Jatuh Pada Lansia
Jatuh Pada Lansia
A.
Pengertian
1.
2.
a.
Faktor instrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan
mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain
dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor
intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya
menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing
(Lumbantobing, 2004).
b. Faktor ekstrinsik
tersandung
benda-benda
(Nugroho,
2000).
Faktor-faktor
Faktor-faktor
lingkungan
yang
menyebabkan
jatuh
adalah
penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin
dan basah, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan
alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak
di bawah. (Darmojo, 2004). Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi
interior rumah meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi
oleh perabot , kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan
eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk,
tempat obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke
rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar
dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di
pagari secara memadai.
4. Akibat Jatuh
a.
b.
c.
6. Pencegahan
untuk
mengatasi
penyebab/faktor
yang
mendasarinya.
yang
mendasari,
menghentikan
obat-obat
yang
B.
1.
Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,
b. Teori Psikososiologis
Teori
disengagement
(teori
pemutusan
hubungan)
Teori
kontinuitas,
juga
dikenal
sebagai
suatu
teori
fungsional
didasarkan
pada
jumlah
gerakan
yang
Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata.
Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progesif. proteoglikan
yang merupakan komponen dasar matrik kartilago.berkurang atau
hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen
kehilangan kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami
fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat seperti
pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif
tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi sebagai permukaan sendi
yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian
menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu
berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami
peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya
aktivitas sehari-hari.. untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat
diberikan teknik perlindungan sendi.
3.
Tulang
Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah
bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis
trabekula tranversal terabsorbsi kembali, sehingga akibat perubahan
itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi
tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen
sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan
kalsium di usus, peningkatan haversi sehingga tulang keropos.
Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.
Menurunnya jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunya jumlah
serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi
tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan
30% massa otot, meningkatnya jaringan lemak, degenerasi miofibril.
Dampak dari perubahan otot tersebut adalah menurunya
kekuatan, menurunnya fleksibilitas, meningkatnya waktu reaksi dan
menurunnya
perubahan
kemampuan
lebih
lanjut
fungsional
dapat
otot.
diberikan
Untuk
mencegah
latihan
untuk
mempertahankan mobilitas.
5.
Sendi
Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligamen dan fasia mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago
dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya lentur dan
elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi
penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian
lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan
teknik perlindungan sendi dalam beraktivitas.
perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya
hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan menjadi
lamban. Akson dalam medula spinalis menurun 37%. Perubahan
tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan,
kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi. Hal itu dapat
dicegah dengan latihan koordinasi dan keseimbangan.
Menurut Stanley (2006), manifestasi klinis yang berhubungan
dengan defisit neurologis pada klien lanjut usia dapat dipandang dari
berbagai perspektif: fisik, fungsional, kognisi dan komunikasi.
1) Fisik
2) Fungsi
dapat
mengalami
sklerosis
dan
penyusutan,
yang
otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan lensa mengalami
sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk
memusatkan data (penglihatan jarak dekat).
Ukuran pupil menurun karena sfingter pupil mengalami sklerosis.
Miosis pupil dapat mempersempit lapang pandang dan mempengaruhi
penglihatan perifer pada tingkat tertentu. Perubahan warna misalnya
menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari
waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak menimbulkan
tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas
setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat selaput di atas
mata adalah gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam
mengfokuskan penglihatan dan membaca.. selain itu lanjut usia harus
didorong
untuk
menggunakan
lampu
yang
terang
dan
tidak
terhadap
perubahan
kekuatan
penerangan
ketika
sebab
semakin
cepat
kehilangan
pendengaran
dapat
ketidakmampuan
untuk
mendeteksi
volume
suara
dan
C.
Pengertian
1.
2.
ancaman
kecelakaan
yang
berhubungan
dengan
tahap
perkembangannya. Meningkatnya kesadaran keluarga akan masalahmasalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi faktual,
dan cara-cara keluarga memperbaiki tingkat-tingkat keamanan yang sehat
adalah tujuan bagi perawat.
lantai licin
setelah dipakai
6) Kamar tidur
Ketinggian tempat tidur sesuai, tempat tidur yang terdapat roda
terkunci dengan aman, pencahayaan cukup di jalur antara kamar tidur
dan kamar mandi terutama pada malam hari,
7) Dapur
Tempat penyimpanan yang digunakan mudah untuk dijangkau, lantai
terbuat dari bahan yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat
dibersihkan untuk mencegah terpeleset, tempat penyimpanan dapat
dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk
mencapai barang yang letaknya tinggi.
8) Keseluruhan keselamatan
Bagaimana orang mendapatkan benda yang sulit untuk dijangkau,
Apakah pintu cukup lebar untuk menampung alat-alat bantu, Apakah
telepon diakses, khususnya untuk panggilan darurat.
Menurut Darmojo, 2004 lingkungan rumah yang aman untuk
lanjut usia adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah.
Lingkungan di dalam rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat
pegangan di daerah kamar mandi dan mudah dicapai bila diperlukan,
permukaan lantai pancuran di kamar mandi tidak licin, belakang
kesed berlapis karet yang tidak bisa licin, pembuangan air baik
sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar tidur yaitu
kesed tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau
tergelincir, terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan
kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat dari bahan yang
tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah
terpeleset, tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah,
tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang
letaknya tinggi. Ruang tamu yaitu kesed-kesed tidak terletak di atas
karpet, perabotan diletakkan sedemikian rupa sehingga jalan lalu
lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lanjut usia
untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga yaitu terdapat ril pegangan
yang kuat dikedua sisi anak tangga, lantai anak tangga tidak licin,
barang-barang tidak diletakkan di lantai anak tangga anak, anak
D. Kerangka Teori
Faktor Instrinsik :
Kejadian Jatuh
Faktor Ekstrinsik :
Di dalam rumah
Di luar rumah
Skema 2.1.
Kerangka Teori
(Sumber : Modifikasi Lueckenotte, 2000 dan Darmojo, 2004)
E.
Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Kejadian jatuh
Variabel Penelitian
F.
1.
2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat
dikemukakan adalah ada hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah
dengan kejadian jatuh pada lanjut usia.