Anda di halaman 1dari 20

PEMBIBITAN.

Jadwal dan pemilihan lokasi pembibitan.


Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai
setahun sebelum penanaman dilapangan. Penjadwalan yang tepat perlu
dikukan karena keterbatasn yang mungkin dialami seperti kesediaan kecambah
oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan tenaga dan lain-lain. Pemesanan
kecambah hendaknya dilakukan 3-6 bulan sebelum dimulai pembibitan. Jika
direncanakan penanaman dilapangan jatuh bulan September Desember yaitu
selama 4 bulan musim hujan maka kecambah harus sudah mulai ditanam di
pembibitan pada bulan bersamaan setahun sebelumnya. Besarnya pesanan
harus disesuaikan dengan kemampuan dilapangan. Pengiriman dilakukan sekali
dalam seminggu, sebelum bibit tiba maka kelengkapan pembibitan harus sudah
siap pula seperti bedengan, pemagaran, tenaga kerja, peralatan ( kantong
plastik, pupuk, alat penyemprot dan lain-lain) dan yang terpenting adalah air
dan alat penyiraman, Jika yang akan dipakai single stage maka semua harus
sudah siap seperti kantong plastik yang sudah diisi, alat penyiraman,
pemagaran seluruh areal dan lain-lain, namun jika kesiapan ini masih diragukan
maka dapat dipilih model double stage karena dengan cara ini kita masih ada
peluang menyiapkannya 3-4 bulan lagi asal persiapan prenursery sudah
lengkap. Jadwal ini harus dijaga ketat mungkin agar bibit tidak terlambat
ditanam, pertumbuhanya normal dan bibit dalam kondisi prima ketika akan
dipindah tanam kelapangan. Pemasangan jaringan penyiraman, pengisian
kantong plastik, pemindahan ke pembibitan utama (main nursery), penyiangan,
seleksi bibit merupakan pekerjaan yang selalu terlambat atau rawan.
Ditilik dari luasnya memang pembibitan relatif kecil volume kerja cukup
padat dan biaya cukup besar. Penyangan 2-3 minggu sekali, pemupukan 2
minggu sekali, penyiraman hampir tiap hari pagi dan petang, pemberantasan
hama 2 minggu sekali danperlu dijaga dari gangguan ternak, hewan liar dan
pencurian.
Untuk pemeliharaan ini diperlukan 5-6 orang setiap hari setiap hektar
pembibitan. Jika direncanakan penanaman seluas 2.000 HA dilapangan maka
perlu disediakan pembibitan utama seluas 2.000 / 75 = 28 HA dan diperlukan
setiap hari 140-160 pekerja. Diperlukan dana sebanyak 20-25 juta rupiah per
HA pembibitan setiap tahun.
Baik pembibitan pendahuluan (awal) maupun pembibitan utama
memerlukan lokasi yang baik dan aman. Hal-hal berikut perlu mendapat
perhatian.
Dekat dari sumber air, tersedia air sepanjang tahun namun tidak
kebanjiran waktu musim hujan. Bibit ini perlu disiram 2 kali sehari

jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang
dan sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit ini memerlukan banyak air
0.25-2 liter tergantung dari umur dan kondisis bibit. Pastikan air
yang dipakai cukup bersih dan tidak beracun bagi bibit.
Dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi. Harus bebas dari
gangguan ternak, hewan liar, dan lain-lain.
Tidak jauh dari areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah
lokasi untuk mengurangi biaya angkutan bibit.
Dekat dari tanah untuk pengisian kantong plastik (top soil) karena
tiap kantong besar membutuhkan 20-25 kg tanah.
Jika areal datar tidak diperoleh dapat juga digunakan areal
bergelombang atau berbukit namun perlu dibuat teras-teras yang
disesuaikan dengan kemiringan asal saja jaringan penyiramannya
mampu mencapai tempat tertinggi atau terjauh.
Tidak selamanya pembibitan ini terletak dekat pemikiman
sehingga perlu dibangun barak pekerja agar jangan terlalu jauh
jika kembali kepemukiman dan sekaligus dapat mengawasi. Luas
areal pembibitan pendahuluan (PP atau Pre nursery) dan
pembibitan utama (pu atau main nursery) untuk masing-masing 75
HA dan 1.000 HA tanaman dilapangan diperkirakan sebagai berikut
:

Banyak
kecambah
15.000
180.000

Pembibitan
Pendahuluan
0,0330 ha
0,4000 ha

Pembibitan
Utama
1 ha
12 ha

Tanaman
dilapangan
75
ha
1.000 ha

Perhitungan diatas didasarkan pada jarak tanaman dipembibitan


0,9x0,9x0,9 m segitiga dan kedapatan 130 pokok / ha dilapangan. Setiap satu
HA tanaman dilapangan diperhitungkan memerlukan kecambah sebanyak 180
dengan tingkat seleksi sebesar 25%. Dengan adanya pembibitan maka
diharapkan akan diperoloeh bibit yang baik, sehat, seragam, bebas dari bibit
yang abnormal dan semua kegiatan terkonsentrasi pada satu tempat menunggu
keadaan lapangan siap untuk ditanami.
Sistem pembibitan.
Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Sampai tahun 1963 pembibitan masing menggunakan bibit tanam (field
nursery). Kecambah dipelihara untuk sementara di bak pasir selama 1 bulan
kemidian ditanam langsung ditanah pada lokasi pembibitan. Bibit tersebut
dipelihara sebaik-baiknya dengan menyiram, memupuk dan lain-lainnya.
Setelah berumur 12 bulan bibit dibongkar atau digali dari tanah. Bibit dengan
sebagian kecil tanah yang masih melekat pada akar kemudian dibungkus dengan
goni plastik dan dibawa kelapangan untuk ditanam.

