Anda di halaman 1dari 14

TINEA KAPITIS

DEFINISI
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis dan bulu
mata yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.
Gambaran penyakitnya bervariasi, mulai dari kolonisasi subklinis tanpa
inflamasi dengan sedikit skuama hingga penyakit inflamasi yang ditandai
dengan timbulnya lesi eritem berskuama dan alopesia yang selanjutnya
mengalami inflamasi hebat disertai pembentukan erupsi kerion ulseratif
profunda. Penyakit ini sering mengakibatkan timbulnya keloid dan jaringan
parut, disertai alopesia permanen. Tipe penyakit yang muncul tergantung pada
interaksi antara host dan agent penyebab .( 1 )
SINONIM
Tinea pada kulit kepala dan rambut, ringworm of the scalp, tinea
tonsurans, herpes tonsurans. ( 1, 2, 3 )
EPIDEMOLOGI
Insiden sesungguhnya dari tinea capitis tidak diketahui. Sumber infeksi
dan derajat inflamasi tergantung apakah organisme penyebabnya bersifat
geofilik, zoofilik atau antrofilik. Penderita paling banyak adalah anak-anak
berusia antara 4 hingga 14 tahun. Pada tinea kapitis yang sebabkan oleh M.
audouinii dan M. canis, kejadian lebih banyak pada anak laki-laki daripada
perempuan dengan perbandingan 5 : 1. Tetapi pada infeksi yang disebabkan
Trichophyton kejadian pada anak laki-laki dan perempuan sama tapi pada orang
dewasa lebih banyak wanita dari pada laki-laki.
Penularan bentuk tinea kapitis tertentu dipermudah dengan populasi yang
padat atau higiene personal yang jelek. Kondisi sosioekonomi yang rendah dan
malnutrisi protein juga mempermudah terjadinya penularan. Organisme

penyebab tinea kapitis dapat dibiakkan dari sikat, sisir, topi, sarung bantal, kursi
dan benda mati lainnya. Infeksi juga dapat ditularkan dari anak ke anak lain
akibat paparan disekolah atau penitipan anak. Rambut yang terkena dapat
menjadi tempat berdiamnya organisme infeksius hingga satu tahun atau lebih
setelah organisme terlepas dari hostnya. Adanya kondisi karier asimptomatik
berulang kali telah dijumpai pada tinea kapitis. Temuan ini memiliki dampak
epidemologi yang penting karena sumber infeksi yang tersembunyi sulit
dideteksi dan dibasmi.
Setelah pengenalan griseofulvin pada akhir 1950-an dan imigrasi ras
Hispanik dan Meksiko ke Amerika Serikat, jamur penyebab tersering tinea
kapitis dari M. audouinii digantikan oleh T. tonsuran. Tipe tinea kapitis yang
sering dijumpai, dikelompokkan menurut letak terbentuknya arthrokonidia ,
Spesies
Microsporum audouinii

( 1, 3, 4 )

Penyakit pada manusia


Tinea kulit kepala prapubertas;

Distribusi geografik
Paling sering dijumpai di

jarang timbul supurasi; dari anak

Nigeria, juga di Rumania,

ke anak

Libya. Sekarang di

Varian
mikrokonidia

Amerika Serikat.
Microsporum canis

Tipe Ektotrik

Tinea kulit kepala dan glabrosa

Jarang di Amerika Serikat

prapubertas; tidak jarang timbul

dan Eropa, kecuali Inggris

supurasi; kadang timbul kerion;

dan Skandinavia; banyak

dari hewan piaraan.

dijumpai di Amerika

Tinea kulit kepala dan glabrosa;

Selatan
Relatif jarang di Amerika

lazim timbul supurasi dan kerion;

Serikat; umum di Amerika

Mycrosporum fulvum
Mycrosporum ferrugineum

dari tanah
Tinea mirip M.gypseum
Mirip M.audoinii

Selatan
Jarang dan sporadic
Afrika, India, China,

Trichopyton tonsurans

Black dot ringworm pada kulit

Jepang
Umum di Eropa, Rusia,

kepala; pada permukaan kulit yang

Timur Dekat, Meksiko,

halus; sycosis; tinea unguium;

Puerto Rico, bagian utara

umum timbul supurasi; folikel

Amerika Selatan; semakin

rambut mengalami atrofi

berkurang di Amerika

Mycrosporum gypseum

Tipe Endotrik

Varian makrokonidia

Menyerang pada rambut dan folikel rambut

yang dapat dilihat table dibawah ini,

Serikat, sekarang sudah


Trichophyton violaceum

Trichophyton soudanense

Black dot endothrix pada kulit

sangat jarang
Semakin berkurang di

kepala dan permukaan kulit yang

Eropa Selatan, Balkan;

halus; onikomikosis; pasti timbul

umum di Asia Tengah,

supurasi dan sering terjadi kerion

sebagian Afrika, Timur

Tinea pada kulit kepala yang

Jauh
Afrika Tengah dan Barat

Trichophyton gourvilii

disertai inflamasi dan jaringan

Tipe Ektotrik

parut
Trichophyton yaoundei
Trichophyton mentagrophytes

Biasanya menyebabkan

var. interdigitale

dermatofitosis interdiginosa pada

Trichophyton mentagrophytes

kaki
Tinea vesikuler pada kulit yang

var. mentagrophytes

halus; folikulitis supuratif pada

Trichophyton verrucosum

kulit kepala dan janggut


Tinea vesikuler pada kulit yang

Ada di mana-mana

Ada di mana-mana

Ada di mana-mana

halus; folikulitis supuratif pada


kulit kepala dan janggut; dari
Trichophyton megninii

Tidak ada
konidia

Trichophyton schoenleinii

hewan ternak
Sycosis adalah lesi yang paling

Distribusi sporadik;

sering dijumpai; infeksi pada kulit

Portugal, Sardinia

yang halus dan kuku


Favus pada kulit kepala dan kulit

Eropa; Timur Dekat,

yang halus; skutula dan kerion

daerah Laut Tengah;


jarang di Amerika Serikat,

Trichophyton rubrum

Amerika Selatan
Ada di mana-mana

rambutJarang pada

halus, tinea unguium; folikulitis


supuratif ringan pada janggut;
pernah dijumpai invasi yang
sangat jarang pada rambut kepala
tipe endo- dan ektotriks;
Epidermophyton floccosum

Tidak menyerang rambut dan folikel rambut

Paling sering pada kaki, kulit yang

endoectothrix pada rambut villi


Penyebab eksema marginatum

Ada di mana-mana,

klasik pada regio krural; penyebab

namun lebih umum di

sebagian kecil kasus dematofitosis

daerah tropis

intertriginosa pada kaki; tidak


pernah menginfeksi rambut dan
Trichophyton concentricum

folikel rambut
Penyebab tinea imbrikata; infeksi

Umum di kepulauan

pada kuku dan kulit, tidak pada

Pasifik Selatan, Timur

rambut

Jauh, India, Ceylon;


dilaporkan di pantai barat
Amerika tengah dan
pantai barat laut Amerika
Selatan, Brazil

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Microsporum atau Trichophyton dapat mengakibatkan tinea kapitis.
Pengecualian untuk T.concentricum dan E.floccosum. Organisme penyebab
dapat dikelompokkan menurut host tempat hidupnya (seperti antropofilik,

zoofilik, geofilik) dan menurut sifatnya menghasilkan arthrokonidia di luar atau


tepat di bawah kutikula rambut (ektotrik) atau di dalam rambut (endotrik).
Patogenesis tinea capitis telah diteliti oleh Kligman dan Frieden serta
Howard. Rambut memiliki kerentanan terhadap dermatofita ektotrik selama
pertengahan hingga akhir fase anagen. Infeksi biasanya bermula dari stratum
korneum perifolikuler. Setelah masa inkubasi, hifa pada umumnya menyebar ke
dalam dan di sekitar batang rambut. Selanjutnya turun ke folikel dan masuk ke
bagian tengah rambut. Selanjutnya hifa turun di dalam bagian intrapilar rambut
hingga mencapai tepi zona keratogenosa. Di sini hifa terus tumbuh sebanding
dengan proses keratinisasi, sehingga hifa tidak masuk ke bagian yang lebih
dalam selain bagian atas zona keratogenosa. Hifa tidak pernah masuk sampai
zona nukear hingga dapat dibedakan dari rambut yang memiliki keratin parsial
atau keratin sempurna. Pada tempat ini, berkas ujung hifa disebut dengan
Adamsons fringe. Hifa intrapapiler akan berproliferasi dan membelah menjadi
arhtrokonidia yang kemudian mencapai korteks rambut dan akhirnya sampai di
permukaan rambut. Jika rambut dicabut, maka akan patah pada bagian yang
paling rapuh, yakni tepat di atas Adamsons fringe. Jika rambut yang dicabut
tersebut diperiksa di bawah mikroskop, maka akan terlihat banyak spora
ektotrik, bukan hifa intrapiler.
Pada infeksi endotrik (seperti akibat T.tonsurans) terjadi proses yang
sama sampai arthrokonidia masuk ke rambut. Arhtrokonidia terbentuk dengan
cepat dan akan menggantikan keratin intrapiler, sementara korteks tetap intak.
Rambut menjadi sangat rapuh dan bila terkena trauma, mudah patah pada bagian
yang paling rapuh yakni di permukaan kulit kepala dimana rambut kehilangan
dinding folikel penyokong rambut. Jika diperiksa secara klinis, sisa rambut pada
folikel yang terinfeksi mirip titik hitam (black dot), sehingga infeksi endotrik
sering disebut dengan black dot ringworm. Perbedaan penting terakhir antara
infeksi endotrik dan ektotrik adalah infeksi endotrik bisa terus berlanjut hingga
setelah fase anagen siklus rambut dan hingga fase telogen. Oleh sebab itu,
infeksi endotrik cenderung lebih kronis dibanding yang disebabkan organisme
ektotrik. ( 1 )

GEJALA
Tinea kapitis antropofilik
Ektotrik
Tinea kapitis gray patch ringworm adalah penyakit yang sangat lazim
dijumpai pada anak-anak yang seringkali mencapai proporsi epidemik.
Penyebab klasiknya adalah M.audouinii di Eropa dan Amerika, dan
M.ferrugineium di Asia. M.audouinii sekarang sudah jarang ditemukan di Eropa
maupun di Amerika. Infeksi berawal dari papula eritem berukuran kecil di
sekitar batang rambut. Dalam beberapa hari, papula berubah warna menjadi
pucat dan timbul skuama, dan rambut berubah warna menjadi abu-abu dan
tampak tidak bercahaya. Rambut menjadi rapuh dan mungkin patah beberapa
milimeter di atas kulit kepala. Lesi akan meluas, disertai munculnya lebih
banyak papula berbentuk cincin yang khas, dan mungkin menyatu dengan
bagian lain yang terinfeksi. Seluruh rambut pada daerah tersebut akan terinfeksi.
Rasa gatal semakin hebat, dan beberapa area alopesia mungkin nampak di
bagian yang terinfeksi; pada kebanyakan kasus, rasa gatal hanya minimal.
Mungkin nampak sedikit reaksi inflamasi pada infeksi M.audouiniii, meski
kadang terbentuk ulkus dan kerion, terutama pada anak berkulit hitam. Infeksi
biasanya hanya ringan dan penyakit ini dapat sembuh spontan. Siklus infeksi
yang bermula pada stratum korneum dan folikel rambut, diikuti penetrasi ke
rambut anagen, pertumbuhan ke pangkal rambut, pembentukan arthrokonidia di
sekitar batang rambut, berhentinya pertumbuhan dan terlepasnya miselium ke
dalam stratum korneum, dan terakhir rontoknya rambut telogen yang terinfeksi
dan kesembuhan dari proses penyakit dapat berlangsung hingga 3 tahun atau
lebih. Istilah Gray patch menunjukkan skuama tanpa reaksi inflamasi yang
dijumpai pada sebagian besar penderita.
Ada sejumlah indikasi menunjukkan kalau infeksi M.audouinii kurang
menimbulkan inflamasi pada anak kulit putih dibanding kulit hitam. Hal serupa
juga terjadi di mana M.ferrugineium juga kurang menimbulkan reaksi inflamasi
pada kelompok oriental tertentu dibanding ras lainnya. Fakta ini nampak dalam

satu epidemi M.ferrugineum yang terjadi di Rusia, Eropa, Rumania dan Eropa
Timur pada tahun 1950. Organisme ini dibawa oleh imigran Korea, China dan
Mongolia selama Perang Dunia Kedua dan menyebar ke populasi Eropa. Infeksi
yang diderita penduduk Eropa ternyata menunjukkan reaksi inflamasi yang lebih
berat. Upaya kesehatan masyarakat yang kuat berhasil membasmi penyakit ini
dari Eropa, serta Jepang dan Korea. Infeksi ektotrik juga dapat disebabkan oleh
spesies zoofilik dan geofilik. Spesies ini biasanya akan menimbulkan reaksi
inflamasi yang cukup berat sehingga menghambat infeksi lebih lanjut dan
kesembuhan dapat berlangsung dengan cepat.
Gray patch yang nampak secara klinis tidak menunjukkan derajat infeksi
pada kulit kepala. Pemeriksaan lampu Wood akan memperlihatkan fluoresensi
hijau terang yang khas pada rambut terinfeksi sampai di luar area yang
menampakkan gejala. Infeksi yang tersembunyi biasanya juga dapat ditemukan
dengan metode pemeriksaan ini. Tingkat infeksi pada anak laki-laki 5 kali lebih
tinggi dibanding wanita. Kendati demikian, angka ini akan terbalik setelah usia
pubertas. ( 1 )
Endotrik
Semua jamur penyebab infeksi endotrik bersifat antropofilik. Infeksi
endotrik berhubungan dengan ras atau populasi tertentu. Infeksi endotrik
Black-dot ringworm yang disebabkan oleh T. tonsurans dan T. violaceum
dalam beberapa aspek berbeda dengan infeksi Microsporum. Meski infeksi awal
pada folikel rambut dan kemudian memiliki perjalanan yang sama, namun pada
lesi infeksi endotrik ini berukuran kecil dan seringkali hanya mengenai 2 atau 3
helai rambut pada area yang terinfeksi. Jika lesi cukup luas, tidak semua rambut
pada area tersebut akan terinfeksi. Lesi bisa berjumlah banyak, multiple dan
tersebar diatas permukaan kulit kepala. Sering terjadi infeksi kronis, namun
reaksi inflamasi yang muncul hanya minimal. Kondisi ini terjadi pada ras
Hispanik atau pada daerah endemik. Pada penderita yang lain dapat dijumpai
infeksi yang luas dan bercak kebotakan yang terdiri atas lesi berbentuk
sirkumskrip dan nampak alopesia yang difus.

Rambut yang terinfeksi tidak lagi memiliki ujung yang tajam pada
lubang folikel sehingga tampak potongan rambut yang tersusun atas konidia atau
black dot. Potongan rambut ini kadang tumbuh melingkar dan kearah dalam.
Pada kasus semacam ini perlu dilakukan pemotongan rambut memakai skapel
agar dapat dikultur. Plak lesi cenderung melingkar dan sering berbentuk
polygonal. Kadang tampak inflamasi sedang disertai pambentukan jaringan
parut yang lambat, dan proses ini akan memberikan gambaran mirip lupus
eritematosus. ( 1 )
Tinea kapitis zoofilik dan geofilik
Ektotrik
Seperti telah dikatakan dimuka, kolonisasi dermatofita zoofilik dan
geofilik biasanya akan menimbulkan penyakit inflamasi. Tinea kapitis gray
patch biasanya disebabkan oleh Microsporum canis. Infeksi ini akan
memberikan gambaran lampu Wood positif dan perjalanan penyakitnya mirip
dengan yang disebabkan oleh M. audouinii. Namun kerion, keloid, dan reaksi
inflamasi berat jauh lebih sering muncul pada infeksi ini. Oleh karena jamur
antropofilik penyebab tinea kapitis semakin berkurang atau berhasil dibasmi,
maka M. canis sekarang menjadi spesies dermatofita yang paling sering
dijumpai. Di Italia, Hungaria, Portugal dan baru-baru ini di Israel, M.canis
termasuk dermatofita yang paling sering ditemukan, dan mungkin merupakan
spesies terbanyak dari seluruh tipe infeksi : kulit kepala, janggut, kuku, tangan,
kulit glabrosa, dan yang jarang adalah kaki. Spesies geofilik seperti M. gypseum
dan M. fulvum adalah penyebab tinea kapitis yang jarang. Infeksi spesies ini
akan memberi hasil fluoresensi lampu Wood negative dan infeksi yang cukup
berat, biasanya disertai munculnya keloid. Di sejumlah geografik tertentu seperti
Amerika Selatan, M. gypseum selalu menjadi penyebab utama dari semua tipe
infeksi dermatofita. Di wilayah lain tidak lazim atau bahkan sangat jarang.
Distribusi strain virulen yang tidak merata ini tidak sesuai dengan distribusi
infeksi di seluruh dunia berdasar isolasi spesies yang diperoleh dari tanah dan
mengindikasikan kalau berbagai strain memiliki potensi patogenik yang sangat
beragam.

Infeksi ektotrik Trichophyton spp. yang berasal dari binatang (T.


mentagrophytes var. Mentagrophytes dan T. verrucosum) secara klinis dapat
dibedakan dari reaksi inflamasi yang lebih menonjol dibanding bentuk tinea
kapitis yang lain. Sering timbul folikulitis supuratif. Infesi ini jarang dijumpai
dan paling sering pada daerah pedesaan. Organisme penyebab biasanya didapat
dari binatang dan paling sering adalah hewan ternak. Kerion biasa muncul pada
infeksi ini. Tampak infiltrat inflamasi akut dalam jumlah banyak pada area yang
terkena dan jaringan yang lebih dalam, disertai adenopati regional. Pada area di
sekitarnya muncul folikulitis supuratif, disertai infiltrasi kutan dan subkutan
indolen (kerion celsi). Pada palpasi teraba lunak, dan pus keluar dari folikel.
Beberapa bagian dari kulit kepala mungkin terinfeksi secara bersamaan, dan
ukuran lesinya bervariasi. Pembengkakan terasa nyeri dan rambut mudah
dicabut. Penting dicatat bahwa penyebab timbulnya pus bukan invasi bakteri
sekunder namun dari jamur itu sendiri, sehingga tidak perlu dilakukan intervensi
bedah. Kadang nampak plak berwarna merah dengan batas kurang jelas disertai
pustula disekitarnya dan kondisi ini disebut folikulitis agminata. Kesembuhan
infeksi akan disertai pembentukan jaringan parut dan bercak alopesia permanen.
Individu dengan rambut tebal berwarna gelap cenderung mengalami reaksi
inflamasi yang lebih berat dibanding mereka yang memiliki rambut tipis
berwarna terang. ( 1 )
Reaksi id
Reaksi dermatofitid (id) bisa timbul pada tinea kapitis, namun lebih
jarang pada tinea pedis. Reaksi id adalah manifestasi alergi akibat infeksi pada
bagian distal, dan pada lesi tidak ditemukan organisme. Sekelompok vesikel
teraba keras, gatal dan kadang nyeri dapat ditemukan pada bagian tubuh yang
lain. Namun, lesi pada tubuh banyak dijumpai pada tinea kapitis, sementara jari
dan telapak tangan lebih sering terkena jika lesi primernya berupa tinea pedis.
Lesi dapat berubah menjadi reaksi eksematoid berskuama atau respon
papulovesikuler folikuler yang muncul di sebagian besar permukaan tubuh dan
sangat menyulitkan dan menyebabkan rasa tidak nyaman bagi penderita.

(1)

PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri
atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan
mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kulit dan
rambut. ( 2 )
Pemeriksaan lampu Wood
Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan
bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan
kemungkinan adanya fluoresensi dengan warna hijau terang sampai hijau
kekuning-kuningan yang disebabkan oleh infeksi M. canis, M. audouinii, dan M.
ferrugisum.

Sedangkan

infeksi

yang

disebabkan

oleh

T. schoenleinii

memberikan fluoresensi warna hijau gelap atau biru keputihan. Gambaran


fluoresensi nampaknya hanya dihasilkan oleh jamur pada rambut yang
mengalami infeksi aktif. Pertumbuhan organisme saprofitik pada rambut yang
dicabut tidak menimbulkan fluoresensi. Dari hasil pemeriksaan spektroskopik
inframerah, Wolf menyimpulkan kalau substansi ini adalah pteridin (pyrimidine45:2.3-pyrazine) rambut yang terinfeksi dapat memberikan fluoresensi selama
bertahun-tahun meski arthrokonidianya telah mati.

( 1, 2, 3 )

Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% / dapat + tinta parker


Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan yaitu
dengan cara rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan, kulit
tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit. Sediaan basah dibuat dengan
meletakkan bahan kerokan diatas gelas alas, kemudian ditambah 1-2 tetes
larutan KOH dimana konsentrasi untuk rambut 10% sedangkan untuk kulit 20%.
Setelah itu ditunggu 15-20 menit dimana hal ini diperlukan untuk melarutkan
jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan
diatas api kecil sampai mulai keluar uapdari sediaan tersebut, pemanasan sudah
cukup. Untuk melihat elemen jamur lebih jelas dapat ditambahkan zat warna
pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker super chroom blue black.
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mulamula dengan pembesaran 10x10, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran

10x45. pada sediaan kulit akan terlihat hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi
oleh sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada infeksi yang
lama ataupun sudah diobati. Pada sediaan rambut dapat dilihat spora kecil
(mikrospora) atau besar (makrospora) yang tersusun diluar rambut (ektotriks)
atau didalam rambut (endotriks). Kadang-kadang juga dapat terlihat hifa.

( 2, 3, 5 )

Pemeriksaan kultur
Pemeriksaan

dengan

pembiakan

diperlukan

untuk

menyokong

pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan
yaitu medium agar dekstrosa Sabouraud dan dapat ditambahkan kloramfenikol
atau ditambahkan pula klorheksimid. Kedua zat tersebut untuk menghindarkan
kontaminasi bacterial maupun jamur kontaminan.

( 2, 3, 6 )

HISTOPATOLOGI
Tidak ada gambaran histologik yang spesifik untuk infeksi dermatofita,
dan hifa harus dapat ditemukan dengan pengecatan khusus. Jamur jarang
ditemukan pada stratum korneum, berada di antara skuama dan menembus
skuama. Hifa menyebar hingga ke dalam batang rambut dan masuk ke rambut
lain yang posisinya sejajar. Ujung hifa tumbuh di dalam batang rambut ke arah
bawah menuju ujung sel keratin yang masih hidup dan membentuk Adamsons
fringe. Gambaran histologik keseluruhan pada tinea kapitis berupa dermatitis
subakut atau kronis. Pada bentuk paling ringan dapat terlihat edema interseluler
pada rete. Parakeratosis, vasodilatasi ringan, dan infiltrate perivaskuler juga
dapat terlihat. Reaksi alergi hebat dapat menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, disertai pembentukan kerion celsi. Reaksi ini pada mulanya
terdiri atas reaksi leukositik akut pada lapisan dermis profunda dan jaringan
subkutan. Infiltrate seluler perlahan berubah menjadi tipe inflamasi kronis.
Infiltrat semakin banyak dan mengakibatkan hilangnya bentuk normal sebagian
besar jaringan. Keratosis folikuler generalisata (lichen spunulosis) dapat nampak
berupa erupsi sementara pada kurap inflamatorik yang berkembang dengan
cepat. ( 1 )

10

DIAGNOSA
Diagnosis tinea kapitis, terutama pada anak-anak, ditegakkan dari
gambaran bercak alopesia eritem berskuama. Adanya rambut yang rapuh dan
tidak bercahaya atau lesi lunak, infiltratif, ulseratif juga bisa menjadi petunjuk.
Pemeriksaan lampu Wood dan kalium hidroksida biasanya dapat menentukan
diagnosis secara tepat kalau infeksi tersebut adalah suatu tinea.

(1)

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari tinea kapitis mencakup dermatitis seboroik,
dermatitis atopik, dan psoriasis jika gambaran klinis utamanya berupa skuama
difus dengan reaksi inflamasi minimal. Jika alopesia begitu menonjol, maka
kelainan seperti alopesia areata, trichotilomania, sifilis sekunder, atau
pseudopalade juga meski dipertimbangkan. Alopesia karena tinea kapitis tidak
akan menghasilkan gambaran rambut seperti tanda seru yang khas seperti pada
alopesia areata atau area arterfak yang ditumbuhi rambut dengan panjang
beragam seperti pada trichotilomania.
Pada dermatitis seboroik, rambut akan terkena secara difus dan tidak
hanya fokal, rambut tidak rontok serta kulit kepala berwarna merah, berskuama,
dan terasa gatal. Penyakit ini dan kelainan kronis lain yang disertai skuama
seperti psoriasis, dapat menyebabkan timbunan skuama kasar pada kulit kepala.
Kondisi ini disebut pityriasis amiantacea (pityriasis asbestos). Skuama lebih
menonjol pada psoriasis, namun rambut tidak mengalami kerontokan.
Impetigo sulit dibedakan dari tinea inflamatorik, namun rasa nyeri pada
tinea biasanya ringan. Alopesia areata mungkin memiliki tepi eritem pada
stadium dini, namun warna kulit bisa berubah kembali normal. Pada penyakit ini
juga dijumpai skuama, dan rambut pada perbatasan kulit kepala tidak rontok;
namun, rambut mudah dicabut. Rambut ini menunjukkan morfologi tanda
seru.

11

Vesikel pada reaksi id harus dibedakan dari reaksi toksik dengan


penyebab lain, seperti dyshidrosis, dan penyebab vesikel dan bulla subkortikal
yang lain.
Pada tinea kapitis inflamatorik dapat muncul pyoderma bakterial
(furunkulosis, impetigo). Folikulitis decalvans atau perifolikulitis capitis
abscendens et suffodiens juga dapat dilakukan dalam diagnosis banding. Setelah
terbentuk jaringan parut, proses noninfeksi seperti lupus eritematosis discoid,
lichen

planopilaris,

pseudopelade

atau

dipertimbangkan dalam diagnosis banding.

dermatitis

radiasi

seringkali

(4)

TERAPI
Sebagian besar infeksi tinea ringan tipe microsporosis (gray-patch) dapat
sembuh dengan berjalannya waktu, biasanya saat memasuki usia remaja awal.
Semakin berat reaksi inflamasi yang muncul, maka akan semakin dini pula
penyakit akan sembuh. Kondisi ini berlaku untuk tinea yang didapat dari
binatang (M.canis, T.verrucosum, dan T.mentagrophytes). Sehingga sebagian
infeksi ektotrik akan sembuh sesuai perjalanan normal penyakit dan tanpa
pengobatan. Namun, penderita dapat menularkan organisme ke orang lain
selama masa infeksi. Di lain pihak, infeksi endotrik cenderung menjadi kronis
dan berlangsung hingga usia dewasa. T. violaceum akan menyebabkan infeksi
persisten dan menjadikan penderita sebagai faktor bagi penyebaran penyakit di
antara anggota keluarga dan lingkungannya. Kondisi ini terjadi pada infeksi T.
tonsurans pada anak kulit hitam Amerika. Penderita harus diobati secara aktif
untuk membasmi infeksi tersebut dan mencegah penyebaran.
Terapi topikal pada tinea kapitis nampaknya tidak memberikan manfaat.
Infeksi tidak dapat diatasi dengan pemberian sediaan fungsistatik lokal, bahan
keratolitik, dan obat antijamur, seperti griseofulvin dan tolnaftate (Tinactin).
Namun, penambahan obat fungistatik topikal (miconazole, clotrimazole, dll)
yang menjadikan regimen lebih efektif seperti halnya pemberian griseofulvin
sistemik merupakan upaya terapi tambahan yang penting. Dengan regimen ini,

12

konidia dapat dibunuh dan debris infeksius dapat terlepas sehingga akan
mencegah penyebaran infeksi.
Griseovulvin adalah obat yang sekarang paling efektif untuk mengobati
tinea kapitis. Jadwal dosisnya bervariasi, namun terapi standar yang biasa
diberikan (griseofulvin micronized) adalah 500 mg/hari untuk dewasa dalam 4
dosis terbagi, dan 250 mg untuk anak dalam 4 dosis terbagi. Griseofulvin ukuran
ultramikro (Fulvicin P/6) diberikan dengan dosis 250 mg/hari untuk tinea kapitis
dan tinea korporis. (Tinea pedis dan tinea unguium memerlukan dosis hingga
500 mg/hari dalam dosis terbagi). Untuk tinea kapitis pada anak, dosis sebesar
2,5 mg/lb berat badan/hari sudah efektif. Penderita disarankan agar minum obat
setelah makan makanan berlemak agar memperbesar absorbsi obat dari saluran
cerna. Setelah 3 hari, mulai dapat dilakukan tindakan menggosok kulit kepala
secara menyeluruh tiap hari untuk membuang debris infeksius. Terapi perlu
diberikan hingga beberapa bulan. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai,
keluhan utamnya adalah sefalgia. Efek samping lainnya adalah gangguan traktus
digestifus seperti nausea, vomitus dan diare. Obat ini juga bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Kontraindikasi terapi ini mencakup

penderita dengan porfiria atau hipersensitif terhadap griseofulvin.


Pada tinea kapitis dengan reaksi inflamasi berat, pemberian kotikosteroid
oral dapat membantu menekan insiden terjadinya jaringan parut. Meski data
yang ada menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat kesembuhan, tujuan
terapinya adalah anti inflamasi. Dosis biasa prednison adalah 3 x 5 mg atau
prednisolon 3 x 4 mg sehari selama dua minggu.
Individu yang alergi terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazole,
fluconazole, itrakonazole dan terbinafine oral. Ketokonazole oral efektif untuk
penderita tinea kapitis yang disebabkan oleh Trichophyton. Dosisnya adalah 200
mg/hari selama 2 minggu diminum pagi hari setelah makan. Ketoconazole
merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.
Sejumlah penelitian menemukan kalau itraconazole sangat efektif untuk
tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum atau Trichophyton, dengan
tingkat kesembuhan mencapai 88 94 % ketika diberikan dosis 100 mg/hari

13

selama 6 10 minggu. Dosis yang direkomendasikan adalah 3 5 mg/kg/hari.


Profil efikasi dan keamanan serta jangka waktu terapi yang singkat membuat
obat ini menjadi alternatif terapeutik yang sangat menarik.
Penelitian terbaru yang mengevaluasi tingkat keamanan dan efikasi
terbinafine

untuk

tinea

kapitis

pada

anak

menunjukkan

hasil

yang

menggembirakan. Dosis yang diberikan sebesar 62,5 250 mg/hari selama 2 - 3


minggu. Fluconazole memiliki profil keamanan yang sangat bagus, ditoleransi
dengan baik dan tersedia sediaan bentuk cair.
Dianjurkan pula terapi tambahan dengan shampoo antijamur untuk
menekan penyebaran spora seperti larutan asam salisilat, asam benzoat dan
sulfur presipitatum. Obat-obat derivat imidazol 1-2% dalam krim atau larutan
dan juga ketoconazole krim atau larutan 2% dapat menyembuhkan.
Tindakan profilaksis untuk mencegah penularan infeksi mencakup upaya
skrining dan terapi anggota keluarga, desinfeksi lingkungan dan identifikasi
serta terapi yang tepat untuk hewan yang terinfeksi.

( 1, 2, 8 )

PROGNOSIS
Bila penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari,
maka prognosis umunya baik.

(5)

14

Anda mungkin juga menyukai