Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu syarat yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara. Hal ini terjadi karena adanya perubahan yakni adanya arus globalisasi dan juga pasar
bebas yang mulai mempengaruhi tidak hanya keadaan ekonomi suatu negara tetapi juga keadaan
politik, sosial, budaya termasuk sumber daya manusia yang ada di suatu negara (Djauhari 2013).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang turut terkena dampak dari
adanya arus globalisasi dan juga pasar bebas ini. Adanya globalisasi dan juga pasar bebas di satu
sisi berdampak positif dan di sisi lain berdampak negatif bagi perkembangan suatu negara
termasuk di bidang kesehatan. Dampak positif yang terdapat pada tatanan pelayanan kesehatan
yakni meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya kesesuaian jenis dan keahlian
tenaga kesehatan sesuai kebutuhan, kesempatan bekerja menjadi lebih besar dan lainnya
sedangkan di sisi lainnya berdampak negatif yakni persaingan tenaga kesehatan antar negara
(Azwar 2013). Kondisi ini menuntut adanya kebijakan yang strategis untuk mengantisipasi
dampak yang ditimbulkan baik dampak positif maupun dampak negatif dari adanya hal tersebut
khususnya di bidang kesehatan. Salah satu kebijakan tersebut adalah adanya peraturan untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan kerja para tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana
pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai
maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal (Depkes 2004).
Pentingnya tenaga kesehatan dalam pembangunan kesehatan di indonesia membuat perlunya
perhatian yang lebih baik terhadap kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan sehingga
risiko bahaya yang mungkin timbul dapat diminimalkan. Kesehatan dan keselamatan kerja
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Sari dkk 2013).
Kesehatan dan keselamatan kerja khususnya bagi tenaga kesehatan sangat diperlukan di tempat
kerja terutama pada pekerjaan tenaga kesehatan yang berada di tempat kerja dengan risiko cukup
tinggi. Salah satu kecelakaan kerja yang paling banyak dialami oleh tenaga kesehatan adalah
kejadian pemajanan (Modjo Unknown). Kejadian ini disebabkan karena fokus pada saat bekerja
kurang, tidak memperhatikan SOP, kelalaian saat bertugas, kelelahan, tidak menggunakan APD

dan lainnya. Hal ini tentu akan membahayakan kondisi tenaga kesehatan baik kesehatan dan juga
keselamatannya di dalam bekerja.
Salah satu jenis tenaga kesehatan yang memiliki pekerjaan yang cukup berisiko adalah
analis kesehatan. Analis kesehatan adalah petugas kesehatan yang bekerja di laboratorium
kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit dan memiliki tanggung jawab yang tinggi
terhadap pemeriksaan sampel. Kegiatan analis kesehatan digunakan untuk menunjang penegakan
diagnosa dokter terhadap penyakit yang diderita oleh pasien. Pekerjaan pemeriksaan sampel
memerlukan peralatan dan juga bahan yang cukup berisiko bagi keselamatan petugas termasuk
risiko paparan dari penderita, paparan alat suntik dan bahan kimia lainnya. Berdasarkan hal
tersebut, penulis tertarik untuk membahas mengenai kesehatan dan keselamatan kerja petugas
analis kesehatan yang bekerja di laboratorium khususnya di Puskesmas I Denpasar Timur.
Pemilihan terhadap tenaga analis kesehatan di laboratorium puskesmas karena risiko kerja yang
cukup tinggi terhadap paparan pasien dan juga peralatan serta bahan bahan yang digunakan
untuk pemeriksaan sampel pasien yang cukup berbahaya.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi sanitasi lingkungan laboratorium Puskesmas I Denpasar Timur?
2. Bagaimana permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga analis kesehatan
di laboratorium Puskesmas I Denpasar Timur?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan dan
keselamatan kerja pada tenaga analis kesehatan di laboratorium Puskesmas I Denpasar
Timur?
TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan laboratorium Puskesmas I Denpasar Timur
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga
analis kesehatan di laboratorium Puskesmas I Denpasar Timur
3. Untuk menyusun program kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga analis kesehatan
di laboratorium Puskesmas I Denpasar Timur
METODOLOGI

Terdapat 2 jenis sumber data yang digunakan penulis di dalam mendapatkan permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga analis laboratorium di Puskesmas I Denpasar
Timur. Adapaun sumber data tersebut terdiri dari 2 yaitu sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer didapatkan melalui wawancara terhadap petugas analis laboratorium di
Puskesmas I Denpasar Timur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disusun
sendiri oleh penulis dan disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Selain itu juga dilakukan
observasi terhadap ruang laboratorium yang dimiliki oleh puskesmas I denpasar Timur
dengan menggunakan lembar observasi yang disusun oleh penulis sendiri dengan
mengacu pada Permenkes RI No 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat. Daftar pertanyaan yang digunakan dan lembar observasi
terlampir pada akhir laporan ini.
2. Data sekunder
Data sekunder didapatkan melalui penelusuran pustaka terkait dengan kesehatan dan
keselamatan kerja petugas analis kesehatan. Penelusuran pustaka yang dilakukan oleh
penulis terbatas pada penelusuran internet.
HASIL DAN DISKUSI
Puskesmas I Denpasar Timur merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota
Denpasar. Puskesmas ini telah memiliki laboratorium sendiri sebagai pendukung dalam
pemberian layanan. Jam kerja laboratorium disesuaikan dengan jam kerja puskesmas yakni dari
jam 8.00 WITA sampai jam 12.00 WITA untuk shift pagi sedangkan pada sore harinya buka dari
jam 2.00 WITA sampai 6.00 WITA. Kondisi sanitasi lingkungan laboratorium ini dilihat dari
fasilitas yang tersedia dalam laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan, adapun kondisi
sanitasi lingkungan laboratorium di Puskesmas I Denpasar Timur adalah sebagai berikut.
1. Telah terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air mengalir,
terdapat 2 toilet yang cukup dekat dan juga tempat sampah. Tempah sampah juga telah
dibedakan dan terdapat 3 jenis tempat sampah yakni tempat sampah umum, tempat
sampah medis (sarung tangan, bahan habis pakai) dan tempat sampah untuk jarum suntik.
Tempat bak cuci peralatan dijadikan satu dengan fasilitas cuci tangan
2. Dilihat dari segi pencahayaan, terlihat terdapat 2 lampu neon yang berada di dalam
ruangan sebagai sumber penerangan ruangan
3. Sarana pendukung seperti kursi sebanyak 2 buah, meja pengambilan sampel, meja
pemeriksaan sampel, lemari pendingin, lemari tempat menyimpan obat, lemari tempat

penyimpanan peralatan, rak untuk reagen telah tersedia. Namun terdapat beberapa alat
yang diletakkan tidak rapi. Hal ini disebabkan karena kurangnya tempat untuk
meletakkan peralatan tersebut. Meja pemeriksaan sampel juga berdekatan dengan tempat
cuci tangan. Meja pengambilan sampel berdekatan dengan meja untuk menulis dan
administrasi
4. Ventilasi ruangan juga sudah ada, terdapat 3 jendela yang ada di dalam laboratorium
yakni 2 jendela sebagai ventilasi yang dekat dengan meja pemeriksaan sampel dan 1
jendela sebagai ventilasi yang dekat dengan meja pengambilan sampel
5. Penyejuk ruangan telah ada yakni terdapat 1 buah AC sebagai alat untuk mengatur suhu
ruangan
6. Khusus untuk ruangan pemeriksaan dahak pasien TB, dipisahkan dengan ruangan
pengambilan dan pemeriksaan sampel yang umumnya dilakukan. Pada ruangan
pemeriksaan dahak, juga terdapat meja dan kursi.
Jumlah tenaga analis kesehatan yang bekerja di laboratorium ini adalah 1 orang. Analis
kesehatan ini bekerja hanya pada shift pagi sedangkan pada sore hari tidak bekerja. Pada sore
hari, pengambilan sampel dilakukan oleh perawat dan pemeriksaannya dilakukan hari
selanjutnya oleh analis kesehatan. berdasarkan hasil wawancara dengan petugas analis kesehatan,
adapun permasalahan yang ditemui yaitu sebagai berikut.
1. Posisi kerja sebagian besar adalah duduk sehingga terkadang mengalami pegal pegal
karena melayani banyak pasien
2. Menurut responden, kondisi ruangan laboratorium secara umum agak sempit sehingga
peletakkan alat alat masih kurang rapi dan beberapa kejadian akibat sempitnya ruangan
juga pernah terjadi seperti tersandung kursi
3. Kondisi ruangan terkadang cukup panas meskipun AC telah dinyalakan dan juga ventilasi
dibuka. Menurut responden kerja AC kurang maksimal karena terdapat beberapa
kerusakan
4. Penggunaan APD seperti sarung tangan dan masker selalu digunakan baik pada saat
pengambilan sampel maupun pemeriksaan sampel. Namun jas lab terkadang tidak
digunakan
5. Terkadang responden juga menahan rasa lapar dan haus saat kondisi ramai di pelayanan
laboratorium. Responden mengalami kesulitan ketika ingin minum atau makan sedikit
karena dapur berada di lantai 3. Pada lantai dasar juga tidak ada ruangan untuk
menyimpan minuman atau makanan. Hal ini dapat menyebabkan turunnya konsentrasi

saat bekerja. Responden pernah tidak sengaja menjatuhkan alat suntik yang berisi darah
sehingga tercecer di lantai
6. Responden juga pernah mengalami cipratan darah baik terkena tangan maupun terkena
baju. Terciprat darah pada tangan biasanya terjadi pada saat pengambilan sampel darah
anak anak. Hal ini juga menyebabkan darah tercecer pada lantai
7. Belum adanya pemeriksaan kesehatan yang rutin bagi petugas kesehatan. berdasarkan
pernyataan responden, pernah 1 kali diadakan dan itu hanya untuk petugas yang telah
berumur 40 tahun ke atas
8. Terdapat kondisi yang cukup berisiko seperti adanya stop kontak dengan kabel yang
sangat berdekatan dengan tempat cuci tangan
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dilakukan upaya upaya untuk mengurangi risiko yang
berbahaya bagi tenaga analis kesehatan di laboratorium. Adapun upaya kesehatan dan
keselamatan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pengaturan tata letak peralatan yang perlu ditinjau kembali yang disesuaikan dengan luas
ruangan laboratorium. Penataan ruang laboratorium perlu dilakukan sehingga peralatan
yang memang benar benar tidak terpakai bisa ditempatkan pada tempat lain misalnya
gudang
2. Memperbaiki AC agar kondisi ruangan menjadi nyaman sehingga tenaga analis kesehatan
dapat bekerja lebih baik.
3. Penggunaan jas lab untuk menghindari cipratan darah yang mengenai baju dan dapat
secara langsung kontak dengan tubuh. Baju yang digunakan biasanya berwarna putih
(pakaian PNS puskesmas) dan jika terkena cipratan darah akan menodai baju tersebut.
Perlu biaya lagi untuk membeli baju kerja.
4. Kebijaksanaan dari kepala puskesmas di tempat mana petugas dapat menyimpan
sementara makanan dan minuman agar nanti jika petugas mengalami kehausan atau
kelaparan, dapat diambil di tempat tersebut.
5. Perlu adanya pemeriksaan kesehatan kembali bagi petugas kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan yang rutin akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan tenaga
kesehatan sehingga deteksi penyakit yang terjadi baik akibat kerja maupun di luar
pekerjaan dapat diketahui
6. Perlu adanya modifikasi terhadap kondisi yang berisiko yakni stop kontak yang terdapat
kabel yang sangat berdekatan dengan tempat cuci tangan. Modifikasi dapat dilakukan
seperti memindahkan kabel tersebut ke stop kontak lain yang lebih aman dan juga
pemasangan pelindung pada stop kontak yang dekat dengan tempat cuci tangan tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN


Adapun simpulan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Kondisi sanitasi lingkungan laboratorium di Puskesmas I Denpasar Timur cukup baik
yakni telah terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air mengalir,
terdapat 2 toilet yang cukup dekat dan juga tempat sampah.sumber pencahayaan cukup
baik, sarana pendukung seperti kursi, meja pengambilan sampel, meja pemeriksaan
sampel, lemari pendingin, lemari tempat menyimpan obat, lemari tempat penyimpanan
peralatan, rak untuk reagen telah tersedia, ventilasi ruangan juga sudah ada dan penyejuk
ruangan telah ada
2. Permasalahan yang ditemukan berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu
posisi kerja sebagian besar adalah duduk sehingga terkadang mengalami pegal pegal,
kondisi ruangan laboratorium secara umum agak sempit, kondisi ruangan terkadang
cukup panas, penggunaan APD jas lab terkadang tidak digunakan, menahan rasa lapar
dan haus saat kondisi ramai di pelayanan laboratorium yang menyebabkan turunnya
konsentrasi saat bekerja, responden juga pernah mengalami cipratan darah baik terkena
tangan maupun terkena baju, belum adanya pemeriksaan kesehatan yang rutin bagi
petugas kesehatan dan terdapat kondisi yang cukup berisiko seperti adanya stop kontak
yang sangat berdekatan dengan tempat cuci tangan
3. Perlu adanya upaya upaya untuk mengurangi risiko bahaya bagi tenaga analis kesehatan
di laboratorium melalui pengaturan tata letak peralatan termasuk penataan ruang
laboratorium, memperbaiki AC, penggunaan jas lab, kebijaksanaan dari kepala
puskesmas di tempat mana petugas dapat menyimpan sementara makanan dan minuman,
pemeriksaan kesehatan dan adanya modifikasi terhadap kondisi yang berisiko.
Adapun saran dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Perlunya pencatatan dan pelaporan terhadap setiap kejadian yang terjadi di laboratorium
termasuk kejadian kecil maupun kondisi lingkungan yang meningkatkan risiko tenaga
analis kesehatan
2. Perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan analis kesehatan di
laboratorium untuk mendeteksi sejak dini kejadian yang mungkin dapat meningkatkan
risiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2013. Dampak Globalisasi terhadap Tatanan Pelayanan Kesehatan Di Indonesia.
Website: http://azrulazwar.blogspot.com/2013/07/dampak-globalisasi-pada-tatanan.html. Akses:
9 November 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Djauhari, Azwar. 2013. Pelayanan Kesehatan Kerja Di Puskesmas. Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Modjo, Robiana. Unknown. Penilaian Risiko Kesehatan (Health Risk Assessment) Penyakit
Kardiovaskuler pada Pekerja. Akses: 9 November 2014
Sari, Dwi Kurnia dkk. 2013. Tugas Makalah K3L (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun). Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai