Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Sistem Syaraf

Oleh :
Nama : Desy Putri Islamiyah
NIM : 140210103044
Kelas :B
Kelompok :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. Judul : Sistem Syaraf
Topik : Gerak Refeks
II. Tujuan:
Untuk mengetahui aktivitas refleks yang ada pada tubuh
manusia
III. Tinjauan Pustaka
Menurut Setiawan (2013), sistem saraf merupakan system yang paling
kompleks, baik dalam segi struktur maupun fungsinya. Banyaknya senyawa yang
dapat mengakibatkan keracunan mempunyai target pada system saraf. Sistem
saraf pusat merupakan sistem yang pertama kali dibentuk pada saat
embriogenesis, serta merupakan sistem yang paling akhir selesai pembentukan
dan perkembangannya.
Menurut Pearce (2010), susunan saraf pusat terdiri atas otak,sumsum tulang
belakang, dan urat-urat saraf atau saraf-cabang yang tumbuh dari otak dan
sumsum tulang belakang,yang disebut urat saraf pariferi (urat saraf tepi).Jaringan
saraf membentuk salah satu dari empat kelompok jaringan utama pada tubuh.
Serabut saraf atau akson membentuk substansi putih.Perbedaan warna ini terjadi
karena akson atau serabut penghantar diselimuti sejenis sarung yang terbentuk
dari bahan seperti lemak, yang mempunyai fungsi melindungi , memberi makan
,dan memisahkan serabut-serabut saraf yang sau dengan yang lainnya. Sebuah sel
saraf berikut aksonnya dan proses lainnya membentuk sebuah neuron.Pada saat
pembentukan batang saraf,serabut-serabut saraf disusun menjadi berkas-berkas
yang disebut fasikuli.
Sebuah serabut saraf mempunyai kemampuan konduktivitas (penghantar) dan
eksitabilitas (dapat dirangsang). Serabut saraf berkemampuan memberikan reaksi
atas rangsangan dari sumber luar, seperti rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi,
atau fisik yang menimbulkan impuls yang dihantarkan melalui serabut saraf.
Sebuah impuls saraf selalu dihantarkan melalui dendrite ke sel, lantas dari sel ke
akson. Proses sedemikian disebut dalil penganghantaran maju. Dengan cara yang
sama, sebuah impuls dapat juga melintasi sejumlah neuron (Pearce,2010).
IV. Metode Penelitian
IV.1 Alat dan Bahan
Alat :
1) Hammer refleks
2) Kain penutup mata
3) Kursi
Bahan :
1) Lutut praktikan
2) Mata Praktikan
4.2 Cara Kerja
1 Refleks mata
Mengibaskan tangan di depan mata praktikan yang terbuka dan melihat
ke depan secara tiba-tiba.

Mengamati yang terjadi pada mata dan gerak pupil

2 Refleks Lutut

Meraba bagian tendon yang berada di bawah tempurung lutut praktikan,


posisi praktikan dalam keadaan duduk di kursi

Mengetuk kaki praktikan dengan menggunakan Hammer refleks dengan


posisi :
a Menggantung bebas dengan mata terbuka
b Menggantung bebas dengan mata tertutup
c Menyilang dengan mata terbuka
d Menyilang dengan mata tertutup

Melakukan perlakuan sebanyak 2 kali (kanan dan kiri)

Mengamati yang terjadi, apakah terjadi gerakan atau tidak terjadi gerakan.
V. Hasil Pengamatan

Kegiatan
Mata Kaki digantung bebas Kaki disilangkan
Mata dibuka Mata ditutup Mata dibuka Mata ditutup
No. Nama dibuka,
tangan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
dikibaskan
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada
1. Rahmat Ada lambat
cepat cepat cepat cepat lambat lambat gerak lambat
Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak Tidak Tidak
2. Roro Ada cepat
lambat lambat cepat cepat gerak gerak gerak gerak
Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak Tidak Tidak
3. Rico Ada cepat
lambat lambat cepat lambat gerak gerak gerak gerak
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
4. Faizah Ada cepat
cepat cepat cepat cepat sedang sedang cepat lambat
Ada Ada Ada Ada
Ada sangat Ada Ada Ada Ada
5. Devi lebih lebih lebih lebih
cepat cepat cepat cepat cepat
cepat cepat cepat cepat
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
6. Ramawati Ada cepat
cepat cepat cepat cepat cepat cepat cepat cepat
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
7. Sindy Ada cepat
lambat cepat cepat cepat lambat cepat lambat cepat
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai materi yang berjudul sistem saraf
dengan topik gerak refleks. Dimana praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas refleks yang ada pada tubuh manusia. Alat yang digunakan berupa
Hammer refleks, kain penutup mata dan kursi sedangkan bahan yang digunakan
yaitu lutut praktikan dan mata praktikan.
Pada praktikum ini kami melakukan 2 macam kegiatan
yaitu untuk kegiatan yang pertama gerak refleks pada mata dan
pada kaki yang khususnya lutut. Gerak refleks pada mata
dilakukan dengan cara mengibaskan tangan tepat didepan mata,
dari situ mengamati keadaan mata apakah mata berkedip atau
tidak terjadi reaksi apa-apa, kemudian mengulangi kegiatan
tersebut sampai dua kali. Lalu untuk gerak refleks pada lutut,
praktikan atau probandus duduk diatas meja dengan
memposisikan kaki menggantung. Setelah praktikan duduk
diatas meja maka dilakukan uji gerak refleks pada lutut dengan
memukul bagian tendon pada patella untuk kaki kiri dan kaki
kanan. Dari situ terlihat reaksi dari lutut apakah setelah dipukul
lutut akan memberi respon dengan menendang ke depan atau
tidak ada respon. Melakukan hal itu dengan perlakuan kedua
yaitu dengan mata dibuka dan ditutup.
Perlakuan selanjutnya yaitu dengan menyilangkan kaki dan
memukulnyadengan menggunakan hammer refleks. Untuk
keadaan yang pertama ini dalam keadaan mata praktikan
terbuka sedangkan untuk keadaan yang kedua mata praktikan
ditutup dengan menggunakan kain penutup.Melakukan
percobaan ini pada lutut sebanyak dua kali baik kanan maupun
kiri. Tujuan dari mata ditutup agar ketika dilakukan percobaan
gerak refleks agar tidak timbul gerak sadar dikarenakan respom
kaget ataupun takut ketika tendon akan dipukul dengan hammer
refleks. Sedangkan kaki disilangkan memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui apakah tendon akan tertutup oleh patella
dikarenakan perubahan posisi kaki.
Pengamatan pertama dilakukan pada kelompok 1 yang diwakili oleh
Rahmat. Saat mata dalam posisi terbuka kemudian mengibaskan dengan
menggunakan tangan, terdapat reaksi dan reaksi yang dihasilkan berupa gerak
lambat. Hasil ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya mata akan
memberikan refleks cepat ketika dikibaskan dengan tangan secara tiba-tiba. Hal
ini dikarenakan probandus tidak mengetahui waktu kapan akan diberikan stimulus
berupa kibasan tangan secara tiba-tiba, sehingga refleks yang dihasilkan cepat.
Ketika diberi perlakuan refleks kaki, hasil yang diperoleh dengan posisi
mata terbuka dan kaki digantung bebas pada kaki kanan yakni terjadi reaksi
refleks cepat dan kaki kiri terjadi refleks yang cepat pula. Hasil ini tidak sesuai
dengan teori, seharusnya ketika mata dalam keadaan terbuka akan memberikan
refleks yang lambat pada kaki saat dipukul dengan hammer refleks karena dengan
posisi mata terbuka probandus dapat mengetahui kapan datangnya rangsangan
tersebut sehingga refleks yang terjadi adalah refleks yang disadari. Untuk posisi
mata tertutup dan kaki tetap digantung bebas pada kaki kanan yakni terjadi refleks
yang cepat begitupula pada kaki kiri juga terjadi refleks yang cepat. Hasil ini
sesuai dengan teori, saat dalam keadaan mata tertutup maka probandus tidak dapat
mengetahui kapan datangnya rangsangan berupa pukulan dengan hammer refleks
sehingga gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang tidak disadari atau
gerakan yang dilakukan secara refleks.
Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang dan posisi mata dalam
keadaan terbuka yakni pada kaki kanan dan kiri terdapat refleks, namun refleks
yang dihasilkan lambat. Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang
namun posisi mata dalam keadaan tertutup yakni pada kaki kanan tidak terdapat
gerak sedangkan kaki kiri terdapat hsil lambat. Hasil ini pada kaki kiri telah sesuai
dengan teori, bahwasannya ketika kaki dalam keadaan menyilang, salah satu otot
yang terdapat di paha yakni otot quadriceps femoris dalam keadaan tertekan
sehingga impuls yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan menjadi terhambat
sehingga refleks yang terjadi lambat, baik dalam posisi mata terbuka maupun
mata tertutup.
Pengamatan kedua dilakukan pada kelompok 2 yang diwakili oleh Roro.
Saat mata dalam posisi terbuka kemudian mengibaskan dengan menggunakan
tangan, terdapat reaksi dan reaksi yang dihasilkan berupa gerak cepat. Hasil ini
sesuai dengan teori dimana amata akan memberikan refleks cepat ketika
dikibaskan dengan tangan secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan probandus tidak
mengetahui waktu kapan akan diberikan stimulus berupa kibasan tangan secara
tiba-tiba, sehingga refleks yang dihasilkan cepat.
Selanjutnya ketika diberi perlakuan refleks kaki, hasil yang diperoleh
dengan posisi mata terbuka dan kaki digantung bebas pada kaki kanan yakni
terjadi reaksi refleks lambat dan kaki kiri terjadi refleks yang lambat pula. Untuk
posisi mata tertutup dan kaki tetap digantung bebas pada kaki kanan yakni terjadi
refleks yang cepat begitupula pada kaki kiri juga terjadi refleks yang cepat. Hasil
ini sesuai dengan teori, saat dalam keadaan mata tertutup maka probandus tidak
dapat mengetahui kapan datangnya rangsangan berupa pukulan dengan hammer
refleks sehingga gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang tidak disadari atau
gerakan yang dilakukan secara refleks.
Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang dan posisi mata dalam
keadaan terbuka pada kelompok 2 yakni pada kaki kanan dan kiri terdapat refleks,
tidak terdapat gerak. Begitupun dengan perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki
menyilang namun posisi mata dalam keadaan tertutup yakni pada kaki kanan
maupun kaki kiri tidak terdapat gerak refleks. Hasil ini mungkin terjadi karena
selain terhambatnya refleks karena otot quadriceps femoris dalam keadaan
tertekan, namun juga karena kaki probandus mengandung lemak berlebih,
sehingga juga menghambat datangnya refleks.
Pengamatan ketiga dilakukan pada kelompok 3 yang diwakili oleh Rico.
Saat mata dalam posisi terbuka kemudian mengibaskan dengan menggunakan
tangan, terdapat reaksi dan reaksi yang dihasilkan berupa gerak cepat. Hasil ini
sesuai dengan teori dimana mata akan memberikan refleks cepat ketika dikibaskan
dengan tangan secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan probandus tidak mengetahui
waktu kapan akan diberikan stimulus berupa kibasan tangan secara tiba-tiba,
sehingga refleks yang dihasilkan cepat.
Selanjutnya ketika diberi perlakuan refleks kaki, hasil yang diperoleh
dengan posisi mata terbuka dan kaki digantung bebas pada kaki kanan yakni
terjadi reaksi refleks lambat dan kaki kiri terjadi refleks yang lambat pula. Untuk
posisi mata tertutup dan kaki tetap digantung bebas pada kaki kanan yakni terjadi
refleks yang cepat begitupula pada kaki kiri juga terjadi refleks yang cepat. Hasil
ini sesuai dengan teori, saat dalam keadaan mata tertutup maka probandus tidak
dapat mengetahui kapan datangnya rangsangan berupa pukulan dengan hammer
refleks sehingga gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang tidak disadari atau
gerakan yang dilakukan secara refleks.
Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang dan posisi mata dalam
keadaan terbuka pada kelompok 3 yakni pada kaki kanan dan kiri tidak terdapat
refleks. Begitupun dengan perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang
namun posisi mata dalam keadaan tertutup yakni pada kaki kanan maupun kaki
kiri tidak terdapat gerak refleks. Hasil ini diperoleh karena selain terhambatnya
refleks karena otot quadriceps femoris dalam keadaan tertekan.
Pengamatan keempat dilakukan pada kelompok 4 yang diwakili oleh
Faizah. Saat mata dalam posisi terbuka kemudian mengibaskan dengan
menggunakan tangan, terdapat reaksi dan reaksi yang dihasilkan berupa gerak
cepat. Hasil ini sesuai dengan teori dimana mata akan memberikan refleks cepat
ketika dikibaskan dengan tangan secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan probandus
tidak mengetahui waktu kapan akan diberikan stimulus berupa kibasan tangan
secara tiba-tiba, sehingga refleks yang dihasilkan cepat.
Selanjutnya ketika diberi perlakuan refleks kaki, hasil yang diperoleh
dengan posisi mata terbuka dan kaki digantung bebas pada kaki kanan yakni
terjadi reaksi refleks cepat dan kaki kiri terjadi refleks yang cepat pula. Untuk
posisi mata tertutup dan kaki tetap digantung bebas pada kaki kanan yakni terjadi
refleks yang cepat begitupula pada kaki kiri juga terjadi refleks yang cepat. Hasil
ini sesuai dengan teori, saat dalam keadaan mata tertutup maka probandus tidak
dapat mengetahui kapan datangnya rangsangan berupa pukulan dengan hammer
refleks sehingga gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang tidak disadari atau
gerakan yang dilakukan secara refleks. Namun saat mata terbuka seharusnya
gerak refleks yang ditimbulkan lebih lambat.
Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang dan posisi mata dalam
keadaan terbuka pada kelompok 4 yakni pada kaki kanan dan kiri tidak terdapat
refleks dengan sedang. Begitupun dengan perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki
menyilang namun posisi mata dalam keadaan tertutup yakni pada kaki kanan
maupun kaki kiri tidak terdapat gerak refleks dimana kaki kiri gerak refleks secara
cepat sementara kaki kanan gerak refleks secara lambat.
Pengamatan kelima dilakukan pada kelompok 5 yang diwakili oleh Devi.
Saat mata dalam posisi terbuka kemudian mengibaskan dengan menggunakan
tangan, terdapat reaksi dan reaksi yang dihasilkan berupa gerak cepat. Hasil ini
sesuai dengan teori dimana mata akan memberikan refleks cepat ketika dikibaskan
dengan tangan secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan probandus tidak mengetahui
waktu kapan akan diberikan stimulus berupa kibasan tangan secara tiba-tiba,
sehingga refleks yang dihasilkan cepat.
Selanjutnya ketika diberi perlakuan refleks kaki, hasil yang diperoleh
dengan posisi mata terbuka dan kaki digantung bebas pada kaki kanan yakni
terjadi reaksi refleks secara cepat dan kaki kiri terjadi refleks yang cepat pula.
Untuk posisi mata tertutup dan kaki tetap digantung bebas pada kaki kanan yakni
terjadi refleks yang cepat begitupula pada kaki kiri juga terjadi refleks yang lebih
cepat. Hasil ini sesuai dengan teori, saat dalam keadaan mata tertutup maka
probandus tidak dapat mengetahui kapan datangnya rangsangan berupa pukulan
dengan hammer refleks sehingga gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang
tidak disadari atau gerakan yang dilakukan secara refleks.
Perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang dan posisi mata dalam
keadaan terbuka pada kelompok 5 yakni pada kaki kanan dan kiri tidak terdapat
refleks. Begitupun dengan perlakuan refleks kaki untuk posisi kaki menyilang
namun posisi mata dalam keadaan tertutup gerakan refleknya lebih cepat daripada
saat mata terbuka. Hasil ini telah sesuai dengan teori seperti yang dijelaskan pada
kelompok-kelompok sebelumnya.
Mekanisme gerak refleks yang terjadi pada tempurung lutut diawali saat
lutut bagian tendon dipukul untuk memberi rangsangan, selanjutnya otot serabut
tendon akan tertarik sehingga menyebabkan otot dan serabut kumparan menjadi
teregang atau berkontraksi kemudian mengakibatkan saraf interneuron teraktivasi,
selanjutnya terjadi eksitasi neuron motorik sehingga menyebabkan otot fleksor
dari tungkai berkontraksi. Bergeraknya kaki secara tiba-tiba disebabkan karena
pada saat tendon lutut dipukul maka menyebabkan otot menjadi teregang, maka
reseptor dalam tendon tersebut dirangsang oleh suatu impuls yang akan menjalar
menuju ke sumsum tulang belakang lalu kembali lagi, maka otot yang terpaut
pada tendon tersebut berkontraksi yang mengakibatkan menjulurnya kaki secara
tiba-tiba.
Gerak refleks yang terjadi pada tempurung lutut juga dipengaruhu oleh
refleks regangan atau refleks myotatic. Refleks myotatic ini
melibatkan sepenuhnya otot ketika diberi rangsangan. Refleks
myotatic ini dimulai dari spindle otot yang terus menerus dan
secara spontan menghasilkan impuls aferen ke sumsum tulang
belakang. Setiap perubahan sekecil apapun ketegangan atau
peregangan pada otot akan meningkatkan umpan balik ke
sumsum tulang belakang dan akan menghasilkan peningkatan
yang pesat pada otot. Pada saat probandus duduk dengan kaki
menggantung ke lantai dan tendon dipukul maka refleks yang
muncul adalah kaki akan menendang kedepan karena terjadi
gerak refleks. Refleks tersebut merupakan spindle otot yang
terletak di paha depan, atau otot paha. Otot di paha ini
merupakan sensor yang terus menghasilkan sinyal saraf. Ketika
tendon dipukul dengan hammer refleks makaakan terjadi
peregangan kecil yang tiba-tiba dirasakan oleh spindle. Sensor
tersebut akan dengan tiba-tiba meningkatkan frekuensi pesan ke
sumsum tulang belakang. Peningkatan tingkat otot spindle yang
menembakkan relay akan langsung dan tidak langsung ke
neuron motoric anterior. Karena neuron motoric memiliki sensorik
yang banyak, sehingga keluaran dari neuron motoric semakin
lama semakin banyak sehingga nantinya akan disebarkan keotot
sampai terjadi kontraksi otot dan menghasilkangerakan
kakisecara tiba-tiba.
Sedangkan gerak refleks yang terjadi pada mata adalah refleks secara
langsung terhadap kornea atau refleks kranial. Dimana apabila lintasan gerak
refleks melalui otak namun otak langsung memberikan tanggapan secara tidak
sadar. Posisi otak yang berperan untuk mengatur refleks mata yakni otak tengah
(mesensefalon) pada bagian korpus kuadrageminus inferior. Saraf yang berperan
adalah saraf okulomotoris, dimana saraf motoriknya berasal dari otak tengah
sebagai penggerak bola mata, pengubah tebal lensa mata, penyempitan pupil dan
penggerak bola mata ke kiri dan ke kanan. Gerak refleks kranial contohnya yakni
gerak mengecilnya pupil mata dalam menerima rangsangan cahaya terang serta
gerak mengedipnya kelopak mata saat terdapat stimulus. Ketika probandus
diberikan perlakukan kibasan tangan pada mata yang terbuka dan menghadap ke
depan secara tiba-tiba maka mata akan memberikan respon gerakan kedipan yang
cepat. Gerakan yang cepat ini disebabkan karena bagian mata yakni kornea
memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi sehingga sangat peka terhadap stimulus
yang diberikan.
Mekanisme gerak refleks otak yang terjadi saat mata berkedip diawali saat
adanya stimulus berupa kibasan tangan secara tiba-tiba melalui jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor yang berperan sebagai penerima rangsang berupa mata.
Kemudian diteruskan oleh saraf sensori menuju ke pusat saraf, lalu diterima oleh
set saraf penghubung. Pada gerak refleks mata, set saraf penghubung berada di
otak, sehingga akan diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor yaitu pada otot-otot yang berada disekitar
kornea, yang kemudian dapat menggerakkan kelopak mata untuk melakukan
kedipan.
Dari hasil pengamatan terdapat probandus yang tidak
mengalami gerakan, atau tidak ada gerak refleks yang terjadi.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor yakni diantaranya dapat
ditimbulkan karena ketika memukul tendon kurang tepat,
sehingga yang terjadi patella lah yang dipukul. Bisa juga dari
pakaian yang dipakai, dapat dimungkinkan karena tebalnya
pakaian yang digunakan dapat mengakibatkan ketukan dari
hammer reflex pada tendon tidak terasa. Selain itu praktikan
yang cenderung gemuk maka dia memiliki jaringan lemak yang
cukup banyak di bagian kaki terlalu sehingga mengakibatkan
tendon tertutup oleh lemak tersebut sehingga tidak terjadi
gerakan. Selain itu posisi tendon yang sama tetapi letak dari
tendon yang strategis dapai mengakibatkan salah posisi ketika
memukul.
Gerak refleks yang ditimbulkan dari perlakuan berupa ketukan pada
tendon di bawah tempurung lutut dengan posisi mata terbuka dan posisi mata
tertutup tentu berbeda. Gerak kaki dengan mata tertutup akan memberikan
gerakan refleks yang cepat. Hal ini dikarenakan dalam posisi mata tertutup
probandus tidak mengetahui kapan datang stimulus yang akan merangsang
pergerakan kaki sehingga akan timbul gerakan yang cepat. Mata tertutup
menyebabkan tidak terdapat stimulus berupa cahaya sehingga koordinasi sistem
saraf tidak terlalu sibuk dan dapat menanggapi stimulus secara maksimal berupa
ketukan hammer pada lutut yang dapat menyebabkan gerak refleks pada lutut.
Selain itu perbedaan variasi ambang refleks regang spinal, yang disebabkan oleh
perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak langsung
merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen ke kumparan otot. Hal
tersebut mengakibatkan semakin keras pukulan yang di berikan maka refleks
regang semakin kuat dan terjadi gerak sesaat yang lebih jelas yang ditunjukkan
pada refleks patella kaki yakni bergerak menendang lebih kuat atau sesuai dengan
besar stimulus yang telah diberikan sebelumnya.
Hasil yang berbeda juga ditunjukkan oleh perlakuan kaki digantung dan
kaki disilangkan. Pada saat posisi kaki digantung hasil gerak refleks yang terjadi
lebih cepat dibandingkan dengan posisi kaki di silangkan. Hal ini dikarenakan
otot-otot quadriceps tidak tertekan sehingga impuls dapat mengalir dengan lancar
dan menimbulkan gerak refleks yang kuat. Pada kaki yang disilangkan, otot
quadriceps tertekan sehingga impuls yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan
menjadi terhambat sehingga refleks yang terjadi lambat. Jika otot quadriceps
dalam kondisi tertekan, maka tidak akan terjadi pendorongan tulang patela ke arah
distal sehingga mengakibatkan kontraksi otot. Kontraksi otot ditandai dengan
timbulkan gerakan refleks.
Gerak refleks sangat bermanfaat bagi manusia, diantaranya dapat
menyelamatkan manusia dari hal-hal yang membahayakan keselamatan anggota
tubuhnya, seperti contoh apabila terkena api maka manusia akan cenderung untuk
langsung menghindar, sehingga akan menghasilkan suatu respon. Hal ini tak
terlepas dari sistem koordinasi yang ada pada tubuh manusia. Sistem koordinasi
pada manusia melibatkan sistem saraf dan indra. Sistem saraf menjadi sistem
pengatur dan pengendali dalam tubuh manusia yang memiliki kemampuan untuk
menerima rangsangan untuk diteruskan ke otak atau sumsum tulang belakang.
Gerak refleks yang terjadi tidak sadar sangat penting dan bermanfaat bagi
kehidupan, misalnya saja gerak refleks pada saat bersin, gerakan refleks pada saat
kita bersin terjadi pada saat terdapat debu kotor dengan cara bersin dapat menahan
udara kotor agar tidak masuk kedalam saluran pernapasan.
Manfaat lainnya ialah mekanisme gerak refleks merupakan suatu
gerakkan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Oleh karenanya
apabila terjadi suatu rangsangan maka tubuh akan lebih cepat dalam mengenali
sehingga terjadi respon yang sesuai untuk menanggapi rangsangan tersebut.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
Gerak refleks merupakan gerak yang melalui sumsum tulang
belakang (medulla spinalis) dan tanpa diolah terlebih dahulu di
dalam otak, sehingga gerak ini tergolong gerak yang datang
secara tiba-tiba setelah menerima suatu stimulus. Bentuk gerak
reflex seperti batuk, bersin, mata berkedip, lutut bergerak ketika
tendon dipukul dan lain sebagainya. Aktivitas gerak refleks yang
dihasilkan oleh tubuh bisa diketahui pada saat tubuh mengalami respon secara
tidak sadar, kemudian tubuh akan melakukan gerak spontan. Mekanisme gerak
refleks yaitu Reseptor > saraf sensorik > sumsum tulang belakang > saraf motoric
> efektor.
7.2 Saran
Dalam memberikan pukulan terhadap probandus, sebaiknya praktikan
memberikan pukulan dengan kekuatan yang relatif sama, sehingga gerak refleks
yang dihasilkan juga relatif sama pada tiap ulangan.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai