Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

SINKOP

DISUSUN OLEH:
Raja Friska Yulanda
1102010230

PEMBIMBING:
Dr. Nasir Okbah Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD DR. SLAMET GARUT

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul SINKOP ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
kepaniteraan klinik SMF Neurologi di RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Dr. Nasir Okbah Sp.S, selaku dokter pembimbing.

2.

Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Neurologi RSUD Dr.Slamet Garut.

3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet Garut.


Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada
akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Garut, September 2014

Penulis

PENDAHULUAN

Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan di
Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan akut
yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa intervensi. Sinkop
merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus dicari etiologinya.
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat darurat disebabkan oleh
sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3
tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat
dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih
sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan
kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971
sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi
6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%),
sinkop cardiac (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien dengan sinkop tersebut dapat
mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 13,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh
sinkop cardiac.
Penatalaksanaan sinkop tergantung etiologinya. Untuk itulah tinjauan kepustakaan ini
ditulis agar dapat mendiagnosis sinkop berdasarkan etiologinya supaya sinkop dapat dicegah
ataupun diterapi.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh yang tiba
tiba dan bersifat sementara, dengan konsekuensi terjadi pemulihan spontan.
Kehilangan kesdaran tersebut terjadi akibat penurunan aliran darah ke
otak( hipoperfusi serebral).
Otak memiliki beberapa bagian, termasuk dua belahan otak, otak kecil, dan
batang otak. Otak membutuhkan aliran darah untuk menyediakan oksigen dan
glukosa ke sel-selnya. Agar tubuh tetap sadar, sebuah area yang dikenal sebagai
sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak harus hidup, dan setidaknya
satu belahan otak harus berfungsi. Pingsan terjadi bila sistem pengaktif retikuler
atau kedua belahan otak kekurangan darah, oksigen, atau glukosa.
Sinkop
berasal
dari
bahasa
Yunani
yang
terdiri
dari
kata syn dan koptein yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop
(menurut European Society of Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan
karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara,
dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan
spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
2. Etiologi
Kegiatan sebelum sinkope dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab
gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada saat
menggunakan tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk,
atau berdiri lama.
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan
jantung (cardiac syncope) dan penyebab bukan kelainan jantung (non-cardiac
syncope). Pembagian ini sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko
kematian. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu
vascular-cardiac, neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.

A. Jantung dan sirkulasi


1. Sinkop Vasodepressor.
Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan
situasi yang membuat stress. Gejala prodromal: kegelisahan, pucat, kelemahan,
mendesah, menguap, diaphoresis, dan nausea. Gejala-gejala ini mungkin diikuti
dengan kepala terasa ringan, penglihatan kabur, kolaps, dan LOC (loss of
consciousness). Kadang-kadang tejadi kejang klonik ringan, tetapi tidak
diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk
ke arah ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode
ini dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:
Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah
abdomen dan genitalia.
Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.
2. Penyebab Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah
sistolik 20mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama
3 menit. Pada saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah
akan berpindah ke abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan
besar volume darah balik vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini
mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi
dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing, gangguan
penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi setelah
makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.

Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam


posisi tegak. Keadaan ini terjadi berbagai keadaaan:
a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).
b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium,
neuroleptik).
c. Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan
neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim
kegagalan otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma :

Disautonomia akut atau subakut


Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis
parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan
fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot
kandung kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap
merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya
dengan sindroma Guillain-Barre.

Insufisiensi autonom pascanglionik kronis


Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut.
Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadangkadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala pucat
atau mual. Laki-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.

Insufisiensi autonom praganglionik kronis


Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi,
impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal
system

saraf

pusat.

Kelainan

tersebut

mencakup

(1)

tremor, rigiditas

ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum

progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial dan (3) kelainan sereberal
serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).
3. Obstruksi aliran keluar.
Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis pulmonal. Pasien dapat dating dengan
sinkop akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga dapat
menyebabkan obstruksi aliran keluar.
4. Infark atau iskemia miokardium
5. Aritmia
a. Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus AV)
b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia ventrikel
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya
hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang
katupnya rusak, fungsi pompa jantung pun bisa terganggu dan volume darah yang
dihasilkan menurun.
Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan
penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi
penyempitan katup- katup jantung, kelainan otot jantung, penumpukan cairan di
selaput jantung, tumor dalam jantung, dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama
jantung (aritmia). Apabila irama jantung tiba-tiba melambat terjadi penurunan
aliran darah di otak. Begitu pula jika jantung memompa terlalu cepat. Pengisian
ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan kekuatan pompa menurun
drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome (SSS).
6. Hipersensitivitas sinus karotis.
Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum
terjadi pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus
karotis meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla
oblongata. Impuls afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block,
vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua sinus karotikus, khususnya pada
orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung yang bersifat refleks
(sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok atrioventrikel), yang disebut
respons tipe vagal, dan (2) penurunan tekanan arterial tanpa perlambatan jantung
yang disebut respons tipe depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut
dapat terjadi bersama-sama.
B. Etiologi Metabolik
Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat terjadi jika
pasien berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab Sinkop
Metabolik Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari
seluruh episode sinkop.
Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital
Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala kesulitan
bernafas, ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadangkadang nyeri dada unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan
ulangan jika melakukan hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.
Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit,
hiperventilasi

atau

hipoglikemia

sebaiknya

dipertimbangkan.

