Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rerata laju transpirasi. Pada perlakuan cukup air
didapatkan hasil rerata kadar lengas sebesar 28,67%, perlakuan agak kering didapatkan hasil
sebesar 4,23%, perlakuan kering didapatkan hasil sebesar 3,73. Sedangkan rerata laju transpirasi
pada perlakuan cukup air didapatkan hasil sebesar 0,38, perlakuan agak kering didapatkan hasil
sebesar 0,17, perlakuan kering didapatkan hasil sebesar 0,3.
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2 y = 0.0058x + 0.2126
R² = 0.6068
0.1
p-value = 0.315
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
-0.1
-0.2
Kadar Lengas (%)
Grafik 1. Pengaruh Kadar Lengas dengan Laju Transpirasi Menggunakan Metode Gravimetri
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa peningkatan kadar lengas menggunakan
metode gravimetri berkaitan dengan laju transpirasi yang cukup erat dengan nilai R2 0,6068 .R2
menunjukkan tingkat keterkaitan suatu kejadian sebab akibat, nilai R yang lebih besar dari 0.5
dan semakin mendekati satu menandakan hubungan sebab akibat yang erat antara dua faktor.
Nilai P percobaan ini kurang dari alpha (0.5) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima bahwa
kadarlengas berpengaruh pada laju respirasi.
Tabel 2. Rerata hasil pengamatan pengaruh kadar lengas terhadap laju transpirasi dengan
metode kobal klorid
Rerata Rerata
Kadar Waktu
Perlakuan
Lengas Transpirasi
(%) (menit)
Cukup Air 28.67 2.61
Agak Kering 4.23 17.71
Kering 3.73 47.46
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rerata laju transpirasi. Pada perlakuan cukup air
didapatkan hasil rerata kadar lengas sebesar 28,67%, perlakuan agak kering didapatkan hasil
sebesar 4,23%, perlakuan kering didapatkan hasil sebesar 3,73%. Sedangkan rerata laju
transpirasi pada perlakuan cukup air didapatkan hasil sebesar 2,61, perlakuan agak kering
didapatkan hasil sebesar 17,71, perlakuan kering didapatkan hasil sebesar 47,46.
50
Waktu Transpirasi (menit)
40
y = -1.2352x + 37.527
R² = 0.6046
30 p-value = 0.032
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kadar Lengas (%)
Grafik 2. Grafik Pengaruh Kadar Lengas terhadap Laju Transpirasi dengan Metode Kobal Klorid
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa peningkatan kadar lengas menggunakan
metode gravimetri berkaitan dengan laju transpirasi yang cukup erat dengan nilai R2 0,6068.
Dengan didapatkan hasil p-value sebesar 0,032.
KAN
Perlakuan penyiraman Rerata
Ul. 1 Ul. 2 Ul. 3
Cukup Air 0.76 0.69 0.73 0.73
Agak Kering 0.46 0.56 0.76 0.59
Kering 0.10 0.11 0.09 0.10
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pengaruh lengas terhadap kadar air nisbi
dengan perlakuan penyiraman cukup air pada ulangan 1 0,76, ulangan 2 0,69, ulangan 3 0,73,
agak kering pada ulangan 1 0,6, agak kering 0,56, ulangan 3 0,76, kering pada ulangan 1 0,10,
ulangan 2 0,11, ulangan 3 0,09. Sedangkan rerata didapatkan hasil secara berurutan yaitu 0,73,
0,59, 0,10.
Hubungan Kadar Lengas dengan KAN
0.80
0.70
Kadar Air Nisbi 0.60
0.50
y = 0.0157x + 0.2827
0.40 R² = 0.4598
0.30 p-value=0.0773
0.20
0.10
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35
Kadar Lengas (%)
Stomata ini membuka dan menutup bergantung pada kadar air tanaman serta lingkungan.
Keadaan yang terlalu lembab/kandungan iar tanaman tinggi, maka stomata akan terus menerus
terbuka. Hal ini terjadi pada tanaman air seperti teratai. Penguapan ini dibutuhkan agar jaringan
tidak kelebihan air. Stomata dipermukaan atas daun (epistomatous) merupakan akibat dari
rendahnya tekanan seleksi gen untuk mengendalikan bukaan stomata pada tanaman air. Hal ini
karena tanaman air tidak memiliki kerugian yang signifikan jika stomata terbuka
permanen(Shtein, Popper, dan Harpaz-Saad,2017). Mekanisme ini jarang ditemukan pada
tanaman darat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata
yaitu:
a) Faktor eksternal :
1) Intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2 dan asam absisat (ABA). Cahaya
matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air,sehingga stomata membuka pada
pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stomata membuka.
2) Karbon dioksida, tekanan parsial CO2 yang rendah dalam daun akan menyebabkan pH
sel menjadi tinggi. Pada pH yang tnggi 6-7 akan merangsang penguraian pati menjadi gula,
sehingga stomata terbuka.
3) Air, apabila tumbuhan mengalami kekurangan air, maka potensial air pada daun akan
turun, termasuk sel penutupmya sehingga stomata akan tertutup.
4) Cahaya, dengan adanya cahaya maka fotosintesis akan berjalan, sehingga CO2 dalam
daun akan berkurang dan stomata terbuka.
5) Suhu, naiknya suhu akan meningkatkan laju respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun
meningkat, pH akan turun dan stomata tertutup.
6) Angin, angin berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata secara tidak
langsung. Dalam keadaaan angin yang bertiup kencang pengeluaran air melalui transpirasi
seringkali melebihi kemampuan tumbuhan untuk menggantinya. Akibatnya daun dapat
mengalami kekurangan air sehingga turgornya turun dan stomata akan tertutup.
b) Faktor internal (jam biologis) : Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari
sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang
Tabel 4. Rerata hasil pengamatan kadar lengas terhadap kerapatan dan lebar bukaan stomata
Rerata
Rerata
Rerata Lebar
Kerapatan
Perlakuan Kadar bukaan
stomata
Lengas (%) stomata
(jumlah/mm2)
(µm)
Cukup air 28.67 130.67 0.15
Agak kering 4.23 160 0.009
Kering 3.37 0 0
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil rerata kadar lengas pada perlakuan cukup air
sebesar 28,67%, pada perlakuan agak kering sebesar 4,23%, pada perlakuan kering sebesar
3,37%. Sedangkan pada rerata kerapatan stomata didapatkan hasil cukup air sebesar 130,67, pada
perlakuan agak kering sebesar 160, pada perlakuan kering sebesar 0. Pada rerata lebar bukaan
stomata didapatkan hasil perlakuan cukup air sebesar 0,15 µm, pada perlakuan agak kering
sebesar 0,009 µm, pada perlakuan kering sebesar 0 µm.
160
Kerapatan Stomata (jumlah mm-2)
y = 2.2021x + 70.265
140 R² = 0.1379
p-value=0.357
120
100
Kerapatan stomata
80
Linear (Kerapatan
60 stomata)
40
20
0
0 10 20 30 40
Kadar Lengas (%)
0.14
0.12
y = 0.006x - 0.0181
0.1 R² = 0.9994 Lebar Bukaan stomata
p-value = 0.000308
0.08
Linear (Lebar bukaan
0.06 stomata)
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40
Kadar lengas (%)
Grafik di atas menjelaskan bahwa semakin tinggi kadar lengas tanah maka semakin
tinggi pula tingkat kerapatan dan lebar bukaan stomata. Hal ini disebabkan oleh hubungan
antara jumlah air yang tersedia bagi tanaman dengan tingkat kecepatan transpirasi pada
tanaman. Semakin banyak air yang tersedia untuk tanaman maka tingkat transpirasi akan
semakin cepat untuk memacu tingkat kecepatan transpirasi maka tanaman akan
memperbanyak jumlah stomata dan membuka stomata selebar mungkin agar aliran air dari
tanah hingga ke daun semakin cepat. Selain itu, membuka dan menutupnya stomata
dipengaruhi oleh tekanan turgor tanamanya. Jika pada keadaan cukup air sel penjaga akan
membesar karena banyak menyerap air yang membuat stomata membuka karena tekanan dari
sel penjaga namun jika keadaan kering air pada sel penjaga akan hilang sehingga stomata
menutup serta ada senyawa yang berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata
yaitu ABA yang di bentuk di akar yang berfungsi untuk memberitahu sel penjaga bahwa
ketersediaan air untuk tanaman telah menipis sehingga stomata akan menutup. Hal ini sesuai
dengan penelitian Permanasari dan Sulistyaningsih (2013) mengatakan bahwa penurunaan
lebar bukaan stomata terjadi secara linier seiring dengan penurunan kadar lengas tanah.
Lebar bukaan stomata secara nyata mulai menurun sebesar 28 dan 39 % pada kadar lengas
tanah 40 % dan 20 % kapasitas lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Benninga, H_J.F., CDU Carranza, M Pezji, P van Santen, MJ vanderPloeg, DCM Angustijn,dan
R vanderVelde.2018.The Raam regional soil moisture monitoring network in the
Netherlands.Earth Syst Sci Data 10:61-79.
Haryanti, .S dan Meirina, .T. 2009. Optimalisasi pembukaan porus stomata daun kedelai
(Glycine max (L) merril) pada pagi hari dan sore. Bioma. Vol 11 (1) : 18-20.
Haryanti, .S. 2013. Jumlah dan distribusi stomata pada daun beberapa spesies tanaman
dikotil dan monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol 18 (2) : 21-23.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh volume pemberian air terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit di pembibitan utama. Agroteknologi. Vol 1 (2) : 64-74.
Permanasari, I., dan E. Sulistyaningsih. 2013. Kajian fisiologi perbedaan kadar lengas tanah dan
konsentrasi giberelin pada kedelai (Glycine max L.). Jurnal Agroteknologi 4(1): 31-39.
Setiawan, Tohari, dan Shiddieq .D. 2012. Pengaruh cekaman kurang air terhadap beberapa
karakter fisiologis tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Ilmu Pertanian. Vol 15 (2)
: 85-99.
Setiawan, Tohari, dan Shiddieq .D. 2013. Pengaruh cekaman kurang air terhadap beberapa
karakter fisiologis tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Littri. Vol 19 (3) : 108-
111.
Shtein, I., Z.A. Popper, dan S. Harpaz-Saad.2017.Permanently open stomata of aquatic
angiosperms display modified cellulose crystallinity patterns.Plant Signalling &Behavior
12(7) : 1-5.
Taiz Taiz, L., dan E. Zeiger.2002.Plant Physiology, 3rd ed.London:Sinauer Associates.
Trisnawati, E., Dewid A., dan Abdullah S. 2013. Pembuatan kitosan dari limbah cangkang
kepiting sebagai bahan pengawet buah duku dengan variasi lama pengawetan. Jurnal
Teknik Kimia. Vol 19 (2) : 17-26.
Walker, J.P. dan R.H. Paul. 2002. Evaluation of the Ohmmapper instrument for soil
measurement. Soil Science Society of America Journal 66: 223-234.
Yoo, C. Y., H.E., P. M. Hasegawa, M. V. Mickelbart. 2009. Regulation of transpiration to
improve crop water use. Plant Science. Vol 26 (1) : 410-425.
Yulius A., Nanere J. I., Arifin, dan Samorsi S. 1997. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja
Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Ujung Pandang.