Anda di halaman 1dari 19

DIAZEPAM

STRUKTUR KIMIA(1)
Diazepam adalah suatu benzodiazepin derivative. Nama kimia diazepam adalah 7 Chloro - 1,3
dihydro 1 methyl 5 phenyl 2H 1,4 benzodiazepin 2 1 merupakan suatu campuran
dari kristal berwarna kuning jernih, tidak dapat larut didalam air. Rumus empirisnya
C16H13CIN2O dengan bobot molecular 284.75.
Rumus Bangun

FARMAKODINAMIK 1,3,4,5,6)

Susunan Saraf Pusat


Diazepam bekerja pada sistem limbik, thalamus dan hipotalamus, dengan efek utamanya sedasi,
hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi.
Pada jaringan perifer mempunyai dua efek yaitu vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis
terapi secara intravena dan blokade neuromuscular yang hanya terdapat pada pemberian dosis
sangat tinggi.
Diazepam bekerja pada reseptor GABA dan SSP dimana Asam Gamma Amino Butirat adalah
penghambat neurotransmitter yang utama pada SSP. Diazepam merupakan potensiasi inhibisi
neuron dengan asam amino butirat. Pada penelitian elektrofisiologi menunjukkan bahwa
diazepam menguatkan transmisi GABAergik pada semua tingkat neuroaksis yang mencakup
medulla spinalis, hipokampus, substansia nigra, korteks serebelli dan korteks serebri.
Peningkatan dosis diazepam menyebabkan depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hipnosis
dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini sering dinyatakan sebagai efek anestesi, tapi obat ini
tidak benar-benar memperlihatkan efek anestesi umum yang spesifik karena kesadaran penderita
biasanya tetap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai.
Tapi pada dosis preanestetik, diazepam menimbulkan amnesia bagi kejadian yang berlangsung
setelah pemberian obat (Amnesia Anterograd).
Jika diazepam akan digunakan sebagai anestesi umum untuk pembedahan, diazepam harus
dikombinasikan dengan obat pendepresi SSP lain. Diazepam bekerja selektif dalam
menghilangkan kejang epileptik grandmal dan status epileptikus.

Otot
Diazepam menginduksi hipotonia otot tanpa menggangu gerak otot normal. Obat ini juga dapat
melemaskan otot skelet yang spastik, dengan cara meningkatkan
inhibisis presinaptik dalam sumsum tulang. Diazepam mengurangi kekakuan pada penderita
cerebral palsy.

Efek relakson otot diazepam 10 kali lebih selektif dibandingkan meprobomat.


Pernafasan
Diazepam hanya berefek sedikit pada pernafasan. Dosis hipnotik tidak berefek pada pernafasan
orang normal. Diazepam dosis preanastetik mendepresi ringan ventilasi alveolar dan
menyebabkan asidosis respiratorik, lebih dikarenakan perangsangan hipoksia dari pada karena
penurunan rangsangan hiperkapnia.
Diazepam yang diberikan sewaktu anestesi atau diberikan bersama opioid dapat menyebabkan
apnea. Gangguan pernafasan yang berat pada intoksikasi diazepam hanya terjadi pada penderita
yang juga mendapat pendepresi SSP lain terutama alkohol.

Kardiovaskular
Efek diazepam pada sistem kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada intoksikasi berat. Pada
dosis anestesi diazepam dapat menurunkan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut
jantung.

Saluran Cerna
Diazepam diperkirakan dapat menyembuhkan berbagai gangguan saluran cerna yang dihubungan
dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan sekresi cairan lambung waktu
malam.

FARMAKOKINETIK(1,3,5,6)

Absorbsi
Diazepam diabsorbsi secara sempurna setelah pemberian oral, kadar plasma puncaknya dicapai
dalam waktu 0,5 0,8 jam. Diazepam mempunyai masa paruh yang bertambah panjang dengan
meningkatnya usia yaitu pada usia 20 tahun, kira-kira 20 jam dan kira-kira 90 jam pada usia 80

tahun. Bersihan plasma hampir konstan (20-32 ml/ menit) karena itu pemberian diazepam jangka
lama tidak memerlukan koreksi dosis.

Distribusi
Volume distribusi pada steady state 1,11/ kg. Diazepam dalam bentuk non ionic memiliki
koefisien distribusi lemak : air yang sangat tinggi. Namun sifat lipofiliknya dapat bervariasi lebih
dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elektronegativitasnya. Redistribusi diazepam
dipengaruhi oleh sirkulasi enterohepatik.

Metabolisme
Diazepam dimetabolisme secara ekstensif oleh beberapa sistem enzim mikrosom hati menjadi
senyawa yang aktif kemudian bersama dengan metabolit aktifnya terikat dengan protein plasma,
kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya. Berkisar antara 99%.

Ekskresi
Diazepam dikeluarkan dalam urine sebagai metabolit glukoronat atau metabolit oksidasi.

INDIKASI(3,4,5,6)
1. Mengobati insomnia.
2. Menghilangkan ansietas.
3. Sebagai sedatif dan hipnotik pada anesthesia IV.
4. Mengobati spasme otot skelet pada kaku otot.
5. Sebagai obat medikasi preanestesi dan anestesi.
6. Mengendalikan kejang pada epileptik grandmal dan status epileptikus.
7. Pengobatan akut pada putus alkohol.
8. Sedasi pasca bedah.

9. Menghilangkan halusinasi karena ketamin.


10. Sedasi basal pada anestesi regional.
11. Mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi lokal.

KONTRA INDIKASI2,4,6)
1. Penderita myastenia gravis.
2. Penderita yang hipersensitifitas terhadap obat golongan benzodiazepin.
3. Tidak dianjurkan untuk digunakan terhadap anak berusia < 6 bulan.
4. Penderita glaukoma sudut tertutup yang akut.
5. Tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita dalam trimester pertama kehamilan karena
dapat beresiko cacat sejak lahir.

EFEK SAMPING(2,4,6)
1. Kardiovaskular

: Bradikardi, hipotensi, sakit dada.

2. Pulmoner

: Depresi pernafasan.

3. SSP

: Mengantuk dan bingung merupakan efek samping


yang paling sering, sakit kepala, vertigo, ataksia,
disartria, amnesia anterograd, inkoordinasi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan
koordinator motorik.

4. Mata

: Pandangan kabur, diplopia.

5. Gastro Intestinal

: Mual, muntah, diare, sakit epigastrik.

6. Otot

: Lemah badan, sakit sendi.

7. Gastro Urologi

: Inkontinensia urine.

8. Kulit

: Ruam kulit.

9. Diazepam dengan efek antikonvulsan kadang malahan dapat meningkatkan frekuensi


bangkitan kejang pada penderita epilepsy.

10. dapat menimbulkan efek psikologik paradoks yaitu mimpi buruk dan halusinasi.
11. Menyebabkan ketergantungan pada pemakaian jangka lama.
12. dapat menimbulkan gejala putus obat seperti tremor, anoreksia, pusing, berkeringat,
mimpi buruk bila pemakaian obat jangka lama dihentikan tiba-tiba.
13. Perubahan ringan pada gambaran EEG, aktivitas cepat bervoltase rendah pernah
ditemukan pada pasien setelah dan selama terapi dengan diazepam.
14. Perubahan dalam libido.
15. Pernah dilaporkan terjadi lekopenia, jaundice dikarenakan adanya gangguan pada fungsi
hati.
16. Bisa terjadi trombosis vena dan flebitis pada tempat suntikan bila dicampur dengan
larutan lain.
17. Mengantuk dapat kembali terjadi setelah dosis diberikan karena resirkulasi enterohepatik.

INTERAKSI OBAT(4,6)
1. Efek sedatif dan depresi sirkulasi dipotensiasi oleh opioid, alkohol dan pendepresi SSP
lain.
2. Eliminasi diazepam dikurangi oleh pemakaian simetidin.
3. Mengurangi kebutuhan akan anestetik volatile.
4. Efek diazepam diantagonisir oleh flumazenil.
5. Pemakaian bersama klozapin, lithium, omeprazole, asam valproat akan mengakibatkan
efek inhibisi terhadap efektifitas diazepam.
DOSIS(2,4,5,6)
1. Dosis diazepam untuk induksi adalah 0,1 0,5 mg/kgBB.
2. Pada orang sehat dosis diazepam 0,2 mg/kgBB untuk medikasi preanestetik yang
diberikan bersama narkotika analgesik sudah menyebabkan tidur.
3. Pada penderita dengan resiko tinggi (poor risk) hanya dibutuhkan 0,1 0,2 mg/kgBB.
4. Untuk sedasi basal, penambahan 2,5 mg diazepam tiap 30 detik diberikan sampai
penderita yidur ringan atau terjadi nistagmus, ptosis atau gangguan bicara, umumnya
dibutuhkan 5 30 mg untuk sedasi ini.
5. Untuk sedasi pada analgesia regional 5 10 mg.

6. Pemakaian pada gejala withdrawal alkohol akut adalah 10 mg/3-4 kali sehari untuk 24
jam pertama, kemudian dikurangi menjadi 5 mg/3-4 kali sehari, atau sesuai kebutuhan.
7. Untuk pemakaian pada anak-anak dianjurkan untuk memakai dosis terendah dan dosis
dinaikkan perlahan-lahan apabila benar-benar dibutuhkan. Dosis pemberiannya adalah : 1
2,5 mg/3-4 kali sehari.

SEDIAAN(4)
Diazepam tersedia dengan nama generic valium, bentuk sediaan yang bisa ditemukan antara
lain :
Sediaan oral = tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg ; larutan oral 5 mg/5 ml dan 5 mg/ml.
Sediaan oral lepas lambat = kapsul 15 mg.
Sediaan parenteral = suntikan 5 mg/ml.
Midazolam7
Midazolam pertama kali dibuat pada tahun 1976 oleh Fryer dan Walser. Midazolam
merupakan water soluble benzodiazepine yang terikat dalam albumin plasma. Akumulasi terjadi
pada hepar yang sakit oleh karena metabolismenya terjadi di hepar.
Midazolam memiliki nama dagang Versed ( US Brand name ), Hipnovel, dan Dormicum.
Midazolam adalah derivat benzodiazepine yang memiliki mas kerja sangat pendek.
/

Systematic (IUPAC) name


8-chloro-6-(2-fluorophenyl)-1-methyl-4H-imidazo[1,5-a][1,4]benzodiazepine

FARMAKOLOGI(7,8,9)
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin imidazole
yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah menggantikan diazepam
selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat. Selain itu affinitas terhadap reseptor
GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam. Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding
efek sedasi sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan
yang terjadi selama beberapa jam.
Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka dan tetap larut
dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan pH sehingga cincin akan
menutup dan obat akan menjadi larut dalam lemak. Larutan midazolam dapat dicampur dengan
ringer laktat atau garam asam dari obat lain.

FARMAKOKINETIK(7,8,9)
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah otak.
Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol dan thiopental. Hanya 50% dari
obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang
tinggi. Sebagian besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan protein. Waktu
durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke
jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat.
Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam, lebih pendek daripada waktu paruh
diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. Pada
pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan
dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada CNS akan lebih
pendek dibanding diazepam.
Awitan aksi : IV 30 detik-1 menit; IM 15 menit; PO/rektal menit; intranasal < 10 menit;
intranasal < 5 menit
Efek Puncak : IV 3-5 menit; IM 15-30 menit; PO 30 menit; intranasal 10 menit; rektal 20-30
menit
Lama aksi : IV/IM 15-80 menit; PO/rectal 2-6 jam
Interaksi/toksisitas : Efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh alkohol, narkotik,
sedatif,anestesik volatil, menurunkan MAC untuk anestesik volatil; efeknya diantagonis oleh
flumazenil.
Metabolisme
Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cytochrome P-450 usus
halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit utama yaitu 1-hidroksimidazolam
yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit ini dengan cepat dikonjugasi dengan asam
glukoronat menjadi 1-hidroksimidazolam glukoronat yang dieskresikan melalui ginjal. Metabolit
lainnya yaitu 4-hidroksimidazolam tidak terdapat dalam plasma pada pemberian IV.

Metabolisme midazolam akan diperlambat oleh obat-obatan penghambat enzim sitokrom


P-450 seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, obat anti jamur.Kecepatan klirens
hepatic midazolam lima kali lebih besar daripada lorazepam dan sepuluh kali lebih besar
daripada diazepam.
INDIKASI(7,9)
* Intramuskular atau intravena untuk sedasi pra operasi / anxiolysis / amnesia;
* Intravena sebagai agen untuk sedasi / anxiolysis / amnesia sebelum atau selama prosedur
diagnostik, terapeutik atau endoskopi, seperti bronkoskopi, gastroskopi, cystoscopy, angiografi
koroner dan kateterisasi jantung, onkologi prosedur, prosedur radiologis, jahitan dari luka dan
prosedur

lainnya

baik

sendiri

atau

dikombinasikan

dengan

depresan

SSP

lain;

* Intravena untuk induksi anestesi umum, sebelum pemberian agen anestesi lain. Dengan
penggunaan narkotik premedikasi, induksi anestesi dapat dicapai dalam rentang dosis yang
relatif sempit dan dalam waktu singkat. Midazolam intravena juga dapat digunakan sebagai
komponen

suplementasi

intravena

nitrous

oxide

dan

oksigen

(anestesi

seimbang);

* Infus intravena terus menerus untuk sedasi pasien intubasi dan ventilasi mekanik sebagai
komponen anestesi atau selama perawatan dalam pengaturan perawatan kritis.
KONTRAINDIKASI(7,9)
1. Midazolam merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipersensitivitas dikenal
untuk obat. Benzodiazepines kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma sudut
sempit akut. Benzodiazepine dapat digunakan pada pasien dengan glaukoma sudut
terbuka-hanya jika mereka menerima terapi yang sesuai. Pengukuran tekanan
intraokular pada pasien tanpa penyakit mata menunjukkan induksi berikut moderat
2.
3.
4.
5.
6.

menurunkan dengan midazolam.


Kehamilan
Hipersensitif
Syok
Hipotensi
Pemakai narkoba

PENGGUNAAN KLINIK(7,8,9)

Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik sebagai sedasi
dan induksi anestesia. Midazolam juga memiliki efek antikonvulsan sehingga dapat digunakan
untuk mengatasi kejang grand mal.
a) Premedikasi
Sebagai premedikasi midazolam 0,25 mg/kg diberikan secara oral berupa sirup (2 mg/ml)
kepada anak-anak untuk memberiksan efek sedasi dan anxiolisis dengan efek pernapasan yang
sangat minimal. Pemberian 0,5 mg/kg IV 10 menit sebelum operasi dipercaya akan memberikan
keadaan amnesia retrograd yang cukup.
b) Sedasi intravena
Midazolam dosis 1-2,5 mg IV (onset 30-60 detik, waktu puncak 3-5 menit, durasi 15-80
menit) efektif sebagai sedasi selama regional anestesi. Dibanding dengan diazepam, midazolam
memiliki onset yang lebih cepat, amnesia yang lebih baik dan sedasi post operasi yang lebih
rendah namun waktu pulih sempurna tetap sama. Efek samping yang ditakutkan dari midazolam
adalah adanya depresi napas apalagi bila diberikan bersama obat penekan CNS lainnya.
c) Induksi anestesi
Induksi anestesi dapat diberikan midazolam 0,1-0,2 mg/kg IV selama 30-60 detik.
Walaupun thiopental memberikan waktu induksi lebih cepat 50-100% dibanding midazolam.
Dosis yang digunakan akan semakin kecil apabila sebelumnya diberikan obat penekan CNS lain
seperti golongan opioid. Pasien tua juga membutuhkan lebih sedikit dosis dibanding pasien
muda.
d) Rumatan anestesi
Midazolam dapat diberikan sebagai tambahan opioid, propofol dan anestesi inhalasi
selama rumatan anestesi. Pemberian midazolam dapat menurunkan dosis anestesi inhalasi yang
dibutuhkan. Sadar dari post operasi dengan induksi midazolam akan lebih lama 1-2,5 kali
dibanding penggunaan thiopental sebagai induksi.
e) Sedasi post operasi

Pemberian jangka panjang midazolam secara intravena (dosis awal 0,5-4 mg IV dan dosis
rumatan 1-7 mg/jam IV) akan mengakibatkan klirens midazolam dari sirkulasi sistemik lebih
bergantung pada metabolisme hepatik. Efek farmakologis dari metabolit akan terakumulasi dan
berlangsung lebih lama setelah pemberian intravena dihentikan sehingga waktu bangun pasien
menjadi lebih lama. Penggunaan opioid dapat mengurangi dosis midazolam yang dibutuhkan
sehingga waktu pulih lebih cepat. Waktu pulih akan lebih lama pada pasien tua, obese dan
gangguan fungsi hati berat.
f) Gerakan pita suara paradoks
Gerakan pita suara paradoks adalah penyebab nonorganik obstruksi saluran napas atas
dan stridor sebagai manifestasi post operasi. Midazolam 0,5-1 mg IV mungkin efektif untuk
mengatasinya.
EFEK SAMPING(7,8,9)
Midazolam tidak harus digunakan tanpa individualisasi dosis terutama bila digunakan
dengan obat lain yang mampu menghasilkan depresi sistem saraf pusat. Sebelum midazolam
intravena dalam dosis apapun, segera ketersediaan oksigen, obat pernafasan, usia dan ukuran
peralatan yang sesuai untuk tas / katup / mask ventilasi dan intubasi, dan personel yang terampil
untuk pemeliharaan jalan napas paten dan dukungan ventilasi harus dijamin. Pasien harus terus
dipantau dengan beberapa alat deteksi untuk tanda-tanda awal hipoventilasi, obstruksi jalan
napas, atau apnea, yaitu, oksimetri pulsa. Hipoventilasi, obstruksi jalan napas, dan apnea dapat
menyebabkan hipoksia dan / atau serangan jantung kecuali tindakan pencegahan yang efektif
segera diambil. Ketersediaan segera agen pembalikan tertentu (flumazenil) sangat dianjurkan.
Tanda-tanda vital harus terus dipantau selama periode pemulihan. Karena midazolam
intravena menekan respirasi dan karena agonis opioid dan obat penenang lainnya dapat
menambah depresi ini, midazolam harus diberikan sebagai agen induksi hanya oleh orang yang
terlatih dalam anestesi umum dan harus digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia hanya di
hadapan tenaga terampil dalam deteksi dini hipoventilasi, mempertahankan jalan napas paten dan
mendukung ventilasi. Ketika digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia, midazolam harus
selalu dititrasi perlahan-lahan pada pasien dewasa atau anak. peristiwa hemodinamik samping

telah dilaporkan pada pasien pediatrik dengan ketidakstabilan kardiovaskular; pemberian


intravena cepat juga harus dihindari pada populasi .Pasien Pediatri untuk informasi lengkap
Reaksi seperti agitasi, gerakan tak terkendali (termasuk tonik / gerakan klonik dan tremor otot),
hiperaktif, dan combativeness telah dilaporkan di kedua dewasa dan pasien anak. Reaksi-reaksi
ini mungkin karena dosis yang tidak memadai atau berlebihan atau administrasi yang tidak benar
dari midazolam, namun, pertimbangan harus diberikan untuk kemungkinan hipoksia otak atau
reaksi paradoksal benar. Jika reaksi tersebut terjadi, respon terhadap setiap dosis midazolam dan
semua obat-obatan lainnya, termasuk obat bius lokal, harus dievaluasi sebelum melanjutkan.
Pembalikan tanggapan tersebut dengan flumazenil telah dilaporkan pada pasien anak.
Penggunaan bersamaan dari barbiturat, alkohol atau depresan sistem saraf pusat dapat
meningkatkan risiko hipoventilasi, obstruksi saluran napas, desaturation, atau apnea dan dapat
menyebabkan mendalam dan / atau efek obat yang berkepanjangan. Narkotika premedikasi juga
menekan respon ventilasi terhadap rangsangan karbon dioksida.
Pada anak-anak memerlukan dosis yang lebih rendah, maupun tidak obat penenang
seiring telah diberikan. Dewasa atau pasien anak dengan PPOK yang luar biasa sensitif terhadap
efek depresan pernafasan midazolam. Pediatrik dan dewasa pasien yang menjalani prosedur yang
melibatkan saluran udara bagian atas seperti endoskopi atas atau perawatan gigi, sangat rentan
terhadap episode desaturation dan hipoventilasi karena obstruksi jalan napas parsial. Dewasa dan
pasien pediatrik dengan gagal ginjal kronis dan pasien dengan gagal jantung kongestif
menghilangkan midazolam lebih lambat. Karena pasien lanjut usia sering memiliki fungsi efisien
dari satu atau lebih sistem organ dan karena kebutuhan dosis telah terbukti menurunkan dengan
usia, mengurangi dosis awal dianjurkan midazolam, dan kemungkinan efek mendalam dan / atau
berkepanjangan harus dipertimbangkan.
Keputusan untuk ketika pasien yang telah menerima midazolam suntik, terutama secara
rawat jalan, sekali lagi mungkin terlibat dalam kegiatan yang memerlukan kewaspadaan mental
selesai, mengoperasikan mesin berbahaya atau mengendarai kendaraan bermotor harus
individual. tes Bruto pemulihan dari efek dari midazolam

