Anda di halaman 1dari 11

8 PERTANYAAN TENTANG

KORUPSI MENURUT JACOB


SVENSSON DALAM JURNAL OF
ECONOMICS PERSPEKTIVE
OLEH:
YULIUS SELSUS NESI : 12.60.0217
KEVIN TANUWIJAYA :
BERNABAS OLLA : 12.60.0236

GAMBARAN UMUM
Dalam jurnal ekonomi yang dibuat oleh Jacob Svensson
ini berbicara tentang korupsi di berbagai belahan dunia
yang berangkat dari 8 pertanyaan mendasar ini yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1. Apa itu Korupsi?


Jacob Devensson memdefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan aset publik untuk
kepentingan pribadi. Jacob Devensson menekankan tentang penyalahgunaan sebagai
bentuk pelanggaran yang tidak sesuai dengan standar hukum. Jacob Devensson
memberikan contohnya seperti penyuapan, uang pelicin dan penyelewangan anggaran
pemerintah. Korupsi juga muncul karena lemahnya regulasi hukum yang ada, kebijakan
pemerintah yang buruk. Imbasnya korupsi kemudian dilihat sebagai sebuah keharusan yang
bisa diidentikkan dengan pajak atau biaya setiap kali seseorang akan melakukan kegiatan
yang ada hubungannya dengan pemerintah. Maka kemudian ada sinkronisasi antara pihak
swasta dan pemerintah di mana pemerintah menyediakan apa yang diinginkan swasata dan
pihak swasta harus menyediakan modal (suap) untuk mendapatkan apa yang disediakan
oleh pemerintah itu. Menyuap juga bisa dilakukan pada saat kampanye dengan maksud agar
ketika yang disuap berhasil maka yang menyuap pun meraup keuntungan. Jacob Devensson
membedakan antara lobi dan suap:
- Lobi lebih condong pada upaya untuk mempengaruhi di masa mendatang sedangkan suap
terjadi pada saat kesepakatan
- Lobi cenderung bersifat permanen sedangkan suap lebih bersifat temporal
- Lobi lebih tergantung pada pemerintah untuk memutuskan sedangkan suap lebih
bergantung pada seberapa besar dana yang disiapkan oleh penyuap
Jacob Devensson kemudian memberikan penjelasan bahwa suap adalah bentuk yang paling
sama dengan korupsi.

2. Negara mana yang paling


Korup?
Menurut Jacob Devensson untuk mengukur negara
mana yang paling korup sangatlah sulit. Akan tetapi
ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur hal ini yaitu:
- Pemerintahan yang memberlakukan peraturan untuk
pembayaran khusus dan sejauh mana ada transaksi
ilegal yang ada di setiap instansi pemerintahan
- Tingkat toleransi terhadap aktivitas korupsi
- Tingkat pengendalian korupsi
Dari tiga indikator ini kemudian disimpulkan bahwa
negara yang paling korup ada pada negara-negara
berkembang dan negara-negara miskin.

3. Apakah Yang Menjadi Karakteristik


Umum Dari Negara Yang Tingkat
Korupsinya Tinggi?
Negara yang tingkat korupsinya tinggi adalah negara-negara berkembang
atau transisi. Dengan sedikit pengecualian, negara-negara yang paling korup
memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Semua negara yang korup
memiliki sistem ekonomi yang tertutup, kecuali Indonesia. Ukuran untuk
mengetahui sistem ekonomi "tertutup" ada lima yaitu: 1) rata-rata tingkat
tarif pajak di atas 40 persen eksport; 2) pajak non tarif untuk semua barang
impor; 3) sistem ekonomi sosialis; 4) negara memonopoli ekspor utama; dan
5) premi yang pasar gelap melebihi 20 persen selama 1970-an atau 1980-an.
Setelah melakukan penelitian kemudian didapatkan beberapa kesimpulan ini:
Pertama, negara kaya memiliki tingkat korupsi yang rendah. Kedua, korupsi
sangat bervariasi di seluruh negara. Hubungan yang kuat antara pendapatan
dan korupsi konsisten dengan teori-teori korupsi yang berpendapat bahwa
kualitas lembaga dibentuk oleh faktor-faktor ekonomi. Namun, itu adalah tes
yang lemah dari teori ini, karena pembangunan ekonomi tidak hanya dapat
membuat permintaan untuk pemerintahan yang baik dan perubahan
kelembagaan, tetapi juga mungkin fungsi kualitas lembaga itu sendiri.

4. Berapa Besar Korupsi yang


dilakukan?
Peringkat negara-negara yang banyak atau
kurang korup didasarkan pada pertimbangan
subyektif dan dengan demikian tidak dapat
digunakan untuk menghitung besarnya korupsi.
Meskipun demikian, hasil penelitian memberikan
sebuah gambaran suram tentang dunia swasta di
salah satu negara di sub Sahara Afrika dalam 1015 tahun. Lebih dari 80 persen dari perusahaan di
Uganda melaporkan perlu membayar suap untuk
pemerintah agar bisa menjalankan usahanya.
Korupsi juga paling banyak terjadi pada sektor
pengadaan barang dan jasa.

5. Apakah gaji yang lebih tinggi


untuk kalangan birokrat akan
mengurangi korupsi?
Negara-negara
pendonor dan organisasi
internasional secara rutin merekomendasikan
perang terhadap korupsi dengan membayar
upah yang lebih tinggi untuk pekerja publik.
Pada satu sisi upah yang tinggi akan menekan
korupsi tapi pada titik yang lain bila penegakan
hukum terhadap tindakan suap masih lemah
maka hal ini akan melemahkan hipotesis yang
ada. Contohnya bila pemberi suap menawarkan
sejumlah uang yang lebih tinggi dari gaji maka
hal ini akan juga memicu korupsi.

6. Dapatkah kompetisi mengurangi


korupsi?
Pendekatan lain yang umum untuk
mengontrol
korupsi
adalah
meningkatkan kompetisi di antar
perusahaan. Argumennya adalah
dengan kompetisi maka profit yang
didapatkan pasti akan menurun
sehingga tidak ada khusus yang
digunakan untuk suap.

7. Apakah ada kesuksesan dalam


upaya untuk memerangi korupsi?
Kebanyakan program anti korupsi bergantung pada
hukum dan financial lembaga peradilan, polisi dan
financial auditor untuk menegakkan dan memperkuat
akuntabilitas dalam sektor publik. Asumsinya adalah
bahwa lebih dan lebih baik penegakan aturan dan
peraturan akan mengurangi korupsi. Namun, di
banyak negara-negara miskin, lembaga-lembaga
hukum dan financial lemah dan sering merusak diri
mereka sendiri. Dalam pengaturan ini, menyediakan
lebih banyak sumber daya untuk lembaga-lembaga
penegakan hukum mungkin menjadi solusi yang tepat
untuk masalah korupsi.

8. Apakah korupsi selalu memberi


efek negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi?

Korupsi dibayangkan bisa memiliki efek positif pada


pertumbuhan ekonomi. Para pendukung "efficient korupsi"
mengklaim bahwa penyuapan memungkinkan perusahaanperusahaan perlindungan dari gangguan ekonomi oleh birokrasi
dan hukum yang buruk, kaku. Namun, argumen ini biasanya
mengambil distorsi dielakkan oleh tindakan korup seperti yang
diberikan. Dalam kebanyakan kasus, distorsi dan korupsi
disebabkan oleh atau merupakan gejala, bawaan yang sama
atas faktor-faktor yang mendasari. Dalam kebanyakan teori
yang menghubungkan korupsi untuk pertumbuhan ekonomi
yang lebih lambat, tindakan korup dengan sendirinya tidak
memaksakan biaya sosial yang besar. Sebaliknya, kerugian
sosial utama dari korupsi berasal dari upaya untuk menopang
dari inefficient firms sebaiknya digunakan untuk pengembangan
ketrampilan, teknologi dan modal perusahaan itu sendiri.

Kesimpulan
Kesimpulan dalam tulisan ini, Jacob svensson yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang korupsi memberikan kesimpulan
bahwa Jawaban sering tidak jelas, dan ada banyak isu-isu tentang
korupsi yang hanya sedikit diketahui. Studi mengenai korupsi
berkembang dalam tiga bidang yang penting. Menggunakan dua
indikator subjektif korupsi lainnya menghasilkan, spesifikasi dan hasil
yang signifikan dari pertumbuhankorupsi. Namun, indikator ini diukur
pada akhir periode sampel, sehingga membuatnya lebih sulit untuk
menggambakanr kausalitas interpretasi dari korupsi untuk
pertumbuhan ekonomi. Pertama dan paling mendesak, ada banyak
bukti tentang bagaimana untuk memerangi korupsi. Pendekatan
tradisional untuk memperbaiki tata kelola telah menghasilkan hasil
yang agak mengecewakan, eksperimentasi dan evaluasi dari alatalat baru untuk meningkatkan akuntabilitas harus ada di garis depan
penelitian pada korupsi. Kedua, efek diferensial korupsi adalah area
penting bagi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai