Ekologi Tanah
Ekologi Tanah
Pendahuluan
Soil ecology is the study of the interactions
among soil organisms, and between biotic and
abiotic aspects of the soil environment. It is
particularly concerned with the cycling of
nutrients, formation and stabilization of the pore
structure, the spread and vitality of pathogens,
and the biodiversity of this rich biological
community.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat
dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Sumber:
http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-
Lingkungan rhizosfer
Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi
pertumbuhan mikroba. Interaksi antara bakteri dan akar
tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi
keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane.
Sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang
menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih
dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan
rhizosfer antar setiap tanaman.
Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi
pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman
menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya
menstimulir pertumbuhan mikroba. Bahan organik yang
dikeluarkan oleh akar dapat
1. Eksudat akar: bahan yang dikeluarkan dari
aktivitas sel akar hidup seperti gula, asam
amino, asam organik, asam lemak dan sterol,
factor tumbuh, nukleotida, flavonon, enzim , dan
miscellaneous.
2. Sekresi akar: bahan yang dipompakan secara
aktif keluar dari akar.
3. Lisat akar: bahan yang dikeluarkan secara pasif
saat autolisis sel akar.
4. Musigel : bahan sekresi akar, sisa sel
epidermis, sel tudung akar yang bercampur
dengan sisa sel mikroba, produk metabolit,
koloid organik dan koloid anorganik.
Enzim utama yang dihasilkan oleh akar adalah
oksidoreduktase, hidrolase, liase, dan transferase.
Sedang enzim yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfer
adalah selulase, dehidrogenase, urease, fosfatase dan
sulfatase.
Dengan
adanya
berbagai
senyawa
yang
menstimulir pertumbuhan mikroba, menyebabkan jumlah
mikroba di lingkungan rhizosfer sangat tinggi.
Perbandingan jumlah mikroba dalam rhizosfer (R) dengan
tanah bukan rhizosfer (S) yang disebut nisbah R/S, sering
digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Semakin
subur tanah, maka indeks R/S semakin kecil, yang
Pembentukan Tanah.
Tanah merupakan tubuh-alamiah yang tersusun atas
lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda
dengan bahan induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika,
kimia, dan karakteristik mineraloginya. Tanah terdiri dari partikel
pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan
lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda
dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer
atmosfer litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas
dan air.
Partikel tanah tampak longgar, membentuk struktur
tanah yang penuh dengan ruang pori. Pori-pori mengandung
larutan tanah (cair) dan udara (gas). Oleh karena itu, tanah
sering diperlakukan sebagai system. Kebanyakan memiliki
kepadatan antara 1 dan 2 g / cm .
Tanah dapat berasal dari batuan induk (batuan beku,
batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk atau
dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu
volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Melalui proses
pelapukan, permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan
berubah menjadi bahan lunak (longgar) yang disebut dengan
regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian
atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan
mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara fisik, biologikmeknik dan kimia..
Faktor pembentukan tanah, atau pedogenesis, adalah
efek gabungan proses fisik, kimia, biologi, dan antropogenik
pada bahan induk tanah. Genesis tanah melibatkan proses
yang mengembangkan lapisan atau horizon dalam profil tanah.
Proses ini melibatkan penambahan, kehilangan, transformasi
dan translokasi bahan yang membentuk tanah. Mineral yang
berasal dari batuan lapuk mengalami perubahan yang
menyebabkan pembentukan mineral sekunder dan senyawa
lainnya yang larut dalam air, konstituen tersebut dipindahkan
(translokasi) dari satu bagian tanah ke daerah lain oleh air dan
aktivitas organisme. Perubahan dan pergerakan material di
dalam tanah menyebabkan terbentuknya horison tanah yang
khas.
Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan induk
tanah. Contoh perkembangan tanah dari bahan induknya
terjadi pada aliran lava baru-baru ini di wilayah hangat di
bawah hujan lebat dan sangat sering. Dalam iklim seperti itu,
tumbuhan sangat cepat berkembang pada lava basaltik,
meskipun kandungan bahan organiknya sangat sedikit.
Tumbuhan didukung oleh batuan yang porus yang
Profil Tanah
Organisme Tanah.
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah
merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun
tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase
hidupnya berada dalam sistem tanah.
Macroorganisme
Tumbuhan
<5 m
Bacteria
Fungi
Microfauna
<100 m
Protozoa
Nematodes
Mesoorganisms
100 m - 2 Springtails
mm
Mites
Macroorganisms
2 - 20 mm
Algae
10 m
Roots
> 10 m
Earthworms
Millipedes
Woodlice
Snails and slugs
Dekomposisi
organic
bahan
Mengendalikan
gangguan
hamaparasit-penyakit
Sumber makanan dan
obat-obatan
Hubungan
Symbiotic
dan asymbiotic dengan
tanaman dan akarnya
Mengontrol
pertumbuhan tanaman
(positive dan negative)
Organisme
tanah
membantu
meningkatkan
ketersediaan hara bagi tanaman.
Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau
makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan
didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan,
dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh,
phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran orgnisma tanah
ini dapat diserap oleh akar tanaman.
Sebagian organisme tanah membina hubungan
simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar
tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan
Pengelolaan
lahan
pertanian
yang
dapat
memperkaya organisme tanah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan para petani
untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di lahan
mereka, diantaranya adalah:
Menyediakan makanan.
Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk
organisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup
tanah dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos,
merang, pupuk hijau, dan pupuk kandang ke dalam tanah yang
mereka kelola.
Menyediakan air.
Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah
tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang
jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani
dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara
Cacing Tanah
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti
penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak
mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran
cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk
diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat
menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang
dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara
dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang
tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap
air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan
memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap
gembur.
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab,
subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya
yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan
kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak
rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk
Mikroba Tanah
Di tanah terdapat milyaran mikrobia misalnya bakteri,
fungi, alga, protozoa, dan virus. Tanah merupakan lingkungan
hidup yang amat kompleks. Kotoran dan jasad hewan serta
jaringan tumbuhan akan terkubur dalam tanah. Semuanya
memberi konstribusi dalam menyuburkan tanah. Proses
penyuburan tanah ini dibantu oleh mikrobia. Tanpa mikrobia,
semua jasad tidak akan hancur. Salut untuk mikrobia tanah
yang mampu menyeimbangkan kelangsungan hidup di bumi.
Jumlah dan jenis mikrobia dalam tanah bergantung pada
jumlah dan jenis, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan
pengolahan dapat menambah jumlah mikrobia tanah.
Mikrobia tanah berupa bakteri melalui metode hitungan
mikroskopik langsung berjumlah milyaran setiap gram tanah,
sedangkan hitungan agar cawan diperoleh jutaan. Bakteri
umumnya bersifat heterotrof. Contohnya Actinomycetes yang
mencakup
jenis-jenis
Nocardia,
Streptomyces,
dan
Micromonospora. Organisme ini yang menyebabkan bau khas
tanah. Actinomycetes berperan menambah kesuburan tanah
unsur
hara
tanaman,
dan
membentuk
simbiosis
menguntungan.
Tiga unsur hara esensial bagi tanaman, yaitu Nitrogen
(N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara.
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara
tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun
tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus
difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya
menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas
di sekitar perakaran tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan
unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan
kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat
(TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh).
Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena
terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah
peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan
P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman.
Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain:
Aspergillus
sp,
Penicillium
sp,
Zerowilia
lipolitika,
Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam
melarutkan K.
Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan
hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap
oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau
lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan
hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan
Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk
melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara,
maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan
dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai
biofertilizer untuk pertanian.
Hasil-hasil temuan bioteknologi terbaru, mikroba
antagonis seperti penyakit tular tanah dapat diubah secara
alamiah menjadi mikroba yang mempunyai kemampuan
menyediakan unsurunsur hara bagi tanaman dan melawan
penyakit, karena berperan sebagai produser antibiotik alias
dokter tanaman untuk penyakit tular tanah. Mikroba tersebut
diperoleh dengan cara isolasi dari alam yang kemudian
diperbanyak di laboratorium dan kemudian dapat dipakai
sebagai bahan pupuk hayati.
dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawasenyawa antara yang penting sebagai pembentuk tubuh
meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam
nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti
klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen
flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu
lainnya, seperti lignin.
Sumber: http://wwwmykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READI
NG/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diunduh
26/6/2011
Komponen tunggalnya
Arabinose, glucose, fructose, galactose, maltose,
raffinose, rhamnose, ribose, sucrose, xylose
all 20 proteinogenic amino acids, aminobutyric acid,
homoserine,
cysrathionine,
mugineic
acid
phytosiderophores (mugineic acid, deoxy-mugineic
acid, hydroxymugineic acid, epi-hydroxymugineic
acid, avenic acid, distichonic acid A)
Aliphatic
acids
Aromatic
acids
Miscellaneous
phenolics
Fatty acids
Sterols
Enzymes
Micellaneous
Sumber: http://wwwmykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READI
NG/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diuinduh
26/6/2011
Model for mechanisms involved in aluminium (Al)
exclusion and detoxification at the root apex.
A Enhanced solubilization of mononuclear Al species
from Al oxides and Al silicates in the soil matrix at
pH < 5.0.
B Al-induced stimulation of carboxylate exudation via
anion channels, charge-balanced by concomitant
release of K+.
C Formation of Al-carboxylate complexes in the
apoplasm; restricted root uptake and lower toxicity
of complexed Al.
D Al
complexation
in
the
mucilage
layer
(polygalacturonates)
and
with
Al-binding
polypeptides. Increased accumulation of Alchelating carboxylates in the mucilage layer due to
limited diffusion.
Sumber: http://wwwmykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READI
NG/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf .. diunduh
27/6/2011)
Model for root-induced mobilization of iron and other
micronutrients (Zn, Mn, Cu) in the rhizosphere of
graminaceous (strategy II) plants (Marschner, 1995).
Enhanced
biosynthesis
of
mugineic
acids
(phytosiderophores, PS) in the root tissue
A Biosynthesis of PS
B Exudation of PS anions by vesicle transport or
via anion channels, charge-balanced by
concomitant release of K+.
C PS-induced mobilization of FeIII (MnII, ZnII,
CuII) in the rhizosphere by ligand exchange.
D Uptake of Metal-PS complexes by specific
transporters in the plasma membrane.
E Ligand exchange between microbial (M)
siderophores (SID) with PS in the rhizosphere.
F Alternative uptake of microelements mobilized
by PS after chelate splitting.
Sumber: http://wwwmykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READI
NG/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf .. diunduh
27/6/2011)
Model for iron (Fe) deficiency-induced changes in root
physiology and rhizosphere chemistry associated with
Fe acquisition in strategy I plants (Marschner, 1995).
A Stimulation of proton extrusion by enhanced
activity of the plasmalemma ATPase --- FeIII
solubilization in the rhizosphere.
B Enhanced exudation of reductants and chelators
(carboxylates, phenolics) mediated by diffusion or
anion channels --- Fe solubilization by FeIII
complexation and FeIII reduction.
C Enhanced activity of plasma membrane (PM)-bound
FeIII reductase further stimulated by rhizosphere
acidification (A). Reduction of FeIII chelates,
liberation of FeII.
D Uptake of FeII by a PM-bound FeII transporter.
Sumber: http://wwwykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/
READING/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf ..
diunduh 27/6/2011)
Model for phosphorus (P) deficiency-induced physiological
changes associated with the release of P-mobilizing root
exudates in cluster roots of white lupin. Solid lines indicate
stimulation, and dotted lines inhibition of biochemical
reaction sequences or metabolic pathways in response to P
deficiency. SS = Sucrose synthase; FK = Fructokinase; PGM
= Phosphoglucomutase; PEP = Phosphoenolpyruvate; PEPC
= PEP-carboxylase; MDH = Malate dehydrogenase; ME =
Malic enzyme; CS = Citrate synthase; PDC = Pyruvate
decarboxylase; ALDH = alcohol dehydrogenase; E-4-P =
Erythrose-4-phosphate;
DAHP
Dihydroxyacetonephosphate; APase = Acid phosphatase.
Secondary Production:
Activities and Functions
Organisms--Microbes
of Heterotrophic
Secondary Production:
Activities and Functions of Heterotrophic
Organisms--The Soil Fauna
Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer
Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon
yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut
adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula
freshwater system dan material non-hayati organik seperti
karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik
terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen
(termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan
Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini
mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
http://www.rsc.org/Education/Teachers/Resources/jesei/
oceans/fig1.gif .. diunduh 25/6/2011)
http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jp
g .. diunduh 26/6/2011)
Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa
yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam
bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara
biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada
siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen, mineralisasi,
nitrifikasi, denitrifikasi. Walaupun terdapat sangat banyak
molekul nitrogen di dalam atmosfir, nitrogen dalam bentuk gas
tidaklah reaktif.[1] Hanya beberapa organisme yang mampu
untuk mengkonversinya menjadi senyawa organik dengan
proses yang disebut fiksasi nitrogen.
Fiksasi nitrogen yang lain terjadi karena proses
geofisika, seperti terjadinya kilat. Kilat memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan, tanpanya tidak akan ada
bentuk kehidupan di bumi. Walaupun demikian, sedikit sekali
makhluk hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang
terbentuk dari alam tersebut. Hampir seluruh makhluk hidup
mendapatkan senyawa nitrogen dari makhluk hidup yang lain.
Oleh sebab itu, reaksi fiksasi nitrogen sering disebut proses
topping-up atau fungsi penambahan pada tersedianya
cadangan senyawa nitrogen.
Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi
nitrogen melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun
asam nukleat. Di dalam tubuh, makromolekul ini dicerna
menjadi bentuk yang lebih kecil yaitu asam amino dan
komponen dari nukleotida, dan dipergunakan untuk sintesis
protein dan asam nukleat yang baru, atau senyawa lainnya.
Sekitar setengah dari 20 jenis asam amino yang ditemukan
pada protein merupakan asam amino esensial bagi vertebrata,
artinya asam amino tersebut tidak dapat dihasilkan dari asupan
nutrisi senyawa lain, sedang sisanya dapat disintesis dengan
menggunakan beberapa bahan dasar nutrisi, termasuk
senyawa intermediat dari siklus asam sitrat.
Asam amino esensial disintesis oleh organisme
invertebrata, biasanya organisme yang mempunyai lintasan
metabolisme yang panjang dan membutuhkan energi aktivasi
lebih tinggi, yang telah punah dalam perjalanan evolusi
makhluk vertebrata. Nukleotida yang diperlukan dalam sintesis
RNA maupun DNA dapat dihasilkan melalui lintasan
metabolisme, sehingga istilah "nukleotida esensial" kurang
tepat. Kandungan nitrogen pada purina dan pirimidina yang
didapat dari asam amino glutamina, asam aspartat dan glisina,
layaknya kandungan karbon dalam ribosa dan deoksiribosa
yang didapat dari glukosa.
Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam
proses metabolisme akan dioksidasi guna memperoleh energi.
protease
deaminasi
-------------------------
Siklus Fosfor
Transformasi fosfor oleh mikroba
Mikroba tanah dapat berperan dalam proses
penyediaan unsur hara untuk tanaman. Pada tanahtanah kahat unsur hara tertentu yang perlu masukan
tinggi untuk memanipulasi secara kimia agar
ketersediaannya meningkat, maka penyediaan secara
biologis dengan menggunakan mikroba menjadi sangat
penting. Kenyataan di alam, pada rhizosfer (daerah
sekitar perakaran) setiap tanaman merupakan habitat
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh
karenanya penggunaan mikroba yang hidup di rhizosfer
yang dapat meningkatkan serapan unsur hara tanaman
menjadi perhatian utama pada kajian ini. Mikroba yang
berperan dalam transformasi P dalam tanah adalah
mikoriza yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman
dan mikroba pelarut fosfat yang hidup bebas di daerah
perakaran.
a. Mikorhiza Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM)
Pada
keadaan
tanah
yang
kurang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, telah
ditemukan adanya simbiosis tanaman dengan sejenis
jamur yang disebut mikoriza. Mikoriza terdiri atas
beberapa macam spesies, simbion untuk tanaman
pertanian pada umumnya adalah endomikoriza yang
dikenal sebagai vesicular arbuskular mikoriza (VAM).
Tanaman memerlukan mikoriza untuk pengambilan
unsure
hara
terutama
kemampuannya
untuk
meningkatkan serapan P, sehingga dapat membantu
pertumbuhan tanaman terutama pada tanah-tanah
kahat P.
Vesikular
Arbuskular
Mikoriza
merupakan
simbiosa antara jamur tanah yang termasuk kelompok
Endogonales dengan semua tanaman yang termasuk
dalam Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan
Angiospermae,
kecuali
pada
family
Cruciferae,
Chenopodiaceae dan Cyperaceae yang belum diketahui
adanya simbiosis dengan jamur tersebut. Simbiosis
antara tanaman dengan mikoriza terjadi dengan
adanya pemberian karbohidrat dari tanaman kepada
jamur dan pemberian unsur hara terutama P dari jamur
kepada tanaman. Oleh karena itu perkembangan
mikoriza pada akar sangat tergantung pada tingkat
fotosintesis tanaman inang. Jamur membutuhkan
senyawa carbon yang dihasilkan oleh tanaman inang,
sehingga kemampuan tanaman untuk mensuplai
senyawa carbon dari hasil fotosintesis menentukan
keberhasilan tanaman bersimbiosis dengan jamur. Akar
tanaman dapat menghasilkan senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan jamur VAM. Senyawa
tersebut berupa flavonoid yang disebut eupalitin (3,5dihidroksi-6,7-dimetoksi-4-hidroksi flavon) yang dapat
merangsang pertumbuhan hifa VAM, selain itu ada
senyawa lain yang belum teridentifikasi yang dapat
berfungsi sebagai molekul sinyal untuk terjadinya
simbiosis tanaman-VAM.
Bagian penting dari VAM adalah adanya hifa
eksternal yang dibentuk diluar akar tanaman. Hifa ini
membantu memperluas daerah penyerapan akar
tanaman. Jumlah miselium eksternal dapat mencapai
80 cm per cm panjang akar, yang perkembangannya
dipengaruhi oleh keadaan tanah terutama aerasi.
Dengan semakin luasnya daerah penyerapan akar
maka semakin besar pula daya serap akarnya,
sehingga adanya mikoriza pada perakaran tanaman
akan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara.
Penyerapan air oleh akar juga menjadi lebih besar,
sehingga tanaman lebih tahan terhadap kekeringan.
Manfaat
lain
adanya
mikoriza
adalah
dapat
meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen
akar, dan dapat memproduksi hormon dan zat pengatur
tumbuh yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman.
Vesikular
Arbuskular
Mikoriza
mempunyai
struktur hifa eksternal dan hifa internal, hifa gulung,
arbuskul dan vesikula. Hifa jamur mikoriza tidak
bersekat, tumbuh diantara sel-sel korteks dan
bercabang-cabang di dalam sel tersebut. Di dalam
jaringan yang diinfeksi dibentuk hifa yang bergelunggelung atau bercabang-cabang yang sering disebut
arbuskul. Arbuskul merupakan cabang-cabang hifa
dikotom, struktur ini akan tampak sebagai massa
protoplasma yang berbutir-butir dan bercampur baur
dengan protoplasma sel tanaman. Arbuskul mempunyai
hifa bercabang halus yang dapat meningkatkan 2-3 kali
luas permukaan plasmolema akar, dan diduga berperan
sebagai pemindah unsur hara antara jamur dan
tanaman inang. Arbuskul dapat dibentuk dua sampai
tiga hari setelah infeksi jamur terjadi pada perakaran.
Vesikula mengandung lipida, terutama berfungsi
sebagai organ penyimpan. Apabila sel kortek rusak,
vesikula dapat dibebaskan ke dalam tanah, dan
selanjutnya dapat berkecambah dan merupakan
propagul infektif. Perakaran yang terinfeksi VAM tidak
terjadi perubahan nyata secara fisik, sehingga hanya
dapat dideteksi dengan teknik pewarnaan dan diamati
dengan mikroskop. Di dalam tanah, mikoriza dapat
membentuk spora yang tumbuh satu-satu atau
berkelompok yang disebut sporokarp. Berdasarkan tipe
sporanya,
dibedakan
yang
dapat
membentuk
klamidospora, yaitu genera Glomus, Sclerocystis, dan
Complexipes. Sedangkan yang membentuk asigospora
adalah genera Gigaspora, Acaulospora dan Entrophospora.
Pengaruh yang menguntungkan dari mikoriza
untuk pertumbuhan tanaman, yang menunjukkan
bahwa tanaman yang bermikoriza mempunyai berat
kering yang lebih besar dari tanaman yang tidak
bermikoriza. Tanaman yang bermikoriza tumbuh normal
sedangkan tanaman tanpa mikoriza menunjukkan
gejala defisiensi P. Mikoriza memperbaiki pertumbuhan
tanaman dengan jalan meningkatkan penyerapan
unsurunsur hara dari dalam tanah, terutama unsur P.
Oleh karena P merupakan hara utama untuk
pertumbuhan tanaman, maka pengaruh infeksi
mikoriza sangat nyata. Dengan demikian respon
pertumbuhan tanaman merupakan akibat langsung
ataupun tidak langsung dari perbaikan penyerapan P.
Selain itu juga didukung oleh peningkatan serapan
unsur-unsur lain, seperti N, S, Zn dan Cu.
b. Mikroba Pelarut Fosfat
Bakteri yang diketahui dapat melarutkan fosfat
adalah bermacam-macam spesies dari genera Bacillus,
Pseudomonas, Arthrobacter, Micrococcus, Streptomyces, dan
Flavobacterium.
Spesies-spesies
bakteri
yang
mempunyai daya tinggi untuk melarutkan fosfat adalah
Pseudomonas striata, P. rathonis, Bacillus polymyxa, dan
Bacillus megaterium. Semua bakteri tersebut mempunyai
kemampuan yang stabil dalam melarutkan P tidak
tersedia dalam tanah dan batu fosfat. Kebanyakan
bakteri yang dapat melarutkan fosfat adalah bakteri
pembentuk spora. Selain bakteri, berbagai jamur yang
diketahui dapat melarutkan fosfat adalah bermacammacam spesies dari genera Aspergillus, Penicillium dan
khamir. Beberapa varitas dari spesies jamur Aspergillus
niger mempunyai daya tinggi untuk melarutkan fosfat.
Mikroba
pelarut
fosfat
heterotrof
dapat
menghasilkan asam-asam organik. Berbagai asam
organik tersebut terutama asam-asam hidroksi dapat
mengikat secara khelat dan membentuk kompleks yang
relatif stabil dengan kation-kation Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan
Al3+, sehingga fosfat yang semula terikat oleh kationkation tersebut menjadi terlarut. Beberapa bakteri
disamping menghasilkan asam organik non-volatil juga
dapat membentuk asam volatil. Asam organik yang
dihasilkan oleh satu jenis bakteri dapat bermacammacam, seperti asam glukonat. Pembentukan asam
organik seperti asam-asam karboksilat yang terjadi
selama perombakan bahan organik oleh jamur dapat
menyebabkan larutnya batu fosfat. Pelarutan batu
fosfat dapat diketahui dengan meningkatnya Ca yang
terlepas dari batu fosfat. Dari metode tersebut
diketahui bahwa pelarutan batu fosfat meningkat terus
sampai hari ke 90. Peningkatan jumlah asam
karboksilat dan total keasaman organik sebanding
dengan peningkatan pelarutan batu fosfat.
Beberapa mikroba yang bersifat khemolitotrofik
juga berperan dalam proses pelarutan fosfat tidak
tersedia dalam tanah. Bakteri kelompok Nitrosomonas
dan Thiobacillus berturut-turut dapat menghasilkan
asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut
merupakan asam kuat yang mampu melarutkan fosfat
yang berbentuk tidak larut.
all living things, the creatures of the soil community need food,
water, and air to carry on their activities A basic diet of plenty of
organic material, enough moisture, and well-aerated soil will
keep their populations thriving.
Soil creatures thrive on raw organic matter with a
balanced ratio of carbon to nitrogen, about 25 to 30 parts
carbon to 1 part nitrogen. Carbon, the form of carbohydrates,
is the main course for soil organisms. Given lots of it, they grow
quickly scavenging every scrap of nitrogen from the soil system
to go with it. Thats why adding lots of high-carbon materials to
your soil can cause nitrogen deficiencies in plants. In the long
term, carbon is the ultimate fuel for all soil biological activity and
therefore of humus formation and productivity. A balance supply
of mineral nutrients is also essential for soil organisms, and
micronutrients are important to the many bacterial enzymes
involved in their biochemical transformations
Jaring-jaring
makanan
dalam
tanah
(Sumber:
http://www.ecowalkthetalk.com/blog/2010/06/14/o
rganic-gardening-importance-of-balanced-soils/
.. diunduh 25/6/2011)
Keterkaitannya
DAFTAR PUSTAKA
Anderson J.M. 1994. Functional Attributes of Biodiversity in
Landuse System: In D.J. Greenland and I. Szabolcs
(eds). Soil Resiliense and Sustainable Land Use. CAB
International. Oxon
Andre. 2010. http://boymarpaung. wordpress. com/ 2009/ 02/
19/ sifat-biologi-tanah/ 19 Februari 2009. [Diakses pada
17 Maret 2010].
Annisa.
2008.
http://www.lihatkita.co.cc/2010/01/filumarthropoda.html. [Diakses pada 20 Juni 2011].
Atkinson, C. F., D.D. Jones and J.J. Gauthier. 1996.
Biodegradabilities and microbial activities during
composting of municipal solid waste in bench-scale
reactors. Compost Science and Utilization. 4,4: 14-23.
Baker G.H. 1998. Recognising and responding to the
influences of agriculture and other land use practices on
soil fauna in Australia. App.Soil Ecol. 9,303-310.
Bear, F.E. 1964. Chemistry of the soil, ACS Monograph series
No. 160, P. 258.
Chefetz, B., F. Adani, P. Genevini, F. Tambone, Y. Hadar, and Y.
Chen. 1998. Humic acid transformation during
composting of municipal solid waste. Journal of
Environmental Quality 27: 794-800.
Crossley Jr. D.A., B.R.Mueller dan J.C. Perdue. 1992.
Biodiversity of microarthopds in agricultural soil:
relations to processes. Agric. Ecosyst. Environ. 40,3746
Day, D.L., M. Krzymien, K. Shaw, W.R. Zaremba, C. Wilson, C.
Botden, and B. Thomas. 1998. An investigation of the
chemical and physical changes occurring during
commercial composting. Compost Science and
Utilization 6 (2): 44-66.
Doran J.W. dan Parkin. 1994. Definning and assessing soil
quality, in J.W. Doran D.C. Coleman D.F. Bezdick and
B.A Stewart (eds). Defining Soil Quality for Sustainable
Enironment. SSSA Special Publication 35. SSSA.
Madison pp 3 -21
Epstein E. 1997. The science of composting. Technomic
Publishing, Inc., Lancaster, Pennsylvania, p. 83.
Finstein , M. S., F.C. Miller, P.F. Strom. 1986. Waste treatment
composting as a controlled system. pp. 363-398. In: W.
Schenborn (ed). Biotechnology. Vol. 8-Microbial
degradations. VCH Verlaqsgedellschaft (German
Chemical Society): Weinheim F.R.G.
Hairiah, K., Widianto., D. Suprayogo., R. H. Widodo., P.
Purnomosidhi., S. Rahayu., M. V. Noordwijk. 1986.