Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
dari rumah ke rumah. Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi
barang mewah.(http://docs.google.com/viewerocw.usu.ac.id/course/download/-teknologioleokimia/tkk-322_handout_sabun.pdf)
Dalam sejarah pembuatan sabun, masing-masing negara memiliki sejarah
tersendiri serta teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi penemuan, diambil
satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh bangsa Romawi kuno. Nama
Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo, di
mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang
tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo, pada
masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang
berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang orang mencuci pakaian di sungai Tiber
mereka mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah
asal usul sabun dimulai. (http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisisaponifikasi-dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun/)
2.2 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan
larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa
dan air serta garam karbonil (sejenis sabun). Sabun merupakan salah satu bahan yang
digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun alat-alat lain. Alkali yang biasanya
digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2 CO3. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil
reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari
lemak hewan dan nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan
sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit
(palm oil),
2.3 Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat
dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan
air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam
air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif)
seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu
dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar.
Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah b enar-benar larut dalam
air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujungujung ionnya yang menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992)
CH3(CH2)16COOH + OH-
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak
akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garamgaram Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4
Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun
(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun
mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai
kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar : CH3(CH2)16
(larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar). Polar :
COONa+ (larut
dalam air,
hidrofilik
dan
juga
(http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
dari setiap misel bermuatan negatif, dan ion natrium yang positif berkumpul di dekat
keliling setiap misel.
Dalam kerjanya untuk menyingkirkan kotoran, molekul sabun mengelilingi dan
mengemulsi butiran minyak atau lemak. Ekor lipofilik dari molekul sabun melarutkan
minyak. Ujung hidrofilik dari butiran minyak menjulur ke arah air. Dengan cara ini,
butiran minyak terstabilkan dalam larutan air sebab muatan permukaan yang negatif dari
butiran minyak mencegah penggabungan (koalesensi). (Hard Harold, 1984). Secara
singkat cara kerja sabun sebagai penghilang kotoran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan
permukaan sehingga kain menjadi bersih dan meresap lebih cepat kepermukaan kain.
2. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat
molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan
molekul sabun membentuk suatu emulsi.
3. Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
(http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
Penggunaanya secara khas yaitu 0,3-1,0% untuk triclosan, dan 1,0-1,5% triclorocarban.
Keduanya termasuk kedalam amulgator dan dan dapat terdispersi atau terlarut dalam
pelarut yang sesuai, seperti parfum.
Pada umumnya sabun yang akan diperdagangkan mengandung 10 sampai 30%
air, dan jika sabun kekurangan air maka akan sulit larut. Hampir semua sabun memiliki
parfum. Hal ini untuk menghilangkan aroma sabun yang asli. Sabun mandi dibuat dengan
bahan pilihan yang mengandung 10-15% pelembab.
Jenis sabun batangan lainnya adalah sabun mandi kecantikan. Sabun mandi
kecantikan adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan tubuh
dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat-zat gizi dan nutrisi yang
sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan mempertahankan
kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika terjadi kerusakan sel
kulit. Pada sabun kecantikan busa harus lembut dan sifat basanya lebih rendah. (Luis
Spitz, 1996).
lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan,
seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat,
sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di
dalamnya). (http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
1. Suhu Operasi. Suhu yang tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi tetapi
dengan pengadukan yang lambat. Selain itu, juga dapat meningkatkan selektivitas.
Biasanya, suhu operasi antara 80-950C.
2. Tekanan Operasi. Peningkatan tekanan akan meningkatkan kinetika reaksi
tetapi menurunkan selektivitas.
3. Pengadukan. Meningkatkan kecepatan pengadukan akan dapat meningkatkan
kecepatan reaksi dan penurunan selektivitas yang besar.
4. Katalis. Penambahan katalis dapat meningkatkan kinetika reaksi dan sedikit
memperkecil selektivitas.
Neat soap yang dihasilkan mengandung 60% total fatty matter (TFM), diperoleh melalui
beberapa tahapan proses sebagai berikut :
1. Pengeringan. Neat soap dikeringkan untuk mengurangi kandungan airnya
sebesar 10-15 %. Jika kandungan air terlalu tinggi maka proses terlalu padat sehingga
proses berjalan lambat.
2. Pemurnian . Sabun Neat soap yang sudah dikeringkan akan dimurnikan dengan
menggunakan roll mill, plodder atau kombinasi keduanya. Dalam tahapan ini, neat soap
dimanipulasi kedalam bentuk yang diinginkan, dihomogenkan agar terbentuk struktur
sabun yang kristal. Kemudian sabun dipadatkan dengan plodder.
3. Pemotongan dan pembungkusan. Proses selanjutnya adalah pemotongan sabun
kedalam bentuk noodle-noodle soap untuk selanjutnya dibungkus atau diolah ke tahapan
berikutnya.
4. Pengolahan Noodle Soap. Perusahaan sabun biasanya membeli bahan baku
sabun dalam bentuk noodle soap dan kemudian diolah oleh perusahaan tersebut ke
tahapan pengolahan berikutnya, seperti pemberian warna, pengharum, dan komponen lain
yang dapat menjadikan sabun sebagai merk dagang. Yang pertama dilakukan dalam
memproduksi noodle soap untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sabun adalah sabun
dipadatkan dan dibuat berbentuk silinder padat dan kemudian dibungkus. Spesifikasi
noodle soap yang diproduksi biasanya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perusahaan
sabun yang akan menggunakannya sebagai bahan baku, bentuknya pun dibuat sedemikian
rupa agar kelihatan bagus seperti toilet soap, laundry soap, translucent soap dan lain-lain.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29146/4/Chapter%20II.pdf)
Minyak yang direaksikan adalah campuran dari beberapa minyak (dalam satuan
%b/%b) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun yaitu palm oil, palm
stearine, dan palm kernel oil dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai dengan
formulasi yang telah ditetapkan untuk sabun yang akan diproduksi. Setelah reaksi
sempurna maka sabun dipompakan ke static separator untuk memisahkan antara sabun
dan gliserol. Gliserol yang didapat hasil proses saponifikasi ini yang dijadikan sebagai
bahan baku untuk proses pembuatan gliserin yang disebut dengan spent lye dengan
kemurnian gliserin 20-30%.
Dalam static separator ini sabun akan terpisah dengan spent lye dan kemudian
dilanjutkan atau dimasukkan ke washing coloumn sambil diumpankan fresh lye, untuk
memisahkan sabun, half spent lye, magnesium, dan logam-logam lain yang terkandung di
dalamnya. Half spent lye yang dihasilkan diumpankan kembali ke reaktor. Fresh lye
(larutan pencuci) yang akan dimasukkan (dicampurkan) ke dalam washing coloumn ini
terdiri dari larutan NaOH 48%, larutan NaCl 22%, dan air atau H2O. (PT. Oleochem and
Soap Industri, 2010)
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak
mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada
kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua
reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
RCOOCH2
CH2OH
reaksi eksotermik
RCOOCH
3 NaOH
3 RCOONa
RCOOCH2
CHOH
CH2OH
Minyak/
Natrium
Lemak
Hidroksida
Sabun
(Garam
Natrium)
Gliserol
Reaksi saponifikasi dari Tallow, yang diwakili oleh asam stearat, dan palm
stearine yang diwakili oleh asam palmitat, seperti halnya hasil teori dari sabun dan
gliserol dapat dengan baik dijelaskan dengan persamaan kimia di bawah ini :
CH2OOC-(CH2)16-CH3
CHOOC -(CH2)16-CH3
CH2OH
+
3 NaOH
CH2OOC-(CH2)16-CH3
3CH3-(CH2)16COONa
Natrium
Gliserol
Natrium
Hidroksida
10.33%
Stearat
CH2OOC-(CH2)14-CH3
CH2OH
+
3 NaOH
CH2OOC-(CH2)14-CH3
Tripalmitin
CH2OH
Tristearine
CHOOC -(CH2)14-CH3
CH2OH
CH2OH
3CH3-(CH2)14COONa
CH2OH
Natrium
Hidroksida
Gliserol
11.41%
Natrium
Palmitate
Asam palmitat hasil gliserol nya lebih tinggi ( 11.41% ) dibandingkan dengan
asam stearat ( 10.33%). Oleh karena itu, palm sterine akan menghasilkan jumlah gliserol
lebih tinggi daripada tallow, karena kandungan asam stearat yang lebih tinggi dalam
molekulnya.
Minyak dan lemak mempunyai sifat yang berbeda selama proses pembuatan sabun
seperti laju penyabunan, jumlah alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi dan kekuatan
elektrolit untuk penggaraman. Keduanya juga mempunyai hasil sabun setengah jadi dan
gliserin yang bervariasi. (Iftikhar Ahmad, 1980)
selanjutnya dimasukkan ke
Centrifuge (Cf). Didalam centrifuge ini sabun ini juga dipisahkan antara lye dan neat
soapnya. Lye yang telah dipisahkan dikembalikan lagi ke washing coloumn sedangkan
sabunnya dilanjutkan ke Neutralizer. Didalam neutralizer ini aditif yang dicampur adalah
Palm Kernel Oil (PKO) dan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate). PKO ditambahkan
dengan tujuan untuk memastikan kandungan kadar NaOH dalam neat soap sebesar
0,025% - 0,045%. dan selanjutnya di transfer ke Crutcher. Didalam crutcher ini neat soap
masih dicampur aditif yaitu EDTA dan Turpinal, kemudian diaduk agar homogen
kemudian dilanjutkan ke Feed Tank. (PT. Oleochem and Soap Industri, 2010)
digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem
tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Dryer dengan mulai
memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien dari pada
dryer sistem tunggal.
(http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
Sabun Dadih
Glycerine Mentah
Fitting
Pemurnian
Neat Soap
Glycerine Murni
Pengeringan,
Pemotongan
Aditif
/Pengisi
Powdered
Laundry Soap
Sabun Cuci
Sabun Mandi
total
asam
lemak
dalam
minyak
zaitun.
(http://albahar.wordpress.com/2007/06/13/keistimewaan-minyak-zaitun)
10. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
(http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/ .
Rumus
Asam Lemak
Molekul
Sumber Utama
Kekerasan
Kelarutan
Kinerja
Daya
Sabun
dalam air
Busa
Daya Membersihkan
Air
Air
Air
Dingin
Hangat
Panas
C11H23COOH
Miristat
C13H23COOH
Palmitat
C15H31COOH
C17H35COOH
Tallow
C17H33COOH
C17H31COOH
Cottonseed, Jagung,
kacang, ricebran, rubberseed, safflower, kedelai
minyak bunga matahari
Linolenat
C17H30COOH
Kedelai, ricebran,
cottonseed, minyakbunga matahari
Ricinoleat
Keterangan :
C17H32(OH)COOH
Castor Oil
: Sangat Baik
: Baik
: Cukup
hidrokarbon yang tidak mempunyai cabang. Rantai hidrokarbon yang panjang dari asam
lemak mungkin dalam bentuk jenuh atau mengandung satu atau lebih karbon-karbon
ikatan rangkap. (Ralph J. Fessenden, 1982)
Tabel 2.2. Titik Leleh dari Beberapa Asam Lemak
Jenis Asam Lemak
Jumlah
Atom C
Titik Leleh
(oC)
Formula
12
CH3(CH2)10COOH
44
Myristat
14
CH3(CH2)12COOH
58
Palmitat
16
CH3(CH2)14COOH
63
Stearat
18
CH3(CH2)16COOH
70
Arachidat
Asam Lemak Tidak Jenuh :
20
CH3(CH2)18COOH
75
Palmitoleat
16
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH
32
Oleat
18
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Linoleat
18
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
-5
Linolenat
18
CH3(CH2)CH=CH-CH2CH=CHCH2-CH=CH(CH2)7-COOH
-11
Arachidonat
20
CH3(CH2)4(CH=CHCH2)4CH2CH2COOH
-50
2.4.1.3 Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim : 2-Aminoethanol, monoethanolamine,
dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang
biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam
lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat
mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun
yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa
tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan
sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh
industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
(http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/)
agar
diperoleh
sabun
yang
berkualitas.
(http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/)
ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan
lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan
sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam
air. (http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan
dengan berat jenis 0,9 g/ml. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml. Pada dasarnya, jenis
parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum
ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat
seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan
jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada
produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan
harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang
digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower. (http://www.scribd.com/doc/23977749/pembuatan-sabun)
larut dalam air. Sedangkan lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung
persentase tertinggi asam lemak jenuh rantai panjang memberikan kekerasan sabun.
Dengan mencampurkan lemak-lemak berbeda memungkinkan untuk memperoleh
sabun jadi dengan sifat-sifat optimum untuk kegunaan yang diharapkan. Faktor-faktor
teknis-ekonomis di bawah perlu diperhatikan oleh pembuat
komposisinya.
a. Ketersediaan mengenai lemak atau minyak dan biayanya.
b. Stabilitas dan perlakuan awal yang dibutuhkan.
c. Karakteristik teknis analisis, contohnya bilangan penyabunan, faktor INS (Iodine
Number and Saponification) empiris, titer point (titik beku) dan perbandingan
kelarutan.
d. Kualitas dari sabun yang diinginkan dalam hal warna sabun, kemampuan
membusa, kekerasan dan daya pembersihan. (Iftikhar Ahmad, 1981)
3.009.600 ton
Asam laurat
752.000 ton
3.761.600 ton
Sumber utama asam lemak C16 dan C18 yang murah dan tersedia adalah tallow dan
palm stearine. Saat ini Malaysia mengekspor lebih dari 40.000 ton palm stearine tiap
bulan dan jumlah eksport ini diharapkan meningkat pada tahun ini.
Keberadaan palm stearine juga digunakan sebagai shortening (minyak sayur) dan
campuran dalam produk lain. Tetapi sebagian besar akan digunakan dalam pembuatan
sabun.
Perbandingan Harga dari Palm Stearine
Mengenai faktor biaya, palm stearin lebih murah dibandingkan palm oil, dan harganya
rendah dibandingkan dengan edible tallow. Ketersediaan palm stearine dan biaya yang
lebih rendah, tidak sulit untuk menyatakan bahwa palm stearine akan memainkan
peranan penting dalam pasar bahan baku sabun yang akan datang. Tabel 2.3 menjelaskan
perbandingan harga palm stearine dan edible tallow. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Tabel 2.3. Perbandingan harga Palm Stearine dan Tallow (USD)
Palm Stearine
Tallow
1980
486
500
Februari 1980
489
520
Maret
511
525
Periode
Januari
1980
Perbandingan daya larut terutama digunakan untuk mengatur jumlah palm stearine atau
tallow dalam komposisi minyak atau lemak. Perbandingan daya larut campuran minyak
atau lemak dihitung dengan membagi faktor I.N.S dari pengisi minyak dengan jumlah
faktor I.N.S dari beberapa minyak yang ada dalam campuran yang mempunyai faktor
I.N.S lebih tinggi dari 130 ( diluar minyak inti sawit dan coconut oil ). Jika sangat larut,
kecepatan membusa sabun dibutuhkan jumlah palm stearine atau tallow yang sedikit, jika
tidak dibutuhkan jumlah yang tinggi. (Iftikhar Ahmad, 1981)
stearat bervariasi diantara palm stearine dan tallow, jumlah asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh rantai panjang adalah sama.
Tabel 2.4. Sifat Sabun yang Dibuat dari Minyak dan Lemak yang Berbeda
No.
Lemak dan
Minyak
Coconut Oil
Konsistensi
Daya
Sifat
Sabun
Sabun
Membersihkan
Putih ke kuning
pucat
Sangat Keras
Membusa
Cepat, tetapi
busa
tidak tahan
lama
Cepat, tetapi
busa
tidak tahan
lama
Pengaruh
pada
Kulit
Sangat Bagus
Sedikit
Putih ke kuning
pucat
Palm Stearine
RBD Palm
Stearine
Tallow
Rosin ( Damar )
Kuning Pucat
Putih
Kekuning kuningan
Kekuning kuningan
Sangat Keras
Cukup Keras
Cukup Keras
Cukup Keras
Agak Lembut
Lambat,
tapi tahan
lama
Lambat,
tapi tahan
lama
Lambat,
tapi tahan
lama
Cepat, agak
Sangat Bagus
Sedikit
Lembut dan
Lengket
Lemah dan
Cukup
Cukup
Cukup
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bagus
Tidak ada
Berbusa
Coklat
Kegunaan
Sedang
Tidak ada
Berminyak
Coconut
Oil
59
6 10
44 52
13 19
8 11
13
5-8
2
Palm Kernel
Oil
3-5
3-7
40 - 52
14 - 18
7-9
1-3
11 - 19
2
Palm
Stearine
0.1 - 0.4
1.2 - 1.3
52 - 58
4.8 - 5.3
27 - 32
6.6 - 8.2
Tallow
0.2
2-8
24 - 37
14 - 19
40 - 45
3-4
2.6 Formula yang Dianjurkan Untuk Sabun Cuci ( Laundry ) dan Sabun Mandi
Sejauh ini kekerasan sabun sangat dikaitkan, secara ilmiah memungkinkan untuk
mengontrolnya dengan penggunaan faktor I.N.S dan titer point (titik beku). Sifat dari
kelarutan dan kekuatan penyabunan (pembusaan) dikontrol dengan perbandingan
kelarutan (Solubility Ratio, S.R). Dengan tingginya S.R mengindikasikan pembusaan dan
daya larut yang baik.
Penggunaan I.N.S, titer, dan S.R memungkinkan sipembuat sabun untuk menjaga
keseragaman produk nya dengan mencampur dengan lemak-lemak yang berbeda. Untuk
sabun cuci, S.R 1,5 2,5 pada umumnya direkomenndasikan, sementara untuk sabun
mandi S.R 2,0 3,0 dan faktor I.N.S 150 179 adalah dianjurkan. ( Lihat Tabel 2.6 ).
Walaupun pengisi lemak/minyak berbeda, namun I.N.S, titer point (titik beku),
dan nilai S.R berada dalam cakupan spesifik, di semua hal sabun yang dihasilkan akan
sama kualitasnya. Apapun lemak yang digunakan, asalkan konstanta seperti I.N.S, titer
point (titik beku), dan nilai S.R berada dalam cakupan spesifik, maka sabun dihasilkan
akan dapat diterima mutunya. ( Iftikhar Ahmad, 1981 )
Tabel 2.6. Formula yang Dianjurkan Untuk Sabun Cuci dan Sabun Mandi
No.
A - Sabun Cuci
Pengisi
Lemak
Palm
Kernel/
Coconut
Oil
Palm
Stearine
Jumlah
Angka
I.N.S
15%
240
B - Sabun Cuci
Nilai
Rata-rata
Jumlah
Angka
I.N.S
20%
240
I.N.S =
159
35%
166
Inedible
40%
30%
150
166
Minyak
Jumlah
Angka
I.N.S
15%
240
35%
65%
150
D - Sabun Mandi
Nilai
Rata-rata
Jumlah
Angka
I.N.S
15%
240
I.N.S =
161
166
S.R =
2.02
Titer =
39.0
Tallow
Nilai
Rata-rata
I.N.S =
163
S.R =
1.91
3
C - Sabun Cuci
S.R =
2.95
-
Titer =
38.3
Nilai
Rata-rata
I.N.S =
169
75%
( RBD
)
166
S.R =
2.95
Titer =
39.6
Titer =
41.1
15%
85
20%
85
10%
85
10%
50
Lunak
5
Damar
Bilangan Penyabunan
Asam Lemak
Bil.
Penyabunan
2.7.2
Palm Oil
( PO )
Palm
Stearine
( PS )
Tallow
Palm Kernel
Oil
( PKO )
Coconut
Natural Oil
( CNO )
Minyak
Dedak Padi
Minyak
Jarak
190 202
193 - 206
192 - 202
240 - 255
250 - 264
184 - 195
176 - 187
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidakjenuhan, terutama asam oleat dan
linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut.
Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, me mbuat sabun keras
dan mudah larut.
Tabel 2.8. Bilangan Iodine dari Berbagai Jenis Minyak
Asam Lemak
Bil. Iodine
Palm Oil
Palm Stearine
( PO )
51 - 55
( PS )
22 48
Tallow
Palm
Kernel Oil
Coconut
Natural Oil
40 - 56
( PKO )
16 20
( CNO )
7 - 12
Minyak
Dedak
Padi
92 - 120
Minyak
Jarak
81 - 98
Tabel 2.9. Pengaruh Panjang Rantai dan Ketidakjenuhan pada Sifat Sabun
Panjang Rantai antara C12 dan C18
Sifat Sabun
1. Kelarutan
2. Daya Membersihkan
3. Busa
4. Air Lunak
5. Kekerasan
6. Stabilitas Terhadap
Oksidasi
Panjang
Pendek
Sedikit
Baik
Lambat, stabil
Kurang
Kecil
Baik
Kurang
Cepat, tidak stabil
Baik
Besar
Tidak Jenuh
2 Ikatan
Rangkap atau
lebih
Kurang
Medium, Stabil
Lunak
Baik
Baik
Kurang
Sabun yang dibuat dari asam miristat ( C14 asam lemak jenuh ) mempunyai sifat
optimum. Karena tidak ada minyak alam tunggal yang mengandung banyak C14. Lemak
harus diblending atau dicampur menurut mutu akhir produk yang diharapkan. Sabun yang
banyak mengandung asam lemak laurat mempunyai sifat keras, cepat berbusa, dan cepat
larut dalam air. Sabun dari lemak dengan rantai karbon panjang dan ketidakjenuhan yang
tinggi adalah lebih lunak, tetapi mempunyai daya membersihkan yang baik dalam air
hangat. Lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung persentase tertinggi
asam lemak jenuh menghasilkan sabun yang teksturnya keras, kurang larut, dan sedikit
berbusa.
Alkali tanah digunakan untuk penyabunan juga sangat penting dalam pembuatan
sabun. Seperti sabun yang berasal dari garam natrium, biasanya lebih keras daripada
sabun yang berasal dari garam kalium. (Iftikhar Ahmad, 1981)
2.7.2.1 Titrasi Iodometri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I(iodide) untuk menghasilkan I2. I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan
larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan
sebagai titrasi kembali. Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi
jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat
dipakai untuk iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat
baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan
secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah
equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan
menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3)
dengan indikator amilum jadi perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum I2
sampai warna ini tepat hilang. Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan
iodat adalah sebagai berikut :
IO3- + 5 I- + 6H+ 3I2 + H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat
bereaksi dengan 6 mmol S2O32- (1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol S2O32-)
sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-. Kita menitrasi
langsung antara tiosulfat dengan analit, alasannya adalah karena analit yang bersifat
sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan
oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri.
Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion
logam seperti Besi(II). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi
Iodometri adalah sebagai berikut :
Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal
ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat
akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum-I2 terdisosiasi
sangat lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum
ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada
media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum. Titrasi harus
dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara
bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk
menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat
berbentuk padat ditambahkan dalam labu titrasi. Karbon dioksidasi yang dihasilkan akan
mengusir setelah itu campuran dibiarkan sampai reaksi sempurna.(A.L. Underwood,1986)
Reaksi
3-
AsO4 + 2I + 2H
Br2 + 2I-
AsO33- + I2 + H2O
2Br- + I2
Br- + 3I2 + 3H2O
2Cl- + I2
Cl- + 3I2 + 3H2O
2CuI(s) + I2
2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
I2 + 2H2O
3I2 + 3H2O
2NO + I2 + 2H2O
4Mn(OH)3
O2 + I2 + H2O
4I2 + 4H2O
2Mn2+ + 5I2 + 8H2O
naiknya temperatur dan oleh beberapa zat organik, seperti metil dan etil alkohol. (A.L.
Underwood, 1986)
distandarisasikan
berdasarkan
penimbangan
langsung,
melainkan
harus
Asam Lemak
Nilai I.N.S
Palm Oil
Palm Stearine
( PO )
( PS )
139 - 147
171 - 160
Tallow
152 146
Palm
Kernel Oil
Coconut
Oil
( PKO )
( CNO )
243 252
224 235
Minyak
Dedak
Padi
Minyak
92 - 75
91 - 100
Jarak
Dalam hal memberikan sifat sabun yang optimum, faktor I.N.S biasanya berada diantara
130 165. Dengan mencampur minyak yang mempunyai faktor I.N.S yang tinggi seperti
coconut oil ataupun palm kernel oil ( minyak inti sawit , dengan palm stearine atau tallow
dan dengan minyak yang faktor I.N.S nya rendah seperti kacang tanah. Minyak seperti
palm stearine atau tallow dianjurkan cocok sebagai dasar pembuatan sabun laundry
(sabun cuci ). (Iftikhar Ahmad, 1981)
Keterangan* Asam laurat ( lauric acid ) seperti minyak kelapa ( coconut oil ) dan minyak inti sawit adalah
pengecualian.
Asam Lemak
Titer C
Palm Oil
Palm Stearine
( PO )
( PS )
40 - 42
46 - 54
Tallow
40 - 47
Palm
Kernel
Oil
Coconut
Oil
( PKO )
20 28
Minyak
( CNO )
Minyak
Dedak
Padi
20 - 24
26 - 30
1-4
Jarak
Sabun Mandi
300C - 370C
370C - 390C
390C - 410C
Sabun Mandi
390C - 400C
faktor yang tidak disenangi. Lemak dengan kadar asam lemak bebas dari 1 persen, jika
dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik.
Namun intensitasnya bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Walaupun asam lemak bebas dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan rasa yang tidak
enak. Dan dapat menghasilkan bau tengik. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan
karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi. (S. Ketaren, 1986)
konsistensi.
Asam lemak
melalui hidrolisis
trigliserida.(William dan Schmitt, 2002). Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa
asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat
sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan.
2.7.9 Kadar Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai NaOH ( Free Alkali as NaOH )
Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses
pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan kerusakan
kulit dan iritasi kulit lainnya. Kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar 0,05%.
Alkali juga dapat merusak kulit dibandingkan dengan menghilangkan bahan berminyak
dari kulit. Sungguhpun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses
hidrolisis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH
5,8-10,5. (Erik, 2007)
Pada kulit yang kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak, beberapa penyakit
kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian cairan sabun merupakan
kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9,
walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin perubahan ini tidak
diinginkan pada penyakit kulit tertentu. (Lely Sari, 2003)
2.7.10 Garam Dapur (NaCl)
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal
putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah
natrium chloride (NaCl). Senyawa natrium adalah penting dalam perindustrian kimia,
kaca, logam, kertas, petroleum, sabun, dan tekstil. Sabun pada umumnya merupakan
garam natrium dengan beberapa jenis asam lemak.
Natrium dalam bentuk logam merupakan wujud penting dalam pembuatan ester
dan dalam perkilangan senyawa organic. Logam alkali ini adalah juga merupakan wujud
dalam natrium chloride (NaCl). (Wikipedia, 2007)
sabun. Palm Stearine mempunyai bilangan iodine yang rendah, dan ini adalah satu sebab
untuk kekerasan sabun.
Keretakan dapat disebabkan sejumlah faktor seperti bentuk batangan (sabun),
tingkat distorsi (penyimpangan) kekosongan selama pencetakan (stamping), komposisi
jumlah bahan pewangi (fragrance) dan bahan-bahan aditif. Ada dua jenis cracking,
dinamakan kering dan basah (dry cracking dan wet cracking).
Cracking kering
dikarenakan celah yang disebabkan oleh udara yang masuk ke dalam sabun selama
tekanan akhir. Ini disebabkan sedikitnya vakum atau ketidakefisienan plodding. Cracking
basah terjadi pada batangan sabun selama penggunaan untuk mencuci dan biasanya
menimbulkan garis-garis keretakan pada batangan sabun. (Iftikhar Ahmad, 1981)
Bila atom saling terikat membentuk molekul, energi dilepaskan (biasanya sebagai
kalor atau cahaya). Jadi molekul agar terdisosiasi menjadi atom-atomnya, harus diberikan
energi. Ada dua cara agar ikatan terdisosiasi. Satu cara adalah karena pemaksapisahan
heterolitik (heterolytic cleavage) (Yunani, hetero, berbeda), dalam mana kedua elektron
ikatan dipertahankan pada satu atom. Hasil pembelahan heterolitik adalah sepasang ion.
(http://sanglazuardi.com/belajar-kimia/energidisosiasiikatan)
H H+ + H:-
Cl H+ + :Cl:-
menunjukkan arah ke mana pasangan elektron bergerak selama pemutusan ikatan. Dalam
pemaksapisahan heterolitik dari HCl atau H2O, elektron ikatan dipindahkan ke Cl atau O
yang lebih elektronegatif. (Ralph J. Fessenden, 1992)
Proses lain yang memungkinkan suatu ikatan terdisosiasi adalah pemaksapisahan
homolitik (Yunani, homo, sama). Dalam hal ini setiap atom yang turut dalam ikatan
kovalen menerima satu elektron dari pasangan yang saling dibagi yang asli. Yang
dihasilkan adalah atom yang secara listrik netral atau gugus atom.
(http://sanglazuardi.com/belajar-kimia/energidisosiasiikatan)
H H. + H.
Cl H. + .Cl
Panah lengkung dalam persamaan-persamaan ini hanya mempunyai separuh dari
kepala panahnya. Jenis panah separuh seperti ini, disebut kait-ikatan, dan digunakan
untuk menunjukkan arah pergeseran dari satu elektron, sedangkan panah lengkung
dengan kepala lengkap digunakan untuk menunjukkan arah pergeseran sepasang elektron.
(Ralph J. Fessenden, 1992)
Pemaksapisahan homolitik lebih berguna daripada pemaksapisahan heterolitik
dalam penentuan energi yang diperlukan untuk disosiasi ikatan karena perhitungan tak
disulitkan oleh tarikan ionik antara hasilnya. Dari penentuan komponen gas yang
terdisosiasi pada suhu tinggi, perubahan entalpiH (perubahan kadar kalor, atau energi)
telah dihitung untuk sejumlah besar disosiasi ikatan. Untuk reaksi CH4 CH3. + H. , H
sama dengan 104 kkal/mol. Dengan perkataan lain, untuk pemaksapisahan satu atom
hidrogen dari setiap atom karbon dalam satu mol CH4 memerlukan 104 kkal. Nilai ini
(104 kkal/mol) adalah energi disosiasi ikatan untuk ikatan H3C-H.
Energi disosiasi ikatan untuk beberapa jenis ikatan disusun dalam tabel 2.14.
Untuk memecah ikatan yang lebih stabil memerlukan energi yang lebih besar. Misalnya,
pemaksapisahan dari HF menjadi H. dan F. (135 kkal/mol) adalah sukar dibandingkan
dengan pemaksapisahan ikatan O-O dalam hidrogen peroksida, HOOH (35 kkal/mol).
Dalam tabel 2.15, bahwa atom yang dihubungkan oleh ikatan ganda memerlukan
energi lebih banyak untuk disosiasi daripada atom yang sama dihubungkan oleh ikatan
tunggal (CHCH, 230 kkal/mol, terhadap CH 3-CH3, 88 kkal/mol). Selain itu pula bahwa
bagian lain dari molekul dapat mempengaruhi energi disosiasi ikatan :
H3C H + 104 kkal/mol H3C. + H. (lebih sukar)
(CH3)3C-H + 91 kkal/mol (CH3)3C. + H. (lebih mudah)
Tabel 2.14 Energi Disosiasi Ikatan yang terpilih (dalam kkal/mol)
E. Disosiasi
104
Ikatan C-H
CH3-H
E. Disosiasi
104
Ikatan CXa(halogen)
CH3-Cl
NN
226
CH3-CH2-H
98
CH3CH2-Cl
81.5
CH2=CH2
163
F-F
37
(CH3)2CH-H
94.5
(CH3)2CH-Cl
81
CHCH
230
Cl-Cl
58
(CH3)3C-H
91
(CH3)3C-Cl
78.5
Br-Br
46
CH2=CH-H
108
CH2=CH-Cl
84
I-I
H-F
36
135
CH3-Br
CH3CH2-Br
70
68
H-Cl
H-Br
103
87
(CH3)2CH-Br
(CH3)3C-Br
68
67
H-I
HO-OH
71
Ikatan
H-H
E. Disosiasi
83.5
Ikatan CC
CH3-CH3
E. Disosiasi
88
35