Anda di halaman 1dari 67

Konjungtivitis

Pembimbing :
dr. Faozan, Sp. M
dr. Hayati, Sp. M

Lucky Riadi
406138034

Anatomi
Konjungtiva

merupakan membran mukosa


tipis yang membatasi permukaan dalam
dari kelopak mata dan melipat ke
belakang membungkus permukaan depan
dari bola mata, kecuali bagian jernih di
tengah-tengah mata (kornea). Membran
ini berisi banyak pembuluh darah dan
berubah merah saat terjadi inflamasi.

Anatomi
Konjungtiva terdiri dari
tiga bagian:
Konjungtiva
palpebralis
Marginal konjungtiva
Tarsal konjungtiva
Orbital konjungtiva

Konjungtiva

bulbaris

menutupi
sebagian
permukaan anterior bola
mata.
Terpisah
dari
sklera
anterior
oleh
jaringan episklera dan
kapsula Tenon

Forniks

Struktur histologis konjungtiva


Lapisan

epitel konjungtiva
Stroma konjungtiva
Lapisan adenoid
Lapisan fibrosa
Konjungtiva

kelenjar :

mempunyai dua macam

Kelenjar sekretori musin


Kelenjar lakrimalis aksesorius

Definisi
Konjungtivitis

adalah radang konjungtiva


atau radang selaput lender yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam
bentuk akut maupun kronis

Etiologi
a.

infeksi oleh virus atau bakteri.


b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk
sari, bulu binatang.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi
udara lainnya; sinar ultraviolet

Gejala-gejala dari konjungtivitis


secara umum

Hiperemia
Discharge ( sekret )
Chemosis ( edema conjunctiva )
Epifora (pengeluaran berlebih air mata)
Pseudoptosis
Hipertrofi papiler pembuluh darah t akan bercabang menutupi
papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi
akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti
sebuah gundukan
Hipertrofi folikel hiperplasia limfoid lokal
Membran dan pseudomembran proses koagulasi
kuman/bahan toksik
Fliktenula
Granuloma stroma konjungtiva yang meradang dengan area
bulat merah dan terdapat injeksi vaskular
Nodus limfatikus yang membengkak

Gejala-gejala dari konjungtivitis


secara umum

Klasifikasi

Menurut penyebab terjadinya, konjungtivitis


dibagi menjadi beberapa bagian:
Konjungtivitis Karena agen infeksi
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis klamidia
Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

Demam Faringokonjungtival
Keratokonjungtivitis Epidemika
Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Konjungtivitis Hemoragika Akut

Konjungtivitis Virus Menahun

Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum


Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Keratokonjungtivitis Morbilli

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis Candida
Konjungtivitis jamur lain

Klasifikasi
Konjungtivitis

Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung


Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
Konjungtivitis Vernalis

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat


Phlyctenulosis

Konjungtivitis

Akibat Penyakit Autoimun

Konjungtivitis

Kimia atau Iritatif

Keratokonjungtivitis Sicca

Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat


Topikal
Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia
dan Iritans

Konjungtivitis Bakterial
Akut

dan kronik
Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh
sendiri
Lamanya penyakit mencapai 2 minggu jika
tidak diobati
Konjungtivitis hiperakut (purulen) yang
disebabkan Neisseria gonorroeae atau
Neisseria meningitides menimbulkan
komplikasi berat bila tidak diobati secara dini

Konjungtivitis Bakterial
Tanda

dan Gejala

Iritasi mata,
Mata merah (injeksi konjungtiva),
Sekret mata,
Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
Kadang-kadang edema palpebra

Infeksi

biasanya mulai pada satu mata


dan menular ke mata sebelahnya melalui
tangan
Infeksi dapat menyebar ke orang lain
melalui bahan yang dapat menyebarkan
kuman

Konjungtivitis Bakterial

Konjungtivitis Bakterial
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik terhadap
kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
pulasan Gram atau Giemsa banyak
neutrofil polimorfonuklear
Kerokan konjungtiva dan biakan
disarankan untuk semua kasus dan
diharuskan jika penyakit itu purulen,
bermembran atau berpseudomembran

Konjungtivitis Bakterial
Terapi
Sambil menunggu hasil laboratorium,
terapi topical antimikroba spektrum luas
(polymyxin-trimethoprim)
Konjungtivitis purulen pada pulasan gram
menunjukkan diplokokus gram negatif
topical dan sistemik (ceftriaxon 1 g dosis
tunggal IM atau ceftriaxon 1-2 g perhari
selama 5 hari)

Konjungtivitis Bakterial
Pada

konjungtivitis purulen dan


mukopurulen akut, saccus konjungtiva
harus dibilas dengan larutan garam agar
dapat menghilangkan secret konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini,
pasien dan keluarga diminta
memperhatikan secara khusus hygiene
perorangan.

Konjungtivitis Bakterial
Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh
sendiri
Infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari;
Jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus blefarokonjungtivitis
dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis
gonokokus (tidak diobati perforasi kornea dan
endoftalmitis)
menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir
konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan meningitis

Konjungtivitis klamidia
Trakoma
Etiologi : Chlamydia trachomatis
Infeksi ini menyebar melalui kontak
langsung dengan sekret kotoran mata
penderita trakoma atau melalui alat-alat
kebutuhan sehari-hari seperti handuk,
alat-alat kecantikan dan lain-lain
Penyakit ini sangat menular dan biasanya
menyerang kedua mata
Vektor serangga : khususnya lalat

Trakoma

Trakoma
Awalnya

merupakan konjungtivitis
folikular kronik pada masa kanak-kanak
yang berprogresi menjadi konjungtival
scarring kasus berat, bulu mata yang
bengkok ke arah dalam timbul pada awal
masa dewasa mengakibatkan scarring
pada kornea, biasanya setelah umur tiga
puluh tahun

Trakoma
Tanda dan Gejala
produksi air mata berlebih,
fotofobia,
nyeri,
eksudasi,
edema pada kelopak mata,
chemosis pada konjungtiva
bulbar,
hiperemia,
hipertrofi papiler, folikel
tarsal dan limbal
keratitis superior, formasi
pannus,
dan tonjolan kecil dan nyeri
dari nodus preaurikular

keratitis epitelial superior,


keratitis subepitelial,
pannus, atau folikel limbal
superior,
dan akhirnya terbentuk
peninggalan sikatrikal yang
patognomonik dari folikel
tersebut, yang dikenal
dengan nama Herberts pits
dengan bentuk depresi kecil
dari jaringan ikat pada
partemuan limbokorneal
ditutupi oleh epitel

Trakoma
Untuk menegakkan keadaan endemik trakoma
pada keluarga atau sebuah komunitas,
sejumlah anak harus mempunyai minimal dua
dari tanda berikut:
Lima atau lebih folikel pada garis konjungtiva
tarsal datar kelopak mata atas.
Konjungtival scarring yang khas pada
konjungtiva tarsal atas.
Folikel limbal atau sekuelnya(Herberts pits).
Ekstensi atau perpanjangan pembuluh darah
ke arah kornea, paling sering tampak pada
limbus superior.

Trakoma
WHO telah mengembangkan metode ringkas untuk
menggambarkan penyakit Trakoma. Klasifikasi FISTO
TF: Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal
atas dengan ukuran tiap-tiap diameter folikel
>0,5mm atau lebih.
TI: Infiltrasi dan hipertrofi papiler yang difus pada
konjungtiva tarsal atas memenuhi setidaknya 50%
pembuluh darah normal dalam.
TS: Scarring tarsal konjungtiva mudah terlihat
sebagai garis putih atau lembaran putih.
TT: Trikiasis atau enteropion ditegakkan apabila
setidaknya satu bulu mata menggosok bola mata.
CO: Opasitas (kekeruhan) kornea ditegakkan apabila
terjadi opasitas yang terlihat pada pupil, biasanya
menurunkan tajam pengelihatan sampai kurang dari
6/18)

Trakoma

Trakoma
menurut
Mc CallanGejala
Stadium
Nama
Stadium I

Trakoma insipien

Folikel

imatur,

hipertrofi

papilar

minimal
Stadium II

Trakoma

Stadium IIA

Dengan

Folikel matur pada dataran tarsal atas


Hipertrofi

folikular

Hipertrofi

papilar

yang Keratitis, Folikel limbal

menonjol
Stadium IIB

Dengan
menonjol

yang

Aktivitas kuat dengan folikel matur


tertimbun dibawah hipertrofi papilar
yang hebat

Stadium III

Trakoma memarut (sikatrik)

Parut pada konjungtiva tarsal atas,


permulaan trikiasis, entropion

Stadium IV

Trakoma sembuh

Tak aktif, tak ada hipertrofi papilar


atau folikular, parut dalam bermacam
derajat variasi

Trakoma

Diagnosa
kerokan konjungtiva yang diwarnai
dengan pengecatan giemsa, tetapi tidak
selalu ditemukan.
sebagai massa sitoplasma berwarna ungu
gelap atau biru yang tampak seperti topi
yang menutupi nukleus dari sel epitel
Pulasan antibodi fluoresensi dan tes
immunoassay enzim
PCR (polymerase chain reaction)

Trakoma
Terapi
tetrasiklin 1-1,5g per hari secara oral terbagi
dalam empat dosis untuk 3-4 minggu
doksisiklin 100mg secara oral dua kali sehari
selama 3 minggu
eritromisin 1g per hari dalam empat dosis
terbagi untuk 3-4 minggu
Azitromisin 1g diberikan oral pada anak-anak
Ointment topikal atau tetes mata, termasuk
preparat sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin,
dan rifampisin, digunakan 4 kali sehari
selama 6 minggu

Trakoma
Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva
mengurangi secara drastis komponen
akueosa pada tear film prekorneal
komponen mukosanya mungkin berkurang
oleh karena hilangnya sel goblet
distorsi kelopak mata atas dengan deviasi
dari bulu mata ke arah dalam (trikiasis) atau
keseluruhan pinggiran kelopak mata
(enteropion) bulu mata secara konstan
mengabrasi kornea menyebabkan ulserasi
kornea, infeksi bakteri korneal, dan jaringan
parut kornea

Konjungtivitis Virus:
Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Demam Faringokonjungtival
adenovirus tipe 3 dan kadang kadang oleh
tipe 4 dan 7
demam 38,5-40C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua
mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua
konjungtiva dan pada mukosa faring.
Mata merah dan berair mata sering terjadi,
dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah
subepitel.
Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler
(tidak nyeri tekan)

Demam Faringokonjungtival
Kerokan

konjungtiva terutama
mengandung sel mononuclear, dan tak
ada bakteri yang tumbuh pada biakan.
Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan mudah
menular di kolam renang berchlor rendah
Tidak ada pengobatan spesifik.
Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari.

Keratokonjungtivitis Epidemika
adenovirus

tipe 8, 19, 29, dan 37


(subgroub D dari adenovirus manusia)
Umumnya bilateral
pada orang dewasa terbatas pada bagian
luar mata. Namun, pada anak-anak
mungkin terdapat gejala sistemik infeksi
virus seperti demam, sakit tenggorokan,
otitis media, dan diare
Awalnya sering pada satu mata saja, dan
biasanya mata pertama lebih parah.

Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Pada awalnya terdapat injeksi konjungtiva
dengan nyeri sedang dan berair mata,
kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan
subepitel yang bulat.
Nodus preaurikuler yang nyeri tekan
adalah khas.

Keratokonjungtivitis Epidemika
Edema

palpebra, kemosis, dan hyperemia


konjungtiva menandai fase akut. Folikel
dan perdarahan konjungtiva sering
muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran
berlangsung paling lama 3-4 minggu.
Kekeruhan subepitel terutama terdapat di
pusat kornea, bukan di tepian, dan
menetap berbulan-bulan namun
menyembuh tanpa meninggalkan parut

Keratokonjungtivitis Epidemika
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi
radang mononuclear primer; bila
terbentuk pseudomembran, juga terdapat
banyak neutrofil

Keratokonjungtivitis Epidemika
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik,
namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala
Agen antibakteri harus diberikan jika
terjadi superinfeksi bacterial

Konjungtivitis Virus Herpes


biasanya mengenai anak kecil
Simpleks
injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan

fotofobia ringan
Terjadi pada infeksi primer HSV atau saat episode
kambuh herves pada mata
Sering disertai keratitis herves simplek dengan kornea
tampak lesi-lesi epithelial yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang
bercabang banyak (dendritik)
Vesikel kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian
palpebra, disertai edema hebat pada palpebra
Khas terdapat nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika
ditekan

Konjungtivitis Virus Herpes


Simpleks
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau
dalam biakan.
Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya
terutama mononuclear,
namun jika pseudomembran, reaksinya terutama
polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat
nekrosis.
Ditemukannya sel sel epithelial raksasa
multinuclear mempunyai nilai diagnostik

Konjungtivitis Virus Herpes


Simpleks
Terapi
pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa umunya sembuh sendiri dan mungkin
tidak perlu terapi
Namun, antivirus local maupun sistemik harus
diberikan untuk mencegah terkenanya kornea
Ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen
kornea dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam

Konjungtivitis Virus Herpes


Simpleks
Antivirus

topical sendiri harus diberikan 7


10 hari: trifluridine setiap 2 jam
sewaktu bangun atau
salep acyclovir 5 kali sehari selama 10
hari atau
acyclovir oral 400 mg 5 kali selama 7 hari

Konjungtivitis Hemoragika Akut


Epidemiologi
Pertama kali diketahui di Ghana dalam
tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan
oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi
virus ini pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari)

Konjungtivitis Hemoragika Akut


Tanda dan gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing,
banyak mengeluarkan air mata, merah, edema
palpebra, dan hemoragi subkonjungtival.
Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi
subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat
berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di
konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke
bawah
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva,
dan keratitis epithelial

Konjungtivitis Hemoragika Akut


Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat
dari orang ke orang dan oleh benda
penular seperti sprei dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti

Blefarokonjungtivitis Molluscum
Contagiosum
Sebuah

nodul molluscum pada tepian atau kulit


palpebra dan alis mata dapat menimbulkan
konjungtivitis folikuler menahun unilateral,
keratitis superior, dan pannus superior, dan
mungkin menyerupai trachoma
Reaksi radang yang mononuclear (berbeda
dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan
bagian pusat, adalah khas molluscum
kontagiosum

Blefarokonjungtivitis Molluscum
Contagiosum
Biopsy

menampakkan inklusi sitoplasma


eosinofilik, yang memenuhi seluruh
sitoplasma sel yang membesar, mendesak
inti ke satu sisi
Eksisi, insisi sederhana nodul yang
memungkinkan darah tepi memasukinya,
atau krioterapi akan menyembuhkan
konjungtivitisnya

Blefarokonjungtivitis VaricellaZoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai
dengan erupsi vesikuler khas sepanjang
penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang
oftalmika adalah khas herpes zoster.
Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah
ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel
yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal
penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan
bulu mata salah arah adalah sekuele

Blefarokonjungtivitis VaricellaZoster
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima
kali sehari selama 10 hari), jika diberi
pada awal perjalanan penyakit, agaknya
akan mengurangi dan menghambat
penyakit.

Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan
lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum erupsi
kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan
secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit,
timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan
kadang-kadang pada carunculu
Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis
purulen yang disertai ulserasi kornea dan
penurunan penglihatan yang berat.

Keratokonjungtivitis Morbilli
Kerokan

konjungtivitis menunjukkan
reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada
pseudomembran atau infeksi sekunder.
Sedian terpulas giemsa mengandung selsel raksasa.
Karena tidak ada terapi spesifik, hanya
tindakan penunjang saja yang dilakukan,
kecuali jika ada infeksi sekunder

Konjungtivitis Jamur
Candida

spp (biasanya Candida albicans)


umumnya tampak sebagai bercak putih
pemeriksaan kerokan
Kerokan menunjukkan reaksi radang sel
polimorfonuklear. Organism mudah tumbuh pada
agar darah atau media Saburaud dan mudah
diidentifikasi sebagai ragi bertunas (budding
yeast) atau sebagai pseudohifa (jarang)
terhadap amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam
larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit
nystatin (100.000 U/g) 4-6x / hari

Konjungtivitis Imunologik (Alergik):


Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)


ringan umumnya menyertai demam jerami
(rhinitis alergika).
ada riwayat alergi terhadap tepung sari,
rumput, bulu hewan, dan lainnya
gatal-gatal, berair mata, mata merah, dan
sering mengatakan bahwa matanya seakanakan tenggelam dalam jaringan sekitarnya
serangan akut sering terdapat kemosis berat

Konjungtivitis Demam Jerami (Hay


Fever)
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan
konjungtiva
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap
akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan
secara topical, akan menghilangkan kemosis
dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres
dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan
antihistamin hanya sedikit manfaatnya

Konjungtivitis Vernalis
Dikenal

sebagai catarrh musim semi dan


konjungtivitis musiman atau konjungtivitis
musim kemarau
Tanda dan gejala
gatal-gatal yang sangat dan kotoran mata
berserat-serat. riwayat keluarga alergi (demam
jerami, eczema, dan lainnya). Konjungtiva
tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak
papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Konjungtiva palpebra superior sering memiliki
papilla raksasa mirip batu kali.

Konjungtivitis Vernalis
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas
dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil
dan granula eosinofilik bebas
Terapi
Steroid topikal dan sistemik, yang
mengurangi rasa gatal
Cyclosporyn topikal 2 %

Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, kotoran mata berlendir,
merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih
seperti susu. Terdapat papilla halus,
namun papilla raksasa tidak berkembang
seperti pada keratokonjungtivitis vernal,
dan lebih sering terdapat di tarsus inferior

Konjungtivitis Atopik
Biasanya

ada riwayat alergi (demam


jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien
pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi
Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat
siku dan pergelangan tangan dan lutut
sering ditemukan

Konjungtivitis Atopik
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan
eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal
Terapi
Antihistamin oral termasuk terfenadine (60120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg
waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg)

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat


Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah
respon hipersensitivitas lambat terhadap
protein mikroba, termasuk protein dari
basil tuberkel, Staphylococcus spp,
Candida albicans, Coccidioides immitis,
Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia
trachomatis serotype L1, L2, dan L3

Phlyctenulosis
Tanda dan Gejala
lesi kecil yang keras, merah, menimbul, dan
dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering
berbentuk segitiga, dengan apeks mengarah ke
kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang
segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari
iritasi dan air mata
fotofobia hebat
Terapi
kortikosteroid topical
Antibiotika topical

Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun:

Keratokonjungtivitis Sicca

Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias:


keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
Gejala:
khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan
gejala iritasi yang tidak sebanding dengan
tanda-tanda radang.
Dimulai dengan konjungtivitis kataralis
Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak
ada rasa sakit, tetapi menjelang siang atau
malam hari rasa sakit semakin hebat.

Phlyctenulosis
Lapisan

air mata berkurang (uji Schirmer:


abnormal)
Pengobatan:
air mata buatan

Konjungtivitis Kimia atau Iritatif:


Konjungtivitis Iatrogenik
Pemberian
Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis

non-spesifik infiltrate, yang diikuti pembentukan


parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan
obat-obat lain yang disiapkan dalam bahan
pengawet atau yang menimbulakan iritasi.
Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi
yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan
cedera karena tidak ada pengenceran terhadap
agen yang merusak saat diteteskan kedalam
saccus conjungtivae.

Konjungtivitis Iatrogenik
Pemberian Obat Topikal
Kerokan

konjungtiva sering mengandung


sel-sel epitel berkeratin, beberapa
neutrofil polimorfonuklear. Pengobatan
terdiri atas menghentikan agen penyebab
dan memakai tetesan yang lembut atau
lunak, atau sama sekali tanpa tetesan.
Sering reaksi konjungtiva menetap sampai
berminggu-minggu atau berbulan-bulan
lamanya setelah penyebabnya dihilangkan

Konjungtivitis Pekerjaan oleh


Bahan Kimia dan Iritans
Asam,

alkali, asap, angin, dan hamper


setiap substansi iritan yang masuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan
konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray
rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali
namun mata yang terkena seringkali merah
dan terasa mengganggu secara menahun

Konjungtivitis Pekerjaan oleh


Bahan Kimia dan Iritans
Pada

luka karena asam itu mengubah sifat


protein jaringan dan efek langsung. Alkali
tidak mengubah sifat protein dan
cenderung cepat menyusup kedalam
jaringan dan menetap di dalam jaringan
konjungtiva. Disini mereka terus menerus
merusak selama berjam-jam atau berharihari lamanya, tergantung konsentrasi molar
alkali tersebut dan jumlah yang masuk.

Konjungtivitis Pekerjaan oleh


Bahan Kimia dan Iritans
Pembilasan

segera dan menyeluruh saccus


conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat
harus disingkirkan secara mekanik. Jangan
memakai antidotum kimiawi
kompres dingin selama 20 menit setiap
jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari,
dan beri analgetika sistemik bila perlu

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai