Anda di halaman 1dari 12

KONSEP

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL


PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG EMAS ALUVIAL
Oleh :
Tim Penyusun

1. Pendahuluan
Endapan emas aluvial umumnya sudah diusahakan oleh masyarakat menggunakan peralatan
yang sederhana dengan tingkat perolehan penambangan dan pengolahan yang rendah, serta masih
meninggalkan bahan galian. Selain emas sebagai bahan galian utama dapat dijumpai juga bahan
galian lain dan mineral ikutan yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan. Bahan galian tersebut
dapat tertinggal dalam keadaan sudah tertambang, insitu, maupun sudah terolah.
Pada penambangan endapan emas aluvial di wilayah izin usaha pertambangan dilakukan
secara bertahap dalam beberapa blok, sampai semua kegiatan penambangan dianggap selesai. Akan
tetapi pada beberapa kasus daerah bekas tambang tersebut kemungkinan masih prospek. Kegiatan
penambangan berakhir tidak selalu diakibatkan oleh habisnya cadangan bahan galian layak
tambang, tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain, antara lain oleh kendala teknologi, ekonomi,
politik dan sosial masyarakat.
Oleh karena itu inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas
aluvial perlu dilakukan agar dapat diperoleh data potensi bahan galian secara lengkap sebagai dasar
untuk melakukan evaluasi prospek pengusahaan.
2. Dasar Pemikiran
a) Pada beberapa kasus kegiatan penambangan baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
pelaku usaha pertambangan masih meninggalkan bahan galian.
b) Perlu optimalisasi potensi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial.
c) Perlu adanya pedoman yang jelas tentang inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah
bekas tambang emas aluvial, sebagai acuan dalam pelaksanaan inventarisasi bahan galian
tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial.
3. Tujuan
Pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan pelaku usaha
pertambangan dalam melakukan kegiatan inventarisasi potensi bahan galian tertinggal pada wilayah
bekas tambang emas aluvial.
4. Ruang Lingkup
Pedoman ini memuat aspek teknis inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas
tambang emas aluvial, yang meliputi istilah dan definisi, kriteria bahan galian tertinggal,
karakteristik endapan emas aluvial dan tatacara inventarisasi.
5. Istilah dan Pengertian
a. Bahan galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral, kumpulan mineral, batuan, bijih,
termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral radioaktif yang terjadi secara alami
dan mempunyai nilai ekonomis.
b. Bahan galian yang diusahakan adalah jenis bahan galian yang menjadi komoditas utama yang
sesuai dengan perizinan pada suatu usaha pertambangan.
c. Bahan galian lain adalah endapan bahan galian yang berada di wilayah izin usaha
pertambangan, namun tidak termasuk bahan galian yang diusahakan.
d. Mineral ikutan endapan emas aluvial adalah mineral atau aneka bahan yang sebaran dan proses
pengendapannya (genesa) bersamaan dengan emas.
e. Bahan galian tertinggal adalah bahan galian/endapan berpotensi ekonomi berupa bahan galian
utama, mineral ikutan maupun bahan galian lain pada wilayah bekas pertambangan, dengan
sistem penambangan dan pengolahan tertentu, karena pertimbangan aspek teknis, ekonomi dan
atau sosial belum dimanfaatkan.
Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 1

f.

Endapan emas aluvial adalah emas yang diendapkan bersama dengan endapan gravel hasil dari
proses pengendapan dan pemilahan oleh arus sungai dan gelombang laut.
g. Wilayah bekas tambang adalah daerah dalam suatu wilayah pertambangan yang kegiatan
penambangannya telah dianggap selesai.
h. Inventarisasi bahan galian adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan,
penggambaran, perekaman, pengambilan, manajemen data dan informasi bahan galian baik
yang bersifat primer maupun sekunder.
i. Data dan informasi primer adalah semua data dan informasi, fakta, petunjuk, indikasi yang
didapat dari hasil penyelidikan secara langsung di lapangan dan hasil analisis laboratorium.
j. Data dan informasi sekunder adalah semua data dan informasi, fakta, petunjuk, indikasi yang
didapat dari hasil penyelidikan secara tidak langsung;
k. Penambangan adalah kegiatan yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan bahan galian yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis.
l. Pertambangan adalah kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri
pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran.
m. Tailing adalah bagian dari hasil proses pengolahan bahan galian yang tidak dikehendaki karena
dianggap sudah tidak mengandung mineral berharga lagi.
n. Produk sampingan adalah produksi pertambangan selain produksi utama pertambangan,
merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan dari produksi utama pertambangan.
6. Endapan Emas Aluvial
Karakteristik dari tipe endapan emas aluvial akan menentukan metoda dan sistematika
inventarisasi. Beberapa karakteristik endapan emas aluvial yang dapat dipergunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam melakukan inventarisasi meliputi :
a. tipe endapan.
b. sebaran endapan emas aluvial.
c. bahan penyusun endapan emas aluvial.
6.1. Tipe Endapan Emas Aluvial
Pada umumnya endapan emas aluvial ditemukan dalam bentuk endapan kipas aluvial,
endapan gravel bars, endapan channel, endapan dataran banjir, dan endapan pantai.
a. Endapan kipas aluvial
- Terbentuk pada sungai dengan kemiringan relatif curam dan gradiennya berubah secara
tiba-tiba menjadi landai.
- Bentuk endapan berpola seperti kipas, biasanya terdiri dari endapan gravel yang tidak
terkonsolidasi, terpilah buruk, dengan kandungan lempung sedang sampai tinggi.
- Butiran emas pada umumnya berukuran halus, pipih, dan dijumpai dari permukaan
sampai batuan dasar.
b. Beting kerikil (Gravel Bars)
- Gravel bars mengandung gravel dengan pemilahan sedang, pasiran dan lepas,
- Lapisan tipis kaya emas (paystreak) sering tidak berlanjut dan terbatas berupa akumulasi
dekat permukaan bidang erosi,
- Butiran emas berukuran halus, pipih dapat mengapung di atas air, sangat mudah
tertransport oleh air.
c. Endapan alur (Channel Deposit)
- Endapan berlapis, lepas, pasiran, gravel sangat mudah terendapkan sampai pada batuan
dasar,
- Butiran emas berukuran halus pada bagian dekat permukaan dan bertambah besar
maupun berat di atas batuan dasar,
- Butiran emas berbentuk pipih, kasar dan berupa nuggets kadang-kadang dijumpai dalam
rekahan pada batuan dasar.
d. Endapan Dataran Banjir (Flood Plain Deposit)
- Endapan mempunyai pemilahan buruk dengan kekompakan sedang,
- Perlapisan gravel mengandung matriks lempung dan lanau sampai pada batuan dasar.
- Emas sebagian besar berukuran halus, pipih dan beberapa berukuran kasar pada batuan
dasar.
- Emas berupa nugget (peringkil)kemungkinan dapat juga ditemukan.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 2

e. Endapan pantai
- Endapan bersifat lepas, pasiran dengan pemilahan sedang.
- Paystreak sering ditemukan
- Emas pada umumnya berukuran halus sampai agak kasar
- Emas nugget (peringkil) sering dijumpai pada paystreak.
Pada umumnya pertambangan emas aluvial di Indonesia jarang dilakukan pada endapan
pantai, sehingga pedoman ini lebih dititikberatkan pada endapan hasil aktifitas sungai (fluvial)
yaitu : endapan kipas aluvial, gravel bars deposit, channel deposit, endapan dataran banjir.
6.2. Sebaran Endapan Emas Aluvial
Endapan emas aluvial pada umumnya menempati cekungan Kuarter, berupa lembah
sungai yang membentuk morfologi dataran atau undak. Endapan berupa bahan bersifat lepas,
atau belum terkonsolidasi secara sempurna, berukuran pasir kerakal, dapat berselingan
dengan lapisan lempung dan atau lanau.
Lapisan pembawa emas, berbentuk lapisan tunggal atau perulangan ke arah vertikal dan
lateral teratur sampai tidak teratur, kemiringan relatif datar, ketebalan hingga beberapa meter
dengan kedalaman relatif dangkal. Biasanya butiran emas tersebar secara vertikal dan lateral
tidak teratur (erratic).
Endapan emas aluvial pada lingkungan fluvial dapat berupa endapan sungai tidak aktif dan
sungai aktif.
a) Kondisi endapan emas pada sungai tidak aktif
- batas sebaran endapan emas aluvial insitu, lokasi bekas tambang dan sisa hasil
pengolahan masih mudah diidentifikasi,
- tekstur dan struktur lapisan relatif masih jelas, sehingga memudahkan untuk
membedakan bahan galian insitu dengan hasil pengolahan.
- Endapan pembawa emas umumnya mempunyai lapisan penutup.
b) Kondisi endapan emas pada endapan sungai aktif
- batas sebaran bahan galian endapan insitu, pit dan sebaran tailing pada wilayah
bekas tambang di lembah sungai aktif dipengaruhi oleh aktifitas sungai sehingga
sulit diidentifikasi,
- Endapan pembawa emas umumnya tanpa lapisan penutup.
6.3. Bahan Penyusun Endapan Emas Aluvial
6.3.1. Endapan Pembawa Emas
Endapan pembawa emas aluvial tersusun atas fragmen dan matriks bersifat
lepas dan terpilah buruk sampai baik. Fragmen berukuran kerikil sampai kerakal,
kadang disertai berangkal sampai bongkah, umumnya berbentuk membulat. Matriks
berukuran pasir, terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Jenis mineral berat
tergantung pada jenis batuan induk serta tipe mineralisasi dari endapan emas primernya,
umumnya berupa magnetit dan ilmenit, dan dapat disertai monasit, pirit, arsenopirit,
kasiterit, wolframit, shilit, sinabar, bismuth, galena, platinoid, turmalin, garnet, kromit,
rutil, barit, korundum, zirkon dan limonit. Jenis mineral ringan umumnya feldspar dan
kuarsa.
6.3.2. Mineral ikutan
Mineral ikutan pada endapan emas aluvial berupa fragmen dan matriks, jenis
dan kuantitasnya dipengaruhi oleh batuan asal di bagian hulu dan sekitarnya, tipe
mineralisasi bijih emas primernya serta jenis dan luas sebaran batuan asal endapan
aluvial.
Berdasarkan karakteristiknya, mineral ikutan yang umum terdapat pada
wilayah kerja pertambangan emas aluvial dapat berupa mineral berat berharga dan
aneka bahan (Lampiran).
6.3.3. Bahan Galian Lain
Bahan galian lain pada pertambangan emas aluvial, mengacu pada pedoman
teknis penentuan bahan galian lain dan mineral ikutan pada pertambangan emas aluvial.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 3

Berdasarkan karakteristiknya, bahan galian lain yang umum terdapat pada


pertambangan emas aluvial dapat berupa tanah penutup, batuan beku, pasir kuarsa,
lempung, kaolin, batubara, gambut, sirtu, kayu terkersikkan.

7. Bahan Galian Tertinggal pada Wilayah Bekas Tambang Emas Aluvial


Bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial meliputi :
a. Bahan galian belum terganggu keberadaannya (insitu)
- Bahan galian utama (emas)
- Mineral ikutan (mineral berat berharga dan aneka bahan, seperti dapat dilihat pada
Lampiran).
- Bahan galian lain (tanah penutup, batuan beku, pasir kuarsa, lempung, kaolin, batubara,
gambut, sirtu, kayu terkersikkan)
b. Bahan galian sudah tertambang, umumnya berupa bahan galian lain. (tanah penutup, batuan
beku, pasir kuarsa, lempung, kaolin, batubara, kayu terkersikkan)
c. Bahan galian hasil pengolahan, umumnya berupa tailing dan atau produk sampingan (by
product)
Tailing (emas, mineral berat berharga dan aneka bahan).
Produk sampingan (mineral berat berharga dan aneka bahan).
8. Inventarisasi Bahan Galian Tertinggal pada Wilayah Bekas Tambang Emas Aluvial
Inventarisasi bahan galian tertinggal pada wilayah bekas tambang emas aluvial mengacu
secara umum pedoman inventarisasi yang berkaitan sebelumnya.
Karena kondisi alami sebaran endapan emas aluvial pada wilayah bekas tambang merupakan
sebagian telah dan atau belum tertambang, maka untuk melakukan inventarisasi diperlukan
pemahaman tentang penambangan dan pengolahan emas aluvial.
Inventarisasi meliputi persiapan, pelaksanaan, estimasi sumber daya dan pelaporan hasil
inventarisasi.
8.1. Persiapan Kegiatan
Persiapan kegiatan meliputi :
Pembuatan dan pengiriman surat pemberitahuan/izin kepada pihak pelaku usaha
pertambangan dan
instansi terkait, apabila tidak ada pemegang izin usaha
pertambangan (IUP) maka surat pemberitahuan/izin cukup kepada instansi terkait.
Surat yang dikirimkan tersebut disertai dengan penjelasan rinci tentang rencana
kegiatan.
Konfirmasi jadwal kegiatan dan data yang diperlukan dengan pihak pelaku usaha
pertambangan.
Inventarisasi dan evaluasi data sekunder.
Penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan.
8.2. Pelaksanaan Kegiatan
8.2.1. Pengumpulan Data dan Informasi Sekunder
Data dan informasi sekunder yang diperlukan dalam rangka inventarisasi
berupa data hasil eksplorasi dan eksploitasi. Data tersebut dapat berupa laporan
(hard copy) maupun data digital. Inventarisasi data sekunder dilakukan dengan
beberapa parameter pendataan yang antara lain meliputi data umum, informasi
daerah/wilayah, informasi kegiatan dan informasi bahan galian.
Data tersebut berupa hasil rekaman dalam bentuk tulisan, cetakan maupun
digital seperti laporan, peta, hasil analisis laboratorium yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan geologi, data eksploitasi dan konservasi.
8.2.1.1 Data Umum
Data umum meliputi pendataan :
Laporan : judul laporan, instansi pelapor, penulis laporan, tahun
pelaporan, sumber data, nomor pustaka dan keterangan
Pelaku/pemilik izin usaha pertambangan
Perizinan dan pemilik usaha pertambangan
Legalitas kegiatan
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 4

Sejarah pertambangan
Geologi regional : fisiografi, geomorfologi dan struktur regional
Peta topografi, peta geologi dan citra penginderaan jauh
8.2.1.2. Informasi Daerah/ Wilayah
Informasi daerah/wilayah meliputi :
Lokasi administrasi : nama daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa.
Koordinat wilayah usaha pertambangan
8.2.1.3. Informasi Kegiatan
a) Kegiatan Eksplorasi
Informasi kegiatan ini meliputi :
Tahapan dan metoda eksplorasi.
Waktu dan lama penyelidikan.
Jumlah pemercontoan dan metoda analisis.
Sebaran, tipe endapan, keterdapatan, kualitas, kuantitas dan potensi
dari suatu endapan bahan galian.
Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan lapisan
lainnya.
Struktur, tekstur dan kemas.
Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan
fragmen.
Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir
penyusun fragmen dan matriks.
Analisis mineral butir, meliputi jenis dan proporsi sebaran tiap
mineral, baik mineral berat maupun mineral ringan, serta emas.
Analisis kimia dan atau fisika, untuk menentukan kadar atau kualitas
bahan (matriks dan/ atau fragmen serta bahan galian lain).
Sumber daya dan cadangan emas.
b) Kegiatan Operasi Produksi
Informasi kegiatan operasi produksi meliputi data kegiatan
penambangan, pengolahan dan kegiatan penunjangnya antara lain :
Lokasi penambangan dan pengolahan
Jangka waktu dan waktu efektif kegiatan produksi
Metoda penambangan dan pengolahan
Data produksi, stripping ratio, cut off grade dan tailing
Kapasitas dan jumlah alat penambangan dan pengolahan
Kegiatan penunjang : penanganan tailing, bahan galian tertinggal,
lapisan penutup, reklamasi
Jumlah tenaga kerja
Penanganan sebaran bahan galian tertinggal
8.2.2. Pengumpulan Data dan Informasi Primer
Pelaksanaan inventarisasi berupa kegiatan pengumpulan data primer dapat
dilakukan berupa uji petik lapangan maupun kegiatan eksplorasi sistematis. Masingmasing kegiatan tersebut mempunyai karakteristik, batasan dan parameter tertentu.
Data tersebut berupa hasil penyelidikan langsung di lapangan dan hasil
analisis laboratorium yang dapat memberikan gambaran tentang lapisan sedimen
pembawa dan bukan pembawa emas aluvial, bahan galian tertinggal dan potensi dari
suatu endapan emas aluvial serta Analisis perconto di laboratorium
a). Lapisan sedimen pembawa emas aluvial
Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan lapisan lainnya
Struktur, tekstur dan kemas
Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan fragmen.
Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir penyusun
fragmen dan matriks.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 5

Analisis mineral butir, meliputi jenis dan proporsi sebaran tiap mineral, baik
mineral berat maupun mineral ringan, serta emas.
Analisis kimia dan atau fisika, untuk menentukan kadar atau kualitas bahan
(matriks dan/ atau fragmen serta bahan galian lain).
Sumber daya bahan galian dan mineral ikutan.
b). Lapisan sedimen bukan pembawa emas aluvial berupa bahan galian lain (lapisan
penutup, lapisan antara) ;
Bahan penyusun.
Kuantitas.
Kualitas.
c). Bahan galian tertinggal; apabila kondisi alami sebaran endapan bahan galian
sudah tertambang dan terolah, data inventarisasi meliputi :
Lokasi keberadaan bahan galian
Kondisi sebaran bahan galian
Penanganan bahan galian
Latar belakang penutupan tambang
Latar belakang tertinggal
Bahan galian tertinggal
o Peta sebaran
o Penanganan
o Kondisi sebaran
8.2.2.1 Tahapan Inventarisasi Data
Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dalam tiga tahapan yaitu
persiapan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan.
1. Persiapan
Pembuatan dan pengiriman surat pemberitahuan/izin kepada pihak
pelaku usaha pertambangan dan instansi terkait, apabila tidak ada
pemegang izin usaha pertambangan (IUP) maka surat
pemberitahuan/izin cukup kepada instansi terkait.
Surat yang dikirimkan tersebut disertai dengan penjelasan rinci tentang
rencana kegiatan.
Konfirmasi jadwal kegiatan dan data yang diperlukan dengan pihak
pelaku usaha pertambangan.
Inventarisasi dan evaluasi data sekunder.
Penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Koordinasi dengan pihak pelaku usaha pertambangan untuk
membicarakan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Diskusi yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan
Pengumpulan data sekunder yang ada pada pihak pelaku usaha
pertambangan.
Pengambilan data primer dan perconto di lapangan disertai pihak
pelaku usaha pertambangan berupa :
A. Hasil Kegiatan Eksplorasi :
o Sebaran, tipe endapan, keterdapatan, kualitas, kuantitas dan potensi
dari suatu endapan bahan galian.
o Bentuk dan dimensi sebaran tiap lapisan pembawa emas dan
lapisan lainnya
o Struktur, tekstur dan kemas
o Bahan penyusun fragmen serta bentuk dan tingkat pembulatan
fragmen.
o Analisis ukuran butir, berupa proporsi dari setiap fraksi butir
penyusun fragmen dan matriks.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 6

o Analisis mineral butir, meliputi jenis dan proporsi sebaran tiap


mineral, baik mineral berat maupun mineral ringan, serta emas.
o Analisis kimia dan atau fisika, untuk menentukan kadar atau
kualitas bahan (matriks dan/ atau fragmen serta bahan galian lain).
o Titik informasi : jumlah, kerapatan dan kedalaman.
o sumber daya/cadangan : status endapan, kelas sumber daya, kelas
cadangan dan metoda estimasi
B. Hasil Kegiatan Operasi Produksi :
o Peta tata letak tambang
o Luas tambang,
o Luas daerah belum ditambang,
o Peta sebaran endapan insitu tertinggal
o Lokasi dan penanganan tailing, mineral ikutan dan lapisan
penutup.
o Desain tambang
o Data produksi, stripping ratio, cut off grade dan tailing
o Perolehan penambangan dan pengolahan
o Latar belakang penutupan tambang
o Latar belakang tertinggal
o Peta sebaran bahan galian tertinggal
3. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan berdasarkan hasil inventarisasi dan evaluasi data
sekunder, data primer dan hasil analisis perconto.
8.2.2.2. Uji Petik
Kegiatan uji petik dapat berupa pemercontoan terhadap bahan
galian emas, mineral ikutan dan bahan galian lain.di lapangan untuk
dianalisis di laboratorium, dapat pula berupa pengukuran/pemetaan pada
daerah terpilih dengan sekala lebih besar atau sama dengan 1 : 1.000 untuk
mendapatkan data yang lebih rinci dan akurat.
Hasil kegiatan uji petik tersebut dapat berupa peta hasil
pengukuran/ sketsa singkapan yang dilengkapi dengan hasil analisisnya
untuk melengkapi informasi yang ada.
Dasar Pertimbangan Kegiatan Uji Petik :
Daerah tersebut sudah dipetakan pada sekala lebih besar atau sama
dengan 1 : 5.000.
Hasil analisis tidak sesuai/meragukan apabila dikaitkan dengan kondisi
riil contoh batuan.
Sistim pemercontoan sebelumnya tidak sesuai dengan kaidah dalam
kegiatan eksplorasi.
Sistim pengolahan data tidak menggunakan standar yang baku.
Aspek geologis tidak mencerminkan jenis endapan yang ditemukan.
Penerapan metoda eksplorasi lain yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.
8.2.2.3 Kegiatan Eksplorasi
Dasar Pertimbangan Kegiatan eksplorasi dilakukan apabila :
Daerah tersebut belum pernah dilakukan kegiatan survei sama sekali, bila
pernah dilakukan survei akan tetapi hasilnya belum dapat memberikan
jawaban sesuai dengan target yang diinginkan.
Berdasarkan data sebelumnya daerah yang akan disurvei mempunyai
potensi sumber daya endapan emas aluvial tertinggal yang masih layak
untuk dijadikan target eksplorasi.
Penerapan konsep baru eksplorasi endapan emas aluvial dan bahan galian
tertinggal yang belum dilakukan pada kegiatan eksplorasi sebelumnya.
Kegiatan eksplorasi untuk pencarian mineral logam secara umum
terdiri beberapa tahapan yaitu : Survei Tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 7

dan Eksplorasi Rinci. Masing-masing tahapan kegiatan tersebut mempunyai


batasan dan metoda tersendiri. Dalam hal ini, eksplorasi dilakukan pada
wilayah bekas tambang emas aluvial, dimana indikasi keterdapatan endapan
emas aluvial sudah diketahui, maka tahapan eksplorasi yang dilakukan
dengan menggabungkan tahapan survai tinjau dengan prospeksi dan
tahapan eksplorasi umum dengan rinci.
a) Tahapan Survei Tinjau dan Prospeksi
Tahapan Survei Tinjau dan Prospeksi ini merupakan gabungan
kegiatan survai tinjau dengan prospeksi .
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan membatasi secara
umum suatu endapan emas aluvial yang akan menjadi target eksplorasi
selanjutnya. Parameter yang digunakan mencakup antara lain :
Luas Wilayah : wilayah bekas tambang.
Metoda Eksplorasi : analisis penginderaan jauh, survei geofisika,
pemetaan geologi rinci sekala 1 : 25.000 s/d 1: 10.000.
Pemetaan singkapan dan sebaran aluvial.
Pemetaan bekas tambang, lokasi tailing dan sisa produksi.
Pemerian endapan pembawa emas dan lapisan penutup
Pemercontoan : sari dulang, endapan sungai, paritan uji, sumur uji,
tailing, dan lapisan penutup.
Hasil (output) : peta sebaran endapan aluvial terindikasi mengandung
emas, peta bekas galian/tambang, tailing dan sisa produksi.
b) Tahapan Eksplorasi Umum dan Rinci
Tahapan ini merupakan gabungan kegiatan eksplorasi umum dan
rinci. Tujuannya untuk membatasi daerah prospek secara rinci dalam
bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian yang telah diketahui dari
penyontohan singkapan, paritan, sumur uji dan lubang bor.
Jarak pemercontoan pada tahap ini sudah semakin rapat sehingga
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri lain dari endapan
bahan galian dapat ditentukan dengan akurasi yang tinggi.
Parameter yang digunakan mencakup antara lain :
Luas Wilayah : sangat terbatas
Metoda Eksplorasi : pengukuran topografi dan pemetaan geologi
sangat rinci sekala 1 : 5.000 s/d 1 : 1.000, pembuatan paritan, sumur
dan pemboran uji serta evaluasi.
Kerapatan Titik Pengamatan : rapat dan terpola, pemboran uji dengan
interval 25 - 100 m, contoh aluvial dengan interval 1 0,5 meter dari
paritan, sumur dan pemboran uji.
Hasil (output): uraian rinci tentang keterdapatan, sebaran, jenis bahan
galian, bentuk tiga dimensi endapan bahan galian, sumber
daya/cadangan emas, bahan galian lain dan mineral ikutan, peta
topografi, peta geologi, penampang sumur uji/paritan dan pemboran uji
sekala 1 : 1.000 s/d 1 : 250.
8.3. Estimasi Sumber Daya Bahan Galian Tertinggal
Estimasi sumber daya dilakukan untuk menentukan kuantitas endapan emas
tertinggal, mineral ikutan dan bahan galian lain. Proses estimasi berdasarkan pada data hasil
kegiatan eksplorasi dan atau data sekunder.
Kegiatan pengolahan emas aluvial juga menghasilkan mineral ikutan yang bernilai
ekonomis dan tersimpan pada lokasi tertentu, sehingga dapat dilakukan pengukuran dan
estimasi sumber daya secara langsung.
Berdasarkan kondisi dan keberadaan bahan galian, estimasi sumber daya tertinggal
dikelompokkan ke dalam tiga bagian :
a) Estimasi sumber daya bahan galian insitu.
b) Estimasi sumber daya bahan galian Insitu dan Tertambang.
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 8

c)

Estimasi tailing dan byproduct.


Estimasi sumber daya bahan galian dapat dilakukan berdasarkan data hasil
pengukuran dan pengamatan hasil pemboran, paritan dan sumuran uji. Data mineral ikutan
terekam/tercatat bersamaan dengan analisis kandungan emas, yaitu dari data pemerian
perconto, analisis ukuran butir dan mineral butir. Data bahan galian lain yang keberadaannya
secara stratigrafi di atas lapisan pembawa emas akan tercatat juga dengan kerapatan yang
sama dengan kerapatan data emas.
Estimasi sumber daya bahan galian dapat dikelompokkan sesuai kondisi endapan
sebagai menjadi :
Estimasi Sumber Daya Bahan Galian pada Sungai Tidak Aktif.
Estimasi Sumber Daya Bahan Galian pada Sungai Aktif.
8.3.1. Estimasi Sumber Daya Endapan Emas Aluvial pada Sungai Tidak Aktif
Karakteristik endapan emas aluvial yang dapat dipergunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam melakukan estimasi sumber daya tertinggal yaitu antara lain :
Umumnya endapan emas aluvial dangkal, bersifat agak lepas, dan arah sebaran
lapisan horisontal, sehingga hanya ditambang dengan penambangan terbuka.
Lapisan pembawa emas relatif tipis/beberapa meter, sehingga dinding bukaan/pit
pada lapisan pembawa emas umumnya relatif vertikal.
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diasumsikan bahwa luas permukaan dari
endapan aluvial yang belum terganggu mencerminkan luas dan keberadaan endapan
di bawahnya yang belum terganggu (insitu) pula, sedangkan luas bukaan tambang
dapat mencerminkan sebaran luas endapan yang telah tergali. Oleh karena itu maka
variabel luas (area of influence) sebaran menjadi faktor sangat penting dalam estimasi
sumber daya.
Asumsi tersebut dapat diterapkan apabila endapan emas aluvial terbentuk pada
lembah sungai purba, dimana aktifitas pembentukan endapan emas aluvial sudah
berakhir, lapisan pembawa emas tidak lepas sama sekali (terkonsolidasi lemah) dan
keberadaan sebaran endapan tertinggal tidak terganggu lagi oleh aktifitas fluviatil.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan salah satu cara estimasi sumber daya
menggunakan metode konvensional, yaitu sistem poligon.
8.3.1.1 Estimasi Sumber Daya Insitu
Gambar 1 menunjukkan peta titik bor dan bekas galian tambang dari
data sekunder hasil eksplorasi lengkap, sebaran lokasi titik pemboran rapat
dan teratur. Estimasi sumber daya insitu diperoleh dengan cara menentukan
luas daerah pengaruh dari masing-masing titik bor dikurangi perpotongan
dengan luas bukaan bekas tambang, dengan memperhitungkan faktor
kadar/kualitas, sehingga sumber daya dari masing-masing titik bor dapat
dihitung.
Apabila pada bekas tambang tidak ada data pemboran secara lengkap,
maka sebaran titik bor ditentukan pada saat kegiatan inventarisasi.
Penentuan sebaran titik bor disesuaikan dengan sebaran endapan insitu dan
bukaan bekas tambang yang telah dipetakan sebelumnya. Sumber daya
endapan emas aluvial insitu serta mineral ikutan dan bahan galian lainnya
dapat dihitung, yaitu meliputi daerah sebaran yang dibatasi oleh bukaan
tambang dan batas tepi dari endapan emas aluvial, seperti terlihat pada
Gambar 2.
8.3.1.2 Estimasi Sumber Daya Tertambang
Pada Gambar 2, sumber daya endapan pada galian bekas tambang
dapat diperhitungkan dari luas bukaan tambang dan ketebalan endapan.
Ketebalan endapan dapat ditentukan dengan cara melakukan korelasi dengan
data lokasi titik bor terdekat dan atau pengukuran ketebalan endapan pada
singkapan dinding lubang/pit. Sedangkan pada Gambar 1, data endapan
sebelum terganggu telah tersedia, sehingga sumber daya endapan yang telah
ditambang dan diolah dari kedua kondisi data tersebut dapat dihitung.
8.3.1.3 Estimasi Tailing dan Byproduct

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2- 9

Estimasi tailing dan byproduct sama seperti estimasi sumber daya


tertambang.
Selanjutnya dari hasil penghitungan sumber daya endapan tersebut,
dengan memperhitungkan perolehan penambangan dan pengolahan, serta
kandungan tailing, maka estimasi sumber daya bahan galian tertinggal dari
hasil bukaan tambang dapat ditentukan.

Gambar 1 : Peta bekas tambang dan sebaran titik bor berupa data sekunder

: bekas pit

: sebaran endapan insitu

: titik lokasi bor

Gambar 2 : Peta bekas tambang dan sebaran titik bor hasil kegiatan inventarisasi
8.3.2. Estimasi Sumber Daya Bahan Galian pada Sungai Aktif
Bekas tambang emas aluvial pada daerah aliran sungai masih aktif akan
menghasilkan kondisi dimana batas antara bekas bukaan tambang dan daerah yang
belum terganggu/ belum ditambang menjadi kabur akibat aktifitas sungai. Sehingga
sebaran kandungan emas secara vertikal maupun lateral menjadi sangat tidak teratur.
Oleh sebab itu estimasi sumber daya emas dan mineral ikutan memerlukan tingkat
kerapatan data primer yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai estimasi yang lebih
akurat.
Data sekunder berupa data sejarah pertambangan (Sub bab 8.1.1) menjadi
dasar pertimbangan sangat penting untuk menentukan besaran angka koreksi.
8.3.2.1. Estimasi Sumber Daya Mineral Ikutan Insitu
Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

2 - 10

Sumber daya mineral ikutan dapat diperhitungkan dari sumber daya


endapan aluvial pembawa emas. Proporsi mineral ikutan baik sebagai
matriks maupun fragmen ditentukan saat melakukan pemerian contoh dari
bor, paritan uji dan sumur uji, serta berdasarkan analisis ukuran butir dan
analisis mineral butir, sehingga sumber daya dari sebaran bahan galian
tersebut dapat ditentukan.
8.3.2.2. Estimasi Sumber Daya Bahan Galian Lain
Sebaran perlapisan endapan emas aluvial horisontal, maka ketika
dilakukan pengambilan contoh menggunakan bor, paritan uji dan sumuran
uji, bahan galian lain khususnya yang secara stratigrafi berada di atas lapisan
pembawa emas akan ikut teramati dan tercatat, sehingga tingkat kerapatan
data bahan galian lain tersebut cukup tinggi untuk dipergunakan dalam
estimasi sumber daya.
9. ACUAN
Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
Pengawasan Konservasi Bahan Galian Pertambangan Umum - Lampiran XI;
SNI 13-4726-1998 tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan dan Amandemen 1.
SNI 13-4726-1998 tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan dan Amandemen 1;
SNI 13-5014-1998 tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan Batubara;
Kriteria dan Tata Cara Penetapan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan.
Konsep Pedoman Teknis Penentuan Bahan Galian Lain Dan Mineral Ikutan Pada Pertambangan
Emas Aluvial

Jenis

Mineral berat
berharga

Tabel 1. Jenis Mineral Ikutan


Mineral Ikutan
Batuan Asal
(Ekonomis)
Ultramafik dan
mafik

Kelompok mineral
platina (PGM)

Granitoid,
pegmatite dan
greisen

Kasiterit, monasit,
zirkon, rutil,

Basaltis

Magnetit, ilmenit

Sienitik dan
pegmatit

Zirkon, mineral tanah


jarang termasuk
uranium dan mineral
mengandung thorium

Metamorfik kontakskarn

Scheelite, rutil,
korundum

Kimberlit

Intan

Metamorfik tingkat
tinggi

Rutil, zirkon,
gemstone

Busur serpentin

Karbonatit

Platinum, kromit,
magnetit
Rutil, ilmenit,
magentit, mineral
tanah jarang, uranium,
niobium, thorium,
zirkon

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

Asosiasi Mineral
Olivin, enstatit, plagioklas
basa, kromit, titano-magenit,
ilmenit, spinel, diopsid, augit
Wolframit, potas felspar,
kuarsa, topas, beril,
spodumen, petalit, tourmalin,
tantalite, kolumbit, monasit,
fluorit, spen
Pirobol, plagioklas basa,
apatit
Ilmenit, magnetit, fluorit,
pirobol, potas felspar, apatit,
felspatoid, zirkon
Diopsid, garnet, wolastonit,
kalsit, plagioklas basa,
epidot
Ilmenit, magnetit, garnet,
diopsid, kianit, sfen, apatit
Kianit, pirobol, kuarsa,
silimanit, almandin, garnet,
felspar, apatit
Garnet, piroksen, olivin

Potas felspar, kalsit, pirobol,


garnet, apatit.

2 - 11

Jenis

Batuan Asal

Aneka Bahan

Semua jenis batuan

Mineral Ikutan
(Ekonomis)
pasir kuarsa, pasir,
lempung,
kerikilkerakal, dan batu
mulia
dan
kayu
terkersikkan

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005

Asosiasi Mineral

2 - 12

Anda mungkin juga menyukai