Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PENGUJIAN ATTERBERG LIMIT

2.1 Dasar Teori

Pada awal tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah
berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat
tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan.
Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat di pisahkan
kedalam empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis, dan cair,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
2.1. (Braja M. Das ,1995).

Gambar 2.1. Batas-batas Atterberg


Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)

Kadar air dinyatakan dalam persen, di mana terjadi transisi dari


keadaan padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut
(shrinkage limit), keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan
batas plastis (plastic limit), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair
dinamakan batas cair (liquid limit). Batas- batas ini dikenal juga sebagai
batas-batas Atterberg (Atterberg limits). Untuk klasifikasi mineral lempung
Atterberg limits dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Harga-harga batas atterberg untuk mineral lempung
Mineral Batas cair (LL) Batas plastis (PL) Batas susut (SL)
Montmorillonite 100-900 50-100 8,5-15
Nontronite 32-72 19-27 -
Illite 60-120 35-60 15-17
Kaolinite 30-110 25-40 25-29
Halloysite terdehidrasi 50-70 47-60 -
Halloysite 35-55 30-45 -
Attapulgite 160-230 100-120 -
Chlorite 44-47 36-45 -
Allophane 200-250 130-140 -
Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)

2.2.1 Batas Cair (liquid limit)

Batas cair (liquid limit), adalah di mana perilaku tanah berubah dari
kondisi plastis ke cair. Pada batas cair tanah mempunyai kuat geser dengan
kekuatan rendah. Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah diletakkan di
dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan
menggunakan alat penggores. Selanjutnya dengan menjalankan alat pemutar,
mangkok kemudian dinaik-turunkan dari ketinggian 10 mm. Kadar air
dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan
yang berjarak 12,7 mm, sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas cair
(liquid limit). Kadar air (wc) didapatkan dengan Persamaan 2.1.
(𝑊2 – 𝑊3)
LL = wc (%) = x 100%.............................................................( 2.1 )
(𝑊2 – 𝑊1)

Keterangan :

wc= kadar air (%)

W1 = berat cawan kosong (gram)

W2 = berat cawan + tanah basah (gram)

W3 = berat cawan + tanah kering setelah dioven (gram)


2.2.2 Tujuan

Tujuan praktikum batas cair (liquid limit) adalah untuk menentukan nilai
kadar air yaitu batas dimana tanah mengalami perubahan dari kondisi cair
menjadi plastis.

2.2.3 Prosedur Praktikum


1. Menyiapkan tanah lolos ayakan no. 50.

2. Mencampur tanah dengan air.

3. Meletakkan campuran kedalam mangkok kuningan alat uji batas cair


(cassagrande) sampai rata kemudian digores tepat di tengahnya dengan
menggunakan alat penggores.
4. Kran yang ada di mangkok kuningan alat uji batas cair (cassagrande) diputar
sehingga mangkok terangkat dan jatuh setiap putaran (ketukan) kemudian
tanah akan menutup alur.
5. Pemutaran dilakukan sampai alur tertutup sekitar 1,27 cm. Setelah alur
goresan tertutup, diambil sampel untuk mencari kadar airnya.
6. Percobaan dilakukan 4 kali dengan kadar air yang berbeda, dengan 2 kali
percobaan kurang dari 25 ketukan, dan 2 kali lebih dari 25 ketukan.
7. Menghitung nilai kadar air (wc) dengan persamaan (2.1) kemudian dibuat
skala log hubungan kadar air dengan jumlah ketukan.
2.2.4 Dokumentasi Praktikum

Tabel 2.2. Dokumentasi praktikum Batas Cair (liquid limit)

Gambar Keterangan
Alat untuk uji batas cair
(cassagrande).

Gambar 2.4.
Pengujian batas cair dengan goresan
pada bagian tengah mangkok
cassagrande.

Gambar 2.5.
Pengukuran berat sampel batas cair.

Gambar 2.6.
Sumber: Dokumentasi, 2019
2.2.5 Data dan Analisa Praktikum
A. Data Paktikum Batas Cair (liquid limit)

Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh pada praktikum batas
cair dapat dihitung kadar air menggunakan Persamaan 2.1.
 Sample Tanah 1 Cawan no 42 :
(46,7−33,9)
 wc % = x100% = 79,01%
(33,9−17,7)

Cawan no 1 :
(45,5−33,1)
 wc % = x100% = 79,49%
(33,1−17,5)

 Sample tanah 2 Cawan no 4 :


(36,2−27,4)
 wc % = x100% = 63,31%
(27,4−13,5)

Cawan no 6 :
(42,3−32,6)
 wc % = x100% = 62,99%
(32,6−17,2)

 Sample tanah 3 Cawan no 21 :


(45,5−33,2)
 wc % = x100% = 73,21%
(33,2−16,4)

Cawan no 35 :
(46,7−33,9)
 wc % = x100% = 73,99%
(33,9−16,6)

 Sample tanah 4 Cawan no 18 :


(39,8−28,4)
 wc % = x100% = 77,03%
(28,4−13,6)

Cawan no 23 :
(38,6−27,2)
 wc % = x100% = 78,08%
(27,2−12,6)
Dari hasil perhitungan kemudian dikelompokkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Data perhitungan uji praktikum Batas Cair (Liquid
Limit)
Test No 1 2 3 4
Nomor Cawan 42 1 4 6 21 35 18 23
Berat Cawan, W₁
17.7 17.5 13.5 17.2 16.4 16.6 13.6 12.6
(gram)
Berat Cawan +
Tanah Basah, W₂ 46.7 45.5 36.2 42.3 45.5 46.7 39.8 38.6
(gram)
Berat Cawan +
Tanah Kering, W₃ 33.9 33.1 27.4 32.6 33.2 33.9 28.4 27.2
(gram)
Kadar Air, wc (%)
(𝑊₂−𝑊₃) 79.01 79.49 63.31 62.99 73.21 73.99 77.03 78.08
x100
(𝑊₃−𝑊₁)
Jumlah Pukulan 17 35 27 23
Sumber : Data olahan pribadi 2020

Selanjutnya berdasarkan data pada Tabel 2.5., nilai kadar air


dihubungkan dengan jumlah pukulan seperti yang ada pada Gambar 2.13

100
90
80
KADAR AIR (%)

70
60
50
40
30
20
10
0 1 10 2 100
5
JUMLAH PUKULAN

Gambar 2.13. Grafik aliran untuk penentuan batas cair.


Sumber : Olahan pribadi (2020)

Pada jumlah pukulan 25 kali, selanjutnya dihibungkan dengan jumlah


pukulan pada praktikum uji batas cair, didapatkan nilai kadar air sebesar 75%.
B. Analisa Praktikum Batas Cair (liquid limit)

Nilai kadar air dari empat percobaan yang kemudian didapatkan delapan
sample tanah batas cair, didapatkan data pada grafik yang ditunjukkan pada
Gambar 2.13. Selanjutnya hasil hubungan antara kadar air dan jumlah
pukulan dalam grafik tersebut didapatkan nilai kadar air batas cair sebesar
75%. Dapat disimpulkan berdasarkan Tabel 2.1 tentang harga harga batas
atterberg untuk mineral lempung bahwa dengan kadar air pada pengujian
Batas Cair (liquid limit) sebesar 75% maka termasuk dalam kategori :

Illite : Bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral


kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah
lembaran aluminium oktahedra yang terikat di antara dua
lembaran silika tetrahedra. Sepintas skematik strukturnya mirip
dengan lempung montmorillonite, tetapi sifat ikatannya sangat
berbeda. Pada lempung Illite, lembaran oktahedral bisa
mengalami subtitusi parsial terhadap aluminium oleh
magnesium (Mg) dan/atau besi (Fe). (Darwis, Dasar- dasar
Perbaikan Tanah, 2017)
Kaolinite : Mineral lempung yang terdiri atas susunan satu lembar silika
tetrahedral dan satu lembar aluminium oktahedra, dengan
satuan susunan setebal 7,2 Angstrom (Ao). (Darwis, Dasar-
dasar Perbaikan Tanah, 2017).
2.3.1 Batas Plastis ( Plastic Limit)

Batas plastis merupakan transisi kadar air dari keadaan semi-padat ke


keadaan plastis. Batas ini juga merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah. Kadar air (wc) didapatkan dengan Persamaan 2.2.
(𝑊2 –𝑊3)
PL = wc (%)= x 100%........................................................( 2.2. )
(𝑊2 –𝑊1)
Keterangan :
wc = kadar air (%)

W1 = berat cawan kosong (gram)


W2 = berat cawan + tanah basah (gram)
W3 = berat cawan + tanah kering setelah dioven (gram)

Indeks plastisitas (IP) adalah perbedaan antara batas cair dan batas
plastis suatu tanah. Oleh karena itu, indeks plastisitas merupakan parameter
yang penting sebagai tolak ukur stabilitas tanah. Nilai indeks plastisitas
didapatkan dengan Persamaan 2.3.

IP = LL – PL ..................................................................................... (2.3.)
Keterangan :
IP = Indeks plastisitas
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Untuk mendapatkan sistem klasifikasi tanah dengan menggunakan
data Indeks Plastisitas dan Batas Cair, digunakan bagan plastisitas seperti
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bagan Plastisitas


Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)

2.3.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ialah untuk menentukan nilai Batas


Plastis ( Plastis Limit ) dari suatu sampel.

2.3.3 Prosedur Praktikum

1. Tanah lolos ayakan no. 200 dicampur dengan air secukupnya.


2. Campuran kemudian digelintir diatas plat kaca sampai retak-retak pada
diameter 3 mm. Catatan: jika sebelum diameter 3 mm sudah retak, campuran
ditambahkan air, kemudian digelintir lagi sampai retak pada diameter 3 mm.
3. Tanah yang sudah digelintirkan kemudian diletakkan di cawan dan ditimbang.
4. Kemudian tanah dimasukkan kedalam oven selama 24 jam, lalu ditimbang.
5. Dihitung nilai Plastic Limit (PL)-nya sesuai dengan persamaan 2.3.
2.3.4 Dokumentasi Praktikum

Tabel 2.3. Dokumentasi praktikum Batas Plastis (plastic limit)


Gambar Keterangan

Pembentukan tanah sampai dengan


diameter 3mm.

Gambar 2.7.

Pengukuran berat sampel tanah


batas plastis.

Gambar 2.8.

Retakan tanah pada diameter 3mm.

Gambar 2.9.
Sumber: Dokumentasi, 2019
2.3.5 Data dan Analisa Praktikum
A. Data Paktikum Batas Plastis ( Plastic Limit)
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan pada praktikum batas
plastis dapat dihitung kadar air menggunakan Persamaan 2.2 :
 Sample tanah 1 Cawan no 14
(49,9−39,8)
PL = x100% = 44,69%
(39,8−17,2)

 Sample tanah 2 Cawan no 21


(48,6−39,7)
PL = x100% = 44,06%
(39,7−19,5)

Dari hasil perhitungan kemudian dikelompokkan pada Tabel 2.6.


Tabel 2.6. Data perhitungan uji praktikum Batas Plastis (Plastic Limit)
Percobaan 1 2
No.
Cawan No. 14 21
Berat Cawan, W1 (gr) 17,2 19,5
Berat Cawan + Tanah Basah , W2 (gr) 49,9 48,6
Berat Cawan + Tanah. Kering, W3 (gr) 39,8 39,7
Plastic Limit (%) 44,69% 44,06%
Rata-rata 44,37%
Sumber : Data olahan pribadi (2020)

Dari kedua percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata sebesar


44,37%. Selanjutnya digunakan data dari uji batas cair dan uji batas plastis
untuk menghitung nilai indeks plastisitas. Didapatkan data dalam Tabel
2.7.

Tabel 2.7. Data perhitungan Plasticity Index, PI


Parameter Hasil
LL 75%
PL 44,37%
PI = LL-PL 30,63%
Sumber : Data olahan pribadi, 2020

Nilai dari indeks plastisitas didapatkan dengan menggunakan Persamaan


2.3. dengan nilai indeks plastisitas dinyatakan dalam persen. Berdasarkan
hasil dari perhitungan indeks plastisitas pada Tabel 2.7. didapatkan nilai
indeks plastisitas sebesar 30,63%
B. Analisa Praktikum Batas Plastis ( Plastic Limit)
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan batas plastis
antara percobaan 1 dengan 2 tidak berbeda jauh, dari kedua percobaan
tersebut didapatkan nilai rata-rata kadar air sebesar 44,37%. Dapat
disimpulkan berdasarkan Tabel 2.1 tentang harga harga batas atterberg
untuk mineral lempung bahwa dengan kadar air pada pengujian Batas
Plastis (plastic limit) sebesar 44,37% maka termasuk dalam kategori :
Illite : merupakan mineral lempung yang terdiri atas susunan satu
lembaran aluminium oktahedral dan dua lembaran silika
tetrahedral. Sepintas skematik strukturnya mirip dengan
lempung montmorillonite, tetapi sifat ikatannya sangat
berbeda. Pada lempung Illite, lembaran oktahedral bisa
mengalami subtitusi parsial terhadap aluminium oleh
magnesium (Mg) dan/atau besi (Fe). (Darwis, Dasar-dasar
Perbaikan Tanah, 2017).
Halloysite : merupakan bagian dari kelompok tanah lempung Kaolinite
yang memiki senyawa silika (SiO2) lebih dominan dari
padasenyawa aluminium (Al2O3). (Darwis, Dasar-dasar
Perbaikan Tanah, 2017).
Selanjutnya dengan menghubungkan nilai batas cair dan nilai indeks
plastisitas dapat diketahui pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Bagan Plastisitas


Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)

Berdasarkan nilai Plasticity Index sebesar 30,63%, dan Liquid Limit


sebesar 75%. Selanjutnya hasil dari hubungan diagram plastisitas sampel
tanah yang digunakan termasuk jenis Silt clays of high plasticity (MH) dan
atau juga termasuk jenis Organic clays of high plasticity (OH). Hal
tersebut dikarenakan nilai Liquid Limit kurang dari 50% yang merupakan
Lanau anorganik dengan plastisitas tinggi dan atau lempung organik
dengan plastisitas tinggi.
2.4.1 Batas Susut ( Shrinkage Limit)

Batas susut merupakan transisi kadar air dari keadaan padat ke keadaan
semi-padat. Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara
perlahan-lahan hilang. Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah
akan mencapai suatu tingkat keseimbangan, di mana saat kehilangan air,
tanah tidak akan mengalami perubahan volume. Seperti yang ada pada
Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Definisi batas susut


Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995)

Untuk mendapatkan nilai dari batas susut dapat digunakan Persamaan 2.4 ,
Persamaan 2.5. dan Persamaan 2.6.
(W 2 −W 3 )
SL=w i = x 100 %....................................................................................(2.4)
(W 3 −W 1 )
W 4−W 5
SL= wc = x 100 % ...........................................................................
13,6 x (W 3−W 1 )
(2.5)
Selanjutnya untuk nilai batas susut (shrinkage limit) merupakan selisih antara
persamaan 2.4 dan 2.5. Sehingga dapat digunakan Persamaan 2.6.
SL = wi - wc..........................................................................................................(2.6)
Keterangan :
wi = Kadar airi.
wc = Kadar air.
W1 = Berat mangkok.
W2 = W1 + berat tanah basah.
W3 = W1 + berat tanah kering.
W4 = Berat air raksa yang mempunyai volume sama dengan mangkuk
shringkage limit.
W5 = Berat air raksa yang mempunyai volume yang sama dengan volume
Tanah kering

2.4.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ialah untuk menentukan kadar air pada
batas semi padat dan untuk menentukan sifat-sifat tanah

2.4.3 Prosedur Praktikum Batas Susut ( Shrinkage Limit)


1. Mengambil 200 gr sample tanah yang telah dikeringkan.
2. Mencampurkan tanah dengan air.
3. Cawan diisi dengan campuran sampai terisi penuh dan udara dalam tanah harus
dikeluarkan.
4. Kemudian menimbang berat cawan beserta tanah didalamnya.
5. Meletakkan cawan kedalam oven.
6. Menimbang cawan dan tanah yang sudahdioven selama 24 jam.
7. Mengeluarkan tanah dari cawan.
8. Permukaaan air raksa pada gelas kaca diratakan dengan kaca datar.
9. Tanah kering kemudian diletakkan diatas gelas kaca yang berisi air raksa. Tekan
tanah tersebut dengan kaca datar sehingga air raksa yang tumpah ke mangkuk
peluberan.
10. Air raksa yang di mangkuk peluberan dihitung beratnya untuk dipakai menghitung
volume tanah yang dites.
2.4.4 Dukumentasi Praktikum Batas Susut ( Shrinkage Limit)
Tabel 2.4. Dokumentasi praktikum Batas Susut (shrinkage limit)
Gambar Keterangan

Pengeringan sampel tanah sebelum


dimasukkan kedalam oven.

Gambar 2.10.

Pengukuran berat sampel tanah


kering setelah dioven.

Gambar 2.11.

Tanah setelah dioven dicelupkan


ke air raksa.

Gambar 2.12.

Sumber: Dokumentasi, 2019


2.4.5 Hasil Dan Analisa Praktikum Batas Susut ( Shrinkage Limit)
A. Data Praktikum Batas Susut ( Shrinkage Limit)

Dari hasil percobaan praktikum batas susut yang telah dilakukan


dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.4. , Persamaan 2.5. dan
Persamaan 2.6. :
Analisa Perhitungan
 Perhitungan kadar air tanah mula-mula sampel 1
W 2 - W3
wi = X 100 %
W 3 - W1
(50,4−36,4)
wi¿ x 100 %=76,92 %
(36,4−18,2)
 Perhitungan kadar air sampel 1
W4 - W5
wc = X 100 %
13,6 x (W 3 - W 1 )
(315.9−329.9)
wc¿ x 100 %=48,20 %
13,6(36,4−18,2)
 Perhitungan kadar air tanah mula-mula sampel 2
W 2 - W3
wi = X 100 %
W 3 - W1
( 49,7−33,4)
wi ¿ x 100 %=77,99 %
(33,4−12,5)
 Perhitungan kadar air sampel 2
W4 - W5
wc = X 100 %
13,6 x (W 3 - W 1 )
(329,9−189,6)
wc¿ x 100 %=49,36 %
13,6(33,4−12,5)

 Perhitungan nilai SL
SL1 = Kadar Air mula-mula - Kadar Air
= 76,92% - 48,20% = 28,72%

SL2 = Kadar Air mula-mula - Kadar Air


= 77,99% - 49,36% = 28,63%
Dari hasil perhitungan kemudian dikelompokkan pada Tabel 2.8
Tabel 2.8. Data perhitungan uji praktikum Batas Susut (Shrinkage Limit)
Percobaan No. 1 2
Berat Cawan ,W1 (gr) 18,2 12,5
Berat Cawan + Tanah Basah,W2 (gr) 50,4 49,7
Berat Cawan + Tanah Kering,W3 (gr) 36,4 33,4
Kadar Air1 (%) 76,92 77,99
Berat Air Raksa Untuk Mengisi Cawan , W4(gr) 315,9 329,9
Berat Air Raksa Yang Dipindah Tanah , W5(gr) 196,6 189,6
Kadar Air2 (%) 48,20 49.36
SL (%) 28,72 28,63
Rata-rata 28,675
Sumber : Data olahan pribadi 2020
Berdasarkan hasil dari data uji batas susut, didapatkan nilai SL dari
percobaan 1 sebesar 28,72% dan pada percobaan 2 sebesar 28,63%.

B. Analisa Praktikum Batas Susut ( Shrinkage Limit)


Beradasarkan hasil yang telah didapatkan dari percobaan praktikum batas
susut, didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda antara percobaan 1 dan percobaan
2. Selanjutnya dari kedua percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata dengan
hasil sebesar 28,675%
.
2.5 Kesimpulan Pengujian Atterberg

Setelah dilakukan analisa dari ketiga pengujian atterberg yang meliputi Uji
Batas Cair (liquid limit), Uji Batas Plastis (plastic limit) dan Uji Batas Susut
(shrinkage limit). Dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Batas Cair (liquid limit) sebesar 75% maka termasuk dalam kategori Illite dan
Kaolinite .
 Batas Plastis (plastic limit) sebesar 44,37% termasuk dalam kategori Illite dan
Halloysite.
 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Gambar 2.15. Bagan Plastisitas


Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1 (1995) dengan

Berdasarkan bagan plastisitas diatas, Indeks Plastisitas termasuk jenis Silt


clays of high plasticity (MH) dan atau juga termasuk jenis Organic clays of high
plasticity (OH) yang merupakan Lanau anorganik dengan plastisitas tinggi dan
atau lempung organik dengan plastisitas tinggi.
Batas Susut (shrinkage limit) sebesar 28,675% termasuk dalam kategori
mineral lempung Kaolinite yang ada pada Tabel 2.1 tentang harga harga batas
atterberg untuk mineral lempung.

 Maka didapatkan SL (28,675%) < PL (44,37%) < LL (75

28,675% 44,37% 75%

Anda mungkin juga menyukai