tidak dapat diandalkan untuk

memprediksi waktu reaksi di bawah tekanan. Disarankan bahwa tidak ada pasien yang berbahaya

mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor sampai efek obat, seperti mengantuk, telah surut
atau sampai satu hari penuh setelah anestesi dan operasi, mana yang lebih lama. .
Cepat injeksi harus dihindari pada populasi neonatal. Midazolam cepat diberikan sebagai injeksi
intravena (kurang dari 2 menit) telah dikaitkan dengan hipotensi berat pada neonatus, terutama
jika pasien juga telah menerima fentanil. Demikian juga, hipotensi parah telah diamati pada
neonatus menerima infus kontinu midazolam yang kemudian menerima suntikan intravena cepat
fentanil. Kejang telah dilaporkan di beberapa neonatus setelah pemberian intravena cepat.

Efek pada Sistem Organ


Midazolam menurunkan kebutuhan metabolik oksigen otak dan aliran darah ke otak
seperti barbiturat dan propofol. Namun terdapat batasan besarnya penurunan kebutuhan
metabolik oksigen otak dengan penambahan dosis midazolam. Midazolam juga memiliki efek
yang kuat sebagai antikonvulsan untuk menangani status epilepticus.
a) Pernapasan
Penurunan pernapasan dengan midazolam sebesar 0,15 mg/kg IV setara dengan diazepam
0,3 mg/kg IV. Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis memiliki resiko lebih besar
terjadinya depresi pernapasan walaupun pada orang normal depresi pernapasan tidak terjadi
sama sekali. Pemberian dosis besar (>0,15 mg/kg) dalam waktu cepat akan menyebabkan apneu
sementara terutama bila diberikan bersamaan dengan opioid. Benzodiazepine juga menekan
refleks menelan dan penuruna aktivitas saluran napas bagian atas.
b) Sistem kardiovaskuler
Midazolam 0,2 mg/kg IV sebagai induksi anestesi akan menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan denyut jantung lebih besar daripada diazepam 0,5 mg/kg IV dan setara dengan
thiopental 3-4 mg/kg IV. Penurunan tekanan darah disebabkan oleh penurunan resistensi perifer
dan bukan karena gangguan cardiac output. Efek midazolam pada tekanan darah secara langsung
berhubungan dengan konsentrasi plasma benzodiazepine.

Interaksi obat
Pengaruh obat penenang midazolam intravena dititikberatkan oleh setiap obat diberikan
bersamaan, yang menekan sistem saraf pusat, terutama narkotika (misalnya, morfin, meperidin
dan fentanil) serta secobarbital dan droperidol. Akibatnya, midazolam dosis harus disesuaikan
sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang diberikan bersamaan dan respon klinis yang
diinginkan.
Perhatian disarankan ketika midazolam diberikan bersamaan dengan obat yang diketahui
menghambat sistem enzim P450 3A4 seperti cimetidine (tidak ranitidin), eritromisin, diltiazem,
verapamil, ketokonazol dan itraconazole. Interaksi obat dapat menyebabkan sedasi
berkepanjangan

akibat

penurunan

clearance

plasma

midazolam.

Pengaruh dosis tunggal oral simetidin 800 mg dan 300 mg ranitidine pada konsentrasi kondisi
mapan midazolam diuji dalam sebuah studi crossover acak (n = 8). Cimetidine meningkatkan
konsentrasi midazolam berarti kondisi mapan 57-71 ng / mL. Ranitidine meningkatkan
konsentrasi steady-state berarti 62 ng / mL. Tidak ada perubahan dalam waktu reaksi pilihan atau
indeks

sedasi

terdeteksi

setelah

dosis

dengan

antagonis

reseptor

H2.

Dalam studi terkontrol plasebo, eritromisin diberikan sebagai dosis 500 mg, tid, untuk 1 minggu
(n = 6), mengurangi clearance midazolam setelah tunggal 0,5 mg / kg dosis IV. Waktu paruh
sekitar dua kali lipat.
Pengaruh diltiazem (60 mg tid) dan verapamil (80 mg tid) pada farmakokinetik dan
farmakodinamik midazolam diselidiki dengan cara tiga-cross-over studi (n = 9). Setengah-hidup
midazolam meningkat dari 5 hingga 7 jam ketika midazolam diambil dalam hubungannya
dengan verapamil atau diltiazem. Tidak ada interaksi diamati pada subyek sehat antara
midazolam dan nifedipin.
Penurunan moderat dalam persyaratan dosis induksi thiopental (sekitar 15%) telah
mencatat berikut menggunakan midazolam intramuskular untuk premedikasi pada orang dewasa.

Meskipun kemungkinan efek interaktif kecil belum sepenuhnya diteliti, midazolam dan
pankuronium telah digunakan bersama-sama pada pasien tanpa mencatat klinis perubahan
signifikan dalam dosis, onset atau lamanya pada orang dewasa. Midazolam tidak melindungi
terhadap perubahan peredaran darah karakteristik dicatat setelah pemberian succinylcholine atau
pankuronium dan tidak melindungi terhadap tekanan intrakranial meningkat mencatat setelah
pemberian succinylcholine. Midazolam tidak menyebabkan perubahan klinis signifikan dalam
dosis, onset atau lama intubasi dosis tunggal succinylcholine, tidak ada penelitian serupa telah
dilakukan pada pasien anak-anak tetapi tidak ada alasan ilmiah untuk mengharapkan bahwa
pasien anak-anak akan merespon secara berbeda daripada orang dewasa.
Tidak merugikan interaksi yang signifikan dengan premedications umum digunakan atau
obat yang dipakai selama anestesi dan pembedahan (termasuk atropin, skopolamin,
glycopyrrolate, diazepam, hydroxyzine, d-tubocurarine, succinylcholine dan relaksan otot
nondepolarizing) atau bius lokal topikal (termasuk lidokain, HCl dyclonine dan benzokain ) telah
diamati pada orang dewasa atau pasien anak. Pada neonatus, bagaimanapun, hipotensi berat telah
dilaporkan dengan administrasi seiring fentanil. Efek ini telah diamati pada neonatus pada infus
midazolam yang menerima suntikan cepat fentanil dan pada pasien infus fentanil yang telah
menerima suntikan cepat midazolam.
Perhatian disarankan ketika midazolam diberikan untuk pasien yang menerima
eritromisin karena hal ini dapat mengakibatkan penurunan clearance plasma

OVERDOSIS(7,9)

Somnolen
Mental confusion
Hipotensi
Koma

Dosis maximal : 825 mg/kg BB

Overdosis midazolam memerlukan penanganan yang cepat dan harus diperhatikan oleh tim
medis. Antidotum yang tepat ( atau golongan benzodiazepine yang lain) adalah flumazenil.
Lorazepam
Struktur lorazepam: (1)
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbedapada adanya
klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam lebihkuat dalam sedasi
dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.

FarmakokinetikC
Lorazepam dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hati menjadi bentuk inaktif yang
diekskresikan di ginjal. Waktu paruhnya lebih lama yaitu 10-20 jamdengan ekskresi urin >
80% dari dosis yang diberikan. Karena metabolismenya t i d a k d i p e n g a r u h i o l e h
e n z i m m i k r o s o m d i h a t i , m a k a m e t a b o l i s m e n y a t i d a k dipengaruhi oleh umur,
fungsi hepar dan obat penghambat enzim P-450 sepertisimetidin. Namun onset kerja
lorazepam lebih lambat dibanding midazolam dan diazepam karena kelarutan lemaknya
lebih rendah

Penggunaan Klinik(1,5,8)
Lorazepam diserap baik bila diberikan secara oral dan IM dan mencapai konsentrasi
puncak dalam 2-4 jam dan terus bertahan efeknya selama 24-48 jam.S e b a g a i p r e m e d i k a s i ,
d i g u n a k a n d o s i s o r a l 5 0 g / k g ( m a k s 4 m g ) y a n g a k a n menimbulkan sedasi yang
cukup dan amnesia selama 6 jam. Penambahan dosis akan meningkatkan sedasi tanpa
penambahan efek amnesia. Lorazepam tidak bermanfaat pada operasi singkat karena
durasi kerja yang lama.O n s e t k e r j a l a m b a t l o r a z e p a m m e r u p a k a n k e k u r a n g a n
l o r a z e p a m b i l a digunakan sebagai induksi anestesi, sedasi selama regional anestesi
dan sebagaia n t i k e j a n g . L o r a z e p a m a k a n b e r m a n f a a t b i l a d i g u n a k a n s e b a g a i
s e d a s i p a d a pasien yang diintubasi.

5-10 kali lebih baik dari diazepam. Lorazepam tidak larut dalam air dan membutuhkan pelarut
seperti polyethylene glycol ataupropylene glycol. Tidak sakit pada tempat penyuntikan dan tidak
adaphlebitis. Lorazepam dipercaya diabsorsi secara oral dan intramuskuler.

Efek maksimal muncul 30-40 menit setelah injeksi intravena. Konsentrasi puncak plasma dapat
tidak muncul sampai 2-4 jam setelah masuknya obat-obatan oral.
Dosis (1,5)
Oleh sebab itu, lorazepam harus dipertimbangkandengan baik sebelum operasi sehingga obat
tersebut memiliki waktu untuk efektif sebelum pasien masuk ke kamar operasi. Lorazepam juga
dapatdiberikan secara sublingual dengan dosis 25-50 g/kg. Dosis untuk dewasa tidak boleh
melebihi 4,0 mg, amnesia antegrad dapat dihasilkanselama 4-6 jam tanpa sedasi berlebihan.
Dosis lebih tinggi menghasilkansedasi berkepanjangan dan berlebihan tanpa lebih banyak
amnesia. Kerenaonset yang lama dan panjang kerja, lorazepam tidak berguna dengan
cepatdimana diinginkan bangun cepat, seperti pada anestesi pasien bukan rawatinap

1. Katzung G. Bertram, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI, FK UNSRI, Jakarta,
1998, Hal : 351-368.
2. Linda C (editor), Metode Penulisan Resep Menurut WHO : Obat-obat Yang
Digunakan Dalam Anestesi, 1997, EGC, Jakarta, Hal : 14-15.
3. Mecek J. Mary, Harvey A. Richard, Champe C. Pamela, Farmakologi Ulasan
Bergambar, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2001, Hal : 89-92.
4. Omoigui Sota, Buku Saku Obat-obat Anestesia, Edisi II, EGC, 1997, Hal : 8184.
5. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Anestesiologi, FKUI, Jakarta, 1989, Hal : 69-70.
6. Ganiswarna G. Sulistia (dkk), Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi dan
Terapi, Edisi 4, FK-UI, UI Press, Jakarta, 1995, Hal : 121-130.

7. Latief, A Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: FKUI; 2009.


8. Sedatif

dan

hipnotik.

November

2010.

Available

http://www.scribd.com/doc/39461342/sedatif-n-hipnotik
9. Propofol. November 2010. Available : http://www.drugs.com/ingredient/propofol.html
10. Side effects of Propofol. November 2010. Availble : http://www.drugs.com/propofol.html

Anda mungkin juga menyukai