Dosen
Disusun oleh :
Kelompok 4
Ekea Multi Febriyanti (0049-04.18.2014)
Rahmat Mulyadi (0048-04.18.2014)
Muh. Iqbal C (0047-04.18.2014)
Sufyanindra (0045-04.18.2014)
Puput Ar (0032-04.18.2014)
Kelas : MAKSI-2
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaiakan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang
berjudul Activity Based Costing. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengeraannya, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II PERMASALAHAN ......................................................................... 6
A. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
B. Tujuan ......................................................................................... 6
C. Manfaat....................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 8
A. Biaya ........................................................................................... 8
1. Pengertian ............................................................................... 8
2. Penggolongan Biaya ............................................................. 12
3. Penggolongan
Biaya
Menurut
Perilakunya
Dalam
ii
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC ........................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi dunia yang semakin mengglobal memberikan ruang seluasluasnya untuk terjadinya persaingan khususnya di sektor ekonomi.
Perusahaan sebagai bagian yang terpenting dalam perekonomian dituntut
untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga dapat
bertahan dalam lingkungan persaingan
lingkungan
persaingan
yang
dihadapinya,
organisasi
dapat
Memasuki era
Dewasa ini telah dikembangkan sistem perhitungan biaya yang lebih akurat
untuk menentukan harga pokok produksi. Perhitungan biaya dengan cara
lebih akurat tersebut dikenal dengan istilah sistem Activity Based Costing
(ABC). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir sistem ini sempat menarik
perhatian
manajemen
banyak
perusahaan,
namun
perusahaan-
costing
adalah
sebuah
sistem
informasi
akuntansi
yang
BAB II
PERMASALAHAN
A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat
diambil rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan biaya, penggolongan biaya, penggolongan
biaya
menurut
hubungan
biaya
dengan
suatu
yang
dibiayai,
B. Tujuan
1. Untuk
dapat
mengetahui
apa
yang
dimaksud
dengan
biaya,
hubungannya
dengan
perubahan
volume
kegiatan,
dan
C. Manfaat
1. Bagi Penulis : Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Akuntansi
khususnya dalam menggunakan dan mengolah Sistem Activity Based
Costing (ABC).
2. Bagi Para Akademisi : Sebagai tambahan dan sumbangan infomasi
akuntansi dan literatur yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian dengan topik yang sama dimasa yang akan datang.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Biaya
1. Pengertian
Dalam usaha mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya
yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba. Informasi
ini membantu manajemen untuk menetapkan sasaran laba perusahaan,
menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen
menengah dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi
keefektifan rencana, mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam
bentuk tanggung jawab yang spesifik dan menganalisis serta memutuskan
pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh organisasi tetap
bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem informasi yang benar-benar diperlukan oleh setiap manajer yang
bertanggung jawab. Guna pencapaian tujuan ini, system tersebut harus
dirancang untuk memberikan informasi tepat pada waktunya. Selanjutnya,
informasi ini harus dikomunikasikan secara efektif. Untuk itu, kebutuhan
akan pengendalian biaya menjadi hal yang dominan.
Untuk
melaksanakan
tanggung
jawab
perencanaan
dan
Entitas-entitas
bisnis
yang
sangat
memahami
dan
(dapat
saling
ditanding)
antara
pengorbanan
dengan
10
pengertian
biaya
dikemukakan
11
terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya
tersebut di atas :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas tentang biaya maka digunakan
akumulasi data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk
penyusunan laporan-laporan keuangan di mana data biaya jenis ini
bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan. Tetapi, untuk
keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, sering harus
berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya
terselubung
(imputed
cost),
biaya
deferensial,
biaya
kesempatan
(oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya
masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya
harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan
penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai
dengan penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya,
karena data biaya yang sama belum tentu dapat memenuhi semua tujuan
dan keperluan.
2. Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang
12
13
14
15
16
17
18
driver yang digunakan jauh lebih banyak implikasinya adalah ABC mampu
menghasilkan perhitungan biaya (kos) yang lebih akurat. Dari perspektif
manajerial, system ABC juga memberikan informasi tentang seluruh
aktivitas yang terkait dengan pembuatan produk dan biaya aktivitas.
Dengan informasi tersebut, manajemen dapat memusatkan perhatian pada
aktivitas yang memiliki peluang untuk penghematan biaya (cost saving).
Menurut pendapat Tunggal ( 2003 : 20 ) bahwa Activity Based Costing
mengakui
bahwa
pelaksanaan
aktivitas
menimbulkan
konsumsi
19
yang
menggunakan
ABC
adalah
perusahaan
yang
ABC
Costing)
Semua produk dibebani biaya Tarif BOP ditentukan didepan
produksi,
meskipun
produk berdasarkan
biaya
yang
1
tertentu tidak mengkonsumsi dianggarkan
biaya produksi tersebut
Biaya
biaya
non
produksi
administrasi
atau
tingkatan
biaya
dan dikeluarkan
produksi
atau
tidak
sebagai
biaya
2
produk
tertentu,
karena
memproduksi
20
yang
timbul
karena
(BOP,
administrasi,
dimana
masing-
kelompok
biaya
ukuran
aktivitas
3
diukur berdasarkan jam kerja masing
tenaga kerja langsung atau jam mempunyai
kerja mesin
dianggarkan
biaya
atau
yang pada
tingkat
aktivitas
yang
dianggarkan
ataupun
diharapkan.
Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC
2.
21
overhead
dapat
dihubungkan
secara
logis
dan
22
terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah
tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok
aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk
kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok
tersebut. Menurut Hariadi (2002) dikatakan ada empat tingkatan aktivitas
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah
pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas
yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities). Aktivitas yang
dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.
untuk masing-masing output yang diproduksi.
2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities). Aktivitas
yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang
diproduksi.
3) Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities). Aktivitas
yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi
oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input) yang
bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk
untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda.
4) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities). Aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi
23
24
fase
produksi
saja,
Activity-based
costing
system
(ABC)
mutu
pengambilan
keputusan.
Kemarnpuan
A3C
25
b. Memunglunkan
terhadap
manajemen
kegiatan
untuk
melakukan
mengurangi
perbaikan
biaya
terus-menerus
overhead.
ABC
26
27
costing
dapat
membantu
dalam
pengambilan
keputusan,
28
banyak
elemen
biaya
yang
digunakan
untuk
29
dapat
memacu
aktivitas
untuk
mereorganisasi
proses,
30
akan
semakin
meningkatkan
persaingan
untuk
31
32
sama dan dilaksanakan dengan cara yang sama. Hal ini tidak berlaku pada
perusahaan jasa. Sebagai contoh aktivitas jasa yang dilakukan oleh sebuah
bank akan berbeda dengan aktivitas yang dilakukan oleh sebuah rumah
sakit. Keduanya merupakan organisasi jasa, namun jenis dan cara
melaksanakan aktivitas berbeda. Perbedaan lain antara perusahaan jasa
dan perusahaan manufaktur adalah output. Untuk perusahaan manufaktur,
output mudah diidentifikasikan yaitu berupa barang yang memiliki ujud fisik,
namun untuk perusahaan jasa definisi output lebih sulit dilakukan. Output
untuk organisasi jasa tidak memiliki ujud fisik, meskipun demikian tetap saja
output tersebut harus diidentifikasikan sehingga dapat dihitung berapa kos
yang melekat pada output tersebut.
34
dan non-produksi.
2. Hasil Penelitian
PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya
menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku.
Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini kurang tepat karena
perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya tidak
langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan
yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan
perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok produknya. PT Panca
Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih
sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku
yang digunakan, biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan
harga pokok tiap produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh
perusahaan hanya digunakan untuk menghitung keseluruhan laba akhir
perusahaan. PT Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk
dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per
produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk
menutup biaya non-material yang tidak ditelusuri pada tiap produk.
Penetapan harga jual dengan cara seperti itu kurang tepat karena ternyata
sebagian besar produk ditetapkan harga jual terlalu tinggi, yaitu untuk kain
TC. Kain TR dan Katun ditetapkan harga jual yang terlalu rendah, namun
harga jual tersebut masih menutup harga pokok kainnya. Pembebanan
biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system
35
dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang
berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok
produk menggunakan activity-based costing system dapat memperlakukan
biaya tidak langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok
produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat, perusahaan dapat
menetapkan harga jual produk dengan tepat.
perusahaan
berdasarkan
business
function.
Perusahaan
36
harga jual kain untuk semua produk selama batas mark up masih
menghasilkan Return On Investment (ROI) yang diatas bunga deposito
bank.
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Keseimpulan yang dapat kita tarik dari penjaabaran makalah
diatas:
1. Witjaksono (2013 : 3) menyatakan bahwa: Cost dapat dikaitkan atau
dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip Matching (dapat saling
ditanding) antara pengorbanan dengan manfaat.
2. Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif
manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi
biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi
tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat
menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
3. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activitybased costing system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok
produk dan harga jual yang berbeda dibandingkan perhitungan
perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan
activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak
langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan harga
pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok
38
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah yang mengangkat masalah
penerapan Activty Based Costing (ABC), sekiranya dapat dijadikan
referensi baik pembaca maupun pihak lain dalam mengkaji lebih dalam
terkait hal tersebut dan pengambilan keputusan yang tepat guna
meminimalisir missing system dan peningkatan pendapatan keuangan
perusahaan, dsb
39
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J., et al. Cost Management, 3rd. 2005. Diterjemahkan oleh
Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Manajemen Biaya:
Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Cooper Robin and Kaplan Robert S, 1993 .The design of Cost Manajement
System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.
Dewanta, Tri Sulantara, 2011. Penerapan Activity Based Costing System
(ABC System) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Sewa Kamar (Studi
Kasus pada Hotel Mustika Tuban). Skripsi Universitas Brawijaya.
Garrison, R. H., dan E. W. Noreen, 2003. Managerial Accounting. 10th
Edition. New York: McGraw Hill, Inc.
. Managerial Accounting. 2000. Diterjemahkan oleh A. Totok
Budisantoso dengan judul Akuntansi Manajerial. Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2001. Cost Management, 2nd ed,
Dialihbahasakan Oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary,
Manajemen Biaya, Edisi 2, Buku 1, Jakarta : Salemba Empat
. 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat,
Jakarta
Hariadi, B. 2002. Edisi 1. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang.
Yogyakarta: BPFE.
Hartusa, Riki dan F, A, Agnes . 2011. Peranan Activity-Based Costing
System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang
Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual Studi Kasus Pada PT
Panca Mitra Sandang Indah. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor
04.
Harnanto dan Zulkifli, 2003, Manajemen Biaya, Yogyakarta : Penerbit
(UPP) AMP YKPN.
Hendro S.2002, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk
Teknologi Maju dan Globalisasi, edisi kedua, cetakan pertama,
Yogyakarta : Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada.
Hesti, Wulandari, 2010, Analisis Penerapan Sistem Activity Based Costing
(ABC) dalam Meningkatkan Akurasi Biaya Pada PT. Martina Berto,
Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.
Hilton, R. W. 2005. International Edition. Managerial Accounting. New York:
McGraw Hill, Inc.
40
41
42