Pembimbing :
dr. Faozan, Sp. M
dr. Hayati, Sp. M
Lucky Riadi
406138034
Anatomi
Konjungtiva
Anatomi
Konjungtiva terdiri dari
tiga bagian:
Konjungtiva
palpebralis
Marginal konjungtiva
Tarsal konjungtiva
Orbital konjungtiva
Konjungtiva
bulbaris
menutupi
sebagian
permukaan anterior bola
mata.
Terpisah
dari
sklera
anterior
oleh
jaringan episklera dan
kapsula Tenon
Forniks
epitel konjungtiva
Stroma konjungtiva
Lapisan adenoid
Lapisan fibrosa
Konjungtiva
kelenjar :
Definisi
Konjungtivitis
Etiologi
a.
Hiperemia
Discharge ( sekret )
Chemosis ( edema conjunctiva )
Epifora (pengeluaran berlebih air mata)
Pseudoptosis
Hipertrofi papiler pembuluh darah t akan bercabang menutupi
papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi
akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti
sebuah gundukan
Hipertrofi folikel hiperplasia limfoid lokal
Membran dan pseudomembran proses koagulasi
kuman/bahan toksik
Fliktenula
Granuloma stroma konjungtiva yang meradang dengan area
bulat merah dan terdapat injeksi vaskular
Nodus limfatikus yang membengkak
Klasifikasi
Demam Faringokonjungtival
Keratokonjungtivitis Epidemika
Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Konjungtivitis Hemoragika Akut
Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis Candida
Konjungtivitis jamur lain
Klasifikasi
Konjungtivitis
Imunologik (Alergik)
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Keratokonjungtivitis Sicca
Konjungtivitis Bakterial
Akut
dan kronik
Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh
sendiri
Lamanya penyakit mencapai 2 minggu jika
tidak diobati
Konjungtivitis hiperakut (purulen) yang
disebabkan Neisseria gonorroeae atau
Neisseria meningitides menimbulkan
komplikasi berat bila tidak diobati secara dini
Konjungtivitis Bakterial
Tanda
dan Gejala
Iritasi mata,
Mata merah (injeksi konjungtiva),
Sekret mata,
Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
Kadang-kadang edema palpebra
Infeksi
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik terhadap
kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
pulasan Gram atau Giemsa banyak
neutrofil polimorfonuklear
Kerokan konjungtiva dan biakan
disarankan untuk semua kasus dan
diharuskan jika penyakit itu purulen,
bermembran atau berpseudomembran
Konjungtivitis Bakterial
Terapi
Sambil menunggu hasil laboratorium,
terapi topical antimikroba spektrum luas
(polymyxin-trimethoprim)
Konjungtivitis purulen pada pulasan gram
menunjukkan diplokokus gram negatif
topical dan sistemik (ceftriaxon 1 g dosis
tunggal IM atau ceftriaxon 1-2 g perhari
selama 5 hari)
Konjungtivitis Bakterial
Pada
Konjungtivitis Bakterial
Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh
sendiri
Infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari;
Jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus blefarokonjungtivitis
dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis
gonokokus (tidak diobati perforasi kornea dan
endoftalmitis)
menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir
konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan meningitis
Konjungtivitis klamidia
Trakoma
Etiologi : Chlamydia trachomatis
Infeksi ini menyebar melalui kontak
langsung dengan sekret kotoran mata
penderita trakoma atau melalui alat-alat
kebutuhan sehari-hari seperti handuk,
alat-alat kecantikan dan lain-lain
Penyakit ini sangat menular dan biasanya
menyerang kedua mata
Vektor serangga : khususnya lalat
Trakoma
Trakoma
Awalnya
merupakan konjungtivitis
folikular kronik pada masa kanak-kanak
yang berprogresi menjadi konjungtival
scarring kasus berat, bulu mata yang
bengkok ke arah dalam timbul pada awal
masa dewasa mengakibatkan scarring
pada kornea, biasanya setelah umur tiga
puluh tahun
Trakoma
Tanda dan Gejala
produksi air mata berlebih,
fotofobia,
nyeri,
eksudasi,
edema pada kelopak mata,
chemosis pada konjungtiva
bulbar,
hiperemia,
hipertrofi papiler, folikel
tarsal dan limbal
keratitis superior, formasi
pannus,
dan tonjolan kecil dan nyeri
dari nodus preaurikular
Trakoma
Untuk menegakkan keadaan endemik trakoma
pada keluarga atau sebuah komunitas,
sejumlah anak harus mempunyai minimal dua
dari tanda berikut:
Lima atau lebih folikel pada garis konjungtiva
tarsal datar kelopak mata atas.
Konjungtival scarring yang khas pada
konjungtiva tarsal atas.
Folikel limbal atau sekuelnya(Herberts pits).
Ekstensi atau perpanjangan pembuluh darah
ke arah kornea, paling sering tampak pada
limbus superior.
Trakoma
WHO telah mengembangkan metode ringkas untuk
menggambarkan penyakit Trakoma. Klasifikasi FISTO
TF: Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal
atas dengan ukuran tiap-tiap diameter folikel
>0,5mm atau lebih.
TI: Infiltrasi dan hipertrofi papiler yang difus pada
konjungtiva tarsal atas memenuhi setidaknya 50%
pembuluh darah normal dalam.
TS: Scarring tarsal konjungtiva mudah terlihat
sebagai garis putih atau lembaran putih.
TT: Trikiasis atau enteropion ditegakkan apabila
setidaknya satu bulu mata menggosok bola mata.