Cara ini sudah takpraktis lagi yaitu berbagai kelemahan antara lain :
Areal pembibitan harus bersih dari gulma agar tidak menjadi
saingan bibit.
Pupuk yang diberikan banyak yang hayut malalui penyiraman atau
hujan.
Sukar untuk melakukan seleksi bibit akan menutup permukaan
tanah dan bibit yang abnormal harus dicabut.
Terlalu banyak akar yang terpotong (rusak) sebagai akibat
pembongkaran bibit sewaktu akan dipindah tanam ke lapangan.
Sebagai akibat hal terakhir maka penanaman dilapangan harus
tepat dimusim hujan kalau tidak bibit akan mati kekeringan.
Banyak lagi kelemahan lainnya baik dipembibitan maupun dilapangan.
Sistem ini kemudian berubah dimana orang tidak lagi menggunakan
sistem bibit tanam tetapi menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu
atau pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran untuk mendapat bambu juga
sudah terasa, baik keranjang bambu atau pelepah kelapa sawit ini tidak tahan
lama (cepat membusuk). Setelah 3-4 bulan harus diganti. Sejak tahun 1965
keranjang ini sudah diganti dengan katong plastik hitam (black polythene).
Ternyata kantong plastik hitam ini lebih tahan dan kuat. Daya tahannya
terutama tergantung dari ketebalannya dan mutu bahan plastik yang dipakai.
Deangan ini perubahan yang mendasar dengan sistem pembibitan telah muncul
baik dibidang kultur tehnik, pemupukan, seleksi bibit dan lain-lain.Mulai saat
ini muncul dua sistem pembibitan yang yang dikenal sebagai sistem pembibitan
tahap ganda disingkat disini PTG atau double stage system karena dilakukan
dalam 2 tahap yaitu lebih dahulu kecambah ditanam dan dipelihara pada
kantong plastik kecil sampai berdaun 3 atau berumur 3 bulan kemudian
dipindahkan ketahap berikutnya yaitu pada kantong plastik yang lebih besar
selama kurang lebih 9 bulan. Pada usia ini bibit sudah siap ditanam dilapangan.
Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan disingkat PP atau pre
nursery dan tahap yang kedua dikenal sebagai pembibitan utama disingkat pu
atau main nursery.
Sistem lainnya adalah sistem satu tahap atau single stage system atau
pembibitan tahap tunggal atau disingkat PTT . Dikatakan tunggal karena
kecambah langsung ditanam dikantong plastik besar, jadi tidak dibesarkan
dahulu. Kedua sistem ini PTG dan PTT cukup baik namun sebelum diputuskan
mana yang digunakan agar pertimbangan berikut menjadi perhatian.
Pembibitan tahap ganda ( PTD = double stage ).

1. Pada PTD ini bibit muda yang banyak ini terkumpul dalam satu
satuan luas yang lebih kecil sehingga pengwasan, pemupukan,
hama/penyakit dan lain-lain lebih terawal dan lebih murah
biayanya selama 3 bulan pertama itu.
2. Persiapan pembibitan utama tau pu tidak tergesa-gesa karena
tersedia waktu 3 bulan.
3. Penggunaan kantong plastik besar lebih sedikit karena seleksi awal
sudah lilakukan sewaktu akan pindah tanam kepembibitan utama.
Lama kantong plastik besar digunakan juga lebih singkat yaitu
hanya 9 bulan dibanding pembibitan tahap ganda yang harus
mampu dipertahankan selama 12 bulan atau lebih. Diperhirungkan
10% penggunaan kantong plastik besar. Namun jumlah tersebut
tentu tidak terlalu berarti karena dengan sistem tahap tunggal ini
kata tidak akan memerlukan kantong plastik kecil yang jumlahnya
sesuai banyaknya kecambah yangvakan ditanam dan biaya
trasplating kekantong besar.
4. Kebutuhan tanah pengisi kantong plastik besar juga akan
berkurang. Hal ini sangat berarti jika lokasi pengambilan tanah
top soil jauh dari pembibitan.
5. Biaya penyiraman akan lebih murah hanya 9 bulan saja.
Penyiraman merupakan pos biaya yang besar dalam pembibitan.
Demikian pula dengan pemeliharaan lainnya.
6. Bibit yang ditanam pada kantong plastik besar sudah mengalami
seleksi pertama yang besarnya 10%.

Pembibitan tahap tunggal ( PTT = single stage ).


1. Tidak memerlukan kantong plastik kecil karena bibit langsung
ditanam kekantong plastik besar.
2. Tidak memerlukan bedengan-bedengan dan atap pelindung.
3. Kecambah yang ditanam dilindungi secara individual dengan
menggunakan pelindung sementara yang diambil dari daun palm
seperti kelapa, kelapa sawit, aren, nipah, dan lain-lain, setalah
bibit muncul dan mulai berdaun pelindung sudah tidak diperlukan
lagi.
4. Biaya transplanting tidak diperlukan lagi, namun biaya
pemeliharaan lainnya jadi lebih besar.
5. Persiapan lapangan seperti pengisian kantong plastik besar
jaringan penyiraman, pemerataan areal, pemagaran dan
kesiagaan lainnya harus sudah ada begitu kecambah sampai
kepembibitan.

6. Jika persiapan ini memang sudah lengkap dan pemeliharaan


dilakukan dengan baik maka bibit dapat ditanam lebih awal yaitu
9-10 bulan.
7. Seleksi bibit dilakukan dalam beberapa tahap, pada PTT ini akan
terjadi kekosongan dibeberapa tempat sebagai akibat dari seleksi
bibit. Penyulaman tidakpraktis untuk dilakukan karena bibiy tidak
akan seragam dan kemungkinan bibit yang sejenis tidak ada lagi di
pembibitan.

Beberapa modifikasi dari sistem ini ada juga dilakukan misalnya


menanam kecambah atau membesarkan selama 1 bulan dikotak-kotak bermedia
pasir. Kantong plastik besar yang sudah berisi kecambah tidak langsung disebar.
Cara lain adalah membuat pembibitan awal sebanyakn10% dari kecambah yang
diterima untuk dipakai sebagai penyisip yang diambil dari tiap jenisnya. Jika
pertimbangan ini mendapat perhatian maka sekarang sudah dapat diputuskan
sistem mana yang akan digunakan. Hal lainnya lebih mendetail dari kedua
sistem ini akan dibicarakan lebih lanjut.
Teknik Pembibitan.
Pembibitanj tahap ganda.
Pembibitan awal.
Agar bibit dapat diletakan dengan baik dan teratur maka perlu dibuat
bedengan berpagar kayu, bambu, papan dengan lebar 1,60 m x 20 m tiap
bedengan dan jarak tiap bedengan 0,80 m yang akan dipergunakan sebagai
jalan atau parit drainase. Letak bedengan harus lebih tinggi dari permukaan
tanah agar air dapat mengalir ketempat pembuangan. Tiap bedengan dengan
ukuran 20 x 200 = 4.000 kantong. Bedengan dilindungi oleh pelindung
semertara dari jenis daun palma atau tumbuhan lainnya seperti lalang, pakis
dan lain-lain. Secara bertahap daun-daun ini akan mengering dan hancur dan
matahari akan tembus kebawah. Cara lainnya adalah dengan cara bertahap
dengan mengurangi naungan agar bibit tersebut pada umur 2,5 bulan mampu
menahan cahaya matahari. Untuk mempermudah pergerakan pekerja maka
atap pelindung hendaknya diletakan lebih tinggi (1,75 m dari atas tanah).
Sebelum bahan atap pelindung (daun kelapa, kelapa sawit, aren, nipah, lalang
dan sebagainya) dipergunakan pelu dibersihkan atau dibebaskan dari hama atau
penyakit yang dapat menular pada bibit kelapa sawit dibawahnya. Hal ini
kerjakan biasanya dengan menyemprot dengan pestisida dan sebaiknya
digunakan daun yang sudah kering.
Bibit tanaman pada kantong plastik kecil yang telah diisi tanah. Kantong
ini berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0,10 mm. Bagian bawah diberi

berlubang beberapa baris mulai dari bagian tanah mengelilingi kantong


tersebut. Tanah yang baik adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Sebelum
bibit ditanam harus disiram setiap hari agar tidak berbetuk rongga kantong
pasir agar tanah lebih poreus. Jika diragukan mengandung hama tau penyakit
sebelum diisikan terlebih dahulu didesinfeksikan dengan pestisida guna
membunuh cacing, semut, jangkrik dan lain-lain.
Kecambah ditanam dengan plamula ke atas dan radikula kebawah selama
2-3 cm ditengah kantong dan kemudian ditutup kembali. Biasanya 7-10 hari
plumula sudah muncul. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore
dimana diperlukan air 0,25- 0,50 liter/bibit. Penyiraman perlu dilakukan
dengan hati-hati agar kecambah atau bibit tidak terbongkar. Penambahan tanah
juga diperlukan karena tanahnya semakin turun atau pemukaanya terhanyut
oleh air. Lumau yang tumbuh dipermukaan dikerok dengan bambu agar tidak
membentuk lapisan keras yang menghalangi masuknya air. Penyiangan rumput
yang tumbuh dilakukan dengan mencabut.
Bibit muda ini memerlukan pupuk agar tumbuh lebih baik. Pupuk urea
(0,20%) dapat disemprotkan sekali seminggu dimana campuran 5 liter cukup
untuk 100 bibit.
Gangguan penyakit seperti Anthracnose, Helmintthosporium dan lain-lain dapat
dicegah dengan menggunakan fungisida seperti Dithane, Zineb dan lain-lain
sedang untuk penggunaan jangkrik, semut keong, cacing dan lain-lain dapat
digunakan tepung HCH, yang ditaburkan atau disiramkan. Setelah berumur 2,53 bulan biasanya bibit telah berdaun 3-4 helai dan sudah waktunya dipindah
kepembiobitan utama. Sebelumnya seleksi bibit harus dilakukan didalam
bedengan yaitu dengan mengeluarkan bibit yang abnormal sehingga didalam
bedengan hanya tinggal bibit yang baik saja. Bibit yang tersisi perlu dihitung
dan dikelompokan menurut persilangan masing-masing untuk pengaturan
tempatnya dipembibitan utama agar bibit yang sejenis tertanam pada petak
yang sama. Hal ini perlu menjadi perhatian karena tiap persilangan kecepatan
tumbuhnya berbeda-beda.

Pembibitan Utama.
Pembibitan ini memerlukan lahan yang lebih luas karena bibit ditanam
pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka bebas dari gulma dan
terkawal dari gangguan hewan liar, ternak dan lain-lain. Tempat-tempat yang
diduga sumber hama seperti semak-semak disekitar pembibitan perlu
dibersihkan. Parit pembuangan air harus dibuat untuk mengalirkan air
kelebihan penyiraman ataupun air hujan. Sebelum dipergunakan instalasi air

harus sudah berfungsi. Sintem penyiraman apa yang harus digunakan perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum diputuskan. Hal tersebut antara lain :
Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau
berapa tahun akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama
atau akan dugunakan lebih dari 5 tahun mungkin pemakaian
sprinkler (overhead sprinkler) akan lebih menguntungkan karena
akan memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian
pula dengan luasnya, luas hendaknya sesuai dengan kapasitas
pompa yang akan dugunakan, jika bibitan lebih kecil tentu
kapasitasnya akan mubazir.
Bagaimana dengan areal pembibitan tersebut apakah rata atau
bergelombang. Jika rata mungkin lebih baik menggunakan
sprinkler tetapi jika bergelombang penggunaan semi mekanis akan
lebih murah dimana dapat memanfaatkan tenaga gravitasi.
Caraini dilakukan dengan membangun bak penampung ditempat
yang tertinggi dan dari sini baru dialirkan kebawah.
Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan.
Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin lebih baik. Jika
terlalu jauh maka perlu pertimbangan lain apakah pompa yang
digunakan mampu.
Bagaimana dengan persediaan tenaga yang ada. Penggunaan
sprinkler memang membutuhkan tenaga yang lebih sedikit yaitu :
4.000 bibit / hk sedang secara manual membutuhkan tenaga 2.500
bibit / hk.
Berapakah debit air yang tesedia terutama pada musim kemarau.
Ada kalanya jika air tidak cukup sprinkler tidak dapat digunakan
karena sistem ini membutuhkan air lebih banyak. Untuk satu ha
dibutuhkan lebih dari 77 m3 / hari karena untuk bibit saja
diperlukan 2,5 liter / hari dan sisanya akan meresap kedalam
tanah atau mengalir kepermukaan.
Selanjutnya tentu akan perlu diperhitungkan berapa biaya
perpokok bibit, dengan memperhitungkanj jenis sprinkler yang
akan digunakan beserta pompa dan jaringannya, tenaga kerja,
perawatan, penyusutan dan lain-lain.
Bibit ditanam pada kantong plastik khusus (black polythene) yang
tebalnya 0,20 mm yang diberi berlobang berkeliling mulai dari bagian tengah
sebanyak 3 baris berjarak 5 cm. Lubang ini berdiameter 0,30 cm diperlukan
untuk mengalirkan air berlebihan sewaktu penyiraman agar tidak menggenang
dalam kantong plastik. Mutunya harus baik dan diperhitungkan harus tahan
selama 10-12 bulan. Jumlahnya harus dilebihkan beberapa % untuk pengganti
yang pecah sewaktu pengisian atau pemindahan atau pecah karena sebabsebab lainnya. Ukurannya adalah 40 x 50 cm (lay flat) meski ada juga yang
menggunakan lebih besar seperti 45 x 60 cm tetapi ini biasanyadipakai untuk
cadangan (penyisipan) karena akan lebih lama tinggal di pembibitan.

