Referat Avm Huda Lengkap
Referat Avm Huda Lengkap
OLEH :
dr. Huda El Adha
NIM : 10/310822/PKU/12181
PEMBIMBING :
dr. Sudarmanta, Sp.Rad (K) RI
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM / RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
embolisasi
sebaiknya
dilakukan
oleh
seorang
intervensional
yang dilakukan
serbinenko tersebut mempercayai bahwa nidus pada AVM merupakan target dari
embolisasi.3
patologis pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui kapiler.
5,6,7
Nidus sering
diketahui sebagai benda asing pada parenkim serebral dan terkadang membentuk lesi
berukuran besar yang menempati lobus otak. Selama bertahun-tahun, AVM diduga
disebabkan oleh kelainan kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa
AVM juga merupakan kelainan yang didapat.8
AVM tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan sedikit atau tanpa resiko
pada kesehatan atau kehidupan seseorang, sedangkan lainnya menyebabkan efek
berat dan mematikan apabila timbul perdarahan. 5,9 Sekitar 0,1 % dari populasi
memiliki AVM serebral, biasanya terjadi pada wanita pada dekade 2-4 dimana 30
55 % pasien dengan perdarahan intrakranial demikian halnya dengan anak anak
yang memiliki AVM serebral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. SIRKULASI POSTERIOR
a. Sistem vertebro-basilar
Arteri vertebralis kanan kiri merupakan cabang pertama arteri
subklavia, kemudian memasuki foramen transversarium vertebra
merupakan cabang terkecil yang mensuplai darah 1/3 depan dari SCALP dan
bagian wajah.15
C. SIRKULASI KOLATERAL DI OTAK
1. Kolateralisasi Eksterna ke Interna
Ketika arteri karotis interna mengalami stenosis, darah dialihkan
dari cabang-cabang arteri karotis eksterna ke dalam arteri karotis interna
di distal stenosis, memungkinkan kelanjutan perfusi ke otak. Arteri fasialis
dan arteri temporalis superfisialis, misalnya dapat membentuk hubungan
anastomosis dengan arteri oftalmika melalui arteri angularis; aliran
retrograde di arteri oftalmika kemudian membawa darah kembali ke sifon
karotikum. Kolateral ke arteri oftalmika juga dapat disuplai oleh arteri
bukalis. Hubungan anastomosis eksterna ke interna lebih lanjut terdapat
diantara arteri faringea asendens dan ramus meningealis arteri karotis
interna. Arteri-arteri tersebut, biasanya terlalu kecil untuk terlihat melalui
angiografi, secara bersama-sama disebut trunkus inferolateralis.16
2. Kolateralisasi Karotis Eksterna ke Vertebralis
Cabang-cabang arteri karotis eksterna dan arteri vertebralis yang
menyuplai otot-otot servikal dan leher secara anastomosis berhubungan
pada berbagai titik (Gambar 7). Cabang arteri karotis eksterna yang paling
penting pada hal ini adalah arteri oksipitalis. Kolateral dapat terbentuk
pada kedua arah; oklusi arteri vertebralis di proksimal dapat dikompensasi
oleh darah dari rami nukhales arteri oksipitalis, sedangkan oklusi arteri
basalis
Rosenthlm.
Vena
interna
serebri
terbentuk
oleh
menyebabkan
perubahan
aliran
vena
tersebut,
6,7
arteriovenosa
pada
otak
merupakan
suatu
secara langsung dari arteri. Vena teregang dan melebar untuk dapat
AVM
serebral
berkembang pada usia gestasi 4 dan 8 minggu. Lesi ini terdiri dari
hubungan langsung yang persisten antara inflow arteri dengan vena
outflow tanpa melalui bantalan kapiler. Pleksus vaskuler primordial mula
mula berdiferensiasi menjadi komponen aferen, eferen dan kapiler pada
bagian rostral otak embrio. Bagian pleksus yang lebih superfisial
membentuk saluran vaskuler yang lebih besar menjadi arteri dan vena,
sedangkan bagian pleksus yang lebih dalam membentuk komponen
kapiler yang melekat pada permukaan otak. Dimulainya sirkulasi ke otak
terjadi sekitar akhir usia 4 minggu. AVM muncul akibat hubungan
lansung yang persisten antara arteri dan vena embrional dari pleksus
vaskuler primitif dengan kegagalan berkembangnya bantalan kapiler. 18
4. Gejala klinis
Malformasi arteriovenosa dapat menimbulkan berbagai macam
gejala klinis dan gejala yang timbul sesuai dengan lokasinya. Secara klinis
lebih dari 50% pasien AVM muncul dengan perdarahan intrakranial, 2025% pasien muncul dengan kejang vokal maupun umum, khususnya pada
lesi kortikal supratentorial. Pasien AVM mengalami nyeri lokal pada
kepala akibat peningkatan aliran darah dan nyeri timbul biasanya atipikal
serta dapat bersifat difus atau lokal seperti migren. Lima belas pasien
AVM mengalami gangguan gerak, berbicara, maupun penglihatan. 8
Gejala klinis yang umum dari AVM akibat dari perdarahan
intrakranial menyeluruh akibat ruptur AVM. AVM yang berlokasi
dipermukaan otak atau didalam ventrikel
menyebabkan
perdarahan
hemisferik
progresif,
seperti
hemiplegia,
afasia,
dan
sangat
besar mengakibatkan
dapat
draining vein. Angiografi dapat menilai aliran dalam nidus AVM, mencari
adanya aneurisma merupakan salah satu penilaian evaluasi preoperatif.
Disarankan angiografi dilakukan berdekatan dengan waktu operasi karena
AVM dapat bertambah besar ukurannya seiring dengan berjalannya
waktu.5,10,14
Lokasi, ukuran dan konfigurasi ( kompak versus difus ) nidus ;
pola dan lokasi feeding arteri dan draining vein ; dan abnormalitas yang
menyertai seperti aneurisma, fistula arterio-vena, stenosis atau oklusi
draining vein merupakan semua faktor yang harus dipertimbangkan untuk
estimasi tidak hanya resiko eksisi bedah melainkan juga resiko bila tidak
dilakukan terapi. Untuk membantu ahli bedah saraf menentukan resiko
tindakan bedah digunakan beberapa klasifikasi yang pertama kali dipakai
adalah klasifikasi Luessenhop dan Gennarelli. Namun klasifikasi yang
digunakan saat ini adalah klasifikasi Spetzler-Martin, klasifikasi ini
membantu menentukan estimasi resiko pembedahan dengan melakukan
penilaian (Tabel 1).5,10,14,18
Lokasi AVM serebellar dan batang otak perlu dipertimbangkan
lebih dalam melakukan reseksi karena lokasi ini merupakan tempat
beresiko tinggi untuk terjadinya perdarahan dibandingkan dengan AVM
supratentorial. Perlu diperhatikan pula apabila AVM terletak di ganglia
basalis atau thalamus karena lokasi ini dengan annual bleed rate sebesar
9,8 % lebih tinggi dibandingkan annual bleed rate pada lokasi lain. 5,10,14,18
Ukuran AVM pada suatu studi 168 pasien dengan riwayat ruptur
sebelumnya, ukuran AVM tidak dapat dijadikan acuan untuk memprediksi
terjadinya perdarahan di masa mendatang. Studi lain melaporkan AVM
ukuran kecil memiliki resiko tinggi untuk terjadinya perdarahan. Spetzler
dan kawan kawan membandingkan tekanan feeding arteri pada AVM
kecil dan besar, mereka menemukan tekanan feeding arteri yang tinggi
pada AVM kecil dan mengatakan AVM kecil lebih sering berdarah
dibandingkan AVM besar. Studi terkini menerangkan bahwa resiko
perdarahan 1,5 % pertahun pada AVM grade 4 dan 5 yang merupakan
AVM besar. 5,10,14,18
Drainase profunda merupakan faktor resiko tinggi terjadinya
perdarahan pada AVM. Nataf dan kawan kawan melaporkan korelasi
kuat antara frekuensi perdarahan dan adanya drainase profunda pada
AVM. Pada studi lain dikatakan AVM dengan draining vein tunggal
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya perdarahan. 5,10,14,18
6. Terapi
Terapi AVM otak meliputi embolisasi, bedah mikrovaskuler dan
radiasi stereotaktik (radiosurgery) dimana terapi ini dapat digunakan
secara tersendiri atau terapi kombinasi dalam pengobatan AVM. 6
Apabila tidak terdapat perdarahan sebelumnya, dokter akan
memutuskan
untuk
mengobservasi
pasien,
dengan
menggunakan
dan
jumlah
aliran
darah
yang
melalui
AVM
sehingga
BAB III
PEMBAHASAN
Sucal AVM menempati subpial space dari sulcus (Gambar 16). Nidus berada
di dalam sulcus atau dengan variasi menyebar ke cortex cerebri, subcortical white
matter, bahkan sampai ke dinding ventrikel. Sucal AVM diasumsikan dengan bentuk
conical atau piramida yang mengisi ruang sulcus. Pada bagian yang paling superfisial
dilingkupi oleh meninges, bukan oleh parenkim. Oleh sebab itu, kebanyakan suplai
pada bagian superfisial berasal dari arteri meningea. Pial arteri merupakan arteri
penyuplai utama yang berakhir di nidus setelah menyuplai cabang-cabang di cortex
dan medulla untuk mendekati girus (terminal feeders). Terminal supply ini biasanya
merupakan tempat embolisasi yang aman. Pada sucal AVM yang lebih besar
menerima suplai dari basal perforating arteri.19
Gyral AVM diselubungi oleh cortex dan biasanya bertipe spherical (Gambar
17). Gyrus biasanya melebar sedangkan sulcus yang didekatnya terkompresi. Suatu
gyral AVM yang luas mungkin akan meluas ke subcortical white matter bahkan
sampai dengan dinding ventrikel. Suplai arteri utamanya berasal dari cabang-cabang
pial yang secara terus menerus disamping AVM menyuplai parenkim yang normal
(indirect feeders). Suplai dari meningeal biasanya tidak ada, hal itu dikarenakan
cortex diatasnya berada di antara nidus dan meninges. Basal perforating arteri
mungkin mensuplai pelebaran yang lebih dalam dari gyral AVM yang luas.19
Mixed
(sulcogyral)
type
biasanya
merupakan
AVM
luas
yang
mengkombinasikan gambaran sucal dan gyral. AVM yang terjadi secara khas
melibatkan gyri dan sulci, yang meluas ke sub cortical white matter dan dinding
ventrikel. Suplai arteri merupakan kombinasi dari meningeal arteri dan cabang
terminal dari pial bagian sucal, cabang non terminal dari pial bagian gyral, dan juga
basal perforating arteri.19
Deep AVM relatif jarang ditemukan (Gambar 18). Deep AVM dapat
diklasifikasikan lagi menjadi subarachnoid, deep parenchimal, plexal dan mixed type.
Subrachnoid AVM ditemukan di basal cysternal dan fissures, yang disuplai oleh
bagian sub arachoid dari arteri coroidal dan perforating arteri. Deep parenchymal
AVM berlokasi di deep gray dan white matter seperti di thalamus, basal ganglia, dan
corpus callosum. Deep parenchimal disuplai oleh arteri basal perforators, coroidal,
basal circumferential dan cabang-cabang medullary pial. Plexal AVM berada
intraventrikuler, yang utamanya disuplai oleh choroidal arteri. Mixed deep AVM
biasanya besar, yang merupakan kombinasi subarachoid, deep parenchimal dan
plexal. Venous drainage biasanya ke deep venous system, meskipun transmedullary
venous drainage juga dapat terlihat.19
Penerapan secara rutin dari superselektif angiografi sebagai lanjutan dari
selektif angiografi dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memperdalam
pemahaman tentang angioarsitektur dari AVM di otak.
Klasifikasi yang digunakan untuk feeding arteri pada AVM di otak
menggunakan pendekatan secara anatomi, geometrik dan hemodinamik untuk
merencanakan dan menggambarkan embolisasi yang akan dilakukan. Suplai dari pial
disediakan oleh cabang-cabang extracortical (subpial), cortical, medullary dan /atau
corticomedullary.
tetaplah sulit. Pembuluh darah utama mungkin melebar lebih besar dari indirect
feeder.19,20
Feeding arteri dapat diklasifikasikan secara hemodinamik kedalam dominan
atau supplementary feeders tergantung dari banyaknya aliran. Dominant feeders yang
menyuplai sebagian besar nidus mempunyai gambaran yang besar dan membawa
banyak aliran dibandingkan supplementary feeders. Baik dominant maupun
supplementary feeders dapat berasal dari area vaskuler yang sama atau berbeda.
Kebanyakan dari AVM di otak terdiri dari gabungan dua tipe tersebut.19
Nidus merupakan daerah antara bagian yang paling distal dari arterial feeders
dengan aspek proksimal dari draining veins. AV shunting terjadi pada bagian tersebut
dan merupakan target utama dari embolisasi. Hilangnya gambaran nidus merupakan
hasil yang diharapkan dalam terapi.20
Kebanyakan dari AVM di otak mempunyai nidus yang homogen, berbatas
tegas, tepi licin, dan bercirikan adanya feeding arteri serta draining veins. Sebagian
kecil dari AVM di otak mempunyai gambaran difus dengan tepi yang tidak tegas.
Angiogenesis dihubungkan dengan watershed transfer yang menjadikan gambaran
difus pada AVM. Ukuran dari nidus mempunyai variasi yang sangat banyak. Bentuk
dari AVM tersebut menggambarkan anatomi di sekitarnya. Sucal AVM biasanya
berbentuk kerucut , gyral dan subcortical white matter AVM biasanya berbentuk
bulat, sedangkan deep AVM mempunyai bentuk bervariasi berdasarkan lokasinya (
callosal, cisternal, dsb). AVM yang besar mempunyai bentuk yang lebih komplek
karena melibatkan banyak struktur anatomi di dalamnya.19
gyral) secara khas dialirkan melalui vena cortical ke dural sinus yang terdekat.
Dengan adanya perluasan ke subcortical maupun ke ventrikuler seringkali
mempunyai
dua
venous
drainage
yaitu
superfisial
(cortical)
dan
deep
kontras ketika mikrokateter dimasukkan, akan tetapi 5-Fr guide kateter lebih aman
digunakan pada arteri vertebralis yang kecil. Rotating hemostatic valve digunakan
sebagai sumbu mikrokateter untuk dapat secara kontinyu membilas guide kateter
sehingga harus dicampur dengan kontras pada saat pemberiannya. PVA sering kali
dikombinasikan dengan coils dan silk, terutama pada AV shunt yang lebar.24 PVA
memiliki kelemahan seperti yang diungkapkan oleh sorimachi et al. , bahwa mereka
menemukan 43% AVM di otak post embolisasi dengan PVA bertambah besar ukuran
nidusnya, hal ini disebabkan bahwa PVA lebih mengumpul dan mengoklusi arteri
feeder dari pada nidusnya .25 Sebagai tambahan , histopatologi analisis mengungkap
bahwa post embolisasi di dalam lumen berisi kumpulan partikel embolan dengan
thrombus dari pada lumen yang penuh dengan PVA. Hal ini mungkin
mengungkapkan alasan kenapa AVM yang telah mengalami obliterasi komplet
setelah embolisasi dengan PVA dapat muncul kembali.25 Meskipun begitu, pada
suatu penelitian terungkap bahwa PVA masih mempunyai tingkat keefektifan yang
sama dengan NBCA dalam embolisasi preoperatif pada AVM di otak.20
N-Butyl cyanoacrylate (NBCA) mempunyai banyak kegunaan untuk
embolisasi AVM di otak. Cairan monomer dapat diinjeksikan melalui mikrokateter
flow-directed yang kecil (1.5 dan 1.8-Fr) sehingga dapat diposisikan di distal feeder
arteri atau di dalam nidus, dengan demikian dapat mengurangi resiko terjadinya
embolisasi pada cabang arteri yang normal. 20
Onyx merupakan embolan cair yang sudah dicampur sebelumnya yang terdiri
dari ethylene-vinyl alcohol copolymer (EVOH) dan tantalum powder (untuk
radioopasitas) yang terlarut di dimethyl sulfoxide (DMSO). Onyx merupakan embolan
yang kohesif dan tidak adhesif. Terdapat dua konsentrasi EVOH yaitu Onyx 18 (6%
EVOH) dan Onyx 34 (8% EVOH). Onyx 18 dapat masuk lebih dalam ke dalam nidus
karena memiliki viskositas dan precipitation rate yang rendah. Onyx 34
direkomendasikan untuk mengemboli high-flow fistula. Kedua formula tersebut
membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk menjadi solid. DMSO dipilih sebagai
pencampur karena dapat cepar bercampur dan mempunyai efek fisiologis pada
manusia yaitu angiotoksik. DMSO dengan angiotoksisitasnya mempunyai efek
lanjutan berupa vasospasme, angionekrosis, arterial trombosis, dan ruptur vaskuler.20
Pada saat pemberian Onyx (Gambar 24) , pasien dapat merasakan sakit , oleh
karena itu seringkali general anastesia diberikan. Onyx yang akan diberikan harus
dikocok terlebih dahulu dengan kuat selam 20 menit untuk tercampurnya tantalum
secara maksimal. Kateter di flush menggunakan normal saline kemudian dead space
diisi menggunakan DMSO, kemudian Onyx dimasukkan menggunakan 1 cc syringe
dengan kecepatan 0,25mL/90 sec. Injeksi dilanjutkan dengan kecepatan 0,1 mL/min
ketika Onyx mulai keluar dari mikrokateter. Jika terjadi refluks ke proximal makan
injeksi dihentikan selama 30 detik kemudian dilanjutkan kembali, demikian juga pada
saat masuk ke draining vein.20
Setelah dilakukan embolisasi pasien dirawat di neurointensive care unit
selama 24 jam dan biasanya diperbolehkan pulang pada hari kedua post embolisasi.
Hipotensi ringan biasanya terjadi 24 jam pertama pada pasien dengan AVM yang luas
dan high-flow. Embolisasi tambahan bisanya dilakukan untuk AVM yang luas dan
high-flow setiap tiga sampai empat minggu.20
Komplikasi post embolisasi adalah periprocedural hemorrhage dan ishemic
stoke. Terdapat beberapa kasus periprocedural hemorrhage , hal ini disebabkan
faktor teknis yang disebabkan oleh kateter dan guidewire yang menyebabkan
perforasi arteri, dissection, ruptur aneurisma, trauma vaskuler pada saat penarikan dan
terembolisasinya venous outflow . Ischemic stroke dapat timbul dari retrograde
thrombosis dari feeding arteri yang stagnan kedalam cabang arteri yang normal.20
BAB IV
KESIMPULAN
AVM di otak merupakan kelainan vaskuler pada sistema saraf pusat yang
sangat jarang dengan morbiditas dan mortalitas jangka panjang yang signifikan.
Embolisasi menjadi terapi pilihan yang sangat penting dan biasanya dikombinasikan
operasi maupun stereotactic radiosurgery. Bagaimanapun juga resiko yang ada harus
tetap menjadi pertimbangan utama dalam suatu rencana terapi. Suatu team
multidisiplin yang berpengalaman diperlukan untuk penanganan AVM di otak secara
optimal.
Perkembangan teknologi embolan yang cepat diharapkan dapat menekan efek
yang timbul dari embolisasi pada AVM di otak, demikian juga dengan perkembangan
mikrokateter dan guidewire yang memungkinkan untuk melakukan superselektif
kateterisasi sampai distal arteri di otak. Hal inilah yang dapat memberikan gambaran
yang optimal tentang angioarsitektur AVM sehingga dapat dilakukan embolisasi
dengan tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
24. Howington JU, Kerber CW, Hopkins LN.Liquid Embolic Agent in The
Treatment of Intracranial Arteriovenous Malformations.Neurosurg Clin N Am
2005;16(2):355-63
25. Sorimachi T,et al.Embolization of Cerebral Arterivenous Malformations
Achieved with polyvinyl Alcohol Particles : Angiographic Reappeareance and
Complications.AJNR Am J Neuroradiol 1999;20(7):1323-28
26. Wikholm G. Occlution of Cerebral Arteriovenous Malformations wih N-butyl
cyano-acrylate is Permanent. AJNR Am J Neuroradiol 1995;16(3):479-82
LAMPIRAN
Gambar
ini : Kolateral dari sirkulasi arteri karotis eksterna ke arteri karotis interna : 1. Arteri
karotis eksterna arteri fasialis-arteri angularis-arteri carotis interna; 2. Arteri karotis
eksterna-arteri temporalis superfisialis-arteri angularis-arteri karotis interna; 3.
Kolateral dari eksterna ke sirkulasi vertebralis : arteri karotis eksterna-arteri
oksipitalis-arteri vertebralis; 4. Sirkulus Willisi; 5. Kolateral leptomeningealis antara
arteri serebri anterior, media dan posterior.16
Gambar 11. CT scan kepala aksial dengan kontras memperlihatkan struktur tubular
yang tidak beraturan di lobus parietal sinistra, yang pada temuan merupakan nidus.
Terdapat pula gambaran perdarahan intraventrikel. 21
Gambar 12.
oksipital.
21
Gambar 13. Fistulous AVM besar (panah besar, A dan B). Aneurisma arteri kecil
(panah kecil, A). Ektasia vena (kepala panah, B). Aneurisma vena (panah kecil, C dan
D).20
Gambar 14. Plexiform AVM (Kepala panah, A B dan C). (A) AP angiogram. (B)
Lateral angiogram. (C) Superselektif angiogram (ujung mukrokateter, panah). (D)
Lateral angiogram post embolisasi (residual nidus, panah). 20
Gambar 15. Mixed plexiform (A, kepala panah) dan fistulous (B, panah) nidus.20
Gambar 16. Sucal AVM. (A) Triangular nidus (panah) pada lateral angiogram. (B)
NBCA pada nidus (panah) pada CT kepala non kontras.20
Gambar 17. Gyral AVM. Axial T2-weighted MRI (A) dan lateral angiogram(B)
memperlihatkan gyral AVM yang kecil (panah).20
Gambar 18. Deep AVM (panah lebar A dan B) pada lateral angiogram (A) dan axial
T2-wieghted MRI (B). Menggambarkan adanya vena ektasi (kepala panah, A) dan
aneurisma vena (panah kecil, A).20
Gambar 19. Karotis eksterna menyuplai AVM dari meningea media (panah,B) dan
cabang oksipital (kepala panah,B).20
Gambar 20.
Gambar 21. High-flow AVM yang luas dengan left transverse sinus occlution (A,
panah) dan right sigmoid sinus stenosis (B, panah) yang menyebabkan hipertensi dan
gangguan kognitif.20
Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.
panah) dan ujung kateter (panah). (B) Lateral angiogram pada saat embolisasi.20
Keterangan : AVM grade 1-5 sesuai dengan total poin. AVM grade 1 adalah AVM
yang kecil, lokasinya di daerah non-eloquent, draining vein di superfisial. AVM
grade 5 adalah AVM besar, lokasi di daerah eloquent, draining vein di profunda.
Tabel 2. Tujuan dari evaluasi angiografi secara selektif pada AVM di otak.20
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tabel 3. Tujuan dari evaluasi angiografi secara superselektif pada AVM di otak.20
1.
2.
3.
4.
5.