Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN UROLITHIASIS


Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan UI 2013/2014
Nama

: Rizky Agustina Wulantari

NPM

: 0906511183

Tanggal

: 11 November 2013

Tempat

: Lantai 4 Zona B, Gd. A, RSCM

A. Definisi
Urolithiasis adalah kalsifikasi/terbentuknya batu yang terjadi pada traktus urinarius (Black &
Hawks, 2009). Biasanya urolithiasis terbentuk dari ginjal yang dinamakan nephrolithiasis
yang dapat bermigrasi ke saluran kemih bagian bawah. Menurut Smeltzer dan Bare (2010),
urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius yang terbentuk ketika
konsentrasi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat ataupun asam urat
meningkat.
B. Etiologi
1. Stasis urin dapat menyebabkan urolithiasis karena zat yang terlarut tidak dapat
dikeluarkan melalui urin sehingga akan menumpuk pada saluran kemih.
2. Supersaturasi urin dengan penurunan pelarut kristaloid dapat menyebabkan urolithiasis
karena peningkatan konsentrasi zat terlarut dapat menimbulkan terjadinya kristaloid yang
dapat berasal dari kalsium, asam urat, maupun fosfat.
3. Kekurangan substansi yang berfungsi untuk menghambat agregasi dan pembentukan
kristal, seperti sitrat dan magnesium.
Penyebab berdasarkan tipe kalkuli antara lain, yaitu:
1. Kalsium
Terjadinya kalkuli 90% lebih sering disebabkan karena kalsium. Batu kalsium biasanya
terbentuk dari kalsum fosfat atau kalsium oksalat. Pada awalnya batu ini terbentuk dari
partikel-partikel kecil yang dinamakan sand atau gravel. Hiperkalsiuria (peningkatan
kadar zat terlaru didalam urin) disebabkan oleh empat komponen utama, yaitu:
- Peningkatan reabsorpsi tulang, yang akan meningkatkan kadar kalsium didalam
urin. Dapat ditemukan pada penderita penyakit Pagets, hiperparatiroidisme,
penyakit chushings, immobilitas, dan osteolisis (yang disebabkan karena adanya
-

tumor ganas pada payudara, paru-paru, dan prostat).


Abnormalitas penyerapan asam urat, seperti pada keadaan sindrom milk-alkali,

sarcoidosis, dan kekurangan intake vitamin D


Gangguan absorpsi pada rubulus renalis sehingga kalsium tidak dapt difiltasi
Abnormalitas struktur ginjal, seperti spone kidney

2. Oksalat
Jenis batu tersering kedua yang terjadi adalah batu oksalat. Penyakit ini sering terjadi
pada orang yang konsumsi diet utamanya adalah sereal.
Batu oksalat dapat terjadi karena:
- Hiperabsorpsi oksalat terjadi pada keadaan inflamasi pada bowel dan
peningkatan intake dari produk kedelai.

- Reseksi postileal atau operasi bypass pada usus kecil


- Overdosis asam askorbat (vitamin C) akan dimetabolisme menjadi oksalat
- Malabsorpsi lemak dapat menyebabkan peningkatan penyerapan oksalat
3. Struvit
Batu struvit biasanya disebut triple fosfat, karena terdiri dari karbonat apatit, dan
magnesium ammonium fosfat. Pembentukan batu ini biasanya disebabkan oleh bakteri
Proteus yang mengandung enzim urease. Enzim ini akan mengubah urea menjadi dua
molekul ammonia, yang akan meningkatkan pH urin. pH urin yang alkali akan
mempengaruhi kelarutan dari zat terlarut sehingga akan meningkatkan risiko
pembentukan batu. Batu struvit biasanya terbentuk sebagai staghorn calculi. Abses
biasanya terjadi. Batu struvit ini sulit untuk di eliminasi karena merupakan batu keras
yang terbentuk dari inti bakteri yang berfungsi melindungi dari terapi antibiotik.
Apabila dilakukan terapi pembedahan dan masih tersisa sedikit batu maka akan
mencetuskan pembentukan batu kembali.
4. Asam urat
Batu asam urat terjadi karena peningkatan ekskresi asam urat, kekurangan cairan, dan
pH urin yang rendah. Rata-rata orang dengan penyakit asam urat akan berisiko
terhadap pembentukan batu asam urat. Diet tinggi purin juga dapat menjadi faktor lain
yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat.
5. Cystine
Cystinuria terjadi karena adanya gangguan metabolik kongenital, yaitu gangguan pada
autosomal resesif. Batu cystine seringkali terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi
jarang terjadi pada usia dewasa.
6. Xantine
Batu xantine terjadi karena kondisi gangguan herediter yang jarang terjadi, yaitu
defisiensi xantine oksidase.
C. Faktor Risiko
1. Lelaki mempunyai insiden batu ginjal tiga kali lebih besar daripada perempuan.
Perempuan mengeluarkan lebih banyak sitrat dan lebih sedikit kalsium daripada lelaki
(National Institute of Health, 1998-2005 dalam Colella, Kochis, Galli, & Munver, 2005).
2. Riwayat keluarga. Pasien dengan riwayat keluarga yang mempunyai pembentukan batu
dapat menghasilkan jumlah berlebihan mucoprotein di ginjal atau kandung kemih yang
memungkinkan kristalit untuk disimpan dan terjebak membentuk kalkuli atau batu . Dua
puluh lima persen dari pembentukan batu adalah memiliki riwayat keluarga urolitiasis.
Familial etiologi dari urolitiasis antara lain penyerapan hiperkalsiuria, cystinuria, asidosis
tubulus ginjal, dan primer hyperoxaluria (Munver & Preminger, 2001 dalam Colella,
Kochis, Galli, & Munver, 2005)
3. Riwayat medis. Riwayat medis positif dari fraktur tulang dan penyakit ulkus peptikum
menunjukkan diagnosis hiperparatiroidisme primer. Penyakit intestinal yang dapat
mencakup status diare kronis, penyakit ileum, atau reseksi usus sebelumnya, dapat
menjadi predisposisi untuk enterik hyperoxaluria atau hypocitraturia . Hal ini dapat
mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan kimia. Penyakit iritasi usus besar atau
operasi intestinal dapat mencegah penyerapan lemak yang normal dari usus dan
mengubah cara usus memproses kalsium atau oksalat. Pasien dengan gout dapat
membentuk baik batu asam urat atau batu kalsium oksalat. Pasien dengan riwayat infeksi
saluran kemih (ISK) mungkin rentan terhadap nefrolitiasis infeksi yang disebabkan oleh

bakteri pemecah urea (Munver & Preminger, 2001 dalam Colella, Kochis, Galli, &
Munver, 2005).
4. Dehidrasi akan memicu supersaturasi.
5. Sering mengkonsumsi air dengan kadar mineral yang tinggi.
6. Diet tinggi purin, oksalat, suplemen kalsium, asam askorbid (Vitamin C), dan protein dari
hewan.
D. Patofisiologi (terlampir)
E. Tanda dan Gejala
1.

Nyeri
Jenis nyeri pada penderita urolithiasis
a. Renal kolik: nyeri berawal dari regio lumbal, pada pria akan menyebar turun
sepanjang testis. Adapun pada wanita, nyeri akan menyebar sampai ke kandung
kemih.
b. Urethal kolik: nyeri menyebar ke area genitalia dan daerah paha
- Jika terjadi nyeri yang hebat, klien akan mengalami mual, muntah, wajah pucat,
bunyi napas yang mendengkur, peningkatan tekanan darah dan nadi, ansietas, dan
-

diaforesis.
Jika terjadi nyeri viseral, seperti renal kolik maka klien akan mengalami mual,
muntah, penurunan motilitas usus, dan paralisis ileus.

2.

Klien akan mengalami gangguan pada urgensi dan frekuensi urin serta hematuria

3.

Klien akan mengalami hematuria

4.

Klien kemungkinan akan mengalami cystisis kronik bila batu terjadi pada kandung
kemih.

5.

Bila terjadi batu pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan penurunan kapasitas
kandung kemih untuk menampung urin sehingga klien akan lebih sering untuk
berkemih.

F. Komplikasi
1. Penyumbatan lengkap dari aliran urin dari ginjal dapat menurunkan laju filtrasi glomerulus
(GFR), jika terus berlanjut selama lebih dari 48 jam, hal tersebut dapat menyebabkan
kerusakan ginjal ireversibel.
2. Jika batu ureter menyebabkan gejala setelah empat minggu, ada 20% risko dari
komplikasi, termasuk penurunan fungsi ginjal, sepsis dan penyempitan ureter.
3. Infeksi yang dapat mengancam jiwa.
4. Obstruksi menetap menjadi predisposisi pyelonephritis.
G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik Organ Terkait
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan mobilitas fisik akibat
penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
b. Sirkulasi
Tanda: Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan atau pucat
c. Eliminasi

Gejala: Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya. Penurunan volume urin. Rasa
terbakar, dorongan berkemih. Diare
Tanda: Oliguria, hematuria, piouria. Perubahan pola berkemih
d. Makanan dan cairan
Gejala: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Riwayat diet tinggi purin, kalsium
oksalat dan atau fosfat. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda: Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus. Muntah
e. Nyeri dan kenyamanan
Gejala: Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda: Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal yang
sakit
f. Keamanan
Gejala: Penggunaan alkohol. Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2. Penunjang (Laboratorium/Diagnostik)
a. Urinalisa: warna urin mungkin kuning, coklat gelap, atau berdarah.
b. Urin 24 jam: kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat
c. Kultur urin: mungkin menunjukkan Infeksi Saluran Kemih
d. BUN/kreatinin urin: memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mensekresi ureum
ataupun kreatinin.
e. Kadar klorida dan bikarbonat serum: peninggian kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal
f. Hitung Darah lengkap: Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
Sel Darah Putih mungkin meningkat sehingga menunjukkan infeksi.
g. Hormon Paratyroid: mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin)
h. Foto Rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter
i. Intravenous Pyelogram (IVP): memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli
j. Sistoureteroskopi: visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek obstruksi
k. CT Scan: menggambarkan kalkuli dan membedakan kalkuli dengan massa lain di
saluran kemih
l. USG Ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu

DAFTAR REFERENSI
Black, J. and Hawks, J. (2009). Medical surgical nursing: Clinical management for positive
outcome. 8th Ed. Singapore: Elsevier.

Colella, J., Kochis, E., Galli, B., & Munver, R. (2005). Urolithiasis/nephrolithiasis: Whats it all
about?. Diakses pada 10 November 2013, di
http://www.medscape.com/viewarticle/521366_3.
Doenges, M., Moorhouse, M.F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guideline for
individualizingclient care across the life span. Philadelphia : Davis Company.
Knott, L. (2012). Urinary tract stones (urolithiasis). Diakses pada 10 November 2013, di
http://www.patient.co.uk/doctor/urinary-tract-stones-urolithiasis#
Smeltzer, S.C & Bare, B. (2010). Bruner & Sudarths textbook of medical surgical nursing. 10th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai