1. Pendahuluan
Endapan emas aluvial umumnya sudah diusahakan oleh masyarakat menggunakan peralatan
yang sederhana dengan tingkat perolehan penambangan dan pengolahan yang rendah, serta masih
meninggalkan bahan galian. Selain emas sebagai bahan galian utama dapat dijumpai juga bahan
galian lain dan mineral ikutan yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan. Bahan galian tersebut
dapat tertinggal dalam keadaan sudah tertambang, insitu, maupun sudah terolah.
Pada penambangan endapan emas aluvial di wilayah izin usaha pertambangan dilakukan
secara bertahap dalam beberapa blok, sampai semua kegiatan penambangan dianggap selesai. Akan
tetapi pada beberapa kasus daerah bekas tambang tersebut kemungkinan masih prospek. Kegiatan
penambangan berakhir tidak selalu diakibatkan oleh habisnya cadangan bahan galian layak
tambang, tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain, antara lain oleh kendala teknologi, ekonomi,
politik dan sosial masyarakat.
Oleh karena itu inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas
aluvial perlu dilakukan agar dapat diperoleh data potensi bahan galian secara lengkap sebagai dasar
untuk melakukan evaluasi prospek pengusahaan.
2. Dasar Pemikiran
a) Pada beberapa kasus kegiatan penambangan baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
pelaku usaha pertambangan masih meninggalkan bahan galian.
b) Perlu optimalisasi potensi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial.
c) Perlu adanya pedoman yang jelas tentang inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah
bekas tambang emas aluvial, sebagai acuan dalam pelaksanaan inventarisasi bahan galian
tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial.
3. Tujuan
Pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan pelaku usaha
pertambangan dalam melakukan kegiatan inventarisasi potensi bahan galian tertinggal pada wilayah
bekas tambang emas aluvial.
4. Ruang Lingkup
Pedoman ini memuat aspek teknis inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas
tambang emas aluvial, yang meliputi istilah dan definisi, kriteria bahan galian tertinggal,
karakteristik endapan emas aluvial dan tatacara inventarisasi.
5. Istilah dan Pengertian
a. Bahan galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral, kumpulan mineral, batuan, bijih,
termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral radioaktif yang terjadi secara alami
dan mempunyai nilai ekonomis.
b. Bahan galian yang diusahakan adalah jenis bahan galian yang menjadi komoditas utama yang
sesuai dengan perizinan pada suatu usaha pertambangan.
c. Bahan galian lain adalah endapan bahan galian yang berada di wilayah izin usaha
pertambangan, namun tidak termasuk bahan galian yang diusahakan.
d. Mineral ikutan endapan emas aluvial adalah mineral atau aneka bahan yang sebaran dan proses
pengendapannya (genesa) bersamaan dengan emas.
e. Bahan galian tertinggal adalah bahan galian/endapan berpotensi ekonomi berupa bahan galian
utama, mineral ikutan maupun bahan galian lain pada wilayah bekas pertambangan, dengan
sistem penambangan dan pengolahan tertentu, karena pertimbangan aspek teknis, ekonomi dan
atau sosial belum dimanfaatkan.
Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2- 1
f.
Endapan emas aluvial adalah emas yang diendapkan bersama dengan endapan gravel hasil dari
proses pengendapan dan pemilahan oleh arus sungai dan gelombang laut.
g. Wilayah bekas tambang adalah daerah dalam suatu wilayah pertambangan yang kegiatan
penambangannya telah dianggap selesai.
h. Inventarisasi bahan galian adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan,
penggambaran, perekaman, pengambilan, manajemen data dan informasi bahan galian baik
yang bersifat primer maupun sekunder.
i. Data dan informasi primer adalah semua data dan informasi, fakta, petunjuk, indikasi yang
didapat dari hasil penyelidikan secara langsung di lapangan dan hasil analisis laboratorium.
j. Data dan informasi sekunder adalah semua data dan informasi, fakta, petunjuk, indikasi yang
didapat dari hasil penyelidikan secara tidak langsung;
k. Penambangan adalah kegiatan yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan bahan galian yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis.
l. Pertambangan adalah kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri
pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran.
m. Tailing adalah bagian dari hasil proses pengolahan bahan galian yang tidak dikehendaki karena
dianggap sudah tidak mengandung mineral berharga lagi.
n. Produk sampingan adalah produksi pertambangan selain produksi utama pertambangan,
merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan dari produksi utama pertambangan.
6. Endapan Emas Aluvial
Karakteristik dari tipe endapan emas aluvial akan menentukan metoda dan sistematika
inventarisasi. Beberapa karakteristik endapan emas aluvial yang dapat dipergunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam melakukan inventarisasi meliputi :
a. tipe endapan.
b. sebaran endapan emas aluvial.
c. bahan penyusun endapan emas aluvial.
6.1. Tipe Endapan Emas Aluvial
Pada umumnya endapan emas aluvial ditemukan dalam bentuk endapan kipas aluvial,
endapan gravel bars, endapan channel, endapan dataran banjir, dan endapan pantai.
a. Endapan kipas aluvial
- Terbentuk pada sungai dengan kemiringan relatif curam dan gradiennya berubah secara
tiba-tiba menjadi landai.
- Bentuk endapan berpola seperti kipas, biasanya terdiri dari endapan gravel yang tidak
terkonsolidasi, terpilah buruk, dengan kandungan lempung sedang sampai tinggi.
- Butiran emas pada umumnya berukuran halus, pipih, dan dijumpai dari permukaan
sampai batuan dasar.
b. Beting kerikil (Gravel Bars)
- Gravel bars mengandung gravel dengan pemilahan sedang, pasiran dan lepas,
- Lapisan tipis kaya emas (paystreak) sering tidak berlanjut dan terbatas berupa akumulasi
dekat permukaan bidang erosi,
- Butiran emas berukuran halus, pipih dapat mengapung di atas air, sangat mudah
tertransport oleh air.
c. Endapan alur (Channel Deposit)
- Endapan berlapis, lepas, pasiran, gravel sangat mudah terendapkan sampai pada batuan
dasar,
- Butiran emas berukuran halus pada bagian dekat permukaan dan bertambah besar
maupun berat di atas batuan dasar,
- Butiran emas berbentuk pipih, kasar dan berupa nuggets kadang-kadang dijumpai dalam
rekahan pada batuan dasar.
d. Endapan Dataran Banjir (Flood Plain Deposit)
- Endapan mempunyai pemilahan buruk dengan kekompakan sedang,
- Perlapisan gravel mengandung matriks lempung dan lanau sampai pada batuan dasar.
- Emas sebagian besar berukuran halus, pipih dan beberapa berukuran kasar pada batuan
dasar.
- Emas berupa nugget (peringkil)kemungkinan dapat juga ditemukan.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2- 2
e. Endapan pantai
- Endapan bersifat lepas, pasiran dengan pemilahan sedang.
- Paystreak sering ditemukan
- Emas pada umumnya berukuran halus sampai agak kasar
- Emas nugget (peringkil) sering dijumpai pada paystreak.
Pada umumnya pertambangan emas aluvial di Indonesia jarang dilakukan pada endapan
pantai, sehingga pedoman ini lebih dititikberatkan pada endapan hasil aktifitas sungai (fluvial)
yaitu : endapan kipas aluvial, gravel bars deposit, channel deposit, endapan dataran banjir.
6.2. Sebaran Endapan Emas Aluvial
Endapan emas aluvial pada umumnya menempati cekungan Kuarter, berupa lembah
sungai yang membentuk morfologi dataran atau undak. Endapan berupa bahan bersifat lepas,
atau belum terkonsolidasi secara sempurna, berukuran pasir kerakal, dapat berselingan
dengan lapisan lempung dan atau lanau.
Lapisan pembawa emas, berbentuk lapisan tunggal atau perulangan ke arah vertikal dan
lateral teratur sampai tidak teratur, kemiringan relatif datar, ketebalan hingga beberapa meter
dengan kedalaman relatif dangkal. Biasanya butiran emas tersebar secara vertikal dan lateral
tidak teratur (erratic).
Endapan emas aluvial pada lingkungan fluvial dapat berupa endapan sungai tidak aktif dan
sungai aktif.
a) Kondisi endapan emas pada sungai tidak aktif
- batas sebaran endapan emas aluvial insitu, lokasi bekas tambang dan sisa hasil
pengolahan masih mudah diidentifikasi,
- tekstur dan struktur lapisan relatif masih jelas, sehingga memudahkan untuk
membedakan bahan galian insitu dengan hasil pengolahan.
- Endapan pembawa emas umumnya mempunyai lapisan penutup.
b) Kondisi endapan emas pada endapan sungai aktif
- batas sebaran bahan galian endapan insitu, pit dan sebaran tailing pada wilayah
bekas tambang di lembah sungai aktif dipengaruhi oleh aktifitas sungai sehingga
sulit diidentifikasi,
- Endapan pembawa emas umumnya tanpa lapisan penutup.
6.3. Bahan Penyusun Endapan Emas Aluvial
6.3.1. Endapan Pembawa Emas
Endapan pembawa emas aluvial tersusun atas fragmen dan matriks bersifat
lepas dan terpilah buruk sampai baik. Fragmen berukuran kerikil sampai kerakal,
kadang disertai berangkal sampai bongkah, umumnya berbentuk membulat. Matriks
berukuran pasir, terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Jenis mineral berat
tergantung pada jenis batuan induk serta tipe mineralisasi dari endapan emas primernya,
umumnya berupa magnetit dan ilmenit, dan dapat disertai monasit, pirit, arsenopirit,
kasiterit, wolframit, shilit, sinabar, bismuth, galena, platinoid, turmalin, garnet, kromit,
rutil, barit, korundum, zirkon dan limonit. Jenis mineral ringan umumnya feldspar dan
kuarsa.
6.3.2. Mineral ikutan
Mineral ikutan pada endapan emas aluvial berupa fragmen dan matriks, jenis
dan kuantitasnya dipengaruhi oleh batuan asal di bagian hulu dan sekitarnya, tipe
mineralisasi bijih emas primernya serta jenis dan luas sebaran batuan asal endapan
aluvial.
Berdasarkan karakteristiknya, mineral ikutan yang umum terdapat pada
wilayah kerja pertambangan emas aluvial dapat berupa mineral berat berharga dan
aneka bahan (Lampiran).
6.3.3. Bahan Galian Lain
Bahan galian lain pada pertambangan emas aluvial, mengacu pada pedoman
teknis penentuan bahan galian lain dan mineral ikutan pada pertambangan emas aluvial.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2- 3
2- 4
Sejarah pertambangan
Geologi regional : fisiografi, geomorfologi dan struktur regional
Peta topografi, peta geologi dan citra penginderaan jauh
8.2.1.2. Informasi Daerah/ Wilayah
Informasi daerah/wilayah meliputi :
Lokasi administrasi : nama daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa.
Koordinat wilayah usaha pertambangan
8.2.1.3. Informasi Kegiatan
a) Kegiatan Eksplorasi
Informasi kegiatan ini meliputi :
Tahapan dan metoda eksplorasi.
Waktu dan lama penyelidikan.
Jumlah pemercontoan dan metoda analisis.
Sebaran, tipe endapan, keterdapatan, kualitas, kuantitas dan potensi
dari suatu endapan bahan galian.
Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan lapisan
lainnya.
Struktur, tekstur dan kemas.
Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan
fragmen.
Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir
penyusun fragmen dan matriks.
Analisis mineral butir, meliputi jenis dan proporsi sebaran tiap
mineral, baik mineral berat maupun mineral ringan, serta emas.
Analisis kimia dan atau fisika, untuk menentukan kadar atau kualitas
bahan (matriks dan/ atau fragmen serta bahan galian lain).
Sumber daya dan cadangan emas.
b) Kegiatan Operasi Produksi
Informasi kegiatan operasi produksi meliputi data kegiatan
penambangan, pengolahan dan kegiatan penunjangnya antara lain :
Lokasi penambangan dan pengolahan
Jangka waktu dan waktu efektif kegiatan produksi
Metoda penambangan dan pengolahan
Data produksi, stripping ratio, cut off grade dan tailing
Kapasitas dan jumlah alat penambangan dan pengolahan
Kegiatan penunjang : penanganan tailing, bahan galian tertinggal,
lapisan penutup, reklamasi
Jumlah tenaga kerja
Penanganan sebaran bahan galian tertinggal
8.2.2. Pengumpulan Data dan Informasi Primer
Pelaksanaan inventarisasi berupa kegiatan pengumpulan data primer dapat
dilakukan berupa uji petik lapangan maupun kegiatan eksplorasi sistematis. Masingmasing kegiatan tersebut mempunyai karakteristik, batasan dan parameter tertentu.
Data tersebut berupa hasil penyelidikan langsung di lapangan dan hasil
analisis laboratorium yang dapat memberikan gambaran tentang lapisan sedimen
pembawa dan bukan pembawa emas aluvial, bahan galian tertinggal dan potensi dari
suatu endapan emas aluvial serta Analisis perconto di laboratorium
a). Lapisan sedimen pembawa emas aluvial
Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan lapisan lainnya
Struktur, tekstur dan kemas
Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan fragmen.
Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir penyusun
fragmen dan matriks.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2- 5
Analisis mineral butir, meliputi jenis dan proporsi sebaran tiap mineral, baik
mineral berat maupun mineral ringan, serta emas.
Analisis kimia dan atau fisika, untuk menentukan kadar atau kualitas bahan
(matriks dan/ atau fragmen serta bahan galian lain).
Sumber daya bahan galian dan mineral ikutan.
b). Lapisan sedimen bukan pembawa emas aluvial berupa bahan galian lain (lapisan
penutup, lapisan antara) ;
Bahan penyusun.
Kuantitas.
Kualitas.
c). Bahan galian tertinggal; apabila kondisi alami sebaran endapan bahan galian
sudah tertambang dan terolah, data inventarisasi meliputi :
Lokasi keberadaan bahan galian
Kondisi sebaran bahan galian
Penanganan bahan galian
Latar belakang penutupan tambang
Latar belakang tertinggal
Bahan galian tertinggal
o Peta sebaran
o Penanganan
o Kondisi sebaran
8.2.2.1 Tahapan Inventarisasi Data
Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dalam tiga tahapan yaitu
persiapan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan.
1. Persiapan
Pembuatan dan pengiriman surat pemberitahuan/izin kepada pihak
pelaku usaha pertambangan dan instansi terkait, apabila tidak ada
pemegang izin usaha pertambangan (IUP) maka surat
pemberitahuan/izin cukup kepada instansi terkait.
Surat yang dikirimkan tersebut disertai dengan penjelasan rinci tentang
rencana kegiatan.
Konfirmasi jadwal kegiatan dan data yang diperlukan dengan pihak
pelaku usaha pertambangan.
Inventarisasi dan evaluasi data sekunder.
Penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Koordinasi dengan pihak pelaku usaha pertambangan untuk
membicarakan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Diskusi yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan
Pengumpulan data sekunder yang ada pada pihak pelaku usaha
pertambangan.
Pengambilan data primer dan perconto di lapangan disertai pihak
pelaku usaha pertambangan berupa :
A. Hasil Kegiatan Eksplorasi :
o Sebaran, tipe endapan, keterdapatan, kualitas, kuantitas dan potensi
dari suatu endapan bahan galian.
o Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan
lapisan lainnya
o Struktur, tekstur dan kemas
o Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan
fragmen.
o Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir
penyusun fragmen dan matriks.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2- 6
2- 7
2- 8
c)
2- 9
Gambar 1 : Peta bekas tambang dan sebaran titik bor berupa data sekunder
: bekas pit
Gambar 2 : Peta bekas tambang dan sebaran titik bor hasil kegiatan inventarisasi
8.3.2. Estimasi Sumber Daya Bahan Galian pada Sungai Aktif
Bekas tambang emas aluvial pada daerah aliran sungai masih aktif akan
menghasilkan kondisi dimana batas antara bekas bukaan tambang dan daerah yang
belum terganggu/ belum ditambang menjadi kabur akibat aktifitas sungai. Sehingga
sebaran kandungan emas secara vertikal maupun lateral menjadi sangat tidak teratur.
Oleh sebab itu estimasi sumber daya emas dan mineral ikutan memerlukan tingkat
kerapatan data primer yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai estimasi yang lebih
akurat.
Data sekunder berupa data sejarah pertambangan (Sub bab 8.1.1) menjadi
dasar pertimbangan sangat penting untuk menentukan besaran angka koreksi.
8.3.2.1. Estimasi Sumber Daya Mineral Ikutan Insitu
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
2 - 10
Jenis
Mineral berat
berharga
Kelompok mineral
platina (PGM)
Granitoid,
pegmatite dan
greisen
Kasiterit, monasit,
zirkon, rutil,
Basaltis
Magnetit, ilmenit
Sienitik dan
pegmatit
Metamorfik kontakskarn
Scheelite, rutil,
korundum
Kimberlit
Intan
Metamorfik tingkat
tinggi
Rutil, zirkon,
gemstone
Busur serpentin
Karbonatit
Platinum, kromit,
magnetit
Rutil, ilmenit,
magentit, mineral
tanah jarang, uranium,
niobium, thorium,
zirkon
Asosiasi Mineral
Olivin, enstatit, plagioklas
basa, kromit, titano-magenit,
ilmenit, spinel, diopsid, augit
Wolframit, potas felspar,
kuarsa, topas, beril,
spodumen, petalit, tourmalin,
tantalite, kolumbit, monasit,
fluorit, spen
Pirobol, plagioklas basa,
apatit
Ilmenit, magnetit, fluorit,
pirobol, potas felspar, apatit,
felspatoid, zirkon
Diopsid, garnet, wolastonit,
kalsit, plagioklas basa,
epidot
Ilmenit, magnetit, garnet,
diopsid, kianit, sfen, apatit
Kianit, pirobol, kuarsa,
silimanit, almandin, garnet,
felspar, apatit
Garnet, piroksen, olivin
2 - 11
Jenis
Batuan Asal
Aneka Bahan
Mineral Ikutan
(Ekonomis)
pasir kuarsa, pasir,
lempung,
kerikilkerakal, dan batu
mulia
dan
kayu
terkersikkan
Asosiasi Mineral
2 - 12