Tanah pengisi kantong harus dipakai yang gembur dapat berasal dari
tanah top soil hasil gusuran buldozer atau dari tempat lain dan bebas dari
sisa kayu, batu kecil sehingga perlu disaring agar tidak menggumpal (saringan
kawat 1,5-2 cm). Pengisian harus cukup padat dan setiap hari harus disiram
selama 7-10 hari sebelum ditanam agar tidak terbentuk kantong-kantong air.
Dibagian atas dibiarkan tidak diisi tanah 2-3 cm agar pupuk yang
ditaburkan pada kantong plastik tidak hanut terbawa keluar sewaktu
penyiraman.
Jarak tanam (jarak peletakan antar katongan) yang umum dipakai adalah
90 x 90 x 90 cm atau dalam 1 HA berisi sebanyak 12.000 bibit. Ada juga yang
menggunakan jarak 70 cm atau 75 cm. Hal ini dapat dipakai jika bibit akan
ditanam lebih muda (10 bulan) dan persiapan dilapangan dapat dijamin tepat
waktunya. Jika penanaman harus mudur maka pada jarak tanam seperti ini
bibit akan sudah etioleren (etiolasi). Tiap petak disusn dalam 5 baris dan tiap
baris berisi 40-50 pokok. Baris ke 6 dari tiap petak dikosongkan untuk dipakai
sebagai jalan. Penyusunan petak dan baris harus disesuaikan dengan jaringan
pipa atau sprinkler dan jalan. Bibit berasal dari pembibitan pendahuluan
ditanam ditengah kantong dengan lebih dahulu membuat libang sedikit lebih
besar dari kantong bibit yang akan dipindah (10-12 cm diameter). Pembuatan
lubang dapat pula dilakukan dengan menggunakan sejenis auger yang terbuat
dari plat besi yang dibulatkan atau bambu. Bibit ditanam setelah kantong
plastiknya dirobek dan dibuang. Pangkal bibit (bowl) agar berada 1,5-2 cm
dibawah permukaan tanah. Menekan kebawah dan kesamping perlu dilakukan
dengan sempurna agar bibit tidak mudah terbongkar jika dilakukan
penyiraman. Penanaman ini diakhiri dengan penyiraman.
Penggunaan serasah (mulch / mulsa) jika tersedia juga dianjurkan
karena serash ini dapat mengurangi penguapan dan menstabilkan temperatur
tanah, memudahkan penyerapan air swaktu penyiraman, menahan hanyut
pupuk dan tanah dipermukaan dari percikan air dan lain-lain. Tebal serasah
yang baik adalah 2 cm dengan menggunakan daun alang-alang kering, cangkang
sawit, ataubserat buah sawit yang sudah kering, tidak berminyak dan lain-lain.
Jenis serasah yang digunakan sebaiknya dipelajari dengan baik sebelum
digunakan. Penggunaan serasah juga dapat mencegah timbulnya lapisan keras
dipermukaan yang disebabkan keberadaan lumut. Lapisan keras ini harus
dipecahkan sekali sebulan agar penetesan air lancar. Penyiraman perlu
dilakukan setiap hari pagi dan petang seperti telah dikemukakan diatas jika
hujan tidak turun minimal 10 mm. Pada beberapa daerah, jumlah hujan diatas
10 mm ini dapat mencapai 70-100 hari dalam setahun, sehingga biaya
penyiraman dapat dihemat (81, 87, 254). Kebutuhan air per pokok pada
pembibitan awal 0,1-0,3 liter / hari sedang pada pembibitan utama adalah :

Umur bibit
( bulan )
03
36
6 12

Kebutuhan air / pokok / hari ( liter


).
1 ( dengan sprinkler 1,5 jam ).
2 ( dengan sprinkler 1 jam dan 45
menit ).
3 ( dengan sprinkler 2 jam ).

Pada pembibitan awal sering juga dipakai penyiraman dengan micromist


dimana diperlukan 15 20 menit.
Perawatan lainnya yang perlu dilakukan adalah penyiangan rumput yang
tumbuh dikatongandan ditanah antara kantongan, pemupukan, konsolidasi,
perbaikan letak, penambahan tanah, pemeliharaan jalan, drainase dan instalasi
penyiraman. Gulma perlu diberantas agar jangan menjadi saingan bibit dan
tidak menjadi inang (host) ham dan penyakit. Jenis gulma yang tumbuh
tergantung dari daerah masing-masing. Pda umumnya adalah yang berdaun
lebar seperti kentangan (Borreria latifolia), babadotan (Ageratum
conyzoides), kucingan (Mimosa sp.), berdaun sempit seperti paitan
(Paspalum conjugatum), teki ( Cyperus rotundus), lempunyangan (Panicum
sp), bambonan (Pollinia ciliata), paitan ayam (Axonopus compressus) dan
lain-lain. Gulma yang tumbuh pada kantong plastik dicabut 2 kali seminggu.
Gulma diantara kantongan digaruk dengan hati-hati agar kantong plastik tidak
sobek gengan siklus 2-3 minggu. Secara chemis dilakukan dengan penggunaan
herbisida pra tumbuh dan kemudian dilanjutkan dengan herbisida perna
tumbuh (post emergance) dengan siklus 3 bulan. Harus dijaga agar percikan
herbisida tidak mengenai bibit sehingga tinggi penyemprotan harus dibawah
tinggi kantongan dan untuk ini digunakan nozzle biru. Herbisida pra tumbuh
(pre emergence) yang baik adalah ametryne, prometryne, diuron, linuron,
triazine 2-2,5 kg dilarutkan dalam 500 liter air untuk 1 HA. Herbisida purna
tumbuh yang baik adalah paraquat 3 liter / 500 liter air. Pemeliharaan jalan
dan parit dan instalasi lainnya harus pula mendapat perhatian secara teratur.
Pemupukan bibit merupakan peranan penting disini demikian pula
pemberantasan hama dan penyakit yang akan dibicarakan pada bab
selanjutnya. Bibit akan dapat dipindah setelah berumur 12-14 bulan. Bibit
selama dipembibitan memerlukan seleksi bibit yaitu mengeluarkan atau
mencabut bibit yang tumbuh abnormal baik karena genitis maupun timbul
karena sebab lainnya. Seleksi ini dikerjakan pada umur 3, 6, 9 dan 12 bulan
sehingga yang tersisa hanya bibit yang baik saja..
Pembibitan tahap tunggal (single stage ).

Sistem ini pada dasarnya sama saja seperti diatas hanya tidak melalui
pembibitan pendahuluan tetapi kecambah langsung ditanam keplastik besar.
Modifikasi simtem sudah dlkatan ada beberapa macam. Penanaman kecanbah
harus hati-hati agar jangan terlalu dalam, kedangkalan dan terbalik. Kecambah
dimasukan kedalam lubang yang dibuat dengan jari tangan pada kedalaman 2
cm serta ditekan dengan hati-hati, segera setelah ditanaman harus dilindungi
dengan daun kelapa, daun kelapa sawit, nipah dan lain-lain yang dibengkokkan
atau jaringan (net) dari plastic. Dengan perlindungan ini maka bibit tidak
secara langsung diterpa panas matahari dan terbongkar kena percikan air hujan
atau penyiraman. Pelindung ini dibuka setelah bibit muncul berdaun 2 atau
berumur 1,5-2 bulan. Perawatan lainnya sama saja dengan sistem tahap ganda.
Seperti setelah dikemukakan sebelumnya maka sistem ini dibandingkan dengan
sistem tahap ganda ada untung ruginya. Namun yang penting adalah perlu
dijaga segala sesuatunya berjalan menurut jadwal yang sudah ditentukan dan
bibit sebelum ditanam dilapangan berada dalam keadaan prima. Untuk
menghemat tenaga dan pemeliharaan lainnya biasanya bibit yang ditanam
dikumpulkan berkelompok menurut jumlah tertentu dan setelah 3 bulan baru
diecer ditempatnya masing-masing sesuai jarak tanam yang dikehendaki.
Standart pertumbuhan bibit.
Angka standart pertumbuhan bibit diperlukan sebagai pegangan bagi
pelaksana pembibitan guna melihat perkembangan pertumbuhan bibitnya. Bibit
dapat hidup sendiri setelah umur 3 bulan dimana akar primer dan sekunder
telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah dimulai. Daun
berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan kemudian
berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesa dimulai pada umur 1
bulan yaitu pada ketika daun pertama telah terbentuk dari selanjutnya secara
berangsur-angsur peranan endosprem sebagai supplai bahan makanan mulai
digantikan. Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan , tindakan
kultur tehnis, media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit,
penyiraman dan lain-lain. Jarak tanam terlalu rapat akan mempercepat gejala
etioleren (meninggi).
Ada beberapa cara pengukuran pertumbuhan yaitu linear seperti
pertumbuhan tinggi, lilit atau diameter batang, banyak anak daun dan lain-lain
dan ada pengukuran berat basah atau berat kering dari organ tanaman. Yang
terakhir banyak dipakai untuk tujuan penelitian. Cara pertama adalah cara
yang dianjurkan dan mudah dilaksanakan. Banyak bibit contoh yang diukur
adalah 5% dan dapat diperkecil jika keragamannya baik. Bagian dari tanaman
yang diukur adalah :
Tinggi tanaman.

Batang.

Diukur dari pangkal atau dasar batang sampai keujung daun


termuda yang telah kembang. Terlebih dahulu daun tersebut
dicari dan ditegak luruskan keatas lalu diukur dalam cm.
Diukur dengan menggunakan kaliper sehingga diameternya
diperoleh atau dengan melilitkan tali pengukur sehingga dapat
diketahui lingkarannya atau lilitannya.

Daun.
Banyak daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang ada
dan hanya daun yang sudah berkembang yang dihitung.
Untuk mempermudah pengukuran dan mengulang pengukuran
selanjutnya maka perlu diberi tanda. Bibit yang telah pernah dihitung ditandai
supaya pada pengukuran berikutnya hanya daun baru saja yang dihitung.Pada
pembibitan awal belum perlu diukur. Pada pembibitan utama dilakukan pada
umur 4,5 bulan atau 1,5 bulan sesudah transplanting. Dibawah ini diberikan
salah satu contoh standart pertumbuhan bibit yang diukur dari bibit berjarak 90
x 90 x 90 cm. Standart ini tentu tidak selamanya sesuai tergantung pada jenis
persilangan, perawatan tanaman dan lain-lain. Ada baiknya tiap pembibitan
memuat standart sendiri dari pengalaman masing-masing.
Standart pertumbuhan bibit kelapa sawit
Umur /
bulan
4,5
6
7
8
9
10
11
12

Tinggi ( cm )
26,0 + 1,3
39,9 + 1,1
52,2 + 1,4
64,3 + 0,6
88,3 + 2,5
101,9 + 5,1
114,1 + 3,9
126,9 + 7,0

Batang/diameter
( cm )
1,30 + 0,02
1,84 + 0,02
2,70 + 0,12
3,56 + 0,04
4,50 + 0,15
5,96 + 0,33
5,84 + 0,14
6,02 + 0,24

Banyak Daun
5,0 + 0,2
8,6 + 0,2
10,8 + 0,3
11,0 + 0,0
13,3 + 0,3
15,8 + 0,1
15,6 + 0,3
15,8 + 0,4

Seleksi di pembibitan.
Denagan menggunakan kantong plastik sebagai media tumbuh bibit maka
seleksi bibit menjadi lebih mudah dibandingkan dengan pembibitan langsung
ditanah (fild nursery). Bibit yang mati atau abnormal dapat vsegera dibuang
dengan mencabut dari kantongnya dan jika perlukan masih dapat digunakan
kembali. Bibit dapat digeser pindah dan efisiensi pemupukan penyiraman akan
lebih tinggi. Seleksi dipembibitan sangat penting dilakukan apalagi bibit yang

dipakai adalah hasil kawin generatif. Pada klon hal ini tidak sepenting bibit
hasil kawinan karena abnormal genetisnya sudah tidak ada lagi.
Gejala abnormal bibit ada 2 macam yaitu yang timbul karena sifat gentis
dari induknya dan accidental yaitu timbul karena sesuatu sebab perlakuan
atau lingkungan.
Seleksi yang kurang keras dilakukan akan membawa sebagian bibit abnormal
tertanam dilapangan. Seleksi yang kurang tajam dapat disebabkan karena :
Kurangnya pengertian terhadap akibat tanamanya bibit abnormal
dilapangan.
Kurang mengenal symtomnya (tanda-tanda) bibit yang abnormal.
Karena kurang bibit maka seleksi diperingan.
Sulit melaksanakan karena ditanam rapat atau terlambat
dilakukan.
Meskipun pada pusat sumber benih telah dilakukan berbagai tingkatan
seleksi sejak dari biji namun seleksi terhadap kecambah yang akan ditanam
perludilakukan untuk mengeluarkan kecambah terserag penyakit, patah, rusak
dan lain-lain . Persentasenya umumnya rendah yaitu kurang dari 0,5% jika
pengangkutannya baik. Pada pembibitan pendahuluan dilakukan pada umur 4,
8, dan 12 bulan yaitu 1 bulan sesudah dipindah dari pre nursery. Ada juga yang
melakukan pada umur 6, 9,12 bulan. Dengan ini diharapkan bibit yang akan
ditanam sudah bersih dari bibit abnormal yang bersifat genetis maka
abnormalitas bibit dapat pula ditimbulkan karena :

Salah tanam seperti terbalik, kedalaman atau kedangkalan.


Tanah terlalu padat hingga akar sulit berkembang.
Tanah bercampur batu, kayu dan lain-lain karena tidak disaring.
Kurang pelindung, terbakar karena kekeringan.
Kurang siram, tergenang atau akar busuk karena ada kantong air
pada kantongan.
Tanah terlalu penuh hingga akr terbongkar, pupuk hanyut dan air
tidak terserap tanah.
Salah pupuk atau keracunan pestisida.
Jarak tanam terlalu rapat.
Kantongnya pecah.
Tanahnya kurang sesuai terlalu asam (peat = gambut).
Air penyiram kurang baik (asin, mengandung racun dan lain-lain).

Adapun symtom bibit abnormal di pembibitan pendahuluan maupun


pembibitan utama atau lanjutan adalah sebagai berikut :
Pembibitan awal :

Symtom (tanda-tanda).

1. Bibit yang pertumbuhannya telambat, pada umur 3 bulan harus


sudah memiliki 3-4 daun dan 2-3 daun muda yang belum sempurna
terbentuk.
2. Anak daun memanjang dan sempit.
3. Anak daun bergulung.
4. Anak daun menguncup.
5. Anak daun mengkerut.
6. Bibit kerdil.
7. Bibit tumbuh meninggi.
8. Bibit terputar.
9. Terserang berat hama / penyakit.
Pembibitan Utama :
1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata-rata. Sudut antara
pelepah daun dan batang tajam.
2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih
pendek dari daun tua sehingga dari atas kelihatan rata.
3. Bibit yang daunnya terkulai.
4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate.
5. Bibit yang pertumbuhan anak daunnya abnormal seperti :
Bersudut tajam dengan rachis.
Anak daun sempit.
Anak daun bergulung.
Anak daun pendek.
Jarak kedudukan anak daun (internode) pendek, atau anak
daun tersusun rapat.
Internode panjang atau jarang-jarang.
6. Bibit rusak berat karena hama, penyakit atau sebab lainnya
(Apogonia, penyakit tajuk dan lain-lain).
Selesi bibit yang baik akan memberikan tanaman yang baik pula
dilapangan. Seleksi bibit yang terakhir sangat menentukan sekali karena
sesudah ditanam akan sukar sekali menandainya. Setelah 6-12 bulan ditanam
dilapngan barulah jelas dibedakan dari yang normal.
Jenis abnormal ini ada bermacam-macam. Bersifat genetis misalnya
khimaere vivipar, steril, orange spotting dan lain-lain. Ada 5 macam yang
sering muncul yaitu :

Memanjang kaku atau steril.


Merunduk pelepah daunnya.
Terputar pelepahnya.
Rachis atau pelepahnya pendek.
Kerdil.

Persentase terbesar adalah yang pertama dapat mencapai 48% dari


tanaman abnormal. Tanaman abnormal ini sebagian besar tidak akan berubah
atau jika berproduksi hanya 25-50% dari pohon nmormal. Jika dilapangan
menjumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan mencapai lebih
4,42%. Pengamatan di marrihat pada tanaman 1958 dan di Bah Jambi tanaman
1968 menunjukan bahwa produksi tanaman abnorlmal hanya 61% dan 65% saja
dari tanaman normal bahkan ada sama sekali tidak berproduksi Tindakan tegas
sewaktu dipembibitan perlu dilukukan segera memusnahkan bibit yang dicurigai
abnormal, memperketat pengawasan terutama seleksi akhir dan memperkecil
kerusakan sewaktu pembongkaran, pengangkutan dan penanaman. Kultur teknis
yang kurang baik dapat juga menimbulkal abnormalitas dilapangan seperti
kedalaman tanam, kedangkalan, miring tanam, terserang Oryctes, keracunan
pupuk atau herbisida.
Pemupukan Bibit.
Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas menberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan
pertumbuhan. Interaksi antara unsur N, P, K, sangat nyata betrbeda dan bibit
sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara unsur-unsur hara.
Bibit kelapa sawit sangat cepat pertumbuhannya dan membutuhkan cukup
banyak pupuk. Pada masa mulai tumbuh yaitu sampai berumur 1 bulan sejak
kecambah ditanam (berdaun 2) masih belum perlu dipupuk karena masih
mendapat makanan dari endosprem biji. Bibit yang telah berdaun 2, sudah
memiliki kemampuan mengambil hara baik dari tanah atau melalui daun.
Aplikasi melalui daun adalah cara yang dipilih karena lebih mudah dan merata.
Penyemprotan urea dengan konsentarsi 0,1-0,2 % atau 1-2 gram /1 liter air
membera hasil yang cukup baik. Larutan pupuk majemuk 15-15-6-4 dengan
kepekatan 0,15-0,3 gram/liter juga dapat dipakai. Pada bibit yang berumur 2
bulan kepekatannya dapat ditingkatkan seperti urea menjadi 0,25%.
Kebutuhan campuran pupuk ini untuk 1.000 bibit adalah :
Urea
15-15-6-4.

: 10 -20 gram / 20 liter air.


: 15-30 gram / 20 liter air.

Sebagai ganti pupuk majemuk ada juga yang menggunakan ammonium


phosphate. Ada juga yang menggunakan urea dan pupuk majemuk secara
berselang seling. Pemupukan ini hendaknya dilakukan sebelum penyiraman dan
setelah pemupukan baru disiram agar tidak terjadi scorching atau terbakar
karena pupuk. Tergantung pada kesuburan media tumbuh dan kejaguran bibit
maka frekwensinya dapat dikurangi.

Pada pembibitan utama pupk yang diberikan lebih banyak dan dosisnya
tergantung pada umur bibit. Pupuk pertama sudah dapat diberikan pada umur 2
minggu setelah pindah tanam atau pada umur 14 minggu mulai kecambah
ditanam. Pada beberapa bulan pertama bibit membutuhkan lebih banyak N dan
P. Pupuk tungal ataupun majemuk dapat digunakan teta[i segi efisiensinya lebih
baik pupuk manemuk. Sampai umur 2minggu digunakan 15-15-6-4, selang 2
minggu sekali dengan dosis dimulai dari 2,5 gram sampai 10 gram. Mulai dari
minggu ke 26 dimulai penggunaan 12-12- 17-2 juga selang 2 minggu dengan
dosis awal 10 gram sampai 25 gram. Minggu kosongnya diisi dengan pupuk
kieserite dengan dosis awal 5 gram sampai 10 gram/pokok. Jumlah pupuk yang
diberikan selama dipembibitan utama ini yaitu mulai umur 14-52 minggu adalah
50 gram untuk pupuk 15-15-6-4, sebanyak 230 gram 12-12-17-2 dan 55 gram
kiesrite untuk semua pokok. Untuk 1 HA pembibitan (13.000 pokok) diperlukan
pupuk 15-15-6-4 sebanyak 650 Kg, 12-12-17-2 sebanyak 2.990 Kg dan kiesrite
715 Kg> Pupuk ditabur disekitar tepi kantongan secara merata. Takaran khusus
harus dipakai untuk masing-masing dosis. Untuk memoeroleh hasil guna nyang
baik ada baiknya jikasebelum bagan pemupukan dan dosis ditentukan diambil
analisa tanahnya. Tanah dengan kandungan liat tinggi perlu ditambah dengan
pasir dalam perbandingan 3 : 1. Pada tanah yang miskin bahan organik perlu
juga dicampur dengan kompos jika kadarnya sangat rendah. Pemakaian mulsa /
mulch atau serasah juga dimaksud untuk peningkatan daya serap pupuk. Tanah
pengisi kantong agar jangan terlalu penuh, dibiarkan 2-3 cm dari bibir untuk
tempat pupuk supaya tidak hanyut sewaktu penyiraman.
Perlakuan lainnya sebelum pupuk ditabur adalah :
Mencabut rumput pada kantongan 3 -4 hari sebelumnya.
Menggemburkan tanah permukaan media agar mudah menyerap
pupuk.
Tidak menabur dari bagian atas tanaman dan tidak mengenai
tanaman.
Mengingat pupuk majemuk ini mahal dan agak sulit tersedia maka pupuk
tunggal juga dapat digunakan dengan mengkonvesi dosis tersebut diatas. Jika
menggunakan pupuk majemuk memang aplikasinya lebih mudah dibandingkan
dengan pupuk tunggal yang memerlukan minimal 4 jenis pupuk.
Anjuran lainnya cukup banyak dan cukup baik untuk digunakan.
Penggunaan pupuk cair, pemakaian pupuk lambat lepas telah dicoba dan cukup
baik juga. Supaya mengurangi jumlah aplikasi pupuk yaitu 2 minggu sekali telah
dicoba di Marrihat. Penggunaan pupuk tunggal TSP, MOP dan Kiesrite yang
dicampurkan pada waktu pengisian tanah kantong plastik masing-masing
sebanyak 90 gram, 73 gram dan 84 gram untuk setiap kantong, sedag urea
diberikan sekali 2 minggu sebanyak 2 gram/bibit ternyata memberi hasil yang
baik.

Pemupukan bibit kelapa sawit pada pembibitan utama.


Umur (minggu)
2 dan 3
4 dan 5
6 dan 8
10 dan 12
14,15,16 dan 20
19 dan 21
22,24,26 dan 28
23 dan 25
30,32,34 dan 36
27,29 dan 31
38 dan 40

JENIS PUPUK ( gram / pokok ).


15-15-6-4
12-12-17-2
Kiesrite
2,5
5,0
7,5
10,0
10,0
5,0
15,0
7,5
20,0
10,0
25,0
-

Hama dan penyakit pada pembibitan.


Untuk mendapat bibit yang sehat dan prima pengendalian hama dan
penyakit sangat penting, dan akan dibicarakan lebih mendetail pada bab
khusus. Untuk ini perlu pengenalan yang baik, tanda serangan awal, tindakan
preventip yang akan diambil dan tindak lanjut, adalah lebih baik mencegah dari
pada memberantas sehingga ada dan tidak ada gangguan maka pengawasan
serta perlengkapan pestisida dan alat semprot perlu siaga.

Hama di pembibitan.
Hama kumbang malam atau yang lebih dikenal Apogonia sp dan
Adoretus sp aktif memakan epidermis daun dan meninggalkan lubang-lubang,
bekerja mulai sore hari sedang siang bersembunyi disemak-semak sekitar
pembibitan atau dibawah permikaan tanah. Sudah tentu usaha pencegahannya
adalah membersihkan semak dan gulma dipembibitan atau sekitar pembibitan.
Jika serangan cukup berat maka pemberantasan dengan banah kimia harus
dilakukan menjelang malam hari secara teratur 2 minggu sekali.
Kutu daun ada 2 jenis yaitu Aphids berwarna hijau kemerahan.
Tungkai berwarna putih berlilin, sedang mealy bug tubuhnya
dilapisi lilin putih. Jenis ini selalu dijumpai pada helai daun,
pucuk, leher akar atau pada akar muda. Keduanya hidup
bersimbiose dengan semut.

Spider mites tinggal dibagian bawqah anak daun yang agak tua
berkembang cepat terutama pada musim panas. Ketiga jenis kutu
ini mengisap cairan tanaman dan pada serangan berat tanaman
akan lemah sekali dan dapat terserang penyakit-penyakit
sekunder lainnya seperti Curvularia.
Kadang kala hama lainnya juga dapat menerang seperti ulat
pemakan daun yaitu ualt api, ulat siput (Setora nitens Wlk), ulat
kantong (Metisa plana), belalang (Valanga nigricornis).
Serangan ulat api dan kantong dapat cepat diketahui dan biasanya
dikutip (Hand picking).
Jangkerik (Gryllus sp.) sering menyerang bibit kecil pada
pembibitan awal, memakan pucuk, pangkal daun atau umbatnya
menyebabkan bibit akan mati demikian dengan keong yang
mengisap jaringan tanaman, serangan tikus perlu diwaspadai.
Pembibitan yang terlalu kotor dan semak belukar yang terlalu
dekat dengan pembibitan akan mengundang serangan.
Penggunaan umpan racun akan dapat mengatasinya.
Penyakit pada pembibitan.
Penyakit pada pembibtan ada yang menyerang akar dan ada yang
menyerang daun. Keduanya sangat penting dicegah. Penyakit yang menyerang
akar dan membunuh tanaman atau menderita sekali dapat disebabkan oleh
cendawan Rhizoctonia sp dan Phythium sp. Serangan dimulai dari ujung akar
yang masih lunak menyebar keakar yang lebih tua. Daun menjadi kusam,
menguning membentuk bercak-bercak coklat kemerahan dan layu. Jaringan
akar yang terserang menjadi busuk (berair). Penyakit ini menyerang bibit muda
dan timbul karena kondisi lingkungannya kurang serasi.
Penyakit yang menyerang daun cukup banyak antara lain disebabkan
cendawan Botriodiplodia sp, Glomerella singualata dan Melaconiem elaedis
dan penyakit ini disebut juga sebagai Anthracnose, sering timbul karena
kelembaban tinggi, bersifat parasit menyebar melalui sporanya. Bercak daun
yang terjadi berwarna hijau pucat kemudian berubah coklat membusuk dan
kering. Penyakit lainnya adalah bercak daun atau Black spot disebabkan
cendawan Curvularia sp dan Helminthosporium sp, menyerang bibit umur 4
bulan. Bercak kecil pada daun berwarna kuning kemudian menjadi hitam bulat
atau lonjong yang selanjutnya menggabung.
Terhadap masalah hama dan penyakit maka cara yang baik adalah
pencegahan. Menciptakan kondisi tidak terlalu lembab dan menghilangakn
sumber insfeksi dapat dilakukan dengan misalnya mengurangi naungan,
memotong bagian yang sakit atau tanaman yang telah terserang, kemudian
dimusnahkan dan dibakar, pengutipan hama, membebaskan tanah atau pelindung dari kemungkinan mengandung sumber insfeksi. Pengamatan yang

lebih kerap dan teliti merupakan tindakan yang terbaik. Jika keadaan memaksa
harus menggunakan pestisida maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Menyemprot hanya dilakukan pada kondisi yang sesuai agar tidak
mengurangi efisiensi penyemprotan.
Penyemprotan hanya seperlunya saja yaitu hanya bibit yang
terserang dan sekitarnya yang dicurigai.
Penyiraman bibit hendaknya dilakukan minimal 2 jam sebelum
atau sesudah penyemprotan.
Pestisida yang baik adalah formulasi yang dapat larut dalam air
dan hindarkan penggunaan ikatan tembaga dan timah (merkuri).
Bahan perata atau ajuvant dan perekat atau sticer perlu
ditambahkan agar lebih berhasil dalam penyemprotan.
Penyimpana pestisida menurut jenisnya agar jelas dan tidak
tercampur, demikian pula dengan penggunaan tong pecampur, alat
penyemprot dan dosis yang sesuai dengan anjuran..
Pengawasan Pembibitan.
Pengawasan oleh tingkat paling bawah yaitu Mandor, Asisten, Asisten
Kepala, Manajer, sampai tingkat direksi mutlak diperlukan karena bibit ini
diperlukan untuk 25 tahun tanaman. Pengawasan bukan saja dibidang teknis
tetapi juga biaya. Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian antara lain :
Pelaksanaan jadwal yang ditentukan karena akan berkaitan
dengan pemesanan bibit dan penanaman dilapangan.
Persiapan likasi dan perlengkapan terutama lahan, intalasi
penyiraman, cadangan atau sumber air, keamanan, pengisian
kantong plastik dan lain-lain.
Kesedian tenaga kerja terutama untuk penyiram, pemupukan dan
perawatan bibit karena hal ini tidak dapat ditunda-tunda.
Persedian alat yang diperlukan dan suku cadang yang selalu siap
demikian pula dengan pestisida, alat penyemprot dan lain-lain.
Seleksi bibit yang tepat dan pemusnahan bibit yang abnormal
perlu diawasi.
Asdministrasi yang baik dan jelas sehingga sewaktu-waktu harus
dapat diketahui posisi bibit yang sebenarnya berdasarkan umur
dan peta letak tiap persilangan.
Biaya secara kontinu terus dihitung sehingga dapat diketahui
biaya yang sudah dikeluarkan berdasarkan umur bibit.
Banyak hal-hal lain yang menyangkut bidang teknis yang perlu mendapat
perhatian.

Pembiayaan Pembibitan.
Biaya yang diperlukan ada 2 macam yaitu biaya inventasi pembangunan
sarana pembibitan yaitu tapak (lahan) pembibitan, pembangunan jaringan
penyiraman, pemagaran dan bangunan lainnya dan biaya operasional. Pada
jaringan penyiraman termasuk didalamnya pompa air, mesi pembangkit,
jaringan pipa air dalam berbagai ukuran dan penyemprotnya atau sprinkler jika
dipakai atau tangki air jika menggunakan sistem manual. Sarana lainnya adalah
pembuatan pagar keliling, bahan rumah pompa, kantor, gudang dan rumah
penjaga. Diperhitungkan pembibitan ini akan digunakan dalam beberapa tahun
sehingga setiap tahunnya diperhitungkan penyusutannya secara merata dan
dibagikan pada jumlah bibit. Biaya ini dimasukan sebagai biaya perbibit
disamping biaya operasionalnya, demian pula dengan tenaga operator, bahan
bakar dan suku cadang.Tergantung pada keadaan setempat maka perhitungan
harga bibit dipisahkan atas upah tenaga kerja yang dipakai , bahan atau
mat4erial yang dipakai, pengangkutan dan lain-lain Dibawah ini diberikan
contoh perhitungan biaya pembibitan awal dan pmbibitan utaman.

Pembibitan awal (untuk 1 ha pembibitan utama), pembibitan utama (1 ha).


16.000 Bibit = 3 Bulan
Uraian Pekerjaan.
HK
Bedengan
15 20
Pelindung
23
Kumpul tanah
10 15
Pengayakan
10 15
Pengisian kantong
50 60
Angkut / susun
35 45
Tanam kecambah
20 25
Penyiangan
20 30
Pem. Jalan/drainase
12 15
Pemupukan.
12
Penyiraman
35 45
Seleksi.
10 15
Pemb Hama/Penyakit
12
Bongkar Bibit.
25 30
Keamanan.
Mandor.
10 14
Lain-lain
10 - 15
Bahan / Pemakaian.
Kecambah sawit
16.000
Bahan bedengan
Pm
Pupuk Urea ( KG )
45
Penyiraman
Pm
Pestisida
Pm
Sprayer
0,1
Plastik
18.000

14.000 Bibit = 9 Bulan.


Uraian Pekerjaan
HK
Peralatan Lahan
60 70
Gali / kumpul tanah
140 160
Mengayak tanah
45 50
Mengisi kantongan
130 140
Pemancangan
25 28
Angkut / susun
75 90
Tanam Bibit
130 140
Pem jalan / drainase
35 40
Pemupukan
130 140
Penyiangan
30 40
Penyiraman
1300 1400
Seleksi
30 40
Pemb. Hama / penyakit
30 40
BongkarBibit
70 80
Keamanan
35 40
Mandor
90 100
Lain-lain
40 50
Bahan / Pemakaian
Pupuk 12-12-17-2 ( KG )
3.000
15-15-6-4 ( KG )
8.200
Kieserite ( KG )
600
Pestisidsa ( KG )
12
Herbisida ( Liter )
56
Sprayer
12
Plastik
15.000

Tansport
Sewa Alat

Pm
Pm

Transport
Sewa Alat

Pm
Pm

Upah tenaga tergantung keadaan setempat demikian pula dengan bahanbahan dan alat sewa. Jumlah upah + bahan + sewa dibagi dengan jumlah bibit
merupakan biaya per pokok.

Anda mungkin juga menyukai