Keadaan

hipoglikemia yang berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti
tumor pada sel pulau langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang
lanjut, atau akibat pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran
klinisnya berupa gejala kebingunan atau bahkan penurunan kesadaran. Kalau
keadaaannya ringan, sebagaimana lazim terjadi pada hipoglikemia. Diagnosis

keadaan ini bergantung pada hasil anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula
darah pada waktu serangan.
Intoksikasi alcohol
C. Etiologi neurologic
Serangan iskemk sementara (TIA; transient ischemic attact) dapat menyebabkan
sinkop tetapi jarang terjadi. Agar terjadi hal ini system aktivasi reticular harus
terkena. Jika terjadi selalu terdapat manifestasi neurologic lainnya, seperti
kelainan saraf cranial.
a) Migrain. Penyebab tersering kedua pada remaja. LOC diikuti dengan nyeri
kepala.
b) Kejang. Biasanya mudah dibedakan dengan aura, riwayat gerakan tonik klonik
dan keadaan pascaiktal
c) Peningkatan tekanan intracranial mendadak yang diperlihatkan dengan
perdarahan subarachnoid atau kista koloid obstruktif pada ventrikel ketiga.
Terminologi ini merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal
saraf SSP yang berefek pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius
(NTS). Sejumlah stimulus, yang terbanyak bersala dari viseral, dapat
menghilangkan respon yang berakibat pengurangan atau hilang tonus simpatis dan
diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal. NTS pada medula mengintegrasikan
stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan simpatis efferen yang
mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan terdapat gangguan
pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.
D. Sinkop refleks
Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah kanan dan
hipoperfusi serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri tegak sebelum

suatu episode karena pengumpulan darah akibat gravitasi berperan dalam


penyebabnya. Penyebab yang potensial antara lain, emboli atau infark paru,
tamponade pericardium, hipertensi paru, uterus hamil karena menekan vena kava
inferior dan batuk, yang menurunkan beban awal dengan meningkatkan tekanan
intrathoraks.
E. Lain-lain
1. Sinkop batuk
Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat serangan batuk yang
mendadak dan biasanya dijumpai pada laki-laki yang menderita bronchitis kronis.
Setelah batuk-batuk kuat, pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya
untuk sementara. Tekanan intrathorakal meninggi dan mennganggu vena balik ke
jantung sebagaimana halnya pada maneuver valsava (ekshalasi dengan glottis
tertutup).
2. Sinkop pascamiksi
Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau sesudah urinasi.
Khususnya setelah bangkitan dari posisi berbaring, barangkali merupakan tipe
khusus

sinkop

vasodepressor.

Diperkirakan

bahwa

pelepasan

tekanan

intravesikuler menyebabkan vasodilatasi mendadak yang diperberat lagi dengan


berdiri, dan bahwa bradikardia yang terjadi lewat mediator vagal merupakan factor
yang turut menyebabkan sinkop tersebut.
3. Psikogenik
Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan sebagai perasaan mau
pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang sesungguhnya. Gejala tersebut tidak
disertai dengan wajah yang pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien
dibaringkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan
bagian dari serangan tersebut dapat ditimbulkan kembali dengan hiperventilasi.
Dua mekanisme yang diketahui terlibat dalam proses terjadinya serangan tersebut

adalah penurunan kadar karbon dioksida sebagai akibat hiperventilasi dan


pelepasan hormone epineprin. Hiperventilasi akan mengakibatkan hipokapnia,
alkalosis, peningkatan resistensi serebrovaskuler dan penurunan aliran darah
serebral.
4. Nyeri ligamentosa atau visceral berat
5. Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat.
3.Faktor resiko
Berdasarkan San Fransisco Syncope Rule (SFSR), terdapat lima kriteria
yang dapat dipakai untuk menentukan risiko jangka pendek (7 hari) untuk pasien
dengan syncope. Kriteria itu adalah pasien dengan gagal jantung kongestif, nilai
hematokrit <30%, kelainan EKG (irama nonsinus dan perubahan baru), sesak
napas, dan nilai sistol <90 mm Hg. Jika pasien memiliki minimal satu dari kriteria
tersebut, mereka memiliki risiko jangka pendek sebesar 25% untuk mengalami
outcome yang serius seperti kematian, infark miokard, aritmia jantung, emboli
paru, stroke, pendarahan subaraknoid, pendarahan yang signifikan, kunjungan
kembali ke UGD, atau rawat inap di rumah sakit.
Selain itu, American College of Emergency Physician mengembangkan
sebuah kebijakan bagi pasien syncope untuk masuk rumah sakit berdasarkan faktor
risikonya. Pasien dengan usia tua dan memiliki penyakit penyerta, EKG yang
abnormal, nilai hematokrit <30%, dan riwayat atau adanya penyakit gagal jantung
kongestif, iskemia, atau penyakit struktural jantung lain memiliki risiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang berbahaya dan sebaiknya dibawa ke rumah
sakit.

European Society of Cardiology mengembangkan pedoman lain untuk


mengetahui kebutuhan akan intervensi diagnostik dan terapeutik berdasarkan
faktor risiko. Pasien dengan kecurigaan atau penyakit jantung struktural yang
sudah ada, EKG yang abnormal, pingsan selama melakukan aktivitas fisik atau
dalam posisi berbaring, pingsan yang menyebabkan luka yang parah (seperti
fraktur dan pendarahan intrakranial), riwayat keluarga sudden cardiac death, atau
kecurigaan malfungsi dari alat yang ditanam pada tubuh pasien disarankan masuk
rumah sakit untuk evaluasi diagnostik. Indikasi terapeutik untuk masuk rumah
sakit adalah pingsan karena aritmia jantung, iskemia, penyakit jantung struktural,
penyakit kardiopulmoner, atau neurally-mediated bradycardia yang membutuhkan
implantasi pacemaker.
4.

Patofisiologi
Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya
hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen
pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan
kesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler
yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak
terdapat efek pada otak.
Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan
dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteriserebralis mayor. Patofisiologi dari
sinkop terdiri dari tiga tipe:

1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atauterjadi


penurunan klinis volume darah yang signifikan.
2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.
3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan
perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa factor

umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan


kesadaran sementara.
Aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena 1) jantung gagal untuk
memompa darah; 2) pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai cukup kekuatan
untuk mempertahankan tekanan darah untuk memasok darah ke otak; 3) tidak ada
cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; atau 4) gabungan dari
sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.
Perubahan-Perubahan Irama Jantung
Perubahan-perubahan irama jantung adalah penyebab-penyebab yang paling
umum dari pingsan atau syncope. Sementara ini mungkin terdengan tidak
menyenangkan, seringkali pingsan disebabkan oleh perubahan sementara pada
fungsi tubuh yang normal.
Adakalanya, perubahan irama jantung (aritmia) adalah lebih berbahaya dan
berpotensi mengancam nyawa. Jantung adalah pompa listrik, dan jika persoalanpersoalan sistim listrik hadir, jantung mungkin adakalanya tidak mampu untuk
memompa cukup darah, menyebabkan kejatuhan-kejatuhan jangka pendek pada
tekanan darah. Persoalan-persoalan elektrik mungkin menyebabkan jantung untuk
berdenyut terlalu cepat atau terlalu perlahan.
Denyut jantung yang cepat atau tachycardia (tachy = cepat + cardia =
jantung) adalah irama abnormal yang dihasilkan pada kamar-kamar jantung bagian
atas atau bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut
terlalu cepat, mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan
darah diantara setiap denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat
diantar jantung keseluruh tubuh. Tachycardias dapat terjadi pada segala umur dan
mungkin tidak berhubungan pada penyakit jantung atherosclerotic.
Dengan bradycardia, atau denyut jantung yang lamban (brady = lamban + cardia =
jantung), kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin dikompromikan.

Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan jantung terhalang,
atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi, menyebabkan denyut
jantung untuk melambat.
Disamping persoalan-persoalan struktur elektrik dengan jantung, obat-obat
mungkin adalah tertuduhnya. Ketika mengkonsumsi obat-obat yang diresepkan
untuk kontrol tekanan darah [contohnya, beta blockers seperti metoprolol
(Lopressor, Toprol XL), propranolol (Inderal, Inderal LA), atenolol (Tenormin),
atau calcium channel blockers seperti diltiazem (Cardizem, Dilacor, Tiazac),
verapamil (Calan, Verelan dan lain-lain), amlodipine (Norvasc)], jantung dapat
adakalanya menjadi lebih sensitif pada efek-efek dari obat-obat ini dan berdenyut
lambat secara abnormal dan mengurangi output (keluaran) dari jantung.
Postural hypotension
Kehilangan dari cairan intravascular, itu adalah darah dan air didalam
pembuluh-pembuluh darah, dapat juga menyebabkan pingsan atau syncope.
Biasanya, pingsan akan terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada
cukup waktu untuk tubuh untuk mengkompensasi dengan membuat jantung
berdenyut lebih cepat, atau mempunyai pembuluh-pembuluh darah untuk mengerut
untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan aliran darah ke otak. Ini dirujuk
sebagai postural hypotension.
5.Manifestasi klinis
Manifestasi pada pasien sinkop bervariasi tergantung dari etiologinya. Pada
umumnya orang dengan sinkop akan mengalami gejala yang meliputi pusing,
penglihatan kabur, berkunang-kunang, berkeringat, dan pucat. Sinkop sering
disebabkan oleh karena penyebab kardiovaskular maupun neurologikal.
Penyebab cardiovascular :

Hipoxia cerebral akibat perfusi yang buruk yang menyebabkan kehilangan


kesadaran sementara. Peningkatan pada kapasitas vaskular atau penurunan curah
jantung dapat menyebabkan perfusi otak yang buruk. Curah jantung dapat
berkurang akibat hipovolemia atau perubahan pada detak jantung seperti
bradikardia atau kelainan detak jantung.
Sinkop kardiovaskular biasanya dikarakteristikan sebagai :
gejala prodormal seperti
-berkeringat
-pusing
-perubahan pada penglihatan
Fase sinkop seperti
-kelemahan otot
-konfusi
Fase penyembuhan yang cepat dan dikarakterisasikan kesadaran yang cepat
Pada hipotensi ortostatik :
-Kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan
-Lemah, berdebar, gemetar --> sinkop
Penyebab neurologikal :
Sinkop neurologikal sering diasosiasikan dengan perubahan pada aktivitas listrik
pada otak. Sinkop sendiri harus dapat dibedakan dengan kejang. Pada pasien
kejang lebih sering mengalami perubahan gerakan motorik, proses penyembuhan
yang lebih lama, dan perubahan pada EEG saat terjadinya serangan.
Pada kelainan metabolik :

Hipoglikemia
Dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Biasanya terjadi cepat,
dengan periode selama beberapa menit. Gejala awal biasanya pusing dan kepala
terasa ringan. Keringat berlebihan dan hipersalivasi juga sering terjadi. Pasien juga
tampak kebingungan dan terjadi kelemahan dan inkoordinasi.
Hiperglikemia
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan sinkop. Hal ini
dapat terjadi pada pasien dengan diabetes, termasuk diabetes ketoacidosis. Gejala
pada umumnya adalah penurunan berat badan, haus, dan urine output yang
meningkat. Pasien juga terlihat dehidrasi, kulit kering, dan tercium bau keton dari
nafasnya. Terdapat juga karakteristik yaitu pernafasan yang dalam dan berat yang
disebut dengan Kussmaul's breath.
Respon pupil dan diagnosis yang memungkinkan :
Tanda pupil:
Keduanya tetap dan dilatasi --> kematian, syok hipovolemik, obat seperti atropin,
adrenalin, dan ecstasy
Unilateral tetap dan dilatasi --> cedera kepala, stroke
Keduanya pinpoint dan konstriksi --> overdosis opium
Konstriksi bilateral --> stroke batang otak
Pupil ireguler --> trauma, riwayat operasi mata

MASALAH
Sinkop Vasodepresor
(pingsan yang umum
terjadi)

MEKANISME

FAKTOR
PENCETUS

FAKTOR PREDISPOSISI

Vasodilatasi perifer tiba-tiba, Emosi yang kuat,


Kelelahan, kelaparan,
terutama pada otot-otot skelet, seperti ketakutan atau lingkungan yang panas dan
tanpa kompensasi peningkatan nyeri
lembab
curah jantung. Tekanan darah
sangat menurun.

Hipotensi Postural
(Ortostatik)

1.

Refleks-refleks
1.
Berdiri
1.
Neuropati perifer dan
vasokonstriktor yang tidak
gangguan yang
adekuat pada arteri dan
mempengaruhi sistem
vena, dengan akibat
saraf otonom; obatpengumpulan darah dalam 2.
Bangkit berdiri
obatan seperti
vena, penurunan curah
setelah
antihipertensi dan
jantung, dan tekanan darah
perdarahan atau
vasodilator; tirah baring
rendah.
dehidrasi
yang lama.
2.
Hipovolemia,
2.
Perdarahan saluran
berkurangnya volume
cerna atau trauma,
darah, sehingga tidak
diuretik kuat, muntahmemadai untuk
muntah, diare, poliuria.
mempertahankan curah
jantung dan tekanan darah,
terutama pada posisi tegak
lurus.

Sinkop akibat Batuk

Beberapa mekanisme yang


Batuk hebat
mungkin berhubungan dengan paroksismal
peningkatan tekanan
intratorakal.

Bronkitis kronis pada pria


berotot

Sinkop akibat
Mikturisi

Belum jelas

Nokturia, biasanya pada pria


dewasa atau usia tua

Pengosongan
kandung kemih
setelah bangun dari
tempat tidur untuk
BAK.

Gangguan kardiovaskuler
- Aritmia

Penurunan curah jantung


sekunder akibat irama yang
terlalu cepat (biasanya lebih
dari 180) atau terlalu lambat
(kurang dari 35 40).

Perubahan irama
Penyakit jantung organik
jantung yang tiba-tiba dan usia tua menurunkan
toleransi terhadap irama
jantung abnormal

- Stenosis aorta dan


kardiomiopati
hipertrofik

Resistensi vaskuler sangat


Olahraga
menurun dengan olahraga, tapi
curah jantung tak dapat
meningkat

Gangguan jantung

- Infark miokard

Aritmia mendadak atau


penurunan curah jantung

Bervariasi

Penyakit arteri koroner

- Emboli paru masif

Hipoksia mendadak atau


penurunan curah jantung

Bervariasi

Trombosis vena dalam

Gangguan yang menyerupai sinkop


- Hipokapnia
(penurunan CO2)
akibat hiperventilasi

Konstriksi pembuluh darah


serebral sekunder terhadap
hipokapnia yang diinduksi
hiperventilasi

Kemungkinan situasi Predisposisi terhadap


yang penuh
serangan cemas dan
tekanan/stressfull
hiperventilasi

- Hipoglikemia

Kadar glukosa yang tidak


memadai untuk

Bervariasi, termasuk Terapi insulin dan berbagai


berpuasa
gangguan metabolik yang

mempertahankan metabolisme
serebral; sekresi epinefrin
berperan dalam timbulnya
gejala
- Pingsan akibat
histeria
(reaksi konversi*)

Ekspresi simbolik melalui


bahasa tubuh terhadap ide
/pemikiran yang tidak dapat
diterima.

Situasi yang penuh


tekanan

Kepribadian bawaan
histerikal

* Observasi diagnostik yang penting pada pingsan akibat histeria termasuk warna kulit yang normal, tandatanda vital normal, kadang-kadang terdapat gerakan yang aneh/tidak umum, dan gerakan dengan maksud
tertentu, dan terjadi di tengah orang banyak.
MASALAH

MANIFESTASI
PRODROMAL

Sinkop Vasodepresor Kelelahan, kelemahan,


(pingsan yang umum pucat, mual, muntah,
terjadi)
berkeringat dingin,
menguap

HUBUNGAN
DENGAN POSISI
TUBUH

PEMULIHAN

Biasanya terjadi ketika Kesadaran pulih dengan segera


berdiri, mungkin terjadi setelah berbaring, tetapi pucat,
ketika duduk
kelemahan, mual dan confusion
menetap untuk beberapa saat.

Hipotensi Postural
(Ortostatik)

1.
2.

Seringkali tidak ada 1. Timbul segera


Pusing dan
setelah seseorang
palpitasi (takikardia)
bangkit berdiri
saat berdiri
2.
Biasanya timbul
segera setelah
seseorang bangkit
berdiri

1.

Segera pulih ke keadaan


normal setelah berbaring
2. Terjadi perbaikan dengan
berbaring

Sinkop akibat Batuk

Seringkali tidak ada,


kecuali batuk

Dapat terjadi pada


berbagai posisi

Sinkop akibat
Mikturisi

Seringkali tidak ada

Berdiri untuk buang air Segera pulih ke keadaan normal


kecil

Segera pulih ke keadaan normal

Gangguan kardiovaskuler
- Aritmia

Seringkali tidak ada

Dapat terjadi pada


berbagai posisi

Segera pulih ke keadaan normal,


kecuali telah terjadi kerusakan
otak

- Stenosis aorta dan


kardiomiopati
hipertrofik

Seringkali tidak ada

Timbul dengan atau


setelah olah raga

Biasanya segera pulih ke


keadaan normal

- Infark miokard

Seringkali tidak ada

Dapat terjadi pada


berbagai posisi

Bervariasi

- Emboli paru masif

Seringkali tidak ada

Dapat terjadi pada


berbagai posisi

bervariasi

Gangguan yang menyerupai sinkop


- Hipokapnia
(penurunan CO2)
akibat hiperventilasi

Dispnea, palpitasi, rasa Dapat terjadi pada


tidak nyaman di dada,
berbagai posisi
baal dan kesemutan pada
tangan dan sekitar mulut

Perbaikan lambat sejalan dengan


hilangnya hiperventilasi

yang berlangsung
beberapa menit.
Kesadaran biasanya tetap
dapat dipertahankan.
- Hipoglikemia

Berkeringat, tremor,
palpitasi, lapar; sakit
kepala, confusion,
tingkah laku abnormal,
koma. Sinkop yang
sebenarnya jarang
terjadi.

Dapat terjadi pada


berbagai posisi

Bervariasi, tergantung pada


beratnya penyakit dan
penatalaksanaannya.

- Pingsan akibat
histeria
(reaksi konversi*)

Bervariasi

Merosot ke lantai,
sering dari posisi
berdiri tanpa terjadi
luka.

Bervariasi, dapat berlangsung


lama, sering dengan respon yang
berfluktuasi.

* Observasi diagnostik yang penting pada pingsan akibat histeria termasuk warna kulit yang normal, tandatanda vital normal, kadang-kadang terdapat gerakan yang aneh/tidak umum, dan gerakan dengan maksud
tertentu, dan terjadi di tengah orang banyak.

6.Diagnosis
1. Anamnesis
Kejadian yang memicu, durasi dan frekuensi terjadinya syok, gejala-gejala yang
muncul (neurologis, jantung), gejala post sinkop, evaluasi trauma, riwayat
medikasi, riwayat penyakit sebelum dan sekarang. Anamnesis juga riwayat alergi,
medikasi, dan riwayat makan sebelumnya.
Pertanyaan pertanyaan pada anamnesis pasien dengan sinkop
PERTANYAAN SEPUAR KEADAAN SAAT SEBELUM SERANGAN
Posisi (duduk, terlentang, berdiri)
Aktivitas ( istirahat, perubahan posisi, sedang atau habis melakukan latihan fisik,
sedang atau sesaat setelah berkemih, buang air besar, bauk, atau menelan)
Faktor faktor predisposisi ( misalnya empat ramai atau panas, berdiri dalam
waktu lama, saat setelah makan) dan faktor yang memberatkan ( misalnya
ketakutan, nyeri hebat, pergerakan leher).
PERTANYAAN MENGENAI SAAT TERJADINYA SERANGAN
Mual, muntah, rasa tidak enak di perut, rasa dingin berkeringat, aura, nyeri pada
leher atau bahu, penglihatan kabur
PERTANYAAN MENGENAI SERANGAN YANG TERJADI ( SAKSI MATA)
Bagaimana seseorang itu jatuh ( merosot atau berlutut)
Warna kulit ( pucat, sianosis, kemerahan), lamanya hilang kesadaran
Jenis pernafasan (mengorok), pergerakan ( tonik, klonik, tonik- klonik ata minimal
mioklonus, otomatisasi) dan lama terjadinya.

Jarak antara imbulnya pergerakan pergerakan tersebut dengan kejadian jatuh,


lidah tergigit.
PERTANYAAN MENGENAI LATARBELAKANG
Riwayat keluarga dengan kematia mendadak, penyakit jantung aritmogenik
kongenital, atau pingsan.
Riwayat penyakit jantung sebelumnya
Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, narkolepsi)
Gangguan metabolik ( dabetes melitus)
Obat obatan ( antihipertensi, antiangina, anidepresan, antiaritmia, diuretika, dan
obat obatan yang membuat QT memanjang)
(bila terjadi sinkop berulang) keterangan mengenai berulangnya sinkop misalnya
waktu dari saat episode sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi.

2.
-

Pemeriksaan Fisik
Airway, breathing, circulation
Tanda-tanda Vital : tekanan darah, nadi, laju pernafasan, suhu
Pemeriksaan fisik jantung (mencari etiologi sinkop akibat jantung seperti
mendengarkan murmur), neurologi (defisit neurologis, neuropati perifer), abdomen
dan pelvis (untuk mendiagnosis ada tidaknya perdarahan saluran pencernaan,
aneurisma aorta, rupture kehamilan ektopik, dan lain-lain).
- Pemeriksaan rektal (Rectal examination)untuk mengetahui ada tidaknya
perdarahan saluran pencernaan.
- Tes hipotensi ortostatik
Dalam pemeriksaan ini, pasien diminta untuk berbaring (supinasi) selama 510 menit dan setelah itu pasien diminta untuk berdiri. Kemudian ukur tekanan
darah pasien 2-3 kali selama beberapa menit.
- Tanda trauma yang terjadi
- Carotid massage
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hipersensitivitas sinus carotis.
Pemeriksa melakukan pijatan pada daerah A. carotis (tidak boleh bersamaan)
selama 5-10 detik lalu lihat tanda-tanda pada pasien (dapat terjadi penurunan nadi
dan perubahan tekanan darah). Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan untuk pasien
yang memiliki riwayat infark miokard, stroke, atau ventricular tachycardia, serta

bila terdengar carotid bruit pada hasil auskultasi). Selama pemeriksaan, pasien
harus dipantau dengan EKG secara terus menerus dan monitoring tekanan darah.
- Manuver hiperventilasi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda dengan etiologi
sinkop yang tidak diketahui. Pasien diminta bernafas dengan mulut terbuka (tarik
nafas lambat dan dalam) dengan laju 20-30 kali per menit dalam 2-3 menit lalu
amati perubahan yang terjadi pada pasien. Rekurensi gejala prodromal atau sinkop
menunjukkan kaitan sinkop dengan gangguan psikiatri (anxiety related syncope).
- Exercise stress testing
Pasien diminta untuk melakukan latihan fisik tertentu lalu amati fungsi
jantungnya. Bila setelah melakukan latihan pasien menjadi hipotensi dan
bradikardia, maka pasien mengalami instabilitas vasomotor reflektif. Pasien yang
tidak dapat menjalani pemeriksaan ini merupakan pasien yang menderita infark
miokard dan aritmia ventrikel.
- Head up tilt table testing
Dalam pemeriksaan ini, pasien berbaring dalam posisi horisontal selama 10
menit lalu meja akan digoyang 60-80o selama 45 menit. Manuver ini akan
memberikan efek penurunan central venous pressure (CVP), pengisian ventrikel
jantung, stroke volume, serta mean arterial pressure (MAP). Hasil pemeriksaan ini
positif bila terjadi sinkop atau presinkop dan hipotensi

dengan atau tanpa

bradikardia.
Pemeriksaan fisik lengkap adalah syarat bagi semua pasien yang datang di
UGD. Perhatian khusus harus diberikan pada aspek-aspek tertentu dari
pemeriksaan fisik pada pasien yang datang dengan sinkop.
Selalu menganalisis tanda-tanda vital (Tekanan darah dan nadi pada posisi
berbaring dan berdiri)
Auskultasi arteri subklavia dan arteri karotis
Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan
gambaran mengenai etiologi sinkop.
Pemeriksaan neurologis yang cermat sebagai barometer perbaikan ataupun
perburukan gejala. Status mental biasanya normal.

Identifikasi trauma

Pemeriksaan Neurologi
Disfungsi otonom
Pada disfungsi otonom, system saraf otonom tidak mampu menyesuaikan pada
perubahan posisi sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik dan sinkop. Derajat
sinkop didasarkan pada lamanya pasien dapat berdiri sebelum akhirnya duduk.
Impotensi dan gangguan miksi merupakan jenis disfungsi otonom lainnya.
Test mengangkat kepala
Test dengan mengangkat kepala pasien sementara dalam posisi berbaring
merupakan tekhnik provokatif untuk mendiagnosis sinkop vasodepressor.
Pengangkatan kepala hingga mencapai sudut maksimum 60 sampai 700 biasanya
akan mencetuskan hipotensi simtomati atau sinkop dalam waktu 10 hingga
30menit pada pasien sindroma ini.
Gangguan Serebrovaskular
Steal Syndrome
TIA
NonSyncopal Attack
Epilepsi
Katapleksi
Drop attack
Evaluasi Psikiatri
3. Pemeriksaan penunjang
- 12 lead EKG, echography (untuk pemeriksaan masalah jantung)
- Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count) untuk pasien dengan gejala
sinkop karena hipotensi ortostatik atau pada pasien dengan guaiac positif.
- Urin (untuk tes kehamilan)
- Elektrolit (untuk melihat ada tidaknya gangguan jantung akibat elektrolit,
dehidrasi, atau sinkop akibat penggunaan diuretik)
- Guaiac test (untuk melihat adanya darah pada feses)
- CT Scan atau MRI kepala (melihat adanya tanda gangguan neurologis atau tidak,
seperti iskemi batang otak, perdarahan subarachnoid)

- EEG (untuk melihat fungsi otak dan mengeksklusi sinkop akibat kejang)
- Lumbal Puncture
- Saat ini, tidak ada pengujian khusus memiliki kekuatan yang cukup untuk benarbenar ditunjukkan untuk evaluasi sinkop. rekomendasi pedoman berbasis
penelitian dan konsensus tercantum di bawah ini. Pemeriksaan laboratorium harus
diarahkan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetapi tidak semuanya.
- Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, enzim jantung, kadar gula darah dan
hematokrit memiliki nilai diagnostik yang rendah, sehingga pemeriksaan tersebut
tidak direkomendasikan pada pasien dengan sinkop kecuali terdapat indikasi
tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis, misalnya pemeriksaan gula
darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia dan kadar hematokrit
untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan dan lain-lain. Pada keadaan
sindrom QT memanjang keadaan hipokalemia dan hipomagnesemia harus
disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus dilakukan pada wanita usia
reproduksi, terutama yang akan menjalani head-up tilt testing atau uji
elektrofisiologi.
- Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan dengan
kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung,
hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar.
7. Tatalaksana
Pendekatan penatalaksanaan pasien sinkop sangat bergantung pada
diagnosisi yang telah dibuat.

Sinkop neurokardiogenik:
Pada pasien sinkop berulang atau sinkop yang berhubungan dengan cedera fisik
atau stress pada pasien. Pendekatan non farmakologik adalah pilihan pertama
seperti edukasi dan pencegahan terhadap faktor resiko terjadi ny sinkop berulang
Pendekatan farmakologik nya adalah diberikan beta blocker, alfa agonist,
paroxetine dan enalapril

Sinkop vasovagal
Terapi farmakologik yang direkomendasikan adalah disopiramid, antikolinergik,
teofilin dan clonidine

Pacu jantung
Secara teoritis memiliki manfaat pada pasien yang di dominasi dengan kelainan
pada kardioinhibisi dibandingkan respon vasodepresan

Sinkop aritmia
Belum banyak data yang mengevaluasi efek antiaritmia namun hingga saat ini
dipertimbangkan pemasangan defribilator intrakardiak pada pasien yang
mengalami sinkop namun harus disesuaikan dengan criteria pasien yang pernah
menglami infark miokard, ejeksi fraksi nya < 35%. Sedangkan pada pasien yg
mengalami bradiaritmia perlu dipasangkan pacu jantung
Sinkop metabolism
Segera koreksi kelainan metabolism pada pasien tersebut seperti sinkop
hipoglikemi maka harus segera berikan cairan gula untuk mengoreksi hipoglikemi
pada pasien tersebut serta hentikan penggunaan obat peningkat insulin. Selain itu
seperti sinkop hipoksia juga harus segera di koreksi hipoksia nya dengan
menggunakan oksigen atau air mask se segera mungkin.
Pada sebagian besar kasus, keadaan mau pingsan atau fainting relative
bersifat benigna. Dalam menghadapi pasien yang pernah mengalami serangan ini,
pertama-tama dokter harus memikirkan sebab-sebab pinsan yang memerlukan
emergensi. Diantara pelbagai keadaan yang bisa memerlukan emergenci terdapat
perdarahan internal yang bersifat massif serta infark miokard yang dapat terjadi
tanpa nyeri dan aritmia jantung. Pada usia lanjut tanpa penyebab yang jelas curiga
kemungkinan blok jantung total atau takiaritmia.
Pasien stadium awal diletakkan dalam posisi biasanya berbaring mendatar
merupakan
satu-satunya
cara
untuk
mengembalikan
kesadaran
penderita. Mengangkat kaki (tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm) dapat
mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan aliran darah ke jantung dan
otak. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Jangan
memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Pastikan bahwa
jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya teraba kuat dan
teratur. Jika penderita terlalu cepat duduk atau disangga/digendong dalam posisi

duduk, dapat terjadi episode pingsan lain. Namun, pada kasus-kasus yang terus
berulang dapat dibantu dengan bantuan obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan
obat tekanan darah, antidepresan, pembuluh darah dan penggunaan terapi tertentu.
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop
vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi
pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll.
Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari semua keadaan ini sudah
memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien harus diingatkan agar tidak
bangkit secara mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang
yang ditinggikan sampai 8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan
mengenakan sabuk perut elastic serta stocking elastis. Obat golongan dari efedrin
dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid
yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis
terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian
kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta
bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus
digunakan masing-masing pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat
dilakukan pada ventrikel kanan.
Lebih lanjut Rawat Inap
Evaluasi Sinkop di Bagian Gawat Darurat Studi (Seeds) Data menunjukkan
bahwa unit sinkop khusus dengan pendekatan protokol untuk mengesampingkan
penyebab jantung dari sinkop mengurangi biaya rumah sakit dan lama tinggal
tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.
Pertimbangan merawat pasien sinkop dirumah sakit didasarkan pada 2 tujuan, yaitu
1.tujuan diagnosis, dan 2.terapi. Kasus sinkop yang pada evaluasi awal belum
diketahui penyebabnya dapat dirawat dirumah sakit. Untuk pasien yang telah
didiagnosis pada evaluasi klinis awal, keputusan merawat pasien dirawat dirumah
sakit bergantung pada prognosis dari etiologinya yang mendasari sinkop dan/atau
perawatan yang dibutuhkan.
8. Prognosis
Cardiac syncope memiliki prognosis yang paling buruk dibanding jenis
syncope lainnya. Pasien dengan cardiac syncope umumnya memiliki keterbatasan

yang signifikan dalam kegiatan sehari-hari dan kejadian syncope dapat


menandakan perkembangan dari penyakit yang mendasari syncope. Angka
kematian pada tahun pertama untuk cardiac syncope diperkirakan mencapai 1833%. Ada 4 faktor resiko sebagai prediktor yang signifkan dari angka kejadian
kematian mendadak dalam satu tahun pasca terjadinya syncope : hasil EKG
abnormal, usia diatas 45 tahun, riwayat ventricular dysrhythmia, dan riwayat
penyakit jantung kongestif. Pasien muda dengan hasil pemeriksaan fisik yang
normal dan hasil EKG yang normal umumnya memiliki resiko morbiditas yang
rendah.
Noncardiac syncope seperti akibat vasovagal dan orthostatic memiliki
prognosis yang baik. Kejadian vasovagal syncope tidak meningkatkan angka
kematian dan jarang menimbulkan rekurensi. Orthostatic syncope juga
meningkatkan resiko kematian namun rekurensi dapat meningkatkan angka
morbiditas dan luka sekunder. Selain itu, pasien syncope dengan defisit neurologis
juga meningkatkan resiko morbiditas.
Sinkop dari setiap etiologi pada pasien dengan kondisi jantung (untuk
dibedakan dari sinkop jantung) juga telah ditunjukkan untuk menyiratkan
prognosis buruk. Pasien dengan kelas fungsional NYHA III atau IV yang memiliki
jenis sinkop memiliki tingkat kematian setinggi 25% dalam waktu 1 tahun. Namun,
beberapa pasien melakukannya dengan baik setelah perawatan bedah definitif atau
penempatan alat pacu jantung.
Sinkop noncardiac tampaknya tidak berpengaruh pada tingkat kematian
keseluruhan dan termasuk sinkop karena respon vasovagal, insufisiensi otonom,
situasi, dan posisi ortostatik.
Sinkop Vasovagal memiliki prognosis seragam yang sangat baik. Kondisi ini
tidak meningkatkan angka kematian, dan jarang kambuh. Situasional dan sinkop
ortostatik juga memiliki prognosis yang sangat baik. Mereka tidak meningkatkan
risiko kematian, namun kambuh memang terjadi dan kadang-kadang menjadi
sumber morbiditas yang signifikan dalam hal kualitas hidup dan cedera sekunder.
Sinkop etiologi tidak diketahui umumnya memiliki prognosis menguntungkan,
dalam 1 tahun menunjukkan kejadian kematian mendadak rendah (2%),
kemungkinan 20% dari sinkope berulang, dan tingkat remisi 78%.

9. Pencegahan
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop
vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi
pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll.
Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari semua keadaan ini sudah
memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien harus diingatkan agar tidak
bangkit secara mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang
yang ditinggikan sampai 8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan
mengenakan sabuk perut elastic serta stocking elastis. Obat golongan dari efedrin
dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid
yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis
terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian
kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta
bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus
digunakan masing-masing pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat
dilakukan pada ventrikel kanan.

KESIMPULAN
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein
yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah kehilangan kesadaran dan
kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke
otakbersifat sementara. Berkurangnya aliran darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera
mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau
perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung
(cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena
berhubungan dengan tingkat risiko kematian.
Pertolongan pertama sinkop, baringkan penderita di lantai atau tempat tidur dengan posisi
kepala miring. Apabila terjadi di lapangan upacara, carilah tempat yang teduh. Tinggikan
tungkainya kurang lebih 20 cm. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak
terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Pastikan
bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya teraba kuat dan teratur.
Setelah ia membaik, sarankan untuk menemui dokter keluarga atau ke ruang gawat darurat
rumah sakit terdekat. Tetapi bila dalam waktu 10 menit penderita belum mulai sadar, segeralah
panggil ambulan atau dokter.
Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup.
Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya. Individu
yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya mempunyai tingkat
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah mengalami episode sinkop.
Mortalitas tertinggi disebabkan oleh sinkop cardiac, sedangkan sinkop yang berhubungan dengan
persyarafan termasuk hipotensi ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan
tidak menunjukan peningkatan angka kematian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Syncope. In: Harrison Internal Medicine. 8th ed. McGraw-Hill.2008
2. Blok, BK. Syncope. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, editor.
Emergency Medicine: A comprehensive Study Guide. 5 th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2000.
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI edisi IV.Sinkop. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2006
4. Sidharta, Priguna (2008). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta :
Dian Rakyat.
5. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta
: Dian Rakyat.
6. Ginsberg, Lionel (2008). Kedaruratan Neurologis. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai