkapi mata kuliah Teknologi Pangan semester IV)
Oleh :
Kelompok VB
Julian Hardiyanti Pertiwi
Ni Wayan Riska Pratiwi
Komang Dwi Pradnyani Laksmi
(P07131013016)
(P07131013017)
(P07131013018)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
DENPASAR
2015
bagian
terbesar
beras
didominasi
oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama
pada
bagian
aleuron),
mineral,
dan air.
Pati
beras
tersusun
dari
tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya
didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki
kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencarpencar (tidak berlekatan) dan keras.
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok
terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai
macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk
dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras
kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air
tajin.
Brem adalah makanan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan
dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan hitam yang diambil sarinya
saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari semalam. Terdapat
beberapa bentuk brem yang dikenal di pasaran, berupa makanan dan minuman.
Brem berupa makanan terkenal dari Madiun dan Wonogiri, sedangkan yang
berupa cairan berasal dari pulau Bali dan Nusa Tenggara. Bahan baku yang sering
digunakan dalam pembuatan brem adalah beras ketan (Oryza sativa var
glutinosa), baik beras ketan putih maupun hitam. Jenis umbi-umbian jarang
digunakan. Penggunaan beras biasa masih belum lazim digunakan untuk membuat
brem di masyarakat Indonesia.
Brem merupakan minuman dengan rasa manis agak sedikit asam,
berwarna merah, dengan kandungan alkohol 3-10 persen. Umumnya diproduksi
dari hasil fermentasi beras ketan hitam (kadang-kadang juga beras ketan putih).
Kadar alkohol dapat berubah-ubah selama penyimpanan. Kenaikan kadar alkohol
terjadi akibat proses fermentasi yang terus berlangsung selama penyimpanan,
sedangkan penurunannya karena proses esterifikasi, oksidasi, dan penguapan.
Oksidasi alkohol disebabkan suasana aerobik yang terjadi selama waktu
penyimpanan. Suasana aerobik tersebut biasanya diikuti oleh aktivitas bakteri
asetat, sehingga terbentuk asam asetat, yang menjadikan rasa asam pada brem.
Kalau pada waktu penyimpanan tidak ditutup akan menyebabkan alkohol
menguap. Bau asam disebabkan terbentuknya ester etil asetat dari reaksi alkohol
dengan asam asetat yang terbentuk oleh suasana aerob dan bakteri asetat.
Brem dibuat melalui proses fermentasi. Zat pati yang terdapat dalam bahan
baku akan dihidrolisis menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh
kapang tertentu yang terdapat dalam ragi tape. Selanjutnya glukosa tersebut akan
diubah menjadi alkohol dalam proses fermentasi yang dilakukan oleh khamir yang
terdapat dalam ragi tape. Brem (rice wine) merupakan salah satu jenis makanan
yang dibuat melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi tape. Makanan
yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari
bahan asalnya, hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroba memecah komponenkomponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah
untuk dicerna. Disamping itu mikroba juga dapat mensintesa beberapa vitamin
dan faktor-faktor pertumbuhan badan lainnya, misalnya Riboflavin, vitamin B 12,
dan provitamin A.
Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya mendidihkan, yaitu
berdasarkan ilmu kimia terbentuknya gas-gas dari suatu cairan kimia yang
pengertiannya berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut
diantaranya
karbondioksida
(CO2).
Fermentasi
sebenarnya
mengaktifkan
pertumbuhan dan metabolisme dari mikroba membentuk alkohol dan asam, dan
menekan pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik. Beberapa hasil fermentasi
terutama asam dan alkohol dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun
didalam makanan, misalnya Clostridium botulinum.
Apabila suatu mikroba ditumbuhkan dalam media pati, maka pati tersebut
akan diubah oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh mikroba tersebut menjadi
maltosa. Maltosa dapat dirombak menjadi glukosa oleh enzim maltase. Kemudian
glukosa oleh enzim zimase dirombak menjadi alkohol, sedangkan alkohol oleh
enzim alkoholase dapat diubah menjadi asam asetat. Asam asetat ini akan
dirombak oleh enzim oksidase menjadi karbondioksida dan air.
Fermentasi berdasarkan kebutuhan O2, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ferementasi aerob (proses respirasi), yaitu disimilasi bahan-bahan yang
disertai dengan pengambilan oksigen. Semua organisme untuk hidupnya
memerlukan sumber energi yang diperoleh dari hasil metabolisme bahan
pangan, di mana organisme itu berada bahan energi yang paling banyak
digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. Dengan adanya
oksigen maka mikroorganisme dapat mencerna glukosa menghasilkan air,
karbondioksida dan sejumlah besar energi. Contoh : fermentasi asam
asetat, asam nitrat, dan sebagainya.
2. Fermentasi anaerob, yaitu fermentasi yang tidak membutuhkan adanya
oksigen, beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan energinya tanpa
adanya oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah, yang
dihasilkan adalah sebagian dari energi, karbondioksida dan air, termasuk
sejumlah asam laktat, asetat, etanol, asam volatil, alkohol dan ester.
Biasanya dalam fermentasi ini menggunkan mikroba yeart, jamur dan
bakteri.
Pada umumnya proses pembutan tape maupun brem menggunakan proses
fermentasi anaerob, yaitu setelah bahan diragikan, dan dimasukkan kedalam suatu
wadah kemudian disimpan ditempat tertutup selama 2-3 hari pada temperatur
26-280C hingga menjadi tape. Kemudian didiamkan kembali hingga 2 minggu
untuk mendapatkan brem yang diinginkan.
Fermentasi tipe anaerob menghasilkan sejumlah kecil energi, karbondioksida,
air, dan produk akhir metabolik organik lain, seperti asam laktat, asam asetat, dan
etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester
tersebut. Pada proses fermentasi anaerob mula-mula glukosa dipecah menjadi
asam piruvat yang melalui lintasan Embden Meyerhoff Pamas (EMP). Setelah itu
terjadi dekarboksilasidehida asam piruvat menjadi asetaldehida. Asetaldehida
tereduksi menjadi etanol yaitu menerima elektron hasil oksidasi asam
gliseraldehida 3- phosphat. Melalui proses fermentasi anaerob ini 90% glukosa
akan dirubah menjadi etanol dan CO2.
(1 buah)
(1 buah)
(1 buah)
(1 buah)
Toples kaca
Lakban
Neraca Analitik
Bahan :
Beras
Ragi Tape
Air
(2 buah)
(1 buah)
(1 buah)
(1 kg)
E. Prosedur Kerja
Menyiapkan bahan yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
F. Hasil Pengamatan
Organoleptik
Warna
: Kuning kecoklatan
Rasa
: Manis, sedikit asam
Aroma
: Khas brem
Tekstur: lembut, kenyal (seperti dodol)
pH
:3
G. Perhitungan
Berat Bersih (BDD)
: 1 kg (1000 gr)
Berat Masak
: 160 gr
H. Pembahasan
Brem merupakan salah satu hasil olahan tape yang berbentuk padat dan
berbentuk cair. Brem adalah suatu produk hasil fermentasi dari ketan oleh khamir.
Pada praktikum kali ini, kelompok kami membuat brem padat (rice wine)
yang berbahan dasar beras dan menggunakan starter ragi tape. Ragi tape adalah
starter yang biasanya untuk membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam
ragi ini terdapat mikroorganisme yang
menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol.
Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor
oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae,
Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain.
Pengamatan organoleptik yang kami dapatkan adalah brem memiliki rasa
yang manis dan sedikit asam, berwarna kuning kecoklatan, aroma khas brem,
tekstur lembut dan kenyal seperti dodol, memiliki pH 3, dan rendemen 16% b/b
. Dalam proses fermentasi ini pati akan diubah menjadi gula oleh kapang
jenis Clamydomucor dan oleh khamir jenis Saccharomyces cereviseae gula diubah
menjadi alkohol. Sementara itu rasa asam pada brem dapat timbul karena
perlakuan-perlakuan yang kurang teliti, seperti penambahan ragi yang berlebihan
dan penutupan yang kurang rapat pada saat fermentasi.
Bahan dasar dari pembuatan brem kami adalah beras. Penggunaan beras biasa
masih belum lazim bagi masyarakat kita. Beras yang rendah amilosa sebenarnya
telah digunakan di Jepang untuk produksi sake dan beer di Amerika. Beras biasa
rendah amilosa di rendam pada suhu 65 oC dan di kukus pada 135oC untuk
produksi mirin di Jepang. Tekstur yang kami peroleh adalah lembut dan kenyal
sperti dodol, hal tersebut dikarenakan beras mengalami proses gelatinisasi.
Gelatinisasi merupakan fenomena pembentukan gel yang diawali dengan
pembengkakan granula pati akibat penyerapan air. Bila pati mentah dimasukkan
ke dalam air dingin, granula pati akan menyerap air dan mulai bengkak namun
terbatas, sekitar 30% dari berat tepung. Proses pemanasan brem yang kami
a) Keasaman
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus,
maka daya tahan awet dari asam tersebut akan hilang. Tingkat keasaman sangat
berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasaman yang baik untuk
pertumbuhan bakteri adalah 3,5 - 5,5.
b) Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Pembuatan makanan dengan cara fermentasi di Indonesia pada
umumnya tidak menggunakan kultur murni sebagai contoh misalnya ragi pasar
mengandung beberapa ragi diantaranya Saccharomyces cereviseae yang dicampur
dengan tepung beras dan dikeringkan. Kultur murni biasa digunakan dalam
fermentasi misalnya untuk pembuatan anggur, bir, keju, sosis, dan lain-lainnya.
c) Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan
selama fermentasi. Setiap mikroorganisme memiliki suhu maksimal, suhu
minimal dan suhu optimal pertumbuhan. Suhu pertumbuhan optimal adalah suhu
yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat. Suhu
fermentasi yang optimum untuk pertumbuhan Saccharomyces adalah 30oC.
d) Alkohol
Mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tidak tahan terhadap alkohol
dalam kepekatan (kadar) tertentu, kebanyakan mikroba tidak tahan pada
konsentrasi alkohol 12 15 %.
e) Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu, ragi yang
menghasilkan alkohol dari gula lebih baik dalam kondisi anaerobik. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
Salah satu contoh sumber nitrogen yang dapat digunakan adalah urea.
Mineral, yang diperlukan mikroorganisme salah satunya adalah phospat
I.
Simpulan
1. Rice wine (brem) adalah adalah suatu produk hasil fermentasi dari ketan
oleh khamir.
2. Prinsip dari pembuata rice wine adalah fermentasi yang terjadi yaitu
perubahan pati menjadi gula, dan oleh ragi gula dirubah menjadi alcohol,
sehingga beras menjadi lunak, berair, manis, dan berbau alcohol.
3. Proses fermentasi yang terjadi adalah Gula (glukosa, fruktosa, atau
sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP).
4. Pengamatan organoleptik pada brem kelompok kami adalah brem
memiliki rasa yang manis, sedikit asam, berwarna kuning kecoklatan,
aroma khas brem, tekstur lembut dan kenyal seperti dodol, memiliki pH 3,
dan rendemen 16% b/b.
DAFTAR PUSTAKA
Ajie
Ryan.
2013.
Pembuatan
Tape
Brem.
Tersedia
pada:
http://ryanajie.blogspot.com/2013/04/pembuatan-tape-brem.html. Diakses
pada: 9 April 2015.
Andariah, Sofiatul. 2011. Laporan IBM Serealia dan Umbi-umbian. Tersedia
pada:
http://sofiatulandariah.blogspot.com/2011/11/laporan-ibm-seralia-
Dosen Pembimbing
Lampiran