ASPeG
(Aksi Sastra Peduli Gaza)
Didukung oleh
Prasasti Pena
(Komunitas Wartawan Seni Budaya & Pendidikan)
BILA LAGI
Andi Jamaluddin di Tanah Bumbu
ASPeG 04
Malaikat Kecil
Iin Parlina di Banjarmasin
ASPeG 11
ELEGI GAZA
M Radhite Nor Rizki di Banjarmasin
ASPeG 20
Harapan Jiwa
Nur Adam Setia Hadi di Banjarbaru
ASPeG 24
EPISODE GAZA
Nurul Hidayah di Alabio
ASPeG 25
Hujan Asam
Ricki Ade Kurnia di Banjarmasin
ASPeG 26
Tangisan Gaza
Sari di Banjarmasin
ASPeG 27
JALUR GAZA
Sujudi Akbar Pamungkas di Kotawaringin Timur
ASPeG 28
Selimut Darah
Syaifullah di Banjarmasin
ASPeG 29
Untaian Doa
Triana Swastikasari di Banjarmasin
ASPeG 32
Epilog
Prolog
Proses pengumpulan puisi dimulai dari 1 Agustus 2014 melalui email puisi.gaza@gmail.com.
Berbagai kendala membuat antologi puisi ini baru bisa diselesaikan pada Juni 2015.
Seperti proses kemerdekaan Palestina sendiri yang melalui jalan panjang penuh penderitaan.
ASPeG
(Aksi Sastra Peduli Gaza)
Andi Jamaluddin
BILA LAGI
mendengar jerit daun-daun mengering
yang jatuh di halaman
seperti disayat sembilu
di jaringan empedu
pedih berkulai debu
bahkan terinjak-injak hujan
tengah malam
pohon makin tinggi meranggas kerimbunan daun
pada ranting yang tiada tangis lagi
anginpun makin angkuh
di kejauhan, senandung darah
menyiram ladang-ladang
dari ketandusan rasa
daun-daun tak ada daya
meski menjerit selengking langit
wahai, Palestina
anak-anak dan perempuan menjadi menara
meneriakkan pohon tempat mereka berteduh
meranggas
adalah penantian setetes air
menyiramkan dahaga
bila lagi daun-daun hijau
teduhkan halaman
merenda rindu
pada noktah senyuman.
Pagatan, 08-09-2014.
Awaludin
Awaludin, lahir pada 5 April 1989 di Lok Baintan. Ia tingal di Jl Lok Baintan, RT 3, Kecamatan Sungai
Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
En Kurliadi NF
Gustu Sasih
Haitami
Heri Surahman
Heri Surahman lahir di Bangun Harjo, 17Agustus 1990. Pria lulusan STKIP PGRI Banjarmasin ini, kini
menjadi pengajar di SMAN 5 Banjarmasin.
Iberahim
Iin Parlina
Malaikat Kecil
Sosok-sosok mungil itu berdarah-darah
Sosok-sosok mungil itu menganga
Sosok-sosok mungil itu terbelalak
Sosok-sosok mungil itu terbujur kaku
Sosok-sosok mungil itu tergeletak beralas lantai pasir kelam
Mereka, seolah sampah yang terbuang tiada berarti
Sosok-sosok mungil itu harusnya ceria
Sosok-sosok mungil itu harusnya menikmati dunia
Mereka, adakah yang perduli ?
Sosok-sosok mungil kini memiliki sayap
Sosok-sosok mungil bercanda tersenyum gembira
Sosok-sosok mungil menikmati bahagia
Mereka; Malaikat kecil penghuni syurga
(untuk kalian, wahai anak-anak Palestina dan Gaza yang menjadi korban perang)
Banjarmasin, 11 Juli 2014
Iin Parlina yang biasa dipanggil dengan Lina, lahir pada 8 Juli 1990 di Barabai. Mahasiswi STKIP PGRI
Banjarmasin angkatan 2011/2012. Facebook Lina Ciehikaru, Email Iin_lina08@yahoo.co.id.
I Putu Supartika
I Putu Supartika lahir di Desa Selumbung pada 16 Juni 1994. Tinggal di Jl Kakak
Tua, No 4, Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali.
Saat ini sedang menempuh studi S1 Jurusan Pendidikan Matematika di
Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja.
Email putu.supartika@gmail.com
Lasinta Ari Nendra Wibawa ST, lahir di Sukoharjo, 28 Januari 1988. Menulis puisi,
cerpen, geguritan, karya ilmiah, dan esai.
Alumnus mahasiswa Teknik Mesin UNS ini bekerja sebagai perekayasa
(mechanical engineer) di Balai Produksi dan Pengujian Roket-Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (LAPAN). Bertempat tinggal di Jalan Kerinci 5 RT 4/VI,
Demaan, Jepara 59419. Facebook www.facebook.com/lasinta.wibawa.
Puisinya dimuat di berbagai media, juga dimuat dalam antologi bersama;
Senarai Diksi (2014), Sepucuk Angin Merah (2014), Negeri Langit (2014), Sebab
Cinta (2013), Terpenjara di Negeri Sendiri (2013), Amarah (2013), Diverse (2012),
Flows into the Sink into the Gutter (2012), Ayat-ayat Rindu (2012),
Jembatan Sajadah (2012), Puisi Adalah Hidupku (2012), Karena Aku Tak Lahir dari Batu (2011), Sebatang
Rusuk Untukmu (2011), Menolak Lupa (2010), Hujan Cinta (2010), dan Phantasy Poetica (2010). Pernah
meraih juara 1 lomba menulis puisi Palestina (2013) dan mengenang Chairil Anwar (2010). Buku puisinya,
Alpha Centauri (Shell, 2012) menjadi referensi di Library of Congress, Cornell University, Michigan, USA.
Muhammad Adha Trisna Sampurno, lahir di Banjarmasin, 10 April 2014. Berstatus sebagai Pelajar, SMA
Negeri 7 Banjarmasin.
Muhammad Asrori
M Daffa Ibnurasy P
M Daffa Ibnurasy P, lahir pada 26 Mei 1999, di Malang, Provinsi Jawa Timur. Ia tinggal di Jl Simpang
Gusti, No 6B, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Dan berstatus sebagai Pelajar di
SMAN 7 Banjarmasin. Email daffaibnurasy@rooketmail.com.
M Nur Prayoga
ELEGI GAZA
Duhai Gaza
Segumuk pasir itu jadi tempat darah berpangku
Tempat nyawa bersemayam dalam buruan peluru
Rudal zionis menghempas raga
Sukma meringis menderai lara
Duhai Gaza
Tiada sangka bara konflik kan semakin pelik
Membawa beribu undangan mair dalam mesiu
Ah, tempur sengketa tampak sukar membeku
Durja zionis israel tiada bosan terus terpantik
Duhai Gaza
Ranah tempat terlukis semiotika nestapa
Ranah dengan kedamaian fatamorgana
Hanya menjadi lumbung penghabisan jiwa
Oleh pelaknat-pelaknat gila membabi buta
Duhai Gaza
Dilema balada ini berpaut dengan pesta duka
Guruh kematian tiada hilang kuasa untuk menyapa
Misil dan proyektil mengancam jiwa dalam segala penjuru
Dan menyekap sanubari dalam takut yang menderu
Duhai Gaza
Tempat Air mata bersekutu dengan nista hati
Samudera segala penghabisan tempur bersaksi
Tenanglah saudara, murka sang Kekasih telah siap menanti
Segala elegi berdarah ini kan diganti dengan surga Illahi
Banjarmasin, 12 Agustus 2014
Norma Amelia
Norma Amelia, lahir di Banjarmasin, 24 Juni 1997. Tinggal di Jl Karang Paci, Km 3, Rt 05, No 44,
Banjarmasin. Berstatus sebagai pelajar SMA Negeri 7 Banjarmasin. Twitter @normaameliaa, email
normaamelia24@gmail.com.
Harapan Jiwa
Perih matanya
Dihembus debu, asap, dan kekejaman
Bercampur air mata
Namun tak akan menyerupai
Jeritan jiwa hatinya
Ditimpa kenyataan
Mereka jatuhkan, tembakan, hancurkan
Jiwa hati tanpa dosa
Tahukah Mereka?
Sadarkah Mereka?
Pedulikah Mereka?
Pedulikah kita?
Tetesan demi tetesan darah
yang mengharapkan perhatian
Hanyalah senda gurau
Bagi mereka yang tak punya hati
untuk kasih sayang
Nur Adam Setia Hadi, lahir di Banjarbaru, pada 11 November 1997. Ia berstatus sebagai pelajar SMA Darul
Hijrah Putra, Kalsel.
Nurul Hidayah
EPISODE GAZA
Lihatlah Gazaku...
Hujan darah terus saja membanjiri negeri istimewa ini
Menghantui setiap detakan detik
Tak pernah ditatap dengan belas kasih oleh pendzolim
Lihatlah Gazamu...
Bom serakah itu melahap para orang tua, meminum darah para bayi, memutus masa depan para generasi
Senjata tak bermata memisahkan kepala dari badannya, mencicipi otak tanpa puasnya dan membuat calon
orang tua kehilangan janinnya
Apakah benda-benda penghancur itu bersalah?
Tidak.
Tetapi mata-mata mengerikan dibalik benda-benda itu yang terlalu pongah
Tangan-tangan besi itu yang terlalu mudah menghunuskan kehancuran
Mereka merenggut nyawa-nyawa dengan paksa, lalu tersenyum setelahnya
Lihatlah Gaza kita...
Sayatan daging-daging manusia memenuhi jagat raya
Mayat-mayat tergeletak di bawah puing-puing reruntuhan
Di belakang ada segerombolan manusia yang tidak berhati nurani
Mereka tersenyum melihat Gaza kita menangis darah, tertawa angkuh menatap Gaza kita lumpuh, apakah
mereka mengira ini adalah kemenangan?
Mereka tidak menyadari bahwa Gazaku, Gazamu, Gaza kita akan selalu menang
Dari zaman dahulu, sekarang bahkan di masa depan
Tidakkah mereka sadar bahwa Gaza selalu kita banggakan
Anak-anak kecil tanpa alas tetap berlari ikut berjuang
Pemuda-pemuda telanjang dada menantang kejamnya hunusan mereka
Sedangkan mereka para terlaknat hanya berani berada dibalik kecanggihan teknologi
Bertameng alat-alat pemusnah tanpa keyakinan
Apakah mereka mengira keimanan dapat ditukar dengan tajamnya pedang?
Apakah mereka mengira dapat membeli keyakinan dengan kejamnya senjata penembak?
Apakah mereka mengira dapat melumpuhkan dengan bom peledak?
Mereka salah
Gazaku dan Gazamu adalah Gaza kita
Yang tidak pernah gentar, tidak pernah pudar, tidak pernah pupus akan keyakinan
Tidak akan pernah menyerah
Karena janji Tuhan akan kemenangan sejati adalah kenyataan
Perjuangan yang berbuah senyuman akan datang
Senandung adzan akan bergema di seluruh alam
Gazaku, Gazamu, Gaza kita adalah suatu kepastian dalam garis Tuhan
Nurul Hidayah, lahir di Kapuas (Kal-Teng) pada 30 April, ia akrab dipanggil dengan Nurul atau Dayah.
Tinggal di Alabio (Kalsel). Sekarang menjalani pendidikan di IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah
dan jurusan Pendidikan Agama Islam.
Bercita-cita pengen jadi guru sekaligus author. Sangat menyukai bidang sastra atau kesenian. Suka
menulis puisi dan cerpen, suka drama, baca puisi, dan lain-lain.
Hujan Asam
Dikeheningan sayup angin malam nan mendera
Jangkrik menyerukan suaranya
Jutaan orang di seberang sana bersiap dengan misinya
Melontarkan dendam ke negeri kawan
Penderitaan tak hentinya kau rasakan
Kelelahan selalu terus menghampiri bathin ku
Kami di sini merindukan kedamaian nan abadi
Andai bisa ku sirnakan jeritan luka itu
Hunian kami hancur, mesjid pun lebur
Mengapa mereka tega berbuat nista ?
Hentikan hujan asam ini
Agar tak kan ada lagi darah yang terbuang sia-sia
Tabah, sabar hanya itu kekuatan kami
Hanya tangisan, jeritan kebisaan kami
Doa adalah senjata terhebat kami
Damai hanya ada saat kami bermimpi
Ricki Ade Kurnia lahir di Tuban, 13 November 1997. Ia tinggal di jalan A Yani Km 3, Komplek TNI AL
C/15, RT 16, RW 01 Banjarmasin. Ia berstatus sebagai pelajar di SMAN 7 Banjarmasin kelas akselerasi.
Sari
Tangisan Gaza
Bulir-bulir bening
mulai membentuk sungai kecil
di wajah nan polos
terlihat raut ketakutan
keceriaan dan kebahagiaan
telah lenyap dari wajahnya
direnggut oleh mereka yang tak berbelas kasih
canda tawanya telah menghilang
tangisan Gaza mulai mengencang
nyawa tak bersalah jatuh melayang
Hati menangis pilu
jiwa memberontak
ingin sembuhkan luka Gaza
ingin hapuskan tangisan Gaza
Bukalah qolbu
lihatlah derita Gaza
lihatlah duka Islam
sejarahnya dihancurkan
penerusnya dimusnahkan
Penantian bahagia
selalu mengisi hati Gaza
secercah harapan sejuta impian
tertuang dalam doa
tuk sebuah senyuman
Sari, lahir di Banjarmasin, 28 Maret 1998. Ia tinggal di Jalan Tembus Mantuil Basirih Tengah, RT 21, RW
02. Saat ini bersekolah di SMK TRITYA ADITAMA.
JALUR GAZA
mimbar-mimbar masjid menjadi sempalan
kayu-kayu pentungan. doa-doa bergeser
ke tepian sungai mati. ribuan nyawa
merenggang di setiap lembar sajadah
sujud-sujud terbenam dalam
luluhlantakan gedung. pekat kembang
api memercikkan jasad puisi. tak terhingga
kematian bani nabi-nabi
bocah-bocah dan ibundanya
hanya meninggalkan jejak darah
sepanjang jalur gaza hanya hamparan
pemakaman yang didaur ulang
dengan ribuan beton mimpi
sebagai takbir nisan
air mata kerontang di keabadian negeri
jajahan. lorong dan ruang tersumbat
bongkahan kepiluan. dan negeri-negeri
hanya menjadi peziarah televisi
(parit, 150814)
Sujudi Akbar Pamungkas, lahir di Tuban 11 Januari 1971.
Menulis di media cetak sejak di bangku SLTA.
Berbagai tulisan telah banyak di muat di koran harian,
mingguan, majalah, tabloid, buletin, dan juga di radio baik
pusat maupun daerah. Beberapa kali masuk nominator Lomba
Cipta Puisi se-Indonesia. Puisi-puisi juga diterbitkan di bukubuku antologi Kebangkitan, Getar, Negeri Bekantan, Antologi
Puisi Indonesia dan lain-lainnya.
Beberapa kali pernah mengajar bahasa sastra di
sekolah-sekolah menengah. Pernah menjadi pemandu sastra di
radio. Pernah nenjadi wartawan di beberapa koran harian,
mingguan dan majalah baik yang dari pusat maupun daerah.
Pernah menjadi redaktur di beberapa media cetak lokal. Pernah
mendirikan tabloid berita, tapi bubar seiring Tragedi Kerusuhan
Sampit 2001.
Belasan tahun fakum dari menulis dan memilih tinggal
di pedalaman Kotawaringin Timur Kalteng bersama Halimah
Ainun Jariah istri tercinta yang asli Dayak, serta tiga anak
Bany, Nanda dan Galan hingga sekarang.
Syaifullah
Selimut Darah
Bersujud di batu
Langit mengering bulan menguning
Jika waktu dapat terhenti
Sungai darah angin mengalir
Selimut darah berserakan di beranda Gaza
Memerahkan tanah dan gedunggedung
Mengamiskan udara yang mencium mendung
Kalender tak lagi terbaca
Berguguran bersama cerita
Tertidur pilu di ranjang penuh darah
kebenaran tertelan oleh sejarah
Syaifullah SPd, dengan nama panggilan Iful, lahir di Banjarmasin, 31 Maret 1989. Bekerja sebagai Guru
Bahasa Indonesia di SMAN 7 Banjarmasin.
Email Syaifullah777@gmail.com, webblog http://SyaifullahSMAN7.wordpress.com.
Syarif Hidayatullah
Taberi Lipani
Triana Swastikasari
Untaian Doa
Kata demi kata kutuliskan untukmu
Kata demi kata ku tuturkan untukmu
Negri yang penuh akan darah dan kehancuran
Melihat ... apa kah aku hanya bisa melihat ?
Merintih ... apa kah aku hanya bisa melihat rintihan kalian ?
Sedangkan aku tak pernah merasakan ...
Betapa sakitnya luka ...
luka perih yang masuk ke dalam tubuh kalian
Sedang kan aku ?
Mungkin .
aku masih aman ..
dan mungkin ..
aku masih saja bisa tertawa dengan bebas ..
Sedang kan kalian ?
dimana hati ini melihat saudaranya sendiri ..
Merintih kesakitan ..
Merintih kelaparan ..
Kesedihan kalian yang melanda akan kehancuran ..
Saudara-saudari yang hilang oleh reruntuhan ..
Sakit dan sakit .mungkin kalian rasa ..
Tapi rasa semangat kalian..
Semakin bertambah , dan terus semakin bertambah ..
Sedangkan aku ..?
Mungkin tidak setegar kalian ..
Kalian lah orang-orang yang tegar ..
Teguh akan Janji Allah ..
Semangat atas janji Allah
Aku inginkan jiwa kalian masuk kedalam jiwa ini ..
Jiwa yang lemah dan mudah goyah ..
Hanya satu kekuatan lah ..
Hanya satu dari aku
Aku nan jauh dari negri kalian ..
Hanya bisa memberikan satu kekuatan ..
kekuatan Untaian doa ..
Triana Swastikasari, lahir pada 5 Agustus 1998. Tinggal di JL A Yani km 5, komp Banjar Indah II, No 6,
RT 25. Twiter @Trianaast.
Epilog
A Rahman Al Hakim