CO: Opasitas (kekeruhan) kornea ditegakkan apabila
terjadi opasitas yang terlihat pada pupil, biasanya
menurunkan tajam pengelihatan sampai kurang dari
6/18)
Trakoma
Trakoma
menurut
Mc CallanGejala
Stadium
Nama
Stadium I
Trakoma insipien
Folikel
imatur,
hipertrofi
papilar
minimal
Stadium II
Trakoma
Stadium IIA
Dengan
folikular
Hipertrofi
papilar
menonjol
Stadium IIB
Dengan
menonjol
yang
Stadium III
Stadium IV
Trakoma sembuh
Trakoma
Diagnosa
kerokan konjungtiva yang diwarnai
dengan pengecatan giemsa, tetapi tidak
selalu ditemukan.
sebagai massa sitoplasma berwarna ungu
gelap atau biru yang tampak seperti topi
yang menutupi nukleus dari sel epitel
Pulasan antibodi fluoresensi dan tes
immunoassay enzim
PCR (polymerase chain reaction)
Trakoma
Terapi
tetrasiklin 1-1,5g per hari secara oral terbagi
dalam empat dosis untuk 3-4 minggu
doksisiklin 100mg secara oral dua kali sehari
selama 3 minggu
eritromisin 1g per hari dalam empat dosis
terbagi untuk 3-4 minggu
Azitromisin 1g diberikan oral pada anak-anak
Ointment topikal atau tetes mata, termasuk
preparat sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin,
dan rifampisin, digunakan 4 kali sehari
selama 6 minggu
Trakoma
Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva
mengurangi secara drastis komponen
akueosa pada tear film prekorneal
komponen mukosanya mungkin berkurang
oleh karena hilangnya sel goblet
distorsi kelopak mata atas dengan deviasi
dari bulu mata ke arah dalam (trikiasis) atau
keseluruhan pinggiran kelopak mata
(enteropion) bulu mata secara konstan
mengabrasi kornea menyebabkan ulserasi
kornea, infeksi bakteri korneal, dan jaringan
parut kornea
Konjungtivitis Virus:
Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Demam Faringokonjungtival
adenovirus tipe 3 dan kadang kadang oleh
tipe 4 dan 7
demam 38,5-40C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua
mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua
konjungtiva dan pada mukosa faring.
Mata merah dan berair mata sering terjadi,
dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah
subepitel.
Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler
(tidak nyeri tekan)
Demam Faringokonjungtival
Kerokan
konjungtiva terutama
mengandung sel mononuclear, dan tak
ada bakteri yang tumbuh pada biakan.
Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan mudah
menular di kolam renang berchlor rendah
Tidak ada pengobatan spesifik.
Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari.
Keratokonjungtivitis Epidemika
adenovirus
Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Pada awalnya terdapat injeksi konjungtiva
dengan nyeri sedang dan berair mata,
kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan
subepitel yang bulat.
Nodus preaurikuler yang nyeri tekan
adalah khas.
Keratokonjungtivitis Epidemika
Edema
Keratokonjungtivitis Epidemika
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi
radang mononuclear primer; bila
terbentuk pseudomembran, juga terdapat
banyak neutrofil
Keratokonjungtivitis Epidemika
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik,
namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala
Agen antibakteri harus diberikan jika
terjadi superinfeksi bacterial
fotofobia ringan
Terjadi pada infeksi primer HSV atau saat episode
kambuh herves pada mata
Sering disertai keratitis herves simplek dengan kornea
tampak lesi-lesi epithelial yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang
bercabang banyak (dendritik)
Vesikel kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian
palpebra, disertai edema hebat pada palpebra
Khas terdapat nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika
ditekan
Blefarokonjungtivitis Molluscum
Contagiosum
Sebuah
Blefarokonjungtivitis Molluscum
Contagiosum
Biopsy
Blefarokonjungtivitis VaricellaZoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai
dengan erupsi vesikuler khas sepanjang
penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang
oftalmika adalah khas herpes zoster.
Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah
ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel
yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal
penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan
bulu mata salah arah adalah sekuele
Blefarokonjungtivitis VaricellaZoster
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima
kali sehari selama 10 hari), jika diberi
pada awal perjalanan penyakit, agaknya
akan mengurangi dan menghambat
penyakit.
Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan
lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum erupsi
kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan
secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit,
timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan
kadang-kadang pada carunculu
Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis
purulen yang disertai ulserasi kornea dan
penurunan penglihatan yang berat.
Keratokonjungtivitis Morbilli
Kerokan
konjungtivitis menunjukkan
reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada
pseudomembran atau infeksi sekunder.
Sedian terpulas giemsa mengandung selsel raksasa.
Karena tidak ada terapi spesifik, hanya
tindakan penunjang saja yang dilakukan,
kecuali jika ada infeksi sekunder
Konjungtivitis Jamur
Candida
Konjungtivitis Vernalis
Dikenal
Konjungtivitis Vernalis
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas
dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil
dan granula eosinofilik bebas
Terapi
Steroid topikal dan sistemik, yang
mengurangi rasa gatal
Cyclosporyn topikal 2 %
Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, kotoran mata berlendir,
merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih
seperti susu. Terdapat papilla halus,
namun papilla raksasa tidak berkembang
seperti pada keratokonjungtivitis vernal,
dan lebih sering terdapat di tarsus inferior
Konjungtivitis Atopik
Biasanya
Konjungtivitis Atopik
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan
eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal
Terapi
Antihistamin oral termasuk terfenadine (60120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg
waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg)
Phlyctenulosis
Tanda dan Gejala
lesi kecil yang keras, merah, menimbul, dan
dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering
berbentuk segitiga, dengan apeks mengarah ke
kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang
segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari
iritasi dan air mata
fotofobia hebat
Terapi
kortikosteroid topical
Antibiotika topical
Keratokonjungtivitis Sicca
Phlyctenulosis
Lapisan
Konjungtivitis Iatrogenik
Pemberian Obat Topikal
Kerokan
TERIMA
KASIH