OLEH
MUHAMMAD HARUN
NIM: 105041102816
2021
i
TESIS
OLEH
MUHAMMAD HARUN
NIM: 105041102816
2021
ii
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
hari terbukti hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Muhammad Harun
iv
iii
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam penulis
sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas
segala petunjuk dan pertolongan-Nya sehingga tesis ini penulis selesaikan
sebagaimana mestinya. Tesis ini diajukan guna memenuhi salah satu
persyaratan akademik untuk mengikuti ujian seminar hasil Megister
Pendidikan pada Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penyusun tesis ini menemui banyak tantangan dan hambatan.
Namun berkat bantuan, bimbingan, saran dan dorongan dari berbagai
pihak, semua itu dapat diatasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, terutama kepada. Dr.
Munirah, M. Pd. masing-masing sebagai Pembimbing I dan Dr. Abdul
Munir K. M. Pd selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan saran serta memotivasi penulis sejak penyusunan
proposal sampai tahap penyelesaian tesis.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua, serta seluruh
keluarga yang senantiasa mendoakan penulis agar dapat meraih
kesuksesan.
Akhirnya penulis berharap semoga tesisini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca dan dapat diteruskan ketahap penyusunan
tesis. Semoga Allah Swt. Senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita. Amin.
Muhammad Harun
v
iv
DAFTAR ISI
Sampul ……………………… i
Lembar persetujuan pembimbing ……………………… ii
Halaman pengesahan ……………………… iii
Pernyataan Keaslian Tesis ……………………… iv
Prakata ……………………… v
Daftar isi ……………………… vi
Abstrak ……………………… viii
Abstrak ……………………… ix
PENDAHULUAN ……………………… 1
A. Latar belakang ……………………… 1
B. Rumusan masalah ……………………… 14
C. Tujuan penelitian ……………………… 15
D. Manfaat penelitian ……………………… 15
KAJIAN PUSTAKA ……………………… 16
A. Kajian Pustaka ……………………… 16
1. Penelitian relevan ……………………… 16
2. Kesantunan dan tindak tutur ……………………… 17
memerintah ……………………… 23
3. Kesantunan berbahasa ……………………… 29
4. Maksim Kesantunan ……………………… 32
5. Ciri Kesantunan Berbahasa ……………………… 43
B. Kerangka Pikir ……………………… 45
METODE PENELITIAN ……………………… 46
A. Rancangan penelitian ……………………… 46
B. Fokos penelitian ……………………… 47
C. Tempat dan subjek penelitian ……………………… 47
D. Data dan sumber data ……………………… 48
E. Teknik pengumpulan data ……………………… 50
F. Teknik analisis data ……………………… 52
vi
v
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 53
A. Hasil Penelitian ……………………… 53
1. Prinsip kesantunan leech ……………………… 54
a. Pelanggaran maksim kebijakan ……………………… 55
b. Pelanggaran maksim penerimaan ……………………… 61
c. Pelanggaran maksim kemurahan ……………………… 63
d. Pelanggaran maksim kerendahan hati ……………………… 66
e. Pelanggaran maksim kecocokan ……………………… 70
f. Pelanggaran maksim simpati ……………………… 73
2. Persepsi penutur bahasa Indonesia ……………………… 74
3. Presentasi hasil analisis pelanggaran ……………………… 79
4. Hasil analisis wawancara ……………………… 81
B. Pembahasan ……………………… 84
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………… 96
a. Simpulan ……………………… 96
b. Saran ……………………… 97
DAFTAR PUSTAKA ……………………… 99
Lampiran ……………………… 103
a. Pedoman observasi ……………………… 104
b. Pedoman wawancara ……………………… 104
c. Format kartu data ……………………… 105
d. Biodata Diri ……………………… 121
e. Surat Penelitian ……………………… 122
vi
vii
ABSTRAK
viii
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sosial antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain akan
dari konsep tindak tutur (speech act), fungsi bahasa dapat digunakan
untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, suatu ujaran tidak hanya
dapat dinilai dengan benar atau tidak benarnya, tetapi juga dari kesahihan
tuturan tersebut. Untuk menilai benar salahnya sebuah tuturan, hal itu
tidak dapat dipisahkan dari situasi tutur (speech situation), dan peristiwa
tutur (speech event), yang berada dalam suatu masyarakat tutur (the
dalam menginterpretasikannya.
1
ditawarkan oleh beberapa media sosial sangat mendukung komunikasi
gurauan/candaan sekalipun.
yang sangat singkat yang jauh dari kaidah bahasa baku, akan tetapi
tujuan dari pesan itu. Selama maksud dan tujuan dari pesan tersebut
baik, sopan, dan benar sesuai dengan norma maupun tata krama.
daerah yang lain, tergantung pada nilai budaya yang dianut dari
date. Pola pikir yang modern dan maju seperti ini cenderung melupakan
2
begitu saja akan menimbulkan konflik. Penggunaan kata yang menjurus
menjadi keruh dan tidak terkendali. Era komunikasi sekarang harus benar-
dunia apa yang ditunjukkan bukan sesuatu yang biasa. Bukan sekadar
televisi, parabola, komputer, dan sebagainya dalam cara hidup. Kita hidup
baik atau buruk, kita didorong masuk ke dalam tatanan globalisasi yang
Globalisasi bukan soal apa yang ada “di luar sana”, terpisah
3
fenomena “di sini”, yang langsung mempengaruhi sistem kepercayaan dan
pada satu belahan bumi, bisa terjadi efek pada belahan bumi yang lain.
tradisi yang mereka miliki bersama atau yang disebut sebagai peradaban,
4
perjumpaan peradaban satu dengan yang lainnya, melalui globalisasi,
tidak berkembang secara adil, dan tidak ada saluran komunikasi, maka
mungkin Amerikanisasi.
sama bisa terjadi konflik. Menurut Kenichi Ohmae, dalam peradaban yang
pada intinya sebenarnya kedua agama itu samapunya tradisi dan akar
sejarah yang sama: semitik. Dalam bukunya yang berjudul The End of
5
peradaban saling berbenturan, sebagaimana dinyatakan Huntington.
jika sebuah masyarakat coba diatur dengan dan oleh aturan masyarakat
lain. Akan lebih kacau lagi jika, setiap kelompok masyarakat memaksakan
masyarakat dunia. Oleh karena itu, diperlukan sebuah visi besar untuk
6
Seorang teolog besar abad ini, Hans Kung, mengajukan sebuah visi
Ethics for Global Politics and Economics (1997), Hans Kung menyatakan
tak akanada tatanan baru tanpa sebuah etika dunia yang baru; sebuah
dasar tentang nilai-nilai pengikat dan sikap dasar yang dikukuhkan oleh
non-beriman (ateis).
7
hubungan-hubungan sosial (FB Hardiman: 2002). Karena kebenaran yang
sifatnya subjektif bisa mentotalisir atau fasis, seperti yang dilakukan oleh
tatanan berbahasa yang lebih baik. Hans Kung juga tidak naif, bahwa
tuntutan etika global ini bukan main sulitnya untuk mahkluk rasional
sekalipun. Tetapi, menurut dia, harus ada tuntutan semacam itu dalam
dialog yang riil dalam masyarakat global. Kalau tidak, dialog akan jatuh
Indonesia.
menjadi salah satu aspek yang banyak diperhatikan. Hal ini disebabkan
8
dalam suatu masyarakat. Indikasi ini dapat menjadi penanda timbulnya
generasi ke generasi. Fonemena ini pun menjadi hal yang prioritas untuk
segera dientaskan mengingat lambat laun gejala ini akan semakin terpola
ka sepuluh lembarji”
9
pemakainya. Sarkasme itu sendiri kadang bisa memancing kemarahan
orang yang dituju, tapi kadang juga tidak berpengaruh karena itu sudah
tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah
Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu
Bila dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka
10
Dalam masyarakat, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi
strategi agar perintah tersebut dapat berterima baik oleh mitratutur. Jika
memerintah sesantun mungkin. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini,
11
ini senada dengan pandangan Marjusman Maksan bahwa bahasa adalah
ucapan pikiran manusia yang dengan teratur memakai alat bunyi. Ucapan
pikiran yang disampaikan kepada lawan tutur tidak pernah terlepas dari
perlu untuk dikaji, karena kegiatan berbahasa tidak luput dari kehidupan
’kesopanan’, ’rasa hormat’ ’sikap yang baik’, atau ’perilaku yang pantas’.
istilah ini dikenal dengan sebutan jagai siri (Gunawan, 2013: 65),
12
atau menjaga harga diri ini penting dilakukan baik penutur maupun mitra
diakibatkan oleh tutur kata dan berujung kepada konflik. Hal ini dapat
B : Ada apa?
untuk bertanya mengenai ada atau tidak adanya waktu dari dosen modus
lawan tutur. Tujuannya adalah untuk meminimalisir rasa malu penutur jika
saja permintaannya tidak disetujui, apalagi jika ada orang lain yang juga
berada di sana. Selain itu, permintaan pada tuturan (1) itu ditujukan
kepada dosennya, yang tentu lebih tua, status sosialnya lebih tinggi, dan
kata sapaan “pak” atau “bapak”. Hal ini tentu sangat berbeda dengan
13
penggunaan modus kalimat imperatif yang seringkali dijumpai dalam
(2) Pak tabe’ saya minta tanda tangannya, karena batas pendaftaran
ujian.
B. Rumusan Masalah
Muhammadiyah Makassar?
14
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
kesantunan.
indonesia.
2. Manfaat Praktis
bagi ilmu bahasa dan perkembangan Pragmatik, selain itu penelitian ini
berikutnya.
15
BAB II
A. Kajian Pustaka
beberapa teori yang dianggap relevan dan fokus yang dikaji dalam
dipengaruhi oleh faktor status peserta tutur, situasi dan konteks, domain
16
Surakarta (Sebuah Kajian Sosiopragmatik)” yang membahas tentang
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksantunan berbahasa Indonesia
bentuk tuturan direktif.
konstruksi interogatif.
prinsip kesantunan dijadikan sebagai objek kajian. Ada beberapa teori dan
berhubungan dengan tindak tutur memerintah ini, yaitu teori dan seluk
berbahasa.
17
a. Tentang Tindak Tutur
aktualnya. Tindak tutur juga dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan
ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang
18
dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana.
dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini
tindak tutur itu adalah tindakan yang dinyatakan dengan makna atau
fungsi (maksud dan tujuan) yang melekat pada tuturan. Tindak tutur
tindak tutur adalah suatu tindakan bertutur yang memiliki maksud tertentu
yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep
19
Wijana (1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan
menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur
pengutaraannya.
a) Tindak tutur tidak langsung literal (In direch literal speech act)
pengutaraannya.
b) Tindak tutur tidak langsung takliteral (In direch non literal speech act)
diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang
ingin diutarakan.
20
b. Klasifikasi Tindak Tutur
objek atau situasi. Dalam konteks ini penutur memberikan status atau
4) Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk
5) Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
21
datang dengan menggunakan kata kerja seperti menjamin, berjanji,
merumuskan adanya tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak lokusi, tindak
sesuatu. Misal; kakinya dua, pohon punya daun. Tindak tutur yang
22
3) Tindak Tutur Perlokusi(perlocutionary act)
3. Kesantunan Berbahasa
beberapa ahli seperti R.Lakoff (1972), Brown dan levinson (1978), dan
tingkat interaksi percakapan yang paling tinggi setelah kaidah prinsip kerja
sama. Sehubungan dengan hal itu, Grice (dalam Ibrahim, 1992: 320)
mengusulkan tiga kaidah sopan santun, yaitu: (1) jangan menyela tetaplah
seolah-olah Anda dan mitratutur sama, buatlah agar dia merasa enak.
’kesopanan’, ‘rasa hormat’ ‘sikap yang baik’, atau ‘perilaku yang pantas’.
23
juga merupakanfaktor pengatur yang menjaga agar percakapan
norma kesantunan bervariasi antara satu budaya dengan budaya lain atau
satu daerah dengan daerah lain, maka penggunaan bahasa dari daerah
yang berbeda dapat memiliki ide yang berbeda berkaitan dengan hal
satu daerah atau budaya bisa dianggap tidak santun dan tidak layak
24
masyarakat dapat terbentuk dan bisa dipertahankan melalui suatu
yang memiliki nilai-nilai etika dengan bahasa dan perilaku secara umum.
hanyalah efek bukan tujuan. Setiap orang harus menjaga kehormatan dan
martabat diri sendiri. Hal inilah yang dimaksudkan agar orang lain juga
dalam berkomunikasi agar lawan tutur tidak merasa adanya tekanan atau
menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu,
25
Berdasarkan pengertian tersebut, Misklikah (2014) mengemukakan
kesantunan dapat dilihat dari dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-
dikatakan santun, maka dalam diri seseorang itu tergambar nilai sopan
santun atau nilai etiket yang berlaku secara baik di masyarakat tempat
kepadanya.
masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagia
teman karib, boleh saja dia menggunakan kata yang agak kasar dengan
suara keras, tetapi hal itu tidak santun apabila ditujukan kepada tamu atau
dengan mulut berbunyi kurang sopan kalau sedang makan dengan orang
banyak di sebuah perjamuan, tetapi hal itu tidak begitu dikatakan kurang
memiliki hubungan dua kutub, seperti antara anak dan orangtua, antara
orang yang masih muda dan orang yang lebih tua, antara tuan rumah dan
26
tamu, antara pria dan wanita, antara murid dan guru, dan sebagainya.
tidak dipatuhi oleh para peserta tutur. Hal ini disebabkan karena di di
informasi saja, maka strategi yang paling baik diambil adalah menjamin
berkisar pada nosi muka (face). Semua orang yang rasional memiliki
muka (dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dihormati,
dan sebagainya. Menurut mereka nosi muka itu dapat dibedakan menjadi
27
Muka negatif mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional)
yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu)
diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang
muka negatif, dimana tuturan ini berfungsi untuk membuat mitra tutur
melakukan sesuatu.
muka. Tindak ujaran seperti itu oleh Brown dan Levinson disebut sebagai
dua sisi muka yang terancam yaitu muka negatif dan muka positif, maka
sebagai usaha untuk menghindari konflik antara penutur dan petutur, yang
sebenarnya tidak lagi demikian. Muka penutur pun dapat terancam oleh
28
penutur. Untuk melindungi muka dari ancaman itu, penutur dapat
4. Maksim Kesantunan
percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri
adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur, dan orang ketiga yang
dibicarakan penutur dan lawan tutur. Senada dengan hal di atas, menurut
Rahardi (2005: 60-66) dalam bertindak tutur yang santun, agar pesan
29
berbahasa dengan tiga parameter, yaitu keuntungan, keopsionalan, dan
a. Maksim Kebijaksanaan
b. Maksim Kedermawanan
c. Maksim Penghargaan
30
d. Maksim Kesederhanaan
sombong dan congkak hati jika di dalam kegiatan bertutur selalu memuji
e. Maksim Pemufakatan/Kecocokan
f. Maksim Kesimpatian
31
Terkait dengan beberapa konsep kesantunan yang telah
seperti berbicara pada saat-saat yang keliru (menyela) atau diam pada
saat yang keliru. Karena itu, bila kita menuturkan sesuatu maka kita
dari yang tidak santun sampai dengan yang paling santun. Rahardi (2005:
32
a. Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk
status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam
33
pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara
peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat
orang lain.
34
d. Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain
melakukan sesuatu.
Berbahasa
tersebut.
1) Faktor Kebahasaan
35
a) Pemakaian Diksi yang Tepat
Pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat saat bertutur dapat
pembentuk tuturan, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan pilihan kata
tutur akan terasa lebih halus, persepsi mitra tutur merasa bahwa dirinya
sebab kalau berbahasa hanya asal dimengerti atau dipahami saja, tidak
juga diperlukan suatu gaya bahasa karena gaya bahasa dapat juga
36
merupakan optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu
menyampaikan pesan atau maksud kepada mitra tutur. Gaya bahasa ini
Pemakaian struktur kalimat yang benar dan baik pada saat bertutur,
kalimat yang benar dan baik ini meliputi; kelengkapan konstruksi kalimat,
tuturan.
kesantunan dalam bahasa verbal lisan, antara lain aspek intonasi (keras
37
lembutnya intonasi ketika penutur bertutur kepada mitra tutur) dan aspek
resmi, nada bercanda atau berkelakar, nada mengejek, nada marah, dan
nada menyindir).
suasana hati sedang senang, nada bicara penutur menaik dengan ceria
tinggi, nada bicara penutur menaik dengan keras dan kasar sehingga
tuturan.
suasana hati si penutur. Namun, bagi penutur yang selalu ingin bertutur
secara santun, dapat mengendalikan diri agar suasana yang negatif tidak
2) Faktor Nonkebahasaan
38
nonkebahasaan yang akan menentukan kesantunan dalam bertutur.
sosial budaya masyarakat. Berikut ini penjelasan secara singkat ketiga hal
tersebut.
a) Topik Pembicaraan
terjadinya komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Pada dasarnya topik
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu (a) topik yang bersifat
2008: 92—93).
penutur, si penutur dapat memunculkan tuturan yang tidak santun. Hal ini
memang bersifat kodrati karena setiap orang atau penutur ingin martabat
dirinya tidak dilanggar oleh orang lain. Bahkan, penutur yang salah
dia akan membela diri dengan risiko mengucapkan tuturan yang tidak
santun.
39
b) Konteks Situasi Komunikasi
tepat dan dapat menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain,
pembicara tidak cukup memilih formulasi gramatikal dan pilihan kata yang
40
tepat untuk berbicara, tetapi aspek sosio kultural juga harus menjadi
diperhatikan bagi penutur. Misalnya, aturan anak kecil atau anak muda
yang harus selalu hormat kepada orang yang lebih tua, berbicara tidak
sebagainya.
kepandaian menilai saat yang tepat, (3) kepandaian menjalin relasi yang
bicara, (6) materi bahasa yang baik, (7) kode atau ragam bahasa yang
41
b. Faktor Penentu Ketidaksantunan Berbahasa
yang harus dipakai ketika bertutur, khususnya bertutur bentuk direktif. Jika
faktor ini yang menjadi penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah
tersebut dalam bertutur direktif. Hal ini biasanya terjadi pada anak kecil
berbicara tidak santun di hadapan orang lain atau publik. Jika faktor ini
42
masyarakat. Sifat-sifat bawaan seperti itu sangat sulit untuk disembuhkan.
Jika mereka tetap dipertahankan sifat-sifat jelek yang mereka miliki akan
penutur.
penutur.
4) Apa yang diinginkan penutur memang tidak ada atau tidak dimiliki oleh
mitra tutur.
B. Kerangka Pikir
43
berbahasa ini dari segi penggunaan hampir sama dengan bahasa
kata lain bahwa tindak tutur memrintah memiliki tingkat kesantunan yang
tinggi.
kategori pragmatik. Khusus dalam penelitian ini tindak tutur yang dibahas
44
Bagan Kerangka Pikir
INPUT
Tuturan
ANALISIS
DATA
OUTPUT
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Makassar.
sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang
46
menggunakan tuturan sarkasme yang diucapkan oleh mahasiswa lain di
kedua fakta tersebut di atas dapat diperoleh persepsi yang muncul dari
yang muncul dari para penutur bahasa Indonesia ketika menerima tuturan
B. Fokus Penelitian
47
pendidikan bahasa dan sastra indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar tersebut.
1. Data
kesantunan berupa pilihan kata (diksi) dan tuturan. Data situasi ujar
berupa latar, konteks, partisipan, dan topik percakapan. Data situasi ujara
2. Sumber Data
muhammadiyah makassar.
3. Instrumen Penelitian
berikut:
48
PEDOMAN OBSERVASI
KRITERIA PELANGGARAN
NO PENUTUR TUTURAN KONTEKS
1 2 3 4 5 6
PEDOMAN WAWANCARA
49
FORMAT KARTU DATA
IDENTIFIKASI
KONTEKS DATA
ANALISIS
1…………….
2……………
3……………
50
mahasiswa Jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia universitas
muhammadiyah makassar
1. Teknik Rekam
muhammadiyah Makassar.
2. Teknik Catat
didapatkan data tentang wujud ragam bahasa yang tidak santun yang
makassar.
3. Teknik Observasi
Makassar
51
4. Teknik Wawancara
berdasarkan karakteristiknya.
dan
3. Menganalisis.
52
BAB IV
A. Hasil Penelitian
diucapkan oleh mereka adalah tuturan kasar, sangat tidak enak didengar,
53
penyebab mengapa orang-orang di kampus menuturkan tuturan kasar
tersebut. Untuk itu dalam bab 4 ini penulis akan menganalisis tuturan
kesimpatian.
diungkapkan.
54
Berikut ini penulis akan menganalisis tuturan langsung
hubungan antara diri (penutur) dan lain (petutur), dipaparkan dalam ilmu
55
No Data : 01
KONTEKS DATA
ANALISIS
memberikan uangnya sebesar lima ribu rupiah justru terkena makian dari
56
terima dengan pemberian yang diberikan oleh mahasiswa 1, sehingga
bicara dengan kepahitan, tidak baik didengar dan menyakiti hati. Tuturan
57
No Data : 02
KONTEKS DATA
ANALISIS
Tuturan pada data no. 2. Saat transaksi jual beli antara mahasiswa
terasa tidak baik di dengar. Mahasiswa 1 merasa harga pulsa yang dijual
58
“suntili mahalna?” Kata ‘suntili’ terasa kasar bagi kita yang tidak biasa
penjual pulsa dalam hal ini mahasiswa 2 pun akhirnya membalas tuturan
dengan perkataan yang kasar pula. “ballisikku ciniko!”. Kata ‘ballisi’ dalam
bahasa Indonesia kata ‘jengkel’ merupakan salah satu kata kasar yang
59
No Data : 03
KONTEKS DATA
ANALISIS
sebaliknya, ada unsur egois dan merasa akrab sehingga kalimat tersebut
diucapakan.
60
Tuturan di atas melanggar maksim kebijaksanaan. Karena telah
lain. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif. Tuturan
keuntungan bagi pihak lain. Setiap orang yang mematuhi maksim ini akan
mendapatkan citra diri sebagai orang yang pintar menghormati orang lain,
bagaimana menghormati orang lain, tidak tahu sopan santun, dan selalu iri
hati.
61
No Data : 04
KONTEKS DATA
ANALISIS
Dari data no.4 Tuturan antara ketua tingkat dan mahasiswa di atas
abzen. Tetapi saat ditagih uangnya oleh ketua tingkat tersebut justru
62
kewajiban seorang pembeli membayar apabila sudah menggandakan
sudah berlaku tidak sopan kepada lawan tuturnya. Padahal jika kita lihat
diri sendiri.
untuk mengurangi cacian pada orang lain dan menambahkan pujian pada
orang lain. Penutur yang selalu mematuhi maksim ini akan dianggap
sebagai orang yang tahu sopan santun, pintar menghargai orang lain, dan
dan petutur akan terjalin dengan sangat harmonis. Karena dari masing-
63
masing pihak akan ada keinginan untuk saling menghargai satu sama lain
dan akan terjauh dari tuturan mencaci atau menyakiti lawan tuturnya.
selalu mengurangi cacian pada orang lain dan menambahi pujian pada
64
No Data : 05
KONTEKS DATA
Mahasiswa 1 : “Hebat…hebat
dimanako beli bro?”
ANALISIS
dan asertif. Dengan penggunaan kalimat ekspresif dan asertif ini jelaslah
65
1bersikap sopan dan berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun
yang terjadi justru si lawan tutur yaitu mahasiswa 2 justru berlaku tidak
bahwa tidak akan membelinya karena tidak memiliki uang. Pada tuturan
Santun.
sombong, bersikap anti sosial, dan bahkan yang terburuk penutur seperti
66
itu akan dijauhi lawan tuturnya, karena bagaimanapun bertransaksi
67
No Data : 06
KONTEKS DATA
ANALISIS
68
“Babi..babi…pusing!”. Sepertinya ia begitu lelah dan pusing menjawab
No Data : 07
KONTEKS DATA
ANALISIS
69
Berdasarkan data no. 7 di atas, tuturan di atas bicara dengan
memuaskan!”
lebih pintar adik saya karena dia bebas tes masuk perguruan tinggi tidak
maksim ini akan dicap sebagai seorang yang santun dan selalu perhatian
70
pelaku pelanggaran terhadap maksim ini akan mendapat cap sebagai
seorang yang tidak santun dan tidak berwawasan luas. Yang terburuk,
No Data : 08
KONTEKS DATA
Seorang mahasiswa yang juga Grab : “Dari pagi saya keluar, tapi
berpropesi sebagai ojol Grab cuma dapat dua puluh ribu.”
mengeluh mengenai hasil
Gojek : “Ah, kata siapa bro,
pendapatannya kepada temannya
buktinya sekarang saya sudah
yang juga berpropesi sebagai ojol di
perusahaan Gojek. dapet tujuh puluh ribu, hebat kan?
Itu sih kamu aja yang bego dan
malas!”
ANALISIS
71
bekerja dari pagi hari. gojek yang diajak bicara oleh grab menjawab
dengan sangat tidak santun. “Ah, kata siapa bro, buktinya sekarang saya
udah dapet tujuh puluhribu, hebat kan? Itu sih kamu aja yang bego dan
diri, sebab ia telah mendapatkan tujuh puluh ribu rupiah saat itu. Dan yang
lebih tidak enak didengar lagi saat gojek mengmengolok-olok sang grab
dengan mengatakan bahwa grab bego dan malas. Namun, grab dengan
gojek dengan mengatakan bahwa rezekinya saat itu mungkin hanya dua
72
f. Pelanggaran Maksim Simpati
disaat lawan tuturnya sedang gundah gulana karena didera oleh cobaan
lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman saat melakukan
No Data : 09
Hari/Tanggal : 12 April 2019
Tempat : PMB Unismuh Makassar
KONTEKS DATA
ANALISIS
73
Berdasarkan tuturan no. 9 di atas, Tuturan dua mahasiswa di atas
Tidak Santun.
74
ini disebabkan oleh faktor globalisasi dan tidak memahami hakikat dari
bahasa itu sendiri. Untuk itu penulis ingin mengetahui tanggapan para
USTADZ Kasar
75
4 Mengarah DOSEN Perbuatan
kepada apa
PEDAGANG Perbuatan
tuturan tersebut?
KARYAWAN Fisik dan Perbuatan
76
a. Persentase Hasil Analisis Pelanggaran Prinsip
KesopanandiLingkungan kampus
JUMLAH 20 100%
77
berada di urutan kedua yang berjumlah 4 data dengan persentase 20%.
dan maksim kerendahan hati dengan jumlah 3 data dan persentase 15%.
berjumlah 20.
data-data yang sudah terkumpul dan telah dianalisis justru yang terjadi
78
b. Hasil Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
KRITERIA PELANGGARAN
NO PENUTUR TUTURAN KONTEKS
1 2 3 4 5 6
79
KRITERIA PELANGGARAN :
1. Maksim Kebijaksanaan
2. Maksim Penerimaan
3. Maksim Kemurahan
5. Maksim Kecocokan
6. Maksim Kesimpatian
karena apa yang mereka tuturkan sudah menjadi hal yang lumrah di
ternyata sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Tuturan yang mereka
dengan anggota keluarga seperti ibu, ayah, istri atau bahkan anaknya
sendiri. Mereka tidak ingin tuturan kasar yang biasa mereka ucapkan di
mana pun mereka berada tuturannya bisa saja sama dengan tuturan yang
mereka berada dan dengan siapa mereka berbicara. Mereka tidak selalu
berbicara kasar jika terpaksa dan di luar lingkungan kampus. Faktor yang
B. Pembahasan
penelitian. Hasil yang diperoleh melalui data yang telah terkumpul. Hasil
Penjelasan pada sub bab ini berhubungan dengan pola dan prinsip
kesantunan dari Leech (1993). Adapun kaidah Leech (1993) terbagi dalam
tuturan dari tuturan yang diambil dari interaksi mahasiswa yang berada di
tiga tempat yang berbeda yakni gedung Iqra lantai 4.11, parkiran motor
tersebut mengarah kepada perbuatan dan fisik . Kata ‘suntili’ terasa kasar
Indonesia mempunyai arti yang tidak baik dan termasuk salah satu kata
merupakan salah satu kata kasar yang tidak baik untuk diucapkan .
kalimat “santai mako duniaji ini, dan kalimat bisa jako membaca toh!”.
di atas justru sebaliknya, ada unsur egois dan merasa akrab sehingga
yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan
2. Maksim Penerimaan
agar mendapatkan citra diri sebagai orang yang pintar menghormati orang
Penutur menyakiti hati mitra tutur dan mengandung celaan getir. Sasaran
sopan kepada lawan tuturnya. Padahal jika kita lihat yang sangat rugi
kekurangan mitra tuturnya dan hal itu jelas memojokkan mitra tutur dan
Tidak Santun.
3. Maksim Kemurahan
tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kemurahan yakni
tuturnya. Namun yang terjadi justru mitra tutur berlaku tidak sopan dengan
atas seharusnya berterima kasih telah dipuji oleh si penutur, bukan malah
memiliki uang. Pada tuturan terakhir yang dituturkan oleh mitra tutur,
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri
muka penutur dengan begitu mitra tutur jelas telah melanggar maksim
tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kerendahan hati
sekali bahwa ia begitu putus asa menjawab soal. Lebih menyakitkan lagi,
adalah dia hanya ingin bercerita bahwa adiknya begitu pintar. Namun
menjatuhkan dirinya. “pasti lebih pintar adik saya karena dia bebas tes
pintar.
telah dijelaskan data tuturan bersifat menyombongkan diri dan hal itu jelas
tidak santun.
5. Maksim Kecocokan
karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada
bekerja dari pagi hari. Mitra tutur menjawab dengan sangat tidak santun.
“Ah, kata siapa bro, buktinya sekarang saya udah dapet tujuh puluhribu,
hebat kan? Itu sih kamu aja yang bego dan malas!”. Dari tuturan tersebut
mendapatkan tujuh puluh ribu rupiah saat itu. Dan yang lebih tidak enak
bahwa penutur bego dan malas. Namun, penutur dengan tenang dan
dengan mengatakan bahwa rezekinya saat itu mungkin hanya dua puluh
rupiah saja.
persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Mitra tutur secara terang
6. Maksim Simpati
yang sesama mahasiswa juga tentang keponakannya yang tidak lulus tes
kata kasar yang sangat tidak enak didengar. mitra tutur mengejek si
penutur dan mitra tutur tidak dapat membedakan antara situasi serius dan
becanda, dengan mengejek dan becanda dalam konteks yang tidak tepat
emosi.
tersebut tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Mitra tutur
Tuturan semacam itu bisa memancing emosi penutur karena penutur bisa
Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan itu merugikan si
bahan candaan dan hal itu akan mrnjatuhkan muka penutur di depan
ekspresif. Tuturan mitra tutur itu dikategorikan tuturan yang Tidak Santun.
BAB V
A. Simpulan
getir.
kasar adalah faktor lingkungan dan faktor social. Faktor lingkungan timbul
mereka hadapi menerima dan tidak terlalu peduli dan situasinya memang
B. Saran
kajian yang menarik, sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang
maka penelitian ini perlu mendapatkan perhatian dari para ahli bahasa.
sebenarnya terjadi di lapangan, tidak terpaku pada apa yang dilihat dan
didengar saja.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muh. 2014. Analisis Tindak Tutur dan Gaya Bahasa Ceramah
Ustadz Nur Maulana. Skripsi tidak diterbitkan. Unismuh
Makassar.
Austin, J.L. 1962, How to Do Things with Words. New York: Oxford
Universitas Press.
Halliday, H.P. 1973. Logic and Convention. Dalam P. Cole and J.L.
Morgan Syntax and Semantics, Vol III: Speech Acts. New York:
Academic Press.
Hanafi, Abdillah. 1984. Memahami Komunikasi Antar Manusia. Surabaya:
Usaha Nasional.
Hasan, Alwi. 1995. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ruhendi Saefullah, Aceng. 2003. Pragmatik Dari Morris Sampai Van Dijk
Dan Perkembangannya Di Indonesia. Jurnal @rtikulasi volume 3.
Bandung : FPBS.
KRITERIA PELANGGARAN
NO PENUTUR TUTURAN KONTEKS
1 2 3 4 5 6
PEDOMAN WAWANCARA
IDENTIFIKASI
KONTEKS DATA
ANALISIS
1…………….
2……………
3……………
Bagan Kerangka Pikir
INPUT
Tuturan
ANALISIS
DATA
OUTPUT
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
Mahasiswa 1 : “Hebat…hebat
dimanako beli bro?”
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KONTEKS DATA
Seorang mahasiswa yang juga Grab : “Dari pagi saya keluar, tapi
berpropesi sebagai ojol Grab cuma dapat dua puluh ribu.”
mengeluh mengenai hasil
pendapatannya kepada temannya Gojek : “Ah, kata siapa bro,
yang juga berpropesi sebagai ojol di buktinya sekarang saya sudah
perusahaan Gojek. dapet tujuh puluh ribu, hebat kan?
Itu sih kamu aja yang bego dan
malas!”
ANALISIS
KONTEKS DATA
ANALISIS
KRITERIA PELANGGARAN
NO PENUTUR TUTURAN KONTEKS
1 2 3 4 5 6
✓ Ketua tingkat yang tidak terima atas pemberian
mahasiswa yang hanya memberinya uang
sebesar lima ribu rupiah. Ia emosi karena merasa
1 KT Suntili
tidak pantas dirinya hanya dibayar lima ribu
rupiah, sementara ia sudah lama dijanji oleh
mahasiswa untuk membayar iurannya
✓ Seorang mahasiswa 1 yang membeli pulsa dan ia
merasa harga pulsa yang dibelinya mahal.
Suntili,
2 MAHASISWA 1 Mahasiswa 1 pun tidak terima, karena
118
tanjanu
menurutnya harga pulsa yang dijual terlalu mahal
dan tidak mahal
✓ Seorang mahasiswa yang sedang mencari
3 MAHASISWA Goblok alamat dosennya, malah dicaci dengan makian
bias jako membaca toh
✓ Seorang ketua tingkat meminta absen malah
KETUA Pore disuruh untuk foto copy, tetapi meminta uang
4
TINGKAT porenu iuran kebendahara malah disuruh pakai dananya
sendiri
PARKIRAN GEDUNG H
Semangat yang tinggi walau cobaan silih berganti terus dihadapai demi
keuletan yang tinggi dalam mencari ilmu, dijadikan motivasi dirinya,
ketekunan dalam belajarnya untuk terus belajar dan berusaha hingga
akhirnya penulispun bisa menyelesaikan pengerjaan tugas akhirnya
berupa Tesis. Semoga tesis ini bias memberikan kontribusi yang positif
pada dunia pendidikan.