Anda di halaman 1dari 110

11

TUGAS TEORI AKUNTANSI NO. 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan


Kegiatan akuntansi pada dasarnya adalah meningkatkan dan menafsirkan
data keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan
produktivitas pertumbuhan barang- barang dan jasa-jasa. Akuntansi dapat
memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja
perusahaan seperti yang tercermin dalam laporan keuangan.
Pengertian akuntansi menurut Belkooi yang diterjemahkan oleh Ahmad
Rihaldi dalam bukunya Teori Akuntansi ( 2003 : 38 ) adalah :
Aktivitas jasa, fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan
bermanfaat dalam membuat keputusan- keputusan ekonomik, dalam
membuat pilihan diantara alternative tindakan yang ada .
Kesimpulan dari pengertian akuntansi diatas yaitu bahwa akuntansi adalah
suatu seni dari pengidentifikasian, pencatatan, penggolongan dan ringkasan
kejadian- kejadian ekonomi suatu organisasi kepada para pemakai informasi yang
berkepentingan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk yang
dinyatakan dalam bentuk moneter.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas
perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil- hasil

12

operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada


hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang mana dapat
menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan
berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan ( 2002 : 2 ) yaitu :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan
keuangan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan, termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan keuangan. Jenis laporan keuangan utama yang umumnya
dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan
biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal).
Kesimpulan dari laporan keuangan diatas adalah suatu daftar yang
menggambarkan posisi keuangan pada suatu saat tertentu dan suatu daftar yang
menggambarkan hasil operasi suatu perusahaan pada suatu periode tertentu
ditambah dengan laporan keuangan lainnya, biasanya digunakan bermacammacam lampiran untuk menambah data yang sudah ada dalam laporan keuangan
itu. Daftar- daftar itu biasanya dianggap sebagai bagian dari laporan keuangan
untuk dianalisis.
Untuk lebih jelas mengenai laporan keuangan ini, maka penulis akan
mengutip beberapa pendapat dari beberapa ahli yang dianggap paling lengkap
adalah :
Slamet Sugiri, ( 2001 : 15 ) :
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi, sebagai
akhir dari proses akuntansi laporan keuangan menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan oleh pelbagai pihak (misalnya

13

pemilik dan kreditor). Laporan keuangan yang utama terdiri atas : neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Dwi Prastowo, ( 2002 : 8 ) :
Menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonomi yang merupakan unsur laporan keuangan. Untuk ini
dapat dikaitkan dengan unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung
dengan pengukuran kinerja. Yang berkaitan secara langsung dengan posisi
keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas.
Kesimpulan dari pengertian di atas adalah bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi pada suatu periode waktu tertentu
yang merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan
dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk
membantu para pemakainya dalam mengambil keputusan. Selain itu, laporan
keuangan yang digunakan perusahaan umumnya adalah neraca, perhitungan rugi
laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas.

2.1.2

Tujuan Laporan Keuangan


Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh
pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Menurut SAK No.1 ( 2002 : 1.2 ) tujuan dari laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung

14

jawaban ( Stewardship ) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya


yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang
meliputi :
a) Aktiva
b) Kewajiban
c) Ekuitas
d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan
e) Arus kas.
Sedangkan tujuan laporan keuangan menurut Harnanto dalam bukunya
Akuntansi Keuangan Lanjutan I ( 2002 : 14 ) adalah :
1.

Menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja,


serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dan pengambil keputusan
ekonomi.
2. Tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
oleh pemakai dalam pengambilan keputusan dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
3. Menyediakan informasi tentang apa yang telah dilakukan oleh
manajemen ( Stewardship ).
4. Catatan dan skedul tambahan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan


adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan
murni, terkaan dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit lingkup
ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan
keputusan.

2.1.3

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Selain tujuan tersebut di atas akan lebih bermanfaat apabila laporan

keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat laporan keuangan


berguna bagi pemakai.

15

Menurut SAK ( 2002 : 7 ) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok


yaitu :
1.
2.
3.
4.

Dapat dipahami
Relevan
Keandalan
Dapat diperbandingkan.

Keempat karakteristik kualitatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal
ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan (Predictive), menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi
mereka di masa lalu (Confirmatory).
3.

Keandalan
Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi

mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,


kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus

16

dan jujur (faithful refresentation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.1.4

Fungsi Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang

berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan pada hakekatnya merupakan


alat komunikasi, artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengkonsumsikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
Menurut Harnanto dalam bukunya Analisis Laporan keuangan
(2002 : 11) bahwa dari laporan keuangan maka manajemen dapat memperoleh
informasi yang berfungsi untuk :
1. Merumuskan, melaksanakan dan mengadakan penilaian
terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu.
2. Mengorganisasi dan mengendalikan kegiatan atau aktivitas
dalam perusahaan.
3. Merencanakan dan mengendalikan kegiatan atau aktivitas
sehari-hari dalam perusahaan.
4. Mempelajari aspek, tahap- tahap kegiatan tertentu dalam
perusahaan.

17

5. Menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil usaha


perusahaan.
Disamping fungsi tersebut di atas laporan keuangan berfungsi juga sebagai
pertanggung jawaban bagi manajemen kepada semua pihak yang menanamkan
dan mempercayakan pengelolaan dananya dalam perusahaan tersebut terutama
kepada para pemilik.
Melalui laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan maka ada
dua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut yaitu :
1. Pihak Intern
2. Pihak Ekstern, meliputi :

2.1.5

Investor

Karyawan

Instansi pemerintah

Pemberi pinjaman

Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pelanggan

Masyarakat

Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan

peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut


karakteristik ekonomi, yang merupakan unsur laporan keuangan. Unsur ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

18

1. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi


keuangan.
2. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja.
Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai
unsur laporan laba rugi dan berbagai perubahan dalam neraca. Didalam neraca
dan laporan laba rugi, penyajian berbagai unsur tersebut memerlukan proses subkalisifikasi.

Unsur Posisi keuangan


Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas (yang disajikan pada laporan keuangan
yang disebut neraca). Dalam menilai apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva,
kewajiban atau ekuitas tersebut, perhatian perlu ditujukan pada substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Neraca juga dapat meliputi
pos yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban dan tidak disajikan
sebagai bagian dari ekuitas.
Masing- masing unsur yang berkaitan dengan posisi keuangan tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
a) Aktiva (Assets)
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi
perusahaan di masa depan. Dengan kata lain aktiva adalah harta atau kekayaan
suatu perusahaan.

