Anda di halaman 1dari 47

Matakuliah : Akuntansi Manajemen

Dosen

: Dr.Mursalim, SE., M.Si., Ak


MAKALAH
ACTIVITY BASED COSTING

Disusun oleh :
Kelompok 4
Ekea Multi Febriyanti (0049-04.18.2014)
Rahmat Mulyadi (0048-04.18.2014)
Muh. Iqbal C (0047-04.18.2014)
Sufyanindra (0045-04.18.2014)
Puput Ar (0032-04.18.2014)
Kelas : MAKSI-2

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaiakan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang
berjudul Activity Based Costing. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengeraannya, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

Bapak

Dr.Mursalim, SE., M.Si., Ak selaku dosen matakuliah Akuntansi Manajemen


yang telah mempercaya kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang sudah
memberikontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman
mahasiswa dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga
makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan
dan pendapat dari teman-teman yang ahli pada bagian pembahasan ini,
karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai
target pembelajaran yang lebih baik lagi, Amin Yarabbal Alamin.
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II PERMASALAHAN ......................................................................... 6
A. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
B. Tujuan ......................................................................................... 6
C. Manfaat....................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 8
A. Biaya ........................................................................................... 8
1. Pengertian ............................................................................... 8
2. Penggolongan Biaya ............................................................. 12
3. Penggolongan

Biaya

Menurut

Perilakunya

Dalam

Hubungannya dengan Suatu yang di Biayai.......................... 14


4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya
dengan Perubahan Volume .................................................. 15
5. Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu .................... 15
B. Activity Based Costing .............................................................. 16
1. Pengertian ............................................................................. 16
2. Prosedur Penerapan ABC ..................................................... 21
3. Manfaat Sistem ABC ............................................................. 24
4. Keuntungan dan Kelemahan Sistem ABC ............................. 27

ii

5. Syarat Penerapan ABC System ............................................ 31


C. Peranan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam
Perusahaan ............................................................................ 33
1. Studi Kasus pada PT. Panca Mitra Sandang Indah-Masalah
yang di Angkat ...................................................................... 33
2. Hasil Penelitian ..................................................................... 35
3. Saran yang di Berikan ........................................................... 36
BAB IV Penutup ..................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................... 38
B. Saran ........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC ........................... 21

iv

BAB I
PENDAHULUAN

Kondisi dunia yang semakin mengglobal memberikan ruang seluasluasnya untuk terjadinya persaingan khususnya di sektor ekonomi.
Perusahaan sebagai bagian yang terpenting dalam perekonomian dituntut
untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga dapat
bertahan dalam lingkungan persaingan

yang semakin ketat bahkan

melewati batas negara dalam lingkup multilateral dan internasional.


Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk
memperluas pasar, baik perluasan dari sudut konsumen yang baru dilayani
maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh
perusahaan, serta para pesaing yang harus dihadapi. Dengan pemahaman
akan

lingkungan

persaingan

yang

dihadapinya,

organisasi

dapat

mengetahui posisi persaingannya sehingga lebih mampu mengoptimalkan


operasi-operasinya terutamadalam menghasilkan produk dan memperoleh
bagian pasar yang lebih besar dengan pertimbangan pada efisiensi biaya
produksi dalam menentukan harga pokok produksinya.

Memasuki era

globalisasi dan perdagangan bebas membawa perubahan bagi dunia


usaha di Indonesia. Salah satu dampaknya bagi industri dalam negeri yaitu
semakin ketatnya persaingan yang harus dihadapi. Perusahaan tidak
hanya harus mampu bersaing dengan perusahaan lokal saja tapi juga harus
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing. Untuk alasan ini,
perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mampu menciptakan fondasi

yang kuat bagi perusahaannya. Persaingan harga, kualitas, dan


sebagainya menjadikan sebagian perusahaan harus membenahi berbagai
aspek di dalam perusahaannya agar mampu menghadapi persaingan
tersebut. Perusahaan selalu dituntut untuk dapat mengambil keputusan
yang tepat agar perusahaannya dapat bertahan dalam dunia usaha.
Perusahaan membutuhkan keunggulan dalam menghadapi persaingan
yang ketat dalam industri ini. Meningkatnya persaingan dalam industri
sejenis mengakibatkan pasar untuk industri tersebut menjadi price
sensitive, dimana peningkatan atau penurunan harga yang relatif kecil
dapat mengakibatkan dampak yang signifikan pada penjualan. Karena itu,
harga jual merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dapat
bertahan dalam industri tersebut. Untuk dapat mencapai keunggulan,
perusahaan harus dapat menghitung harga jual dengan tepat. Harga jual
tidak boleh terlalu rendah agar dapat menutup semua biaya yang
dikeluarkan perusahaan dan memberikan keuntungan yang diinginkan,
juga tidak boleh terlalu tinggi agar perusahaan dapat bersaing dengan para
pesaingnya.
Harga pokok produksi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menentukan harga jual produk. Penetapan biaya produksi yang lebih
tepat akan dapat menghasilkan harga pokok produksi yang lebih
akurat.Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar serius menangani
harga pokok produksinya. Dalam perhitungan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produksi masih banyak perusahaan yang masih
menggunakan sistem tradisional (metode full costing) (Mulyadi, 2001 : 83 ).

Dewasa ini telah dikembangkan sistem perhitungan biaya yang lebih akurat
untuk menentukan harga pokok produksi. Perhitungan biaya dengan cara
lebih akurat tersebut dikenal dengan istilah sistem Activity Based Costing
(ABC). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir sistem ini sempat menarik
perhatian

manajemen

banyak

perusahaan,

namun

perusahaan-

perusahaan tersebut menyadari bahwa penerapan sistem ini masih perlu


terus dievaluasi untuk menemukan format terbaik sesuai dengan situasi dan
kondisi perusahaan serta spesifikasi barang yang diproduksi. Konsep
sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan alternatif solusi yang
ditempuh oleh perusahaan untuk mendapatkan informasi akuntansi yang
relevan dalam keragaman kondisi. Manajemen memerlukan informasi
untuk memungkinkan mereka melakukan pengelolaan terhadap berbagai
aktivitas dalam menghasilkan cost object. Dalam era globalisasi dan diujung
perkekmbangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya
persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam
usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan
bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan
jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan,
terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit
yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan
rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat
pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan
pelanggan.

Metode Activity Based Costing merupakan salah satu metode yang


kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan
kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah
nilai, mengefisiensikan perusahaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk
dalam sektor pelayanan kesehatan. Activty Based Costing (ABC)
memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas
yang dikerjakan untuk menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan. Activity based costing menganggap bahwa
timbulnyaa biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk.
Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang
menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar untuk
mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual. Activity
based

costing

adalah

sebuah

sistem

informasi

akuntansi

yang

mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam


suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada
dari aktivitas tersebut. Activity based costing dapat disimpulkan sebagai
pendekatan penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi
sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
Oleh karena itu manajemen harus mampu mengelola sumber daya
dalam proses pembuatan produk dengan melakukan perancangan kembali
sistem akuntansi biaya yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya
dalam aktivitas pembuatan produk (Mulyadi,Setyawan, 2001). Sistem

Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu alternatif metode


penghitungan harga pokok produksi yang lebih efektif apabila diterapkan
pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk bervariasi, hal ini
dimungkinkan karena perusahaan manufaktur dengan produk yang
bervariasi memiliki aktivitas produksi yang memicu biaya lebih banyak
daripada perusahaan yang memproduksi barang hanya satu jenis saja
sehingga maupun jenis perusahaan lain yang bergerak dibidang jasa dan
perdagangan.

BAB II
PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat
diambil rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan biaya, penggolongan biaya, penggolongan
biaya

menurut

hubungan

biaya

dengan

suatu

yang

dibiayai,

penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan


perubahan volume kegiatan, dan penggolongan biaya atas dasar jangka
waktu manfaatnya.
2. Apa yang dimaksud dengan Activitty Based Costing, prosedur
penerapan ABC, manfaat sistem ABC, keunggulan dan kelemahan
sistem ABC, dan syarat penerapan ABC System.
3. Mengapa Peranan

Metode Activity Based Costing (ABC) dalam

Perusahaan sangat tepat digunakan?

B. Tujuan
1. Untuk

dapat

mengetahui

apa

yang

dimaksud

dengan

biaya,

penggolongan biaya, penggolongan biaya menurut hubungan biaya


dengan suatu yang dibiayai, penggolongan biaya menurut perilakunya
dalam

hubungannya

dengan

perubahan

volume

kegiatan,

dan

penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.

2. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Activitty Based


Costing, prosedur penerapan ABC, manfaat sistem ABC, keunggulan
dan kelemahan sistem ABC, dan syarat penerapan ABC System.
3. Untuk dapat dijadikan sebagai referensi tentang peranan metode Activity
Based Costing (ABC) dalam perusahaan sangat tepat digunakan?

C. Manfaat
1. Bagi Penulis : Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Akuntansi
khususnya dalam menggunakan dan mengolah Sistem Activity Based
Costing (ABC).
2. Bagi Para Akademisi : Sebagai tambahan dan sumbangan infomasi
akuntansi dan literatur yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian dengan topik yang sama dimasa yang akan datang.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Biaya
1. Pengertian
Dalam usaha mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya
yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba. Informasi
ini membantu manajemen untuk menetapkan sasaran laba perusahaan,
menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen
menengah dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi
keefektifan rencana, mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam
bentuk tanggung jawab yang spesifik dan menganalisis serta memutuskan
pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh organisasi tetap
bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem informasi yang benar-benar diperlukan oleh setiap manajer yang
bertanggung jawab. Guna pencapaian tujuan ini, system tersebut harus
dirancang untuk memberikan informasi tepat pada waktunya. Selanjutnya,
informasi ini harus dikomunikasikan secara efektif. Untuk itu, kebutuhan
akan pengendalian biaya menjadi hal yang dominan.
Untuk

melaksanakan

tanggung

jawab

perencanaan

dan

pengendalian biaya, manajer membutuhkan informasi tentang biaya. Dari


sudut pandang akuntansi, kebutuhan informasi biaya paling sering
berkaitan dengan biaya-biaya organisasi. Menghasilkan pendapatan
tidaklah menjamin adanya laba. Pengetahuan mengenai biaya-biaya dapat

membuat perbedaan signifikan dalam keberhasilan keuangan sebuah


perusahaan.

Entitas-entitas

bisnis

yang

sangat

memahami

dan

mengendalikan biaya-biaya biasanya memperoleh sukses yang lebih baik


dari pada entitas-entitas yang tidak memahaminya. Tanpa informasi biaya,
manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan
memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dari nilai keluarnya, sehingga
tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba
atau sisa hasil usaha yang sangat diperlukan untuk mengembangkan
atau mempertahankan eksistensi perusahaannya. Begitu juga tanpa
informasi biaya, manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan
berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan
sumber ekonomi lain.
Berdasarkan pandangan tersebut, menurut Sunarto (2004 : 2)
mengungkapkan secara umum bahwa : Biaya adalah harga pokok atau
bagiannya yang dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh
pendapatan. Perumusan definisi biaya secara umum yang dikemukakan di
atas, memiliki ciri-ciri seperti pemakain barang-barang, keterkaitan dengan
suatu tujuan output dan penilaian. Melalui penggunaan ciri-ciri yang lebih
dipertajam dengan memperhatikan ciri-ciri tambahan yang diperlukan dapat
menghasilkan pengertian biaya secara khusus atau pengertian biaya yang
lebih rinci. Pengertian biaya secara khusus merupakan pengertian yang
operasional, terutama karena memberi petunjuk tentang jenis pemakaian
barang-barang, banyaknya pemakaian, kaitan pemakaian dan hasil serta
dasar-dasar penilaiannya, sesuai dengan kekhususan masing-masing

biaya yang bersangkutan. Krismiaji (2012 : 17) mengemukakan bahwa :


Biaya adalah kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang
diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaans saat sekarang
atau untuk periode mendatang . Witjaksono (2013 : 3) menyatakan bahwa:
Cost dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip
Matching

(dapat

saling

ditanding)

antara

pengorbanan

dengan

manfaat.Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi


yang terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan
produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal
aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi
yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke
aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa
aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk. Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak
dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya
yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam
metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. (Hansen dan Mowen,
1999: 157-158).
Mursyidi (2008 : 14) menyatakan bahwa : Biaya diartikan sebagai
suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk
mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada

10

saat yang akan datang. Selanjutnya

pengertian

biaya

dikemukakan

oleh Prawironegoro (2009 :19) bahwa : Biaya merupakan pengorbanan


untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk
memperoleh pendapatan. Kedua merupakan pengorbanan, namun
tujuannya berbeda. Dalam dunia bisnis, semua aktivitas dapat diukur
dengan satuan uang yang lazim disebut biaya. Aktivitas itu merupakan
pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, material untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Tujuan bisnis adalah laba. Oleh sebab itu setiap aktivitas
harus diperhitungkan secara benefit cost ratio (perhitungan keuntungan dan
pengorbanan). Rahmawati (2012 : 1) mengemukakan pengertian biaya
sebagai Cost (harga pokok) adalah semua biaya yang telah dikeluarkan dan
dianggap masih akan memberi manfaat (benefit) dimasa yang akan datang,
dicatat dalam neraca. Expense (biaya) adalah semua biaya yang telah
dikeluarkan untuk menghasilkan prestasi dan dianggap tidak akan
memberikan manfaat (benefit) di masa yang akan datang, dicatat dalam
perkiraan rugi laba. Samryn (2012 : 26) mengatakan bahwa : Biaya adalah
pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak
dikapitalisir nilainya. Beban merupakan biaya yang tidak dapat memberikan
manfaat di masa yang akan datang, atau identik dengan biaya atau harga
perolehan yang sudah habis masa manfaatnya . Berkenaan dengan
batasan yang terakhir ini di mana terdapat biaya yang langsung diperlukan
sebagai beban dalam pelaporan keuangan konvensional, maka istilah biaya
sering digunakan secara bergantian dengan istilah beban. Yang telah

11

terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya
tersebut di atas :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas tentang biaya maka digunakan
akumulasi data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk
penyusunan laporan-laporan keuangan di mana data biaya jenis ini
bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan. Tetapi, untuk
keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, sering harus
berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya
terselubung

(imputed

cost),

biaya

deferensial,

biaya

kesempatan

(oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya
masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya
harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan
penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai
dengan penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya,
karena data biaya yang sama belum tentu dapat memenuhi semua tujuan
dan keperluan.

2. Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang

12

hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi


biaya dikenal konsep different cost for different purposes Mulyadi (2012 :
13) mengemukakan bahwa biaya dapat digolongkanmenjadi beberapa
bagian dapat dikemukakan sebagai berikut : Obyek Pengeluaran, Fungsi
pokok dalam perusahaan, Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai,
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan ,
Jangka waktu manfaatnya. Berdasarkan penggolongan biaya diatas maka
dapat diuraikan satu-persatu sebagai berikut :
a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran. Dalam cara
penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah
bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan
bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
b. Pengolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan . Dalam
perusahaan manufaktur ada tiga pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok : Biaya produksi, Biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap
untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar
biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
Biaya pemasaran, Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

13

c. Biaya administrasi dan umum . Biaya administrasi dan umum


merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu


yang di biayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yakni Biaya langsung (direct cost), Biaya langsung
adalah biaya yang terjadi, yaitu penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak
ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya
langsung tersebut akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang
dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departement
costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. dan
Biaya tidak langsung (indirect cost), Biaya tidak langsung adalah biaya yang
terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak
langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead
costs).

14

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya


dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya
dapat digolongkan menjadi lima yakni Biaya variable, biaya variabel adalah
biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semivariabel, biaya semivariabel adalah biaya yang
berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
Biaya semifixed, biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu. Biaya tetap, biaya tetap adalah biaya yang jumlah
totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya


Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi
dua yakni Pengeluaran modal (capital expenditures), pengeluaran modal
adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran
modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan
dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Dan Pengeluaran pendapatan
(revenue expenditures), pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran
tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan

15

sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari


pengeluaran biaya tersebut.

B. Activity Based Costing


1. Pengertian
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga
pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem
ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat
akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari
aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara
akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran
distribusi. Activity Based Costing adalah Pencatatan biaya pada setiap
tahapan proses produksi guna perhitungan dan Pengontrolan proses biaya
produksi suatu produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap Harga
Pokok Produksi. Dengan menerapkan sistem ABC ini sangat besar sekali
manfaatnya bagi suatu perusahaan karena managemen bisa langsung
menganalisa aliran biaya dan penyerapan biaya pada setiap bagian di
perusahaan terkait dengan Harga Pokok Produksi, selain dari Managemen
akan bisa mengetahui mengenai distribusi biaya untuk memproduksi suatu
produk pada setiap tahapan proses produksi. Activity Based Costing system
tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi
kos ke produk yang akurat namun meluas sebagai sistem informasi kos
produk yang akurat namun meluas sebagai sistem informasi untuk

16

memotivasi personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang


digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
customer. Awal perkembangannya Activity Based Costing system masih
terbatas penggunaannya dalam perusahaan manufaktur dengan produk
tunggal, perusahaan jasa (seperti perbankan, transportasi, dan pelayanan
kesehatan), perusahaan dagang (seperti bisnis ritel dan distributor) Activity
Based Costing system diamanfaatkan untuk mengatasi kelemahan
akuntansi biaya trsdisional yang didesain khusus untuk perusahaan
manufaktur.
Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) sekarang dapat
diamanfaatkan Activity Based Costing, system sebagai sistem akuntansi
biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reducation) maupun untuk
perhitungan object cost yang akurat. Activity Based Costing system dapat
digunakan oleh segala jenis perusahaan, tidak hanya untuk perusahaan
manufaktur saja, melainkan berbagai jenis perusahaan. Jika pada tahap
awal perkembangannya, Activity Based Costing, system hanya difokuskan
pada biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya,
Activity Based Costing system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya
desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya
administrasi dan umum. Activity Based Costing, system menggunakan
aktivitas sebagai kritik pusat ( focal point ) untuk mempertanggungjawabkan
biaya. Oleh karena itu aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan
manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka Activity Based

17

Costing, systemdapat dimanfaatkan di perusahaan non manufaktur dan


mencakup biaya diluar produksi.
Menurut Supriyono (2002 : 80 ) bahwa Sistem ABC adalah sistem
informasi yang dapat menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu
mengenai pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumber (biaya
aktivitas) untuk mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan). ABC
system merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang
digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis, dan ABC system
menggunakan informasi tersebut dalam berbagai rancangan analisis untuk
meningkatkan hasil aktivitas secara berkesinambungan. Selanjutnya
pengertian Activity Based Costing, system menurut Krismiaji dan Y Anny
Aryani ( 2011 : 110 ) bahwa : Activity Based Costing, system adalah
merupakan sebuah system yang pertama kali menelusur biaya ke aktivitas
yang menyebabkan

biaya tersebut dan membebankan biaya aktivitas

kerpada produk . Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


Activity Based Costing, system penentuan kos produk konvensional juga
menentukan kost produk melalui 2 tahap, yaitu menelusur biaya ke tempat
terjadinya biaya (misalnya departemen), kemudian membebankan biaya ke
produk. Dengan pola seperti itu, ada perbedaana pada langkah pertama,
sedangkan pada langkah kedua tidak ada perbedaan sama sekali.
Perbedaan pokok antara ABC dengan system konvensional adalah
pada sifat dan jumlah cost driver yang digunakan ABC dengan system
konvensional adalah pada sifat dan jumlah cost driver yang digunakan. ABC
menggunakan unit based dan nonunit-based, dan umumnya jumlah cost

18

driver yang digunakan jauh lebih banyak implikasinya adalah ABC mampu
menghasilkan perhitungan biaya (kos) yang lebih akurat. Dari perspektif
manajerial, system ABC juga memberikan informasi tentang seluruh
aktivitas yang terkait dengan pembuatan produk dan biaya aktivitas.
Dengan informasi tersebut, manajemen dapat memusatkan perhatian pada
aktivitas yang memiliki peluang untuk penghematan biaya (cost saving).
Menurut pendapat Tunggal ( 2003 : 20 ) bahwa Activity Based Costing
mengakui

bahwa

pelaksanaan

aktivitas

menimbulkan

konsumsi

sumberdaya yang dicatat sebagai biaya. Kalkulasi biaya berbasis


transaksi adalah nama lain untuk Activity Based Costing. Tujuan Activity
Based Costing adalah mengalokasi biaya ke transaksi dari aktivitas yang
dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasi biaya
tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap
produk . Islahuzzaman, (2011 : 39) mengatakan bahwa : Activity based
costing adalah system akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Activity based costing
menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas sumber-sumber daya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut . Aktivitas
(activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu
biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab (casual factor)
dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
Menurut Samryn (2012 : 156) mengemukakan pengertian Activity
based costing sebagai berikut : Activity based costing merupakan suatu
metode yang membentuk kompulan biaya untuk tiap kegiatan utama dalam

19

suatgu organisasi melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi identifikasi


pusat-pusat aktivitas sebagai cost driver, dan yang kedua mengalokasikan
biaya overhead pada setiap aktivitas. Dari definisi tersebut di atas maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam akuntansi ini alokasi biaya
overhead kepada produk dialokasi berdasarkan konsumsi biaya untuk tiap
aktivitas yang terjadi dalam rangka produksi. Dalam akuntansi biaya yang
konvensional alokasi tersebut biasanya dilakukan melalui satu tahap saja
berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung atau jumlah unit produksi.
Perusahaan

yang

menggunakan

ABC

adalah

perusahaan

yang

memproduksi berbagai jenis barang seperti dalam perusahaan yang


menggunakan job order costing. Sistem job order costing disebut sistem
tradisional, perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC adalah :
No

Tradisional (Job Order

ABC

Costing)
Semua produk dibebani biaya Tarif BOP ditentukan didepan
produksi,

meskipun

produk berdasarkan

biaya

yang

1
tertentu tidak mengkonsumsi dianggarkan
biaya produksi tersebut
Biaya
biaya

non

produksi

administrasi

atau

tingkatan

aktivitas yang diharapkan.


seperti Beberapa

biaya

dan dikeluarkan

pemasaran tidak dibebankan ke dimasukkan

produksi

atau

tidak

sebagai

biaya

2
produk

tertentu,

meskipun produksi barang tertentu, jika

biaya tersebut muncul karena biaya produksi tersebut muncul


bukan

karena

memproduksi

20

memproduksi produk tertentu barang tertentu tersebut atau


tersebut

dengan kata lain, biaya produksi


barang tertentu hanya dibebani
biaya

yang

timbul

karena

memproduksi barang tersebut


Biaya produksi selain bahan Terdapat lebih dari satu poll atau
baku dan tenaga kerja langsung kelompok biaya yang tidak dapat
dijadikan satu kelompok BOP ditelusuri

(BOP,

dengan satu ukuran, umumnya pemasaran),

administrasi,

dimana

masing-

kelompok

biaya

ukuran

aktivitas

3
diukur berdasarkan jam kerja masing
tenaga kerja langsung atau jam mempunyai
kerja mesin

tersendiri, sehingga mempunyai


tarif tersendiri

Tarif BOP ditentukan didepan Tarif alokasi biaya didasarkan


berdasarkan
4

dianggarkan

biaya
atau

yang pada

tingkat

aktivitas

tingkatan sesungguhnya, bukan aktivitas

aktivitas yang diharapkan

yang

dianggarkan

ataupun

diharapkan.
Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC
2.

Prosedur Penerapan Activity Based Costing


Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan

dalam penerapan activity based costing (Simamora, 2002:297-306).


a.

Prosedur tahap pertama, pada tahap pertama penentuan harga

pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut:

21

1) Penggolongan berbagai aktivitas


2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas
3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen,
dan
4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)

Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah


penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang
mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi
yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka
langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap
aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok
biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok biaya homogen
(homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang
terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan
berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal.
Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan homogen apabila
aktivitas-aktivitas

overhead

dapat

dihubungkan

secara

logis

dan

mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio


konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost
driver yang dipilih harus mudah dipaham berhubungan langsung dengan
aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja. Jika
kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah

22

terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah
tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok
aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk
kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok
tersebut. Menurut Hariadi (2002) dikatakan ada empat tingkatan aktivitas
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah
pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas
yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities). Aktivitas yang
dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.
untuk masing-masing output yang diproduksi.
2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities). Aktivitas
yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang
diproduksi.
3) Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities). Aktivitas
yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi
oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input) yang
bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk
untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda.
4) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities). Aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi

23

secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume


atau bauran produk yang diproduksi dan dimanfaatkan secara
bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini
memberikan keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu,
akan tetapi tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik
produk.

b. Prosedur tahap kedua. Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari


setiap overhead pool ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan
dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama
dan dengan mengukur jumlah sumber-sumber yang digunakan oleh
setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver
yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai
berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang


diguakan

3. Manfaat Sistem ABC


Sistem biaya konvensional kurang mampu memenuhi kebutuhan
manajemen dalam perhitungan harga pokok produk yang akurat, terlebih
apabila melibatkan biaya produksi tidak langsung yang cukup besar dan
keanekaragaman produk. Hal ini mengakibatkan pengambilan keputusan
yang kurang tepat oleh pihak manajemen sehubungan dengan kurat Jurnal

24

Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011 strategi yang


ditetapkan, sedangkan metode Activity-based costing system (ABC)
menggunakan berbagai tingkatan aktivitas dalam pembebanan biaya
produksi tidak langsung. Menurut Mulyadi (2001) Activity-based costing
system (ABC) pada dasarnya merupakan metode penentuan harga pokok
produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga
pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen,
dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Jika full costing dan
variable costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk hanya
pada

fase

produksi

saja,

Activity-based

costing

system

(ABC)

menitikberatkan penentuan harga pokok produk di semua fase pembuatan


produk, sejak fase desain dan pengembangan produk sampai dengan
penyerahan produk kepada konsumen. Manfaat yang dihasilkan oleh
perusahaan yang menerapkan ABC adalah:
a. Memperbaiki

mutu

pengambilan

keputusan.

Kemarnpuan

A3C

menghasiikan informasi biaya produksi yang lebih teliti dapat mengurangi


kemungkinan rnanajemen melaladan pengambilan keputusan yang
salah. Informasi biaya produksi yang lebih teliti sangat penting artinya
bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat
tajam. Di Amerika, umumnya ABC digunakan oleh perusahaanperusahaan yang sekonyong-konyong dihadapkan pada keadaan
persaingan yang semakin tajam.

25

b. Memunglunkan
terhadap

manajemen

kegiatan

untuk

melakukan
mengurangi

perbaikan
biaya

terus-menerus

overhead.

ABC

megidentifikasi biaya overhead dew kegiatan yang menimbukan biaya


tersebut. Dengan demikian informasi biaya yang dihasilkan oleh A3C
dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau secara tern-menern
berbagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk
menghasib produk dan penghilangan kegiatan yang tidak bernilai tambah
bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh manajemen berdasarkan
infonnasi biaya yang disajikan dengan ABC.
c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan. ABC
menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai
kegiatan untuk menghasilkan produk, sehingga manajemen akan
memperoleh kemudahan dalam mendapatkan informasi yang relevan
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan
bisnis mereka. Jika misalnya manajemen mempertimbangkan untuk
melakukan pehaikan dalam kegiatan set up fasilitas produksi, ABC
mampu dengan cepat menyediakan informasi batch related activities
cost sehingga memunglunkan manajemen mempertimbangkan akibat
keputusan mereka terhadap konsumsi sumber daya untuk kegiatan
tersebut.

26

4. Keunggulan dan Kelemahan Sistem ABC


Activity Based Costing menghasilkan informasi dan biaya produk
yang lebih dapat dipercaya akan tetapi sistem Activity Based Costing bukan
hanya sekedar sistem biaya. Khusus untuk biaya tingkat pabrik, Activity
Based Costing mempunyai sedikit atau mungkin mempunyai manfaat sama
sekali jika dibandingkan dengan sistem biaya pada Akuntansi Biaya
Tradisional (ABT). Semua sistem penetapan biaya produk seringkali
bertentangan di dalam mengalokasikan biaya tingkat pabrik kepada biaya
pokok produk. Di dalam volume produksi yang rendah, baik sistem Activity
Based Costing maupun sistem Akuntansi Biaya Tradisional melaporkan
biaya per unity yang lebih tinggi. Solusi parsial terhadap persoalan ini
adalah menyederhanakan alokasi bukan pada biaya tingkat pabrik akan
tetapi kepada produk, batch ataupun unit sebagai ganti penerapannya
maka biaya tingkat pabrik akan diperlakukan sebagai biaya periodik.
Penetapan biaya langsung atau biaya variabel (direct costing) memberikan
hasil yang serupa dimana biaya langsung atau biaya variabel (direct
costing) memberikan hasil yang serupa dimana biaya tetap akan
diperlakukan sebagai biaya periodik. Akan tetapi biaya tetap di dalam
sistem penetapan biaya pokok langsung meliputi berbagai biaya yang
diidentifikasi Activity Based Costing pada tingkat batch dan tingkat produk.
Keunggulan activity based costing, menurut Supriyono (2002 : 83)
yakni Suatu pengkajian activity based costing dapat meyakinkan
manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk
menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk

27

meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi


biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya
proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk
mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya, Activity
based

costing

dapat

membantu

dalam

pengambilan

keputusan,

Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran


kompetitif yang lebih wajar, Dengan analisis biaya yang diperbaiki,
manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume,
yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume
rendah, Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya,
manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk
mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. Sedangkan
kelemahan dari sistem activity based costing ini adalah Alokasi. Beberapa
biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan
aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan
proses produksi, Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari
analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. Pengeluaran
dan waktu yang dikonsumsi. Disamping memerlukan biaya yang mahal juga
memerlukan waktu yang cukup lama.
Namun demikian, akuntansi ABC bukanlah system akuntansi yang
benar-benar lepas dari keterbayasan. Dalam pelaksanaannya minimal
system ini masih : (1) tetap memerlukan aturan penetapan alokasi biaya,
dan mengharuskan pengukuran biaya yang tinggi sehubungan dengan
multiple activity centers dan banyaknya drivers yang digunakan.

28

Keuntungan dari penggunaan akuntansi ABC adalah memungkinkan


perhitungan biaya yang lebih akurat karena dalam implementasinya
akuntansi ABC dikemukakan oleh Samryn (2012 : 161) dapat dilihat melalui
uraian berikut
a. Mempunyai

banyak

elemen

biaya

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan biaya overhead


b. Mengubah dasar yang digunakan untuk membebankan biaya
overhead kepada produk menjadikan hamper setiap biaya dapat
ditelusuri hubungannya dengan produk atau jasa yang diberikan.
Atau minimal menjadi biaya langsung yang dapat ditelusuri
hubungannya dengan obyek yang dibiayai.
c. Dengan system ini biaya overhead yang dalam akuntansi
konvensional dikelompokkan sebagai biaya tetap dalam akuntansi
ABC bias diperlakukan sebagai biaya variabel
d. Mengubah persepsi para manajer tentang banyak biaya overhead
sehingga menjadikan tiap aktivitas dapat diikuti hubungannya
dengan tiap produk.

Adapun manfaat dan kebaikan Activity Based Costing yang


dikemukakan Tunggal (2003 : 23) yaitu : Suatu pengkajian Activity Based
Costing dapat meyakinkan mana-jemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka
dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan
memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti

29

bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing. Ini pada


gilirannya

dapat

memacu

aktivitas

untuk

mereorganisasi

proses,

memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya, Manajemen akan berada dalam


suatu posisi untuk melakukan pen-awaran kompetitif yang lebih wajar,
Activity Based Costing dapat membantu dalam keputusan membuat
membeli yang manajemen harus lakukan, Dengan analisis biaya yang
diperbaiki, manajemen dapat mela-kukan analisis yang lebih akurat
mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas
produk yang bervolume rendah, Melalui analisis data biaya dan pola
konsumsi sumber daya, mana-jemen dapat pula mulai merekayasa kembali
(reengineer) proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu
yang lebih efisien dan lebih tinggi. Selanjutnya manfaat Activity Based
Costing menurut Harnanto dan Zulkifli (2003 : 45) yaitu Untuk menyajikan
cost produk yang lebih akurat dan infromatif, yang mengarahkan kepada
pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan
strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar
dan pengeluaran modal, Untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu
manajemen untuk meningkatkan nilai produknilai proses dengan
membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk dan
pengendalian cost secara baik, Untuk memudahkan manajer memberikan
informasi tentang cost relevan untuk pembuatan keputusan bisnis.

30

5. Syarat Penerapan ABC System


Dalam penerapannya, Harnanto dan Zulkifli (2003 : 48) penentuan
harga pokok dengan menggunakan system activity based costing
menyaratkan tiga hal:
a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Activity based
costing system menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi
beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan
menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya
akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masingmasing produk.
b. Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka
perusahaan

akan

semakin

meningkatkan

persaingan

untuk

memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka


semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam
mendukung pengambilan keputusan manajemen.
c. Biaya pengukuran yang rendah. Biaya yang digunakan activity
based costing system untuk menghasilkan informasi biaya yang
akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum
kemungkinan penerapan activity based costing system, yaitu : Biaya
berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan
dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang

31

dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead


pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi
biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan activity
based costing system kehilangan relevansinya. Artinya activity
based costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang
biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi
saja.

Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan


non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya
semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu
biaya. Pada kondisi ini penggunaan activity based costing system justru
tidak tepat karena activity based costing system hanya dibebankan ke
produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit
(memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya
sama, maka system akuntansi biaya tradisional atau activity based costing
system membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi
perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)
mungkin masih dapat menggunakan sistem tradidisional tanpa ada
masalah. Ternyata konsep ABC dapat pula diterapkan pada perusahaan
jasa. Semua perusahaan jasa memiliki aktivitas dan output yang
membutuhkan aktivitas tersebut. Meskipun demikian, ada beberapa
perbedaan yang bersifat mendasar antara perusahaan jasa dan
perusahaan manufaktur. Aktivitas pada perusahaan manufaktur umumnya

32

sama dan dilaksanakan dengan cara yang sama. Hal ini tidak berlaku pada
perusahaan jasa. Sebagai contoh aktivitas jasa yang dilakukan oleh sebuah
bank akan berbeda dengan aktivitas yang dilakukan oleh sebuah rumah
sakit. Keduanya merupakan organisasi jasa, namun jenis dan cara
melaksanakan aktivitas berbeda. Perbedaan lain antara perusahaan jasa
dan perusahaan manufaktur adalah output. Untuk perusahaan manufaktur,
output mudah diidentifikasikan yaitu berupa barang yang memiliki ujud fisik,
namun untuk perusahaan jasa definisi output lebih sulit dilakukan. Output
untuk organisasi jasa tidak memiliki ujud fisik, meskipun demikian tetap saja
output tersebut harus diidentifikasikan sehingga dapat dihitung berapa kos
yang melekat pada output tersebut.

C. Peranan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam Perusahaan


Pada bagian ini tim penulis akan membahas peranan Sistem ABC
pada perusahaan yang diambil dari Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor
04 Tahun ke-2 Januari-April 2011

berjudul Peranan Activity-Based

Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang


Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual Di PT. Panca Mitra Sandang
Indah oleh Riki Martusa (Ketua Program Magister Akuntansi Universitas
Kristen Maranatha) dan Agnes Fransisca Adie (Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Universitas Kristen Maranatha)
1. Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang Indah-Masalah Yang
Diangkat
Penelitian dilakukan terhadap PT Panca Mitra Sandang Indah yang
33

memproduksi dan menjual kain. Perusahaan memproduksi barang secara


teratur dengan kapasitas PT Panca Mitra Sandang Indah adalah sebesar
45.000 meter kain/hari dan 20.000 kg kain/hari dengan 6 hari kerja dalam
satu minggu untuk waktu kerja non-shift. Didalam PT Panca Mitra Sandang
Indah, jam kerja juga dibagi secara shift, yaitu shift pagi, sore, dan malam
untuk Kashiff, Kepala Regu, dan Operator. Apabila dibutuhkan, PT Panca
Mitra Sandang Indah dapat memperbesar kapasitasnya kapan pun dengan
mengadakan lembur sehingga kapasitas perusahaan dapat meningkat
menjadi 50.000 meter kain/hari dan 25.000 kg kain/hari. Jumlah tenaga
kerja di PT Panca Mitra Sandang Indah adalah 339 orang. Produk PT
Panca Mitra Sandang Indah adalah kain Tetoron Rayon (TR), Tetoron
Cotton (TC), dan kain katun. Pembeli produk PT Panca Mitra Sandang
Indah merupakan pembeli yang membeli dalam jumlah yang cukup besar.
Dengan demikian harga jual merupakan hal penting yang menjadi bahan
pertimbangan pembeli produk perusahaan mengingat situasi persaingan di
Indonesia yang cukup ketat. Perubahan harga yang kecil sekalipun akan
berdampak yang sangat besar bagi penjualan dalam kuantitas besar. Jika
ada kesalahan dalam penentuan harga jual maka perusahaan dapat rugi
dalam jumlah besar. Meningkatnya persaingan dalam industri ini, menuntut
perusahaan untuk memiliki keunggulan agar dapat tetap melangsungkan
hidupnya dan memperbesar usahanya. Untuk itu, perusahaan harus dapat
menetapkan harga jual yang wajar dengan cara menetapkan harga pokok
produk dengan tepat. Harga pokok produk yang dibahas dalam penelitian
ini merupakan biaya penuh (full costing) sehingga meliputi biaya produksi

34

dan non-produksi.

2. Hasil Penelitian
PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya
menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku.
Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini kurang tepat karena
perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya tidak
langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan
yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan
perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok produknya. PT Panca
Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih
sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku
yang digunakan, biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan
harga pokok tiap produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh
perusahaan hanya digunakan untuk menghitung keseluruhan laba akhir
perusahaan. PT Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk
dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per
produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk
menutup biaya non-material yang tidak ditelusuri pada tiap produk.
Penetapan harga jual dengan cara seperti itu kurang tepat karena ternyata
sebagian besar produk ditetapkan harga jual terlalu tinggi, yaitu untuk kain
TC. Kain TR dan Katun ditetapkan harga jual yang terlalu rendah, namun
harga jual tersebut masih menutup harga pokok kainnya. Pembebanan
biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system

35

dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang
berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok
produk menggunakan activity-based costing system dapat memperlakukan
biaya tidak langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok
produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat, perusahaan dapat
menetapkan harga jual produk dengan tepat.

3. Saran Yang diberikan


Perusahaan sebaiknya mengelompokkan seluruh biaya yang terjadi
didalam

perusahaan

berdasarkan

business

function.

Perusahaan

seharusnya membagi biaya menjadi biaya produksi dan non-produksi.


Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya non-produksi terdiri dari biaya
pemasaran dan biaya administrasi. Pengelompokkan tersebut dilakukan
berdasarkan pada fungsi dari biaya-biaya yang terjadi. Untuk menghasilkan
perhitungan harga pokok produk yang tepat, sebaiknya perusahaan
menggunakan activity-based costing system dalam membebankan biaya
tidak langsung pada produknya. Perhitungan harga pokok produk yang
tepat mengacu pada perhitungan harga jual produk yang tepat juga.
Dengan penetapan harga jual produk yang tepat, perusahaan dapat
bersaing dengan kompetitornya sehingga dapat terus mempertahankan
dan mengembangkan usahanya. Apabila persaingan harga semakin ketat
dan elastisitas harga konsumen meningkat, perusahaan dapat menurunkan

36

harga jual kain untuk semua produk selama batas mark up masih
menghasilkan Return On Investment (ROI) yang diatas bunga deposito
bank.

37

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun Keseimpulan yang dapat kita tarik dari penjaabaran makalah
diatas:
1. Witjaksono (2013 : 3) menyatakan bahwa: Cost dapat dikaitkan atau
dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip Matching (dapat saling
ditanding) antara pengorbanan dengan manfaat.
2. Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif
manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi
biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi
tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat
menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
3. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activitybased costing system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok
produk dan harga jual yang berbeda dibandingkan perhitungan
perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan
activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak
langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan harga
pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok

38

produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat, perusahaan


dapat menetapkan harga jual produk dengan tepat.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah yang mengangkat masalah
penerapan Activty Based Costing (ABC), sekiranya dapat dijadikan
referensi baik pembaca maupun pihak lain dalam mengkaji lebih dalam
terkait hal tersebut dan pengambilan keputusan yang tepat guna
meminimalisir missing system dan peningkatan pendapatan keuangan
perusahaan, dsb

39

DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J., et al. Cost Management, 3rd. 2005. Diterjemahkan oleh
Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Manajemen Biaya:
Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Cooper Robin and Kaplan Robert S, 1993 .The design of Cost Manajement
System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.
Dewanta, Tri Sulantara, 2011. Penerapan Activity Based Costing System
(ABC System) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Sewa Kamar (Studi
Kasus pada Hotel Mustika Tuban). Skripsi Universitas Brawijaya.
Garrison, R. H., dan E. W. Noreen, 2003. Managerial Accounting. 10th
Edition. New York: McGraw Hill, Inc.
. Managerial Accounting. 2000. Diterjemahkan oleh A. Totok
Budisantoso dengan judul Akuntansi Manajerial. Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2001. Cost Management, 2nd ed,
Dialihbahasakan Oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary,
Manajemen Biaya, Edisi 2, Buku 1, Jakarta : Salemba Empat
. 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat,
Jakarta
Hariadi, B. 2002. Edisi 1. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang.
Yogyakarta: BPFE.
Hartusa, Riki dan F, A, Agnes . 2011. Peranan Activity-Based Costing
System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang
Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual Studi Kasus Pada PT
Panca Mitra Sandang Indah. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor
04.
Harnanto dan Zulkifli, 2003, Manajemen Biaya, Yogyakarta : Penerbit
(UPP) AMP YKPN.
Hendro S.2002, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk
Teknologi Maju dan Globalisasi, edisi kedua, cetakan pertama,
Yogyakarta : Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada.
Hesti, Wulandari, 2010, Analisis Penerapan Sistem Activity Based Costing
(ABC) dalam Meningkatkan Akurasi Biaya Pada PT. Martina Berto,
Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.
Hilton, R. W. 2005. International Edition. Managerial Accounting. New York:
McGraw Hill, Inc.

40

Hongren, Charles T. George Foster. Srikant M. Datar. 1994.Cost


Accounting. Diterjemahkan oleh Endah Susilaningtyas dengan judul
Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat.
Islazzaman, 2011, Activity Based Costing Teori dan Aplikasi, cetakan
pertama, Bandung : Penerbit Alfabeta.
Krismiaji, 2012, Akuntansi Manajemen, edisi kedua, Yogyakarta : Penerbit
Universitas Gadjah Mada.
Martusa, R., S. R. Darma, dan V. Carolina. 2010. Peranan Metode Activity
Based Costing dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured.
Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan MeiAgustus, Hal. 39-60.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa,
Edisi 2, BP STIE YKPN, YK.
. 2001 . Edisi 3. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan
Rekayasa. Jakarta: Salemba Empat.
. 2003. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya
untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
, 2012, Akuntansi Biaya, edisi kelima, cetakan kesebelas,
Yogyarakta : Penerbit Universitas Gadjah Mada
Mursyidi, 2008, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Bandung : Penerbit
RefikaAditama.
Prawironegoro, Darsono, dan Ari Purwanti, 2009, Akuntansi Manajemen,
edisi Ketiga, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Rahmawati, 2012, Akuntansi Biaya 1 DC, cetakan pertama, Makassar :
Penerbit Pustaka Refleksi.
Samryn, 2012, Akuntansi Manajemen, Informasi Biaya Untuk
Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi, edisi pertama,
Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
.Soeroso, Santoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah
Sakit Suatu Pendekatan Sistem, cetakan pertama, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sunarto, 2004, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Yogyakarta : Penerbit Amus.

41

Supriyono, 2001, Akuntansi Manajemen 3 : Proses Pengendalian


Manajemen,Edisi pertama, Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.
Thomas, Johnson H, 1991, Activity-Based Information: A Blue Print For
World Class Manajement Accounting, The design Of Cost
Manajement System: Text, Cases and Reading, New Jersey.
Tunggal, Widjaya Amin, 2003, Activity Based Cost System : Untuk
Manufakturing dan Pemasaran, edisi revisi, Jakarta : Penerbit
Harvarindo.
Wijaksono, Armanto, 2013, Akuntansi Biaya, edisi revisi, cetakan pertama,
Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Yulianti, 2011, Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar
Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (studi kasus pada RSUD. H. A.
Sultan Daeng Radja Bulukumba). Skripsi

42

Anda mungkin juga menyukai