Pemeriksaan Fisik THT
Pemeriksaan Fisik THT
PEMERIKSAAN
TELINGA, HIDUNG
DAN TENGGOROK
Aurikulum
Meatus akustikus eksternus (MAE)
Membrana timpani
MEMBRANA TIMPANI
Posisi
-Membentuk sudut 45 dengan bidang horisontal dan sagital
-Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial daripada tepi atas
-Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal
Warna
-Putih mengkilat seperti mutiara
Ukuran
-Tinggi 9 - 10 mm, lebar 8 - 9 mm
Bentuk
-Oval yang condong ke anterior
Bagian
-Pars Tensa
-Pars Flaksida
PERUBAHAN POSISI
PERUBAHAN STRUKTUR
PELAKSANAAN
A.
B. Cara
Duduk:
Kanan
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V
pada planum mastoid
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE
Kiri
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V
di depan aurikulum
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior
Syarat :
Tempat :
Ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata atau
dilapisi soft board/korden), serta ada jarak sepanjang 6 m.
Penderita (yang diperiksa)
Mata ditutup/dihalangi agar tidak membaca gerak bibir
Telinga yang diperiksa dihadapkan kearah pemeriksa
Telinga yang tak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan menekan-nekan
tragus ke arah MAE oleh pembantu pemeriksa. Bila tak ada pembantu,
telinga ditutup kapas yang di basahi gliserin.
Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan
Pemeriksa :
Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan
paru-paru, sesudah ekspirasi biasa.
Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2
suku kata yang dikenal penderita, biasanya
kata-kata benda yang ada di sekeliling kita.
Kata harus mengandung huruf lunak (frekuensi
rendah) dan huruf desis (frekuensi tinggi)
Teknik Pemeriksaan
Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di
dibisikkan kata lain dalam jumlah yang sama, bila didengar semua
mundur lagi, sampai pada jarak dimana penderita mendengar 80%
kata-kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang dibisikkan), pada
jarak itulah tajam pendengaran telinga yang di tes.
Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang.
HASIL TES
Pendengaran dapat
Pendengaran)
dinilai
secara
kuantitatif
(tajam
KUANTITATIF
Fungsi pendengaran
Suara bisik
Normal
6m
Tuli Ringan
4 m - <6 m
Tuli Sedang
1 m - <4 m
Tuli Berat
<1 m
Tuli Total
Bas
Discant
Huruf lunak
Huruf desis
Mutlak
Untuk percakapan sehari-hari
Caranya :
Tes dikerjakan diruang kedap suara dibisikkan 10
kata-kata, dengan intensitas lebih rendah dari tes
bisik konvensional karena jarak lebih dekat.
Untuk
memperpanjang
jarak
pemeriksa
dapat
Cara :
Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekwensi terendah
berurutan
sampai
dibunyikan
satu
frekwensi
persatu,
tertinggi/
dengan
sebaliknya)
cara
dipegang
Interpretasi
Normal
frekwensi.
Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah
tak terdengar)
Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwensi tinggi
tak terdengar)
Kesalahan : Garpu tala dibunyikan terlalu keras shg tidak
dapat
tak
Interpretasi :
Normal
: Rinne positif
Tuli konduksi
: Rinne negatif
Tuli sensori neural : Rinne positif
Kadang-kadang terjadi false Rinne
(pseudo positif atau pseudo negatif)
terjadi bila stimulus bunyi ditangkap
oleh telinga yang tidak di tes, hal ini
dapat terjadi bila telinga yang tidak dites
pendengarannya
jauh
lebih
baik
daripada yang di tes.
Kesalahan :
Garpu tala tidak diletakkan dengan baik
pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal shg
penderita
tidak
mendengar
atau
getaran terhenti karena kaki garpu tala
tersentuh aurikulum.
Penderita terlambat memberi isyarat
waktu garpu tala sudah tak terdengar
lagi, shg waktu dipindahkan di depan
MAE getaran garpu tala sudah berhenti.
penderita.
Cara :
Garpu
tala
frekwensi
512
Hz
dibunyikan,
kemudian
Interpretasi :
Normal
: tidak ada lateralisasi
Tuli konduksi
: mendengar lebih
keras di
telinga
yang sakit.
Tuli sensori neural : mendengar lebih
keras pada telinga yang sehat.
Karena menilai kedua telinga sekaligus
maka kemungkinannya dapat lebih dari
satu
4. Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran lewat
tulang
antara penderita dengan
pemeriksa.
Cara :
1. Garpu tala frekuensi 512 hz
dibunyikan
kemudian
tangkainya
diletakkan tegak lurus pada planum
mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah
tidak mendengar, secepatnya garpu tala
dipindahkan ke mastoid penderita.
2.
Interpretasi
Normal
: Schwabach normal
Kesalahan
Garpu tala tidak diletakkan dengan
benar, kakinya tersentuh hingga
bunyi menghilang.
Isyarat menghilangnya bunyi tidak
segera diberikan oleh penderita.
Gambar
Tes garputala
Ringkasan
Tuli konduksi
Tes
Normal
Batas Atas
Menurun
Naik
Batas Bawah
Normal
Negatif
Rinne
Positif
Lateralisasi ke sisi
sakit
Weber
Lateralisasri ke sisi
sehat
Memanjang
Schwabach
Memendek
Penulisan Hasil
Simbol telinga kiri
:
AC
X
BC
>
warna hitam/biru
Simbol telinga kanan :
AC
0
BC
<
warna merah
Hasil pembacaan pada audiogram :
1. Pendengaran normal : AC dan BC 20 dB
2. Tuli konduksi
:
AC > 20 dB
BC 20 dB
Ada air bone gap
( tidak berhimpit )
B. Palpasi, perhatikan:
Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os
nasalis)
Ala nasi: Sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi
Regio frontalis untuk sinus frontalis:
C. Perkusi:
Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat
dilakukan dengan perkusi.
Syarat buat palpasi juga berlaku buat perkusi.
RINOSKOPI ANTERIOR
1. Alat:
a.
b.
c.
d.
e.
Memasukkan spekulum
Mulut spekulum dalam keadaan tertutup,
masukkan spekulum kedalam kavum nasi dan
mulut spekulum dibuka pelan- pelan
Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan.
Jika ditutup 100%, maka mungkin ada bulu rambut
yang terjepit dan ikut tercabut.
d. Memeriksa
e.
PEMERIKSAAN
RINOSKOPIA
POSTERIOR
TUJUAN PEMERIKSAAN
Menyinari koane dan dindingdinding nasofaring dengan
cahaya yang dipantulkan oleh
suatu cermin yang ditempatkan
dalam nasofaring.
Alat-alat
Teknik
Penderita yang sangat sensitif, faring
diberikan Xylocain 10%, selama 5
menit. Spatula dipegang dengan tangan
kiri, cermin dengan tangan kanan.
Punggung cermin dipanasi dengan
lampu spiritus sampai suhunya sedikit
diatas 37 derajat C. Temperatur dicek
dengan menyentuhkan pada punggung
tangan kiri.
Posterior Rhinoscopy
Mirror Examination
Nasal
turbinates
Sup. Middle
&Infer
Margo
posterior
Tahap-tahap pemeriksaan:
Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi
(margo
posterior), koane dan tuba
kanan
Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi
(margo posterior), koane dan tuba kiri
Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring
Tahap 4 : Memeriksa kauda konka
inferior
1. Konka
medius
2. Adenoid
3. Konka
superior
4. Margo
posterior
septum nasi
TRANSLUMINASI ( Diaphanoscopia)
Adalah pemeriksaan penerawangan sinus maksilaris dan
sinus frontalis yang dilakukan dikamar gelap, dengan
memakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan
6 volt
Cara melakukan:
Sinus Frontalis:
lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
lampu ditekankan ke arah media-superior
cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan
kiri
Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding depan akan
kelihatan terang
Transluminasi Sinus
Frontalis
Sinus maksilaris
Cara 1:
mulut dibuka lebar-lebar
lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah
inferior
cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan
tangan kiri
Hasilnya:
bila sinus normal, maka Palatum durum homo lateral
tampak terang.
Cara 2:
mulut dibuka
kedalam mulut dimasukkan lampu yang
telah diselubungi tabung gelas
mulut ditutup rapat-rapat
cahaya yang memancar dari mulut dan bibir
atas ditutup dengan tangan kiri
Hasilnya:
pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan
dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti
bulan sabit.
Penilaian:
Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan
antara kiri dan kanan.
Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:
pada pria
-> sinus normal
pada wanita
-> sinus normal/keduanya berisi cairan
(karena tulang tipis)
Bila sama gelap, kemungkinannya:
pada pria
- > sinus normal (karena tulang tebal)
PUNGSI PERCOBAAN
Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat
pungsi yang disebut troicart dan dilakukan melalui
meatus inferior. Bila keluar nanah atau sekret
mukoid, dilanjutkan dengan tindakan irigasi sinus.
X- FOTO RONTGEN
Posisi untuk menilai sinus maksilaris yang baik ialah posisi
water.
Sinus yang gelap berarti sinus yang patologis. Perhatikan
apakah batas-batas sinus (tulang) masih utuh atau tidak.
BIOPSI
Pada sinus maksilaris dapat dilakukan:
1. melalui lubang pungsi pada meatus inferior
2. memakai cara Caldwell- Luc.
OPERASI CALDWELL-LUC
PEMERIKSAAN MULUT,
FARING DAN TONSIL
Pemeriksaan Mulut
Inspeksi, perhatikan :
Ptialismus, Trismus
Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)
Mukosa dan gingiva, misalkan ada ulkus
Gigi atau geraham rusak yang dapat
menimbulkan sinusitis maksilaris (caries
gigi P1, P2, M1, M2, M3 atas) atau
trismus yang disebabkan gigi M3 bawah
yang letaknya miring.
Pemeriksaan Mulut
Lidah : Parese N. XII, atrofi, aftae,
tumor malignan
Palatum durum (torus palatinus),
prosesus alveolaris bengkak oleh
karena radang atau tumor sinus
maksilaris
Pemeriksaan Mulut
Palpasi
Jangan dilupakan bila ada ulkus pada
lidah (karsinoma)
Perkusi
Pada gigi dan geraham, terasa sakit
bila ada radang
Tonsilitis akut
: semua merah,
titik-titik putih pada
tonsil
Tonsilitis Kronik : arkus anterior merah
TONSILITIS
Ucapkan aa,ee
Bergerak-gerak tetap simetris
Ucapkan aa,ee
Palatum mole terangkat ke arah yang sehat,
uvula miring, menunjuk ke arah sehat,
konkavitas, tak simetris
Kondisi di atas dapat karena tumor nasofaring
atau
paresa N.X
Paresis bilateral
Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh
tidak sensitif dan reflek muntah hilang
Paresis Unilateral
Bila disentuh muncul gerakan yang bergerak
hanya faring yang sehat.
Pemeriksaan
Laring
Pemeriksaan
Dari Luar
Inspeksi :
Diperhatikan warna dan keutuhan
kulit, serta benjolan yang ada pada
daerah leher disekitar laring. Suatu
benjolan yang mengikuti gerakan
laring adalah struma dan kista
duktus tireoglossus.
Laringosk
opi
Indirekta
Syarat syarat :
Harus ada jalan yang lebar buat
cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dari faring ke laring. Untuk
keperluan itu maka lidah harus
dikeluarkan, sehingga radiks linguae
yang menutup jalan itu bergerak
keventral.
Alat Alat :
Cermin laringoskop yang
besar
Lampu spiritus
Larutan Xylocain 10% buat
faring yang sensitif
Kain kasa yang dilipat
Tahap Tahap
Pemeriksaan :
Pelaksanaan :
Anaestesi faring dengan Xylocain
10%. Pada umumnya anaestesi
ini tidak diperlukan, kecuali
untukfaring yang sangat sensitif.
Pemeriksaan dapat dimulai kira
kira 10 menit setelah
disemprotkan larutan Xylocain
10%.
Tahap 1 : radiks
lingue,epiglotis dan sekitarnya
Kelihatan gambar dari radiks linguae,
epiglotis yang menutup introitus
laringis, plika glossoepiglotika, valekula
kiri dan kanan.
Perhatikan anatominya
Perhatikan patologinya: udem dari
epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum.
Gambar laring
Perhatikan patologianatominya
Radang :
- Laringitis akut(semua merah)
- Laringitis kronis(sedikit merah atau
yang
merah hanya korda
vokalis saja)
Ulkus :
Laringitis TBC berupa erosi ulkus
pada komisura posterior dan erosi
ulkus pada korda vokalis.
Epiglotis berupa udem, infiltrat,
ulkus.
Karsinoma
Jantung :
Corbivinum, perikarditis, mitral
insufisiensi,stenosis
Nefritis, diabetes
Fiksasi dari aritenoid :
Karsinoma aritenoid.
Perhatikan : anatomi,
patologi mukosa, warna
mukosa, sekret regio
subglotik,udem, tumor.
LARINGOSKOPIA DIREKTA
Maksudnya adalah
Melihat laring secara
langsung tanpa cermin
tetapi dengan perantaraan
alat yang disebut
laringoskop.
Laringoskop yang
digunakan
a. Laringoskop kaku,yaitu :
Endoskop model Brunings,
jackson,
Mc.intosh, Mc.Gill
Sumber cahaya : Brunings
proximal,
Jackson distal
Teknik
Penderita ditidurkan terlentang diatas
meja periksa
Pemeriksaan baru dapat dimulai kira kira 10 menit setelah ke dalam faring
dan laring diseprotkan Xylocain 10% ( +
10 semprot)
Pipa Laringoskop dimasukkan sampai
introitus laringis
Memperhatikan gambar laring seperti
pada laringoskop indirek
PEMERIKSAAN KELENJAR
LEHER
X-FOTO RONTGEN
Indikasi
Fraktur laring
Karsinoma laring:
Untuk melihat pasage yang masih ada
Untuk melihat luasnya tumor
Macam pemeriksaan:
Foto leher PA/lateral soft tissue
Laringogram dengan menggunakan kontras
Tomogram
Terima Kasih