19

Kekayaan suatu perusahaan tidak hanya terbatas pada bentuk yang


berwujud tetapi termasuk biaya-biaya yang masih harus dialokasikan pada
penghasilan yang akan datang dan juga kekayaan yang tidak berwujud lainnya,
misalnya : Hak Paten, Goodwill, Licenses dan sebagainya. Aktiva terdiri dari :
1. Aktiva Lancar (Current Assets)
Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fess dalam bukunya
Pengantar Akuntansi ( 2005 : 180 ), penerjemah Aria Farahmita, SE.
Ak.; Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. mengatakan :
Aktiva Lancar yaitu Kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas atau dijual atau dipakai habis dalam satu tahun
atau kurang, dalam operasi bisnis yang normal.
Kelompok-Kelompok aktiva lancer ini diantaranya adalah :
1.
Uang Kas (Cash On Hand)
2.
Uang yang disimpan di Bank (Cash in Bank)
3.
Piutang Jangka Pendek (Account Receivable)
4.
Wesel-wesel tagih (Notes Receivable)
5.
Efek-efek yang setiap saat dapat dijual (Marketable Securities)
6.
Persediaan Bahan Baku (Raw Material)
7.
Barang Dalam Proses (Goods In Process)
8.
Barang Jadi (Finished Goods).
2. Investasi/Penyertaan (Investment)
Pengertian Investasi menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim alih bahasa
Drs. Moh. Kurdi dalam buku Kamus Istilah Akuntansi (2000:252), yaitu:
Investasi adalah pengeluaran untuk memperoleh kekayaan,
peralatan, dan aktiva modal lainnya yang dapat menghasilkan
pendapatan. Investasi merupakan surat berharga dari perusahaan lain
yang dipegang untuk jangka panjang, disebut investasi jangka panjang
dan diperlihatkan dalam bagian aktiva yang tidak lancar pada neraca.
Investasi juga merupakan surat berharga perusahaan lain yang dipegang
untuk waktu yang sangat singkat (investasi jangka pendek). Tampak
sebagai surat berharga yang mudah diperjualbelikan pada bagian aktiva
lancar dalam neraca.

20

Investasi terbagi 2 (dua), yaitu :


1. Investasi Jangka Pendek (Short Term Investment)
Investasi jangka pendek yang berupa surat-surat berharga atau dalam
bentuk yang lain dinilai dalam Neraca (Balance Sheet) berdasarkan cost
atau harga pasar mana yang lebih rendah.
2. Investasi Jangka Panjang (Long Term Investment)
Investasi jangka panjang yang berupa modal saham dinyatakan sesuai
dengan original cost atau berdasarkan nilai pasar (Market Value).
Sistem apapun yang dipilih didalam penilaian investasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang kalau perlu didalam Balance Sheet diberi
catatan tersendiri. Apabila investasi itu berupa obligasi maka pada saat
investasi harga obligaasi nilai nominalnya (premium atau discount) akan
diakumulasikan sesuai dengan umur ekonominya atau pada saat jatuh tempo.
3. Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fess dalam bukunya
Pengantar Akuntansi (2005:140) penerjemah Aria Farahmita, SE. Ak.;
Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. mengatakan bahwa :
Sumber daya fisik yang dimiliki serta digunakan oleh bisnis dan
bersifat permanen atau tahan lama disebut aktiva tetap (fixed assets atau
plant assets). Dalam pengertian tertentu, aktiva tetap adalah jenis beban
yang ditangguhkan jangka panjang. Akan tetapi, karena sifat dan masa
manfaatnya yang berjangka panjang, maka hal ini akan dibahas secara
terpisah dari beban ditangguhkan lainnya, seperti perlengkapan dan
asuransi dibayar dimuka.

21

Kelompok aktiva tetap ini diantaranya adalah :


1. Tanah
2. Gedung
3. Mesin-mesin, perkakas dan alat-alat tehnik lainnya serta instalasi-instalasi
4. Barang-barang inventaris
5. Kendaraan-kendaraan bermotor
4. Aktiva Lain-lain (Other Assets)
Pengertian aktiva lain-lain (Other Assets) menurut Joel G. Siegel dan Jae K.
Shim alih bahasa Drs. Moh. Kurdi dalam buku Kamus Istilah Akuntansi
( 2000 : 328 ), yaitu:
Aktiva Lain-lain (Other Assets) adalah kategori neraca untuk aktivaaktiva kecil yang tidak diklasifikasikan dibawah judul khusus (seperti,
aktiva lancar, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang).
Jenis aktiva ini mungkin tidak material dalam jumlahnya dibandingkan
dengan seluruh aktiva.
Jadi aktiva lain-lain (other assets) merupakan aktiva-aktiva yang tidak
dapat dimasukan kedalam golongan aktiva lancar dan aktiva tetap. Kelompok
aktiva lain-lain ini diantaranya adalah :
1. Persekot-persekot atau uang muka yang diberikan kepada pemimpin
perusahaan dan para karyawan.
2. Biaya-biaya yang dibayar dimuka
3. Deposito-deposito jangka panjang

22

4. Investasi-investasi dan pinjaman-pinjaman yang diberikan kepada cabangcabang perusahaan.

5. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangiable Fixed Assets)


Yaitu hak jangka panjang yang sifatnya tidak berwujud yang dimiliki
perusahaan dalam rangka menjalankan usaha perusahaan, hal ini dijelaskan
oleh Prof. Dr. Zaki Baridwan M.Sc, Akt. dalam bukunya Intermediate
Accounting (2004:354-356), adalah bahwa yang termasuk aktiva tetap tidak
berwujud antara lain :
1. Hak Patent, yaitu suatu hak yang diberikan kepada pihak yang
menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru agar pihak yang
menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru tersebut dapat
memanfaatkan dan mengelolanya selama jangka waktu yang telah
ditetapkan. Jangka waktu yang telah ditetapkan tersebut biasanya
selama 17 tahun.
2. Hak Cipta, yaitu suatu hak yang diberikan kepada pihak yang
menciptakan sesuatu untuk dapat dimanfaatkan selama jangka waktu
28 tahun.
3. Franchises, yaitu suatu hak yang diberikan oleh pemerintah / badan
usaha untuk menggunakan fasilitas umum, yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan dan manfaat pada masyarakat.
4. Goodwill, yaitu suatu nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat memberikan keuntungan lebih bila dibandingkan
dengan perusahaan lainnya. Goodwill ini hanya dapat dipandang
sebagai aktiva apabila munculnya akibat dari pembelian atau akibat
adanya perubahan-perubahan bentuk perusahaan.
b) Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

23

Menurut Drs. Sofyan Syafri Harahap, MS Ac dalam bukunya Teori


Akuntansi Laporan Keuangan (2002:71), beliau mengatakan bahwa :
Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan
dari satu tutup buku ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatan
yang sesuai dengan prinsip akuntansi (saldo kredit bukan akibat saldo
negative aktiva).
Kewajiban perusahaan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hutang Lancar
Hutang Lancar (current liabilities), menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim
alih bahasa Drs. Moh. Kurdi dalam bukunya Kamus Istilah Akuntansi
(2000:122), yaitu:
Hutang Lancar (current liabilities) adalah kewajiban pembayaran
dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal dalam sebuah usaha.
Hutang lancar memerlukan pembayaran dengan aktiva lancar, atau
adanya kewajiban jangka pendek lainnya.
Jadi hutang lancar merupakan hutang-hutang yang harus dibayar dalam
waktu satu tahun. Kelompok hutang lancar ini adalah :
1. Hutang Dagang
2. Pinjaman uang jangka pendek
3. Biaya-biaya yang masih harus dibayar
4. Uang muka yang diterima
5. Kredit rekening Koran
2. Hutang Jangka Panjang
Hutang Jangka Panjang (long-term liabilities), menurut Joel G. Siegel dan
Jae K. Shim alih bahasa Drs. Moh. Kurdi dalam buku Kamus Istilah
Akuntansi (2000:275), yaitu:

24

Hutang jangka panjang (long-term liabilities) adalah kewajiban


pembayaran dalam bentuk uang, barang, atau pelayanan untuk periode
lebih dari satu tahun. Kewajiban ini terdapat dalam kewajiban yang
tidak lancar dalam neraca.
Jadi hutang jangka panjang merupakan hutang-hutang yang harus dibayar
lebih dari satu tahun. Kelompok hutang jangka panjang ini diantaranya adalah:
1. Pinjaman Obligasi.
2. Pinjaman Hipotik.
3. Kredit Investasi dari Bank.
Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa perusahaan mampunyai
kewajiban masa kini, yaitu suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum, sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan
atau timbul praktek bisnis yang lazim, yaitu kebiasaan dan keinginan untuk
memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil.
Kewajiban suatu perusahaan dapat diselesaikan dengan cara melakukan
pembayaran kas, enyerahkan aktiva lain, memberikan jasa, mengganti kewajiban
dengan kewajiban lain, menkonversi kewajiban menjadi ekuitas atau dengan cara
dihapuskan. Seperti halnya aktiva, kewajiban juga timbul dari transaksi atau
peristiwa masa lalu. Perlu juga dibedakan antara kewajiban sekarang dan
komitmen di masa depan. Keputusan manajemen untuk membeli aktiva di masa
depan (komitmen) tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Perusahaan dapat mengakui jumlah rabat yang akan diberikan dimasa
depan sebagai kewajiban (yang timbul sebagai akibat penjualan masa lalu).

25

Beberpa jenis kewajiban hanya dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam
derajat substansial.

c) Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban ( aktiva bersih ). Meskipun demikian, di dalam
neraca ekuitas dapat disubklasifikasikan.
Pengertian modal (equity) menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim alih
bahasa Drs. Moh. Kurdi dalam bukunya Kamus Istilah Akuntansi
(2000:166), yaitu:
Modal (equity) adalah aktiva dikurangi kewajiban, juga disebut net
worth (kekayaan bersih). Dalam perusahaan perseorangan, ini merupakan
kekayaan pemilik, sedangkan dalam Perseroan Terbatas merupakan
kekayaan pemegang saham. Modal (equity) juga merupakan hak terhadap
aktiva, hak kepemilikan, sebuah kewajiban. Pemilik kekayaan mungkin
seorang kreditor, pemegang saham atau pemilik perusahaan.
Jadi modal (equity) merupakan bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (saham), surplus dan laba yang
ditahan atau kelebihan nilai aktiva terhadap seluruh hutang-hutangnya. Jika kita
tinjau dari segi pembukuannya, modal ini merupakan hutang perusahaan kepada
pemiliknya.
Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo
laba ditahan, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan
modal dapat disajikan secara terpisah. Penyajian seperti ini berguna untuk
mengidentifikasi

pembatasan

hukum

dan

pembatasan

lainnya

terhadap

kemampuan perusahaan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas serta

26

mereflesikan fakta bahwa berbagai pihak mempunyai hak yang berbeda. Jumlah
ekuitas yang disajikan pada neraca bergantung pada pengukuran aktiva dan
kewajiban.
Pembentukan suatu cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu
peraturan perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan
baik kepada perusahaan maupun kreditor. Eksistensi dan besarnya cadangan ini
merupakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan.

2.1.5.2 Unsur Kinerja Perusahaan


Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja
perusahaan disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi.
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya rasio profitabilitas, rasio solvabilitas
dan rasio likuiditas. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran
penghasilan bersih ini adalah penghasilan (Income) dan beban (Expense).
Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban ini bergantung pada konsep
modal dan pemeliharaan modal yang digunakan.
Masing- masing unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
a). Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan

27

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari


kontribusi (setoran) penanam modal.

b). Beban (Expense)


Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal.
Beban mencakup baik kerugian (Loss) maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dari pelaksanaan
aktivitas biasa ini meliputi antara lain beban pokok penjualan, gaji dan depresiasi,
yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (setara
kas), persediaan dan aktiva tetap.

Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan


2.1.6.1 Jenis Laporan Keuangan
Seperti telah disebutkan di bab sebelumnya, bahwa laporan keuangan yang
lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.

28

Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap
perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan biasanya dilengkapi dengan
laporan perubahan modal), yang masing- masing dapat dijelaskan

sebagai

berikut :

a). Neraca (Balance Sheet)


Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
Menurut Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen dalam
bukunya Akuntansi Intermediate (2004:136), penerjemah Aria Farahmita,
SE. Ak.; Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. Mengungkapkan
bahwa :
Neraca adalah sebuah daftar aktiva dan kewajiban organisasi pada
saat tertentu. Selisih antara aktiva dan kewajiban disebut ekuitas. Modal
dapat dikatakan sebagai aktiva yang dimiliki oleh pemilik organisasi yaitu
jumlah yang akan tersisa jika seluruh kewajiban dibayar. Neraca adalah
pernyataan dari persamaan akuntansi dasar : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas
Pemilik.
Neraca bila dibandingkan dengan periode-periode lalu dan dengan data
tambahan, memberi banyak informasi yang berguna bagi banyak pihak yang
berkepentingan dalam menganalisis kekuatan keuangan suatu perusahaan.
Hubungan-hubungan spesifik seperti ratio lancar, ratio hutang terhadap ekuitas
dan tingkat pengambilan informasi perusahaan dapat disoroti. Semuanya itu dapat
membantu dalam mengevaluasi posisi keuangan perusahaan.
b). Laporan Laba Rugi (Income Statement)

29

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi


mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja)
selama periode tertentu.
Menurut Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen dalam
bukunya Akuntansi Intermediate (2004:226), penerjemah Aria Farahmita,
SE. Ak.; Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. yaitu :
Laba adalah hasil dari investasi. Salah satu definisi laba yang
diterima lebih luas adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor
(sebagai hasil investasi) dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama
baiknya atau kayanya (well-off) dengan di awal periode.
Meskipun neraca dan laporan laba rugi merupakan dua dokumen yang
terpisah, akan tetapi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling
terkait, serta merupakan suatu siklus. Antara neraca dan laporan laba rugi sering
dihubungkan dengan satu laporan yang disebut laporan perubahan modal (laba
ditahan), yang memberikan informasi mengenai perubahan modal (laba ditahan)
selama periode tertentu.
c). Laporan Perubahan Modal (Statement of Owners Equity)
Definisi laporan perubahan modal menurut Carl S. Warren, James M.
Reeve dan Philip E. Fess dalam bukunya Pengantar Akuntansi (2005:24),
penerjemah Aria Farahmita, SE. Ak.; Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik
Hendrawan SE. Ak. yaitu:
Laporan perubahan modal merupakan suatu ikhtisar perubahan
modal pemilik yang terjadi selama periode tertentu, misalnya sebulan atau
setahun.

30

Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih
atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian
juga, laporan perubahan modal dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena
jumlah modal pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena
itu, laporan perubahan modal seringkali dipandang sebagai penghubung antara
laporan rugi laba dengan neraca.

Bertambahnya modal suatu perusahaan dapat disebabkan oleh :


1.

Penambahan Investasi oleh pemilik

2.

Laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan

Sedangkan berkurangnya modal dapat disebabkan oleh :


1.

Pengambilan Prive oleh pemilik

2.

Perusahaan menderita kerugian

d). Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)


Definisi laporan arus kas berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh
Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen dalam bukunya
Akuntansi Intermediate (2004:319), penerjemah Aria Farahmita, SE. Ak.;
Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. adalah:
Laporan arus kas (statement of cash flow) menjelaskan perubahan
pada kas (cash equivalent) dalam periode tertentu. Setara kas adalah
investasi jangka pendek yang amat likuid yang bisa segera ditukar dengan
kas. Untuk dapat dikatakan setara kas, suatu unsur haruslah dapat segera
ditukar dengan kas ketika diperlukan dan sangat dekat dengan masa jatuh
temponya sehingga kecil risiko terjadinya perubahan nilai akibat perubahan
tingkat suku bunga
2.1.6.2 Bentuk Laporan Keuangan

31

1. Bentuk (Format) Neraca


Untuk dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva, kewajiban
dan ekuitas. Masing- masing unsur ini dapat disubklasifikasikan sebagai berikut :
1). Aktiva, yang merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan dapat
disubklasifikasikan lebih jauh menjadi lima sub-klasifikasi aktiva yaitu :
a. Aktiva lancar, yaitu aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan
diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (atau siklus operasi
normal), misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang dan persekot
biaya.
b.

Investasi jangka panjang, yaitu penanaman modal yang biasanya


dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk
menguasai perusahaan lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun,
misalnya investasi saham, investasi obligasi.

c. Aktiva tetap, yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud) fisik,


digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk
dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk
dalam sub-klasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gedung, kendaraan dan
mesin serta peralatan.
d. Aktiva yang tidak berwujud, yaitu aktiva yang tidak memiliki substansi
fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang memberikan
manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun. Termasuk dal;am sub-klasifikasi aktiva ini misalnya patent,

32

goodwill, royalty, copyright (hak cipta), trade name/ trade mark (merek/
nama dagang), franchise dan license (lisensi).
e. Aktiva lain- lain, yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah
satu dari empat sub-klasifikasi tersebut, misalnya beban ditangguhkan,
piutang kepada direksi.
2). Kewajiban, yang merupakan utang perusahaan masa kini dapat di subklasifikasikan lebih jauh menjadi tiga sub-klasifikasi, yaitu :
a. Kewajiban lancar, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki
manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang (atau siklus
operasi normal). Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang
dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, utang pajak, dan utang biaya.
b. Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya
diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan
(yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang obligasi,
utang hipotek dan utang bank.
c. Kewajiban lain-lain, yaitu kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam salah satu sub-klasifikasi kewajiban tersebut, misalnya utang pada
direksi.
3). Ekuitas, yaitu merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang
merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini
dapat disubklasifikasikan lebih jauh menjadi sub-klasifikasi, yaitu :

33

a. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham
(termasuk agio saham bila ada) dan
b. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan
kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen (ditahan).
Didalam neraca, masing-masing unsur tersebut disajikan dengan menganut
ketentuan-ketentuan tertentu. Aktiva disajikan menurut urutan likuiditas,
kewajiban menurut urutan jatu tempo, sedangkan ekuitas disajikan menurut urutan
kekekalan.
Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu
bentuk rekening (skontro) dan bentuk laporan (stafel), yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Rekening (Skontro)
Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur
kewajiban pada ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).
b. Laporan (Stafel)
pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut
dari atas ke bawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.
Contoh neraca yang disusun baik dalam bentuk rekening (skontro) maupun
laporan (Stafel) adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Perkiraan Rekening atau Bentuk Skontro
Tabel 2.1
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca
Per 31 Desember 2001
AKTIVA

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

34

Aktiva Lancar
Investasi
Aktiva Tetap
Aktiva tak berwujud
Aktiva lain-lain

Rp

100.000,00
250.000,00
1.000.000,00
100.000,00
50.000,00

Total aktiva

Rp 1.500.000,00

Kewajiban lancar
Kewajiban jk. panjang
Kewajiban lain-lain

Rp

Total kewajiban
Modal Saham
Laba ditahan

250.000,00
200.000,00
50.000,00
500.000,00
800.000,00
200.000,00

Total kewajiban dan ekuitas Rp 1.500.000,00

2. Bentuk Perkiraan Laporan atau Bentuk Stafel


Tabel 2.2
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca
Per 31 Desember 2001
AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas
Surat Berharga
Piutang Dagang
Persediaan Supplies
Persekot Biaya
Total Aktiva Lancar
Investasi
Aktiva Tetap:
Tanah
Bangunan
Mesin
Meubel dan Peralatan
Akumulasi Depresiasi
Total Aktiva Tetap
Aktiva Tak Berwujud:
Patent
Trade Mark
Total Aktiva Tak Berwujud
Aktiva Lain-lain

Rp

Rp

Rp

25.400,00
15.200,00
42.000,00
4.700,00
4.900,00
Rp

16.000,00

Rp

767.000,00

Rp
Rp

15.000,00
10.000,00

Rp

900.300,00

10.000,00
5.000,00

KEWAJIBAN DAN EKUITAS


Rp

92.200,00

60.500,00
882.400,00
18.300,00
227.900,00
(422.000,00)

Total Aktiva

Kewajiban Lancar:
Utang Dagang
Utang Wesel
Utang PPh
Utang Biaya
Utang jatuh tempo

Rp

16.500,00
4.200,00
20.900,00
800,00
26.000,00

35

Total Kewajiban Lancar


Kewajiban Jangka Panjang-Obligasi
Kewajiban Lain-lain

Rp

68.400,00
486.809,00
25.000,00

Total Kewajiban

Rp

580.200,00

Rp

320.100,00

Rp

900.300,00

EKUITAS
Modal Saham
Laba Ditahan

Rp

200.000,00
120.100,00

Total Kewajiban dan Ekuitas

2. Bentuk Laporan Laba Rugi


Untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi (kemampuan)
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan
laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban, yang dijelaskan
sebagai berikut :
1). Penghasilan (Income) yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi
dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban
(yang menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi
pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan
menjadi:
a. Pendapatan (revenues), yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda,
seperti misalnya penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees),
pendapatan bunga, pendapatan dividen, royalitas dan sewa.
b. Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan
dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa, yang meliputi misalnya pos yang timbul dalam

36

pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva


jangka panjang.
2). Beban (Expense) yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam
bentuk arus keluar atau penurunan aktiva atau kewajiban (yang menyebabkan
penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik)
perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi :
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa
(yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas
persediaan, aktiva tetap), yang meliputi misalnya harga pokok penjualan,
gaji dan upah, penyusutan.
b. Kerugian, yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban
yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa, seperti
misalnya rugi karena bencana kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva
tidak lancar.
Selisih antara total penghasilan (revenue) dan beban (expense) disebut
penghasilan bersih ( laba ). Didalam laporan laba rugi, keuntungan (gains) dan
kerugian biasanya disajikan secara terpisah, sehingga akan memberikan informasi
yang lebih baik dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk, yaitu
bentuk single-step dan bentuk multiple-step, yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Single-step
Pada bentuk ini semua penghasilan yang diperoleh dari berbagai kegiatan/
aktivitas dikelompokkan menjadi satu kelompok yang disebut kelompok

37

penghasilan, sedangkan untuk semua beban dikelompokkan ke dalam satu


kelompok yang disebut biaya. Penghasilan bersih (laba) merupakan selisih
antara kelompok penghasilan dan total kelompok beban.
b. Multiple-step
Pada bentuk ini penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap sesuai
dengan aktivitas perusahaan. Dengan demikian, semua penghasilan dan
beban disajikan sesuai dengan kegiatan/ aktivitas, yaitu kegiatan usaha, di
luar usaha dan luar biasa.
Bentuk-bentuk laporan rugi-laba adalah sebagai berikut :
1.

Perhitungan Rugi-Laba Bentuk Langsung (Single Step Form)


Tabel 2.3
Cox Co

Perhitungan Rugi-Laba
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2004
Pendapatan :
Penjualan bersih
Pendapatan bunga
Pendapatan sewa
Total pendapatan
Beban :
Harga pokok penjualan
Beban penjualan
Beban administrasi
Beban bunga
Total beban

$708.255
3.800
600
712.655

$ 525.305
74.620
34.890
2.440
637.255

Laba bersih

75.400

2. Perhitungan Rugi-Laba Bentuk Bertahap (Multiple Step Form)


Tabel 2.4
Cox Co
Perhitungan Rugi-Laba
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2004
Pendapatan dari penjualan:
Penjualan
Dikurangi:
Retur
dan
pengurangan
penjualan

$720.185
$6.140
5.790

11.930

38

Potongan penjualan
Penjualan bersih
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang
1 Januari 1990
Pembelian
Dikurangi: Retur dan pengurangan
pembelian
Potongan pembelian

$708.255

$59.700
$521.980
$9.100
2.525

11.625
$510.355
17.400

Pembelian bersih
Ditambah: Transportasi masuk
Harga pokok pembelian
Barang tersedia untuk dijual
Dikurangi Persediaan barang 31 Des 1990
Harga pokok penjualan

Laba kotor
Beban operasi:
Beban penjualan :
Gaji bagian penjualan
Beban iklan
Beban penyusutan peralatan took
Beban penjualan rupa-rupa

Total beban penjualan


Beban administrasi :
Gaji bagian kantor
Beban sewa
Beban penyusutan peralatan took
Beban asuransi
Beban perlengkapan kantor
Beban administrasi rupa-rupa
Total beban administrasi
Total beban operasi
Laba dari operasi
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan bunga
Pendapatan sewa
Total pendapatan lain-lain
Beban lain-lain :
Beban bunga
Laba bersih

Keterangan:

527.755
$587.455
62.150
525.305
$182.950

$60.030
10.860
3.100
630
$74.620
$21.020
8.100
2.490
1.910
610
760
34.890
109.510
$73.440
3.800
600
$4.400
2.440
1.960
$75.400

39

a) Pendapatan dari penjualan (Revenue from sales), yaitu seluruh total tagihan
kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai maupun secara
kredit. Retur dan pengurangan penjualan serta potongan penjualan
dikurangkan dari penjualan kotor untuk mendapatkan jumlah pendapatan
bersih.
b) Harga pokok barang yang terjual (Cost of merchandise sold), yaitu bagaimana
cara menetapkan angka yang penting, istilah lain yang kerap dipakai adalah
harga pokok barang yang dijual (Cost of good sold) atau harga pokok
penjualan (Cost of sales).
c) Laba kotor (Gross profit), yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dari
penjualan dan harga pokok penjualan, disebut kotor karena beban operasi
masih harus dikurangkan dari jumlah ini.
d) Beban operasi dibagi dalam dua bagian yaitu Beban penjualan (Selling
Expenses), yaitu beban yang timbul secara langsung dan seluruhnya
berhubungan langsung dengan penjualan barang dagangan.
e) Beban administrasi (Administratif expenses), yaitu beban yang timbul dalam
operasi administrasi atau umum perusahaan.
f) Laba dari operasi (Income from operation), yaitu selisih antara laba kotor
dengan total beban operasi. Jumlah laba dari operasi dan hubungannya dengan
investasi modal serta penjualan bersih merupakan factor penting untuk menilai
efisiensi manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan.
g) Pendapatan lain-lain (Other income), yaitu pendapatan dari sumber lain diluar
kegiatan perusahaan.

40

h) Beban lain-lain (Other Expenses), yaitu beban yang tidak dapat dikaitkan
dengan operasi.
i) Laba bersih (Net income), yaitu angka terakhir dalam perhitungan rugi-laba.
Laba (rugi) bersih merupakan penambahan (pengurangan) bersih pada modal
pemilik yang berasal dari kegiatan mencari laba.
3. Laporan Perubahan Modal
Contoh bentuk Laporan Perubahan Modal adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Kantor Pengacara Cecil Jameson
Laporan Perubahan Modal
Untuk Bulan yang Berakhir 31 Juli 2005
Modal Cecil Jameson, 1 Juli 2005
Tambahan investasi oleh pemilik
Laba bersih bulan ini

$
$

Dikurangi penarikan
Kenaikan dalam ekuitas pemilik
Modal Cecil Jameson, 31 Juli 2005

13.520,00

$
$

4.203,00
20.078,00

3.700,00
1.503,00
5.203,00
1.000,00

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)


Arus masuk dan arus keluar kas digolongkan dan dilaporkan menurut tiga
kategori : (1) aktivitas operasi, (2) aktivitas investasi, dan (3) aktivitas
pembiayaan/pendanaan
1.

Aktivitas Operasi (Operating Activities)


Termasuk ke dalam aktivitas operasi adalah transaksi-transaksi dan

kejadian-kejadian yang akan menentukan laba bersih. Penerimaan kas dari


penjualan barang atau pemberian jasa adalah arus kas masuk utama bagi
kebanyakan bisnis. Penerimaan kas lainnya berasal dari bunga, dividen, dan pos-

41

pos lainnya yang serupa. Pengeluaran kas terbesar adalah pembayaran untuk
pembelian persediaan, gaji, pajak, bunga, utilitas, sewa dan beban-beban sejenis.
Jumlah kas bersih yang diterima dari atau dikeluarkan untuk aktivitas operasi
merupakan angka utama dalam laporan arus kas. Sama halnya dengan laba bersih
yang digunakan untuk mengikhtisarkan segala sesuatu pada laporan laba rugi, kas
bersih dari aktivitas operasi merupakan hal yang paling penting atau bagian bawah
(bottom line) dari laporan arus kas.
Walaupun arus kas dari bunga atau dividen secara logis dapat
diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi atau pendanaan, namun FASB
memutuskan untuk mengklasifikasikan keduanya sebagai aktivitas operasi.
Prinsip dasarnya adalah karena Aktivitas Operasi berisikan pengaruh arus kas dari
pendapatan dan beban yang ada di laporan laba rugi.
2.

Aktivitas Investasi (Investing Activities)


Aktivitas investasi yang utama adalah pembelian dan penjualan tanah,

bangunan peralatan dan aktiva lainnya yang tidak dibeli untuk dijual kembali.
Aktivitas investasi jg termasuk pembelian dan penjualan instrumen keuangan
yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan, seperti halnya memberi dan menagih
pinjaman. Aktivitas-aktivitas tersebut terjadi secara rutin dan menyebabkan
adanya penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi tidak dikelompokkan sebagai
aktivitas operasi karena hanya berhubungan secara tidak langsung dengan
aktivitas operasi bisnis yang berjalan.
3.

Aktivitas Pendanaan (Financing Activities)

42

Termasuk dalam aktivitas pendanaan adalah transaksi dan kejadian di


mana kas diperoleh dari dan dibayarkan kembali kepada para pemilik (pendanaan
dengan ekuitas atau modal) dan para kreditor (pendanaan dengan utang).
Contohnya kas yang dihasilkan dari penerbitan saham dan obligasi akan
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Contoh lainnya adalah pembayaran
untuk saham yang diperoleh kembali (saham treasuri) atau untuk melunasi
obligasi dan pembayaran dividen juga diklasifikasikan sebagai aktivitas
pendanaan.
Sifat aktivitas pendanaan adalah sama, apa pun jenis industrinya, tetapi
aktivitas operasi dan aktivitas investasi berbeda untuk masing-masing jenis
industri. Sebagai contoh, aktivitas operasi dan investasi dari sebuah jaringan
supermaket sangat berbeda dibandingkan dengan perusahaan penjual pasir dan
batu kerikil. Tetapi proses peminjaman uang, penjualan saham, pembayaran
dividen kas dan pembayaran pinjaman adalah hampir sama bagi kedua jenis
perusahaan tersebut.
Berikut ini adalah bentuk laporan arus kas:
Tabel 2.6
Staples Corporation
Laporan Arus Kas
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2004
Arus kas dari aktivitas operasi:
Laba bersih
Penyesuaian:
Penyusutan
Amortisasi paten dan goodwill
Kenaikan wesel tagih dan piutang
Penurunan persediaan
Penurunan wesel bayar dan hutang
Arus kas bersih yang dihasilkan (digunakan) oleh
operasi
Arus kas dari aktivitas investasi:

$25.000
10.000
10.600
(5.400)
4.600
(2.500)
$42.300

43

Hasil penjualan tanah


Pembelian gedung dan peralatan
Investasi dalam saham perusahaan anak
Pembelian tanah dengan saham biasa
Arus kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas investasi

$30.000
(42.000)
(25.000)
(20.000)
(57.000)

Arus kas dan aktivitas pembiayaan :


Kenaikan wesel bayar jangka panjang
Penerbitan saham biasa untuk membeli tanah
Pembayaran deviden
Arus kas bersih yang dihasilkan (digunakan) oleh
aktivitas pembiayaan
Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas

$30.000
20.000
(15.000)
35.000
$20.000

Hubungan antara laporan keuangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


PERHITUNGAN RUGI LABA
Per,.
Pendapatan
Rp. xx
Beban Usaha
Rp. xx
Laba Bersih
Rp. xx
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per,.
Modal Awal
Rp. xx
Laba Bersih
Rp. xx
Prive
Rp. xx-/Rp. xx
Penambahan Modal
Rp. xx
Modal Akhir
Rp. xx
NERACA
Per,.
AKTIVA
Kas
Perlengkapan
Tanah

Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx

KEWAJIBAN
Jangka Pendek
Jangka Panjang

Rp. xx

MODAL PEMILIK
Modal

LAPORAN ARUS KAS


Per,.
Arus kas dari aktivitas operasi:
Kas diterima dari pelanggan
Kas dikeluarkan untuk beban dan kreditor
Arus Kas dari aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas investasi:
Pembayaran kas untuk akuisisi tanah
Arus kas dari aktivitas pendanaan:

Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx

Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx
(Rp. xx)

44

Kas yang diterima sebagai investasi pemilik


Dikurangi penarikan kas oleh pemilik
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
Arus kas bersih dan saldo kas per,

Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx
Rp. xx

Sumber : Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fess penerjemah Aria Farahmita, SE.
Ak.; Amanugrahani, SE. Ak.; Taufik Hendrawan SE. Ak. (dari buku Pengantar Akuntansi,
2005)

Analisis Laporan Keuangan


2.2.1

Pengertian Analisis Laporan Keuangan


pengertian analisis laporan keuangan menurut Dwi Prastowo Darminto

dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2005:30) adalah :


Suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi
dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan
pada masa mendatang .
Sedangkan pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri
Harahap dalam bukunya Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan
(2001:190) adalah :
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai
makna antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan .
Dari kedua pengertian diatas maka kesimpulan dari analisis laporan
keuangan adalah suatu proses membedah- bedah laporan keuangan ke dalam
komponen-komponennya,
komponen

dan

penelaahan

hubungan

diantara

mendalam

terhadap

komponen-komponen

masing-masing
tersebut

menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.

akan

45

2.2.2

Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan

tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan


keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih
baik. Selain itu, dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
pembandingan, evaluasi dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa
yang akan mungkin terjadi di masa depan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1.

Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja


serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang dilakukan menajemen
atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo D dalam bukunya Analisis Laporan

Keuangan mengungkapkan tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :


Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan, yaitu
misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih
alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai kondisi
dan kinerja keuangan di masa datang, sebagai proses diagnosis terhadap
masalah- masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya atau sebagai
alat evaluasi terhadap manajemen.
Dari semua tujuan diatas, yang terpenting dari analisis laporan keuangan
adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan
pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup

46

ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan


keputusan.

2.2.3

Kelemahan Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

1. Analisa laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya


kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisa
itu tidak salah.
2. Obyek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai
suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka- angka laporan
keuangan. Tetapi juga, harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan,
situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan
budaya masyarakat.
3. Obyek analisa adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat
beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka
misalnya :
a. Prinsip akuntansi
b. Size perusahaan

47

c. Jenis industri
d. Periode laporan
e. Laporan individual atau laporan konsolidasi
f. Jenis perusahaan aspek profit motive atau non profit motive
5. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu
mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena
masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.
6. Kelemahan analisa ratio
Teknik Analisa Ratio merupakan sebagian dari konsep Analisa Laporan
Keuangan. Teknik analisa ratio memiliki kelemahan sebagai berikut :
1). Rasio itu diambil dari data akuntansi yang juga memiliki sifat-sifat
tersendiri yang harus diketahui, dan memerlukan tafsiran tersendiri. Dan
bukan tidak mungkin data akuntansi itu sendiri mengandung data
manipulasi atau kesalahan-kesalahan lainnya. Perbedaan-perbedaan yang
sama- sama boleh dalam akuntansi misalnya perbedaan metode
penyusutan akan memberikan data keuangan yang berbeda, penilaian
persediaan, periode akuntansi, dan lain-lain.
2). Dalam menilai suatu rasio baik atau buruk analis harus hati-hati. Turn over
yang tinggi belum tentu baik. Mungkin perusahaan melakukan obral besarbesaran dan cenderung akan bangkrut atau mungkin jenis perusahaannya
berbeda. Ratio turn over untuk super market berbeda sekali dengan
perusahaan dealer mobil mewah misalnya.

48

3). Membandingkan dengan industrial ratio (yang belum ada di indonesia)


harus hati-hati, karena banyak trik-trik yang dilakukan manajemen yang
diperbaiki ratio.
4). Harus juga disadari bahwa laporan keuangan yang dianalisa tidak
menggambarkan perubahan nilai uang dan tenaga belinya.
5). Hati-hati terhadap kemungkinan adanya window dressing, income
smoothing, atau laporan konsolidasi.

2.2.4

Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan


Keterbatasan analisis laporan keuangan harus memperhatikan beberapa

keterbatasan laporan seperti :


1). Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dianggap
sebagai laporan mengenai keadaan saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya
satu- satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
2). Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran
pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini.
3). Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua
pihak, sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang
sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan.

49

4). Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksirn dan
berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang
ada yang sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba
maupun asset.
5). Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. Demikian pula,
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap kelayakan laporan keuangan
6). Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Dalam keadaan lain disebutkan jika
ada indikasi rugi maka harus dicatat tetapi jika ada indikasi laba tidak boleh
dicatat.
7). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8). Akuntansi didominasi informasi kuantitatif. Informasi yang bersifat kualitatif
dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan, namun bisa
saja informasi kuantitatif dapat gambaran atau indikasi informasi kualitatif.
9). Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, tetapi hal ini tidak tergambar
dalam laporan keuangan.

50

2.2.5

Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan

menjadi dua klasifikasi, yaitu metode analisis dinamis (horizontal) dan metode
analisis statis (vertikal).
1) Metode analisis dinamis (horizontal), adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa
tahun

(periode),

sehingga

dapat

diketahui

perkembangan

dan

kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena analisis ini


membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda (bergerak dari
tahun ke tahun).
Teknik- teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara
lain teknik analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber
dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.
2) Metode analisis statis (vertikal), adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu,
yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang
sama. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan
pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.
Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara
lain teknik analisis prosentase per-komponen (Common-Size), analisis
ratio dan analisis impas.

51

Analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan berbagai


metode dan teknik analisis tersebut, dan yang telah difokuskan pada area analisis
yang jelas akan menghasilkan dua informasi yang penting, yaitu informasi
mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Informasi yang
diperoleh dari hasil analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tersebut
akan menjadi bahan pertimbangan (masukan) bagi para pemakai laporan
keuangan (baik intern maupun ekstern) dalam pengambilan keputusan ekonomi
yang menyangkut perusahaan yang dianalisis.
Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi
berbagai unit kecil, sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, arus kas
(dana). Jika analisa laporan keuangan merupakan upaya untuk mencari hubungan
antara berbagai pos yang ada di laporan keuangan perusahaan, maka dalam
kegiatan ini penulis perlu mengetahui teknik analisis laporan keuangan lainnya.
Dari berbagai sumber bacaan dan sumber teori, maka penulis mencoba
untuk menjelaskan teknik analisis laporan keuangan. Penulis mengutip pendapat
Sofyan Syafri Harahap yang mengatakan teknik analisa laporan keuangan ini
diberi nama Critical Technique. Dalam menganalisa laporan keuangan
menurutnya dengan menerapkan teknik ini, maka cara yang paling tepat adalah
menerapkan metode terintegrasi. Yang dimaksud dengan metode ini adalah
dengan memanfaatkan keseluruhan teknik secara total, sehingga sampai pada
tujuan analisis laporan keuangan, yaitu membongkar habis semua data yang
terdapat dalam laporan keuangan serta yang mungkin tidak terdapat didalamnya.

52

Secara eksplisit dan proyeksi kemungkinan kejadian yang akan timbul dimasa
yang akan datang.
Adapun pedoman dan beberapa teknik dalam menganalisis laporan
keuangan yaitu :
A. Teknik analisis laporan keuangan komprehensif (Terintegrasi)
1. Menilai keandalan laporan dan periode laporannya
Yaitu sejauh mana laporan keuangan yang akan dianalisis dapat dipercaya.
2. Lakukan analisis perubahan modal kerja atau arus kas
Analisis laporan perubahan modal kerja atau arus kas ini sebagian
dilakukan dengan melalui penelusuran kembali transaksi perusahaan,
dengan demikian dalam menyusun laporan modal kerja perusahaan
sekaligus dapat melakukan analisis laporan keuangan dua periode. Analisis
ini banyak membantu mengetahui kesalahan pembukuan.
3. Membuat laporan konsolidasi
Dalam menyusun laporan konsolidasi maka akan dapat ditelusuri transaksi
antara perusahaan sehingga akan kelihatan atau kemungkinan kesalahankesalahan.
4. Mereview inter related account.
Maksudnya adalah perkiraan yang saling berkaitan antara pos satu dengan
pos lain. Misalnya pos utang dengan pos penjualan kredit. Hal ini sangat
bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan dan ketelitiannya.
5. Penggunaan segmen bisnis perusahaan yang dianalisis

53

Yaitu seseorang yang dapat mengenal bidang usaha tertentu secara


mendalam dapat menilai kewajaran suatu laporan keuangan dibandingkan
dengan yang belum mengetahui jenis bisnis.
6. Meneliti lebih mendalam beberapa transaksi yang bersifat :
Related parties transaction (hubungan istimewa), transaksi ini adalah
transaksi yang terjadi antara perusahaan atau individu. Misalnya transaksi
antara perusahaan dengan direksi komisaris cabang.
7. Menghitung dan menafsirkan rasio keuangan lazim, kemudian rasio ini
dibandingkan dengan situasi :
a. Ekonomi Internasional
b. Ekonomi nasional
c. Rasio rata-rata industri atau bisnis
d. Rasio periode demi periode
e. Rasio standar atau budget
8. Memahami metode dan cara penyusunan analisis laporan keuangan.
Dengan memahami dan menguasai cara dan metode penyusunan suatu
laporan keuangan maka secara otomatis dapat menganalisis laporan
keuangan dan mengerti kesalahan yang dikandungnya.
9. Menilai laporan akuntan
Dengan melihat hasil laporan akuntan maka dapat menilai laporan
keuangan dari hasil audit akuntan, memahami opini akuntan, prosedur
akuntansinya dan teknik pemeriksaan yang dilakukannya.

54

10. Menguasai konsep dan teknik analisis laporan keuangan, filosofi rasio,
tujuan dan kegunaannya.
Sebagaimana diketahui konsep analisis ini adalah memaksimalkan
informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan, untuk itu maka perlu
menggunakan beberapa teknik analisis laporan keuangan.
11. Memahami prinsip dan kebijakan akuntansi.
Prinsip dan kebijakan akuntansi menentukan isi laporn keuangan yang
menjadi objek analisis. Perbedaan standar yang dianut akan menimbulkan
perbedaan laporan keuangan. Oleh karena itu, harus menguasai prinsip dan
kebijakan akuntansi yang dianut.
12. Memahami situasi yang dihadapi perusahaan.
Yang harus dipahami adalah bidang usaha, jenis industri, sejarah
perusahaan, resiko yang mungkin dihadapi, gaya manajemen, pemilik dan
prospek industri yang bersangkutan.
13. Tujuan disusunnya laporan keuangan.
Di indonesia sering terjadi laporn keuangan yang disusun untuk tujua yang
berbeda, ada laporan keuangan yang disusun untuk kepentingan pajak,
bank, persero dan lain-lain. Laporan keuangan yang disusun untuk bank
biasanya bersifat optimis cenderung over stated, sedangkan laporan
keuangan yang disusun untuk kepentingan pajak sering pesimis atau
understated.
14. Bentuk perusahaan.

