Anda di halaman 1dari 2

HORMON YANG MEMENGARUHI FUNGSI

SISTEM URINARIUS
1. Norepinefrin & Epinefrin
Hormon ini dilepaskan dari medula adrenal.
Hormon ini memberi sedikit pengaruh pada
hemodinamika ginjal, kecuali pada kondisi
ekstrim, seperti pada pendarahan hebat.
Hormon ini memberikan efek berupa
konstriksi arteriol aferen dan eferen
sehingga menurunkan GFR dan RBF.
2. Endotelin
Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel
vaskuler ginjal atau jaringan lain yang rusak.
Jika pembuluh darah rusak, maka
endotelnya pun akan rusak dan melepaskan
endotelin. Hormon ini memiliki efek untuk
vasokonstriktor kuat sehingga dapat
mencegah hilangnya darah. Efeknya
terhadap ginjal adalag menurunkan GFR.
3. Angiotensin II & Aldosteron
Angiotensin II dapat merangsang sekresi
hormon aldosteron oleh korteks adrenal.
Keduanya memainkan peranan penting
dalam mengatur reabsorpsi natrium oleh
tublus ginjal. Bila asupan natrium rendah,
peningkatan kadar kedunya akan
merangsang reabsorpsi natrium oleh ginjal
sehingga dapat mencegah kehilangan
natrium yang besar. Sebaliknya, dengan
asupan natrium yang tinggi, penurunan
pembentukan kedua hormon ini
memungkinkan ginjal mengeluarkan
natrium dalam jumlah besar.
4. Prostaglandin & Bradikinin
Kedua hormon ini cenderung mengurangi
efek vasokonstriktor ginja akibat aktivitas
saraf simpatis, sehingga meningkatkan GFR.
5. Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin)
ADH berperan dalam pengaturan
konsentrasi urin, sehingga juga turut
mengatur osmolaritas plasma dan
konsenrasi natrium. Jika osmolaritas plasma
meningkat di atas normal (zat terlarut
dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar
hipofisis posterior akan terangsang untuk
menyekresikan ADH. ADH akan
meningkatkan permeabilitas tubulus distal
dan duktus koligentes terhada air sehingga

meningkatkan reabsorpsi air dan


mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika
terdapat kelebihan air di dalam tubuh
(osmolaritas cairan ekstrasel menurun),
sekresi ADH akan dikurangi. Hal ini akan
mengakibatkan menurunnya permeablitas
tubulus distal & duktus koligentes terhadap
air sehingga urin menjadi encer.
Banyak sedikitnya urin yang dihasilkan
dalam proses ekskresi dipengaruhi
oleh beberapa faktor berikut:
1.Hormon Anti Diuretik (ADH)
Faktor pertama yang mempengaruhi
produksi air kencing (urin) adalah hormon
anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar oleh hipofisis posterior. Jika tubuh
menghasilkan
banyak
ADH
maka
penyerapan air pada tubulus juga banyak,
sehingga volume urin sedikit dan dalam
kondisi pekat.
Sebaliknya, jika ADH berada dalam
jumlah sedikit maka penyerapan air juga
sedikit sehingga ginjal menghasilkan urin
dalam volume banyak dan kondisinya encer.
Jika kelenjar hipofisis tidak berfungsi
sehingga tidak bisa menghasilkan ADH,
maka urin akan menjadi sangat encer.
Kondisi demikian
dinamakan
penyakit
diabetes insipidus.
2. Jumlah air yang diminum
Semakin banyak volume air yang
diminum, maka urin yang dihasilkan juga
semakin banyak. Disarankan agar setiap
hari kita minum air putih minuman 6 gelas.
Konsumsi air putih bisa membersihkan
racun-racun tubuh yang masuk ke dalam
ginjal dan memberi manfaat menjaga
kelembaban pada kulit.
3. Saraf ginjal
Rangsangan pada saraf ginjal akan
mengakibatkan penyempitan duktus eferen
sehingga aliran darah ke glomerulus
berkurang dan mengakibatkan proses filtrasi
kurang
efektif.
Kondisi
demikian
mengakibatkan volume urin yang dihasilkan
jumlahnya sedikit. Begitu juga sebaliknya.
4. Jumlah hormon insulin

Jika hormon insulin jumlahnya sedikit,


misalnya pada penderita diabetes melitus,
maka kadar gula dalam darah akan
dikeluarkan lewat tubulus distal. Hal ini akan
mengganggu proses penyerapan kembali air
sehingga orang tersebut akan lebih banyak
mengeluarkan urin.
Proses produksi urin akan terganggu
bila seseorang menderita salah satu

penyakit akibat kelainan fungsi ginjal.


Penyakit kelainan ginjal yang sering terjadi
pada manusia antara lain: nefritis, diabetes
melitus (kencing manis), diabetes insipidus,
albuminuria, dan batu ginjal. Semoga
informasi kesehatan ini bisa berguna untuk
Anda.

Anda mungkin juga menyukai