Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Trichoderma sp


Trichoderma adalah jamur yang mampu memproduksi senyawa
antibakteri dan antifungi. Menurut Harman (2004) klasifikasi taksonomi dari
Trichoderma sp adalah:
Kingdom : Fungi
Divisio : Deuteromycota
Class : Deuteromycetes
Subkelas : Deuteromycetidae
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliacea
Genus : Trichoderma
Adapun gambar dari Trichoderma sp adalah:

Gambar 1. Trichoderma sp.

Trichoderma asperellim T.N.C52 dan T.N.J63 termasuk ke dalam jenis


jamur yang merupakan mikioba biokontrol dan beikemampuan mtuk membunuh
mikroorganisme lainnya karena menghasilkan enzim kitinase yang dapat
menghambat fimgi patogen (Nugroho dkk, 2003). Selam menghasilkan kitinase,
Trichoderma asperellum T.N.J63 juga menghasilkan selulase, xiianase dan
laminarinase (Nugroho, 2006; Oktavianis, 2007 ; Silitonga, 2009)

4
Galur Trichoderma sp yang diisolasi dari tanaman kelapa sawit, bayam dan
sawi diidentifikasi secara morfologi. Identifikasi spesies dari Trichoderma secara
morfologi saja dapat mencapai kesalahan hingga 50 % (Druzhinina dan Kubicek,
2005). Adapun jenis - jenis Trichoderma tersebut adalah :
a) Trichoderma harzianum
Jenis Trichoderma ini adalah hasil isolasi dari tanah tanaman sayuran
contohnya sawL Kolonmya dalam medium tumbuh cepat dan membentuk daerah
melingkar waraa hijau terang sampai gelap. Hifa bersepta, dinding licin,
ukurannya 1,5 - 2,0 fim, pada cabang utama hife membentuk sudut siku - siku.
Konidiofor membentuk suatu kelompok agak lonjong dan berkembang
membentuk daerah seperti cincin (Puspita, 2004).

b) Trichoderma viride
Hasil isolasi dari tanah sayuran bayam termasuk kedalam jamur uii.
Bentuk koloni awal permukaannya lembut bening dan beikembang menjadi bulu
- bulu tipis yang jarang dan wama keputihan. Konidia T. viride mempunyai
ukuran 2,8 - 4,5 fim berbentuk tetap dan homogen, cabang utama konidiofor
berukuran 4 - 5 |im (Puspita, 2004).

c) Trichoderma pseudokoningii
Sifat morfologi jamur ini yaitu mempunyai konidiofor yang lurus, diujung
konidiofor seperti sikat yang tebal d e n ^ sistem percabangan dihubun^can oleh
fialid yang lonjong, konidia berwama merah jambu atau hijau yang dihasilkan
dalam masa padat dari fialid. Koloninya pada medium tumbuh agak jarang, halus,
wamanya berubah - ubah sesuai dengan petkembangan konidia dari putih, putih
kehijauan sampai hijau gelap dan mei^eluaikan pigmen kedalam medium
sehingga berwama kekuningan. Adapun contohnya adalah isolasi dari tanah
k e l ^ sawit (Puspita, 2004).

5
2.2. Xilan
Produksi enzim xiianase sebagai sumber karbon adalah xilan. Xilan
dengan aktivitas xiianase dihasilkan oleh mikroorganisme akan terhidroUsis
menjadi xilosa. Adapun reaksinya seperti berikut ini:
C5H8O4 + H2O C5H10O5

Xilan Xilosa
Stniktur xilan dapat digambarican seperti dibawah ini:

t=

i Ct-eiACt-ROrtlOWit ',EC 5-211

11}.>«rc 1. Su-»^(itc !jfKjiasf end cnx^KMVfk-av3^

Gambar 2. Struktur Xilan


Hemiselulosa xilan merupakan polimer xilosa yang berikatan dengan p-1,4
dengan jumlah monomer ISO - 200 unit Rantai xilan bercabang dan struktumya
tidak terbentuk kristal sehingga lebih mudah dimasuki pelarut dibandin^can
dengan selulosa. Xilan termasuk komplek HeteropoUsakarida dan rantai cabang
yang terdiri dari unit D-Mlophanosa homopolimer dihubungkan dengan ikatan p-
1,4 D-glikosidiL Rantai mi mempunyai beberapa substituen di setiap rantai
samping seperti gugus 0-asetil, a-L-arabmofiuanosil, D-glukuronil dan residu O-
metil D<glukuronil. Hidrolisis xilan meliputi dua tipe enzim utama yaitu endo-p-
1,4-xilanase (1,4- P-xilan xilanohidrolase) dan P-xilosidase (P-D-xilosida
xilohidrolase) (Richana, 2002).

6
2.3. Xiianase
Xiianase adalah kelompok enzim yang dapat menghidrolisis hemiselulosa
yaitu pada xilan atau polimer dari xilosa dan xilo-oUgosakarida. Xiianase
dihasilkan dari beberapa mikroorganisme pada kondisi yang ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Mikroorganisme Penghasil Xiianase
Berat
Mikroorganisme Suhu tumbuh Suhu optimum pH Molekul
CQ (kDa)
Jamur
Aspergillus sp 24-30 45-60 4,5-6 22,0-46,5
Criptococcus 20 55 4,5 25,0
flavus
Fusarium 26 50 5,0 80,0
oxysporium
Neurospora 28 50 4,8 33,0
crassa
Penicillum sp 25 40 6,0 35,0
Trichoderma sp 25-30 50-60 3,5-6,5 1,8-32
Bakteri
Bacillus sp 37-50 50-70 6,0-10,0 16-43
Clostridium sp 37-65 50-75 5,5-7,0 29,0-72,0
Sutnber; Smm (Im AntrmMm ilW)
Xiianase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang dihidrolisis yaitu:
• P-xilosidase, xiianase yang mampu menghidrolisis xilo-oligosakarida rantai
pendek menjadi xilo-sa.
• Eksoxilanase, mampu memutuskan rantai polimer xilosa (xilan) pada ujung
reduksi sehmgga menghasilkan xilosa sebagai rantai pendek
• Endoxilanase, mampu memutuskan ikatan P 1-4 pada bagian dalam rantai
xilan secara teratur.
(Richana, 2002)
Komposisi media untuk produksi xiianase d ^ t dilihat pada kondisi
termofilik, alkalofilik dan media netral yang ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut ini:

7
Tabel 2. Media Pertumbuhan Bakteri Penghasil Xiianase
Komposisi ( %)
Bahan Media AUcali Media Netral
Polipepton 0,5 -
Ekstrak khamir 0,1 0,2
K2PO4
0,1 1,5
MgSQ4.7H20 0,02 QMS
Xilan (sumber karhon) 0,5 0,7
NaCl - 0,25
NH4a - 0,5
Na2HP04 5,0
Sumber: Nakamura (1993); Dung et al (1993)
Pengembangan proses hidrolisis secara enzimatis merupakan prospek baru
dalam penanganan limbah hemiselulase. Pemanfaatan xiianase dapat dilihat dalam
berbagai proses yaitu:
1. Proses Pembuatan Kertas, digunakan untuk menghilangkan hemiselulosa
dalam proses bleaching. &izim ini pengganti cara kimia sehingga pencemaran
racun lunbah dapat dihindari.
2. Hidrolisis Xilan menjadi Gula Xilosa
3. Peningkatan Kualitas Roti yaitu menambahkannya pada tepung terigu
sehmgga roti mengembang 10 % dari sebelumnya dan mengontrol penyerapan
air.

2.4. Metode DNS (Dinitrosalisilat acid)


Metode DNS adalah Metode Miller yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan gugus karbonil bebas yang disebut Gula Pereduksi. Reaksi ini
merupakan oksidasi gugus fungsi Aldehid dalam senyawa contohnya glukosa dan
gugus fungsi keton pada Fruktosa. Secara bersamaan asam 3,5 duurosalisilat
(DNS) direduksi menjadi asam 3-ammo,5-{utrosalisilat yang bersifat alkali.
Oksigen yang terlarut bisa bercampur dengan oksidasi glukosa dan sulfit Hal ini
dapat dilihat seperti reaksi dibawah ini:

Gugus Aldehid Gugus Karboksilat

8
Asam 3,5 - Dinitrosalisilat Asam 3 amino, 5 nitrosalisilat
Gambar 3. Senyawa 3,5 dinitrosalisilat

Deteksi gula reduksi dengan metode DNS dipilih karena metode NS


(Nelson Somogyi) memiliki reagen yang sangat sensitif teibadap betbagai fiiktor
pengganggu, dan lebih mahal dan beracun. Meskipun demikian, sebenamya reaksi
NS lebih spesifik dari pada reaksi DNS. Ketidak spesifilain reaksi DNS dapat
diatasi dengan menggunakan kontrol yang baik (Bailey, 1992).

2.5. Antibiotik
Antibiotik adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh beberapa
mikroorganisme hidup dan mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Penisilin yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh Penicillium yang banyak
digunakan sebagai pembunuh bakteri sebagai antibiotik pertama yang ditemukan
(Waluyo, 2004).
Jenis Mitibiotik berdasarican kemampuan mempengaruhi banyaknya jenis
mikroba dibagi menjadi dua jenis yaitu antibiotik berspektrum sempit dan
berspektrum luas. Antibiotik berspektrum sempit misahiya Penisilin G yang
mempengaruhi bakteri gram positif sedat^can berspektrum luas mempengaruhi
bakteri gram positif dan negatif misahiya tetrasiklm, ampisiUn dan lain - lam.
Pertumbuhan mikroorganisme dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Zat
antibakterial digunakan karena mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
melalui pen^iambatan pertumbuhan bakteri (Pratama, 2005).
Pericembangan bakteri patogen yang resisten terhadap antibiotik yang ada
di pasaran mendukung penelitian untuk memperoleh antibiotik baru. Berbagai
jenis Trichoderma menghasilkan bermacam - macam antibiotik dengan perbedaan
struktur kimia (Nugroho, 2006). Jamur Trichoderma sp. seperti Hypocrea,

9
Hypocreales dan Ascon^cota mengandung beberapa spesies dengan galur yang
menonjol unUik kepentingan ekonomi yaitu sumber enzim dan antibiotik. Bentuk
metabolit sekunder yang antagonistik merupakan faktor penting dalam semua
proses interaksi Trichoderma dengan organisme hidup lamnya. Metabolit
sekunder telah diisolasi dan dikarakterisasi dari berbagai spesies Trichoderma
diantaranya peptaibol dan peptabiotik yang mempakan kelas unik dari peptida
(Kubicek, 2007). Golongan peptaibol dan peptabiotik merupakan antibiotik baru
yang dianggap penting sehmgga perlu untuk mengisolasi, memahami struktur dan
bioaktivitasnya (Nugroho, 2009). Jenis senyawa antibiotik yang diisolasi dari
Trichoderma itu diantaranya adalah :
1. Peptabiotik
Peptabiotik merupakan antibiotik baru yang penting dan telah diisolasi
dari Trichoderma. Peptabiotik adalah antibiotik peptida non-ribosomal rantai
pendek (umumnya kurang dari 20 residu) yang kaya asam amino unik non-
proteinogenik yaitu asam a-aminoisobutirat (Aib) dan asam amino teralkilasi
seperti isovalm (Iva) atau asam ammo hidroksiprolm. Peptaibiotik yang
mengandung gugus 1,2-amino alkohol pada ujung C-nya disebut peptaibol
(Krauseera/.,2006),

2. Peptaibol
Nama "peptaibol" bagian dari kata peptida, Aib dan amino alkohol.
Peptaibol yang dibentuk oleh Trichoderma biasanya terdiri dari 18 - 20 asam
ammo residu. Peptaibol yang dihasilkan oleh spesies Trichoderma sangat
heterogen, yaitu ukuran dan komposisi asam ammo pada beberapa sekuensing dan
kultur dari galur tunggal biasanya terdiri dari beberapa komponen (Kubicek dkk,
2007). Salah satu peptaibol yang sudah banyak diteliti adalah trichotoxm.
Peptaibol dihasilkan oleh Trichoderma galur biokontrol dari isolasi, elusidasi
struktur dan bioaktivhas (Nugroho, 2006).
Umumnya peptaibol yang sudah diteliti menghambat bakteri gam positif,
Mycoplasma dan Spiroplasma (Duval et a/.,1997). Trichoderma asperellum
T.NJ63 dan T,N.C52 dapat menghambat pertumbuhan bakteri garam positif dan
khamir. Senyawa antibakteri dan anti khamir ini kemungkinan besar mempakan

10
peptaibol (Nugroho et al, 2006; Jasril et al, 2006). Bentuk dasar membran aktif
peptaibol disebut Alameticin. Menurut Duclohier (2007) jenis - jenis dari
peptaibol adalah Harzianins ( rantai 14 residu peptaibol ), Trichotoxin ( rantai 18
residu peptaibol), dmAntiamoebin ( rantai 16 residu peptaibol).
Penelitian bioaktivitas peptaibol menunjukkan bahwa beberapa peptaibol
memiliki bioaktivitas lain yang sangat penting pada aktivitas antibiotiL Contoh
dari jenis peptaibol ini adalah SPF-5506-A4, suatu peptaibol yang diproduksi
Trichoderma sp. Fungsi peptaibol pada Trichoderma adalah senjata utama untuk
pertahanan yaitu sporanya selalu dilmdungi dengan baik daripada hipa dan
akhimya membentuk banyak peptaibol. Akan tetapi peptaibol memberikan fungsi
yang berbeda pada Trichoderma dan akhimya berpengaruh terhadap produksi
jamur yang lain. Hal yang menarik bahwa bagian lamnya membentuk peptida
antibiotik, gramicidm, induksi sporalasi dalam menghasilkan bakteri pada
Bacillus subtilis. Pada jamur juga diketahui peptida yang struktumya tidak
dikarakteristik mengmduksi sporulasL Spomlasi Trichoderma harzianum yang
telah pecah menjadi normal, galumya masih dihasilkan peptaibol rantai pendek
dan tidak sempuraa dari bentuknya (Kubicek, 2007).

2.6, Metode Overlay


Metode Overlay adalah suatu metode untuk melihat kemampuan jamur
atau sampel yang menghasilkan senyawa antibiotik pada media padat Jamur yang
akan diujikan terlebih dahulu ditanam pada media padat dalam cawan petri steril.
Biakan jamur sampel ini dilapisi det^an biakan mikroba uji dan amati zona
bening yang dihasilkan (Rozita,

11

Anda mungkin juga menyukai