55

Laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan yang go public akan


lebih diyakini dibandingkan dengan yang bukan go public.
15. Sistem pengawasan di perusahaan yang menghasilkan laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dibuat dalam suatu perusahaan yang sistem
akuntansinya tertata dengan baik dengan sistem pengawasan internal yang
baik akan lebih diyakini dan lebih lengkap dibandingkan dengan laporan
yang dibuat dari situasi internal kontrol yang lemah.

16. Ketaatan kepada peraturan maupun agama.


Laporan keuangan yang dibuat dari suatu perusahaan yang dikomandoi
oleh manajemen yang relatif taat pada peraturan dan atau agama relatif
lebih diyakini daripada manajemen yang kurang taat pada norma
agamanya.
17. Menilai kualitas comparability.
Yaitu perbandingan jika laporan keuangan dibandingkan maka manfaat
perbandingan itu hanya diperoleh jika dasar penyusunan masing-masing
periode yang diperbandingkan sama.
B. Teknik laporan keuangan biasa
1. Metode Komparatif.
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan
keuangan dan membandingkan dengan angka-angka laporan keuangan
lainnya. Misalnya perbandingan dalam beberapa tahun contohnya, laporan

56

keuangan tahun 2001 dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2002,


atau perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan).
2. Metode Analisis
Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan
beberapa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini
biasanya dibuat melalui grafik. Dan untuk itu perlu dibantu oleh
pengetahuan statistik misalnya menggunakan linear programming, rumus
chi square, rumus y= a + bx.

3. Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam).


Metode ini merupakan metode analisis yang menjadikan laporan keuangan
dalam bentuk presentasi. Presentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu
jumlah yang dinilai penting, misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk
laba rugi.
4. Metode Index Time Series.
Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk mengkonversikan
angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang
diberi indeks 100. untuk menghitung indeks maka digunakan rumus
sebagai berikut :
Indeks 2001 =

Angka laporan keuangan 2001


Angka dasar

X 100 %

5. Rasio Laporan Keuangan


Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu
dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio

57

keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu


dengan pos lainnya.
Adapun rasio keuangan yang popular adalah :
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan semua kebutuhan jangka pendek. Adapun yang
termasuk dalam rasio likuiditas adalah :

a. Rasio Lancar
Adalah kemampuan untuk membayar kewajiban yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100 %,
berarti aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar.
Rasio Lancar =

Aktiva Lancar
X 100 %
Kewajiban Lancar

b. Rasio Cepat (Quick ratio)


Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin
baik, rasio ini disebut juga dengan acid test ratio. Angka rasio ini tidak
harus 100 % atau 1 : 1.
Rasio Cepat =

Aktiva Lancar Persediaan X 100 %


Utang Lancar

c. Rasio Kas atas Aktiva Lancar

58

Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva
lancar.
Rasio kas atas aktiva lancar =

Kas
X 100 %
Aktiva Lancar

d. Rasio Kas atas Hutang Lancar


Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat menutupi hutang
lancar.
Rasio kas atas hutang lancar =

Kas
X 100 %
Hutang Lancar

e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva


Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total aktiva.
Rasio aktiva lancar dan total aktiva =

Aktiva Lancar X 100 %


Total Aktiva

f. Aktiva Lancar dan Total Hutang


Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total kewajiban perusahaan.
Aktiva lancar dan total hutang =

Aktiva Lancar X 100 %


Total Kewajiban

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara lain :
a. Rasio Hutang atas Modal

59

Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat


menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik.
Rasio hutang atas aktiva =

Total Hutang
Equity

X 100 %

b. Debt Service Ratio


Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan
penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan
pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar perusahaan dapat
menutupi semua hutang-hutangnya.
Debt service ratio =

Laba bersih + Bunga + Penyusutan + Non Kas


Pembayaran bunga dan Pinjaman

c. Rasio Hutang atas Aktiva


Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih
besar rasionya maka lebih aman, supaya aman porsi hutang terhadap
aktiva harus lebih kecil.
Rasio hutang atas aktiva =

Total Hutang
Total Aktiva

X 100 %

Rasio Profitabilitas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga
operating ratio. Rasio profitabilitas antara lain :

60

a. Profit Margin
Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik
karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi.
Profit margin =

Pendapatan Bersih X 100 %


Penjualan

b. Return On Total Assets


Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai aktiva.
Return on total assets =

Laba Bersih
Total Aktiva

X 100 %

c. Return On Investment
Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Semakin besar maka akan semakin baik.
Return on Investment =

Laba Bersih
Total Modal

X 100 %

d. Operating Ratio
Menunjukan biaya operasi per rupiah penjualan, semakin besar rasio ini
berarti semakin buruk.
Operating ratio =

Harga pokok penjualan + Total biaya


Penjualan Bersih

X 100 %

61

Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya. Rasio ini menunjukan bagaimana sumber daya telah
dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio
aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi
perusahaan dalam industri. Yang termasuk dalam rasio ini adalah :

a. Receivable Turn Over


Rasio ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar
semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.
Receivable turn over =

Netto Sales
Average Receivable

X 100 %

C. Model dan Teknik Analisis Lainnya


1. Analisis Break Even
Analisis ini sering digunakan dalam perencanaan perusahaan. Dalam
analisis laporan keuangan rumus ini digunakan untuk mengetahui :
a. Hubungan antara penjualan, biaya dan laba.
b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan variabel.
c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin untuk
menutupi biaya tetap.

62

d. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menentukan biaya


dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba/ rugi.
2. Analisis Laba Kotor
Analisis ini lazim digunakan dalam perencanaan keuangan dan budgeting
namun teknik ini bisa digunakan di analisis laporan keuangan dengan
menggunakan data penjualan, biaya variabel (biaya pokok produksi) dan
laba kotor.

3. Analisis Hubungan (Analitycal Review)


Analisis ini dikenal dalam ilmu auditing/ pemeriksaan. Teknik ini dapat
digunakan dalam menganalisis laporan keuangan dengan cara melihat
hubungan antara satu pos dengan pos lainnya.
4. Metode Analisis/Prediksi atas Rating
Beberapa metode prediksi yang dikenal adalah :
a. Bound Rating
Digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan
dipasar modal.
b. Backruptcy Model
Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan
bangkrut.
c. Net Cash Flow Prediction Model

63

Untuk mengetahui berapa besar arus kas bersih masuk perusahaan


tahun depan.
d. Take Over Prediction Model
Untuk mengetahui kapan kemungkinan perusahaan ini akan diambil
alih oleh perusahaan lainnya.

2.2.6

Persyaratan Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan yang Baik


Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis

laporan keuangan agar analisis tersebut berguna dalam pengambilan keputusan


diantaranya terdiri dari :
1). Kualifikasi analisis laporan keuangan
Kualifikasi yang baik dan adanya kejelasan mengenai siapa yang harus
melakukan analisis tersebut, serta seorang analisis harus memenuhi
persyaratan diantaranya :
a. Harus memahami cara menganalisis laporan keuangan
b. Harus memahami teknik menganalisis laporan keuangan
c. Harus memahami konsep akuntansi
d. Harus memahami segmen bisnis
e. Harus diketahui latar belakang pendidikan analisis tersebut
2). Ketepatan waktu analisis
Laporan keuangan harus relevan dan andal artinya disajikan tepat waktu
serta keseimbangan antara biaya dan manfaat.
3). Menilai reliability terhadap laporan keuangan

64

a. Laporan keuangan disajikan menurut SAