Anda di halaman 1dari 4

Deformasi dan

Pembentukan Pegunungan
Posted on 23/11/2009 by alde tamka
Sebelum muncul Konsep/Teori Tektonik Lempeng dikenal Konsep Geosinklin, yang
menyatakan bahwa; Pembentukan Pegunungan, Pedataran, Cekungan; diawali dengan
pengendapan batuan sedimen pada suatu palung atau geosinklin. Pembebanan sedimen
yang terus menerus membebani batuan yang dibawahnya mengakibatkan gaya
pembebanan pada batuan sedimen yang telah ada dan terendapkan sebelumnya,
sehingga batuan termampatkan dan terlipat-lipat. Batuan yang terletak paling bawah
melebur menjadi magma.
Teori atau Konsep mengenai Dinamika pada kerak bumi sebagaimana telah dijelaskan
terdahulu adalah Teori Tektonik Lempeng yang menyatahkan bahwa akibat dari pada
zona tumbukan oleh sebab saling mendekatinya segmen-segmen lempeng,
mengakibatkan terbentuknya zona subduksi atau jalur penunjaman, disertai terbentuk
lipatan-lipatan, patahan-patahan, naiknya magma baik melalui proses erupsi gunungapi
maupun dengan melalui celah retakan batuan membentuk batuan intrusive. Demikian
pula pada zona pemekaran akibat pemisahan segmen-segmen lempeng kerak bumi yang
berdekatan akan mengakibatkan terbentuknya punggung-punggung tengah samudra dan
aktivitas gunungapi bawahlaut. Pada Tepi lempeng benua aktif yang saling bertumbukan
atau konvergen yang membentuk penunjaman, menghasikan peleburan parsial daripada
batuan menjadi magma, kedua lempeng kerak, selanjutnya menyebabkan terbentuknya
jalur busur volkanis aktif. Magma yang terbentuk didalam perut bumi perlahan-lahan
akan bergerak ke atas dan membentuk tubuh batuan intrusif (antara lain batholite) dekat
permukaan.
Akibat lain daripada gerak / dinamika tektonik diatas, pada bagian lain terutama daerah
yang berdekatan zona tepi interaksi antar masing-masing lempeng kerak berada dibawah
gaya dan tekanan yang selanjutnya akan mengakibatkan perubahan sifat fisik batuan
penyusun lempeng kerak bumi yang kemudian disebut sebagai deformasi batuan. Apabila
tekanan melampaui batas dari daya tahan batuan makan batuan akan membentuk
Patahan dan apabila batuan pada kondisi fisik tertentu mampu untuk mempertahankan
daya elastisitasnya namun berubah karena tekanan maka batuan akan mengalami
Perlipatan, sehingga gejala dinamika sebagaimana diterangkan menyebabkan,
terbetuknya Gunung api, Pegunungan Blok (Pegunungan Patahan), Pegunungan Lipatan.

Gambar : Proses Pembentukan Pegunungan pada lempeng kerak bumi.

http://teknikpertambangan.wordpress.com/2009/11/23/deformasi-danpembentukan-pegunungan-3/

Proses Terjadinya Gunung

Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam
bumi yang disebut dengan orogenesis dan epeirogenesis. Dalam proses
orogenesis ini sedimen yang terkumpul menjadi berubah bentuk karena
mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik.
Ada tiga tipe tumbukan lempeng tektonik, antara lempeng busur kepulauan
dan benua, lautan dan benua, dan antara benua dengan benua. Tumbukan
lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit sedimen laut terhadap tepi
lempeng benua. Tumbukan antara lempeng busur kepulauan dengan benua
berakibat lempeng lautan menyusup ke lapisan asthenosfir dan batuan
vulkanik dan sedimen menumpuk pada sisi benua sehingga terjadilah
pegunungan Sierra Nevada di California pada zaman Mesozoic. Sedangkan
tumbukan lempeng benua dengan benua merupakan proses pembentukan
sistem pegunungan Himalaya dan Ural
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang
membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga
disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi titik pusat
bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih
lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran
rendah (graben) dan dataran tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses
epeirogenesis.
Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu
berkisar antara 45 450 juta tahun yang lalu. Misalnya pegunungan
Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun yang lalu, sedangkan
pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang lalu.
Model terjadinya gunung mengalami tiga tingkatan proses, yaitu:

1. Akumulasi sedimen: lapisan lapisan sedimen dan batuan vulkanik


menumpuk sampai kedalaman beberapa kilometer.

2. Perubahan bentuk batuan dan pengangkatan kerak bumi:sedimen


yang terbentuk tadi mengalami deformasi karena adanya gaya
kompresi akibat tumbukan antar lempeng-lempeng tektonik.

3. Pengangkatan kerak bumi akibat gerakan blok sesar: tumbukan antar


lempeng akan mengangkat sebagian kerak bumi sebagai lipatan lebih

tinggi dari sekitarnya sehingga terbentuk gunung. Sedangkan jika


terjadi gaya tegangan atau tarikan antar lempeng maka akan
terbentuk graben (lembah)

Sebelum terbentuk pegunungan Himalaya , terjadi gerakan lempeng India


ke arah lempeng Eurasia. Lempeng India merupakan komposisi batuan yang
sangat tua 2-2,5 milyar tahun. Titik referensi yang berwarna kotak kuning
masih berada dibawah . Setelah mengalami proses tumbukan yang lama
antara dua lempeng tersebut maka sebagian dari tepi lempeng India
terangkat dimana terlihat kotak kuning berubah posisi ke tempat yang lebih
tinggi.Sehingga terbentuklah pegunungan Himalaya saat ini.

Skema Proses Terjadinya Pegunungan Himalaya


Kulit bumi yang sebelumnya dalam kondisi seimbang, mendapat gaya
tektonik yang saling berlawanan arah (gaya regangan) akibat desakan panas
ke atas, sehingga menimbulkan retakan (cracking). Proses tektonik ini
berlangsung terus menerus dalam jangka waktu geologi yang cukup lama.
Blok yang retak menjadi turun akibat gaya tarik gaya berat sehingga
terbentuk

(Sumber: http://csmres.jmu.edu/geollab/vageol/vahist/mtnmodel.html)

Anda mungkin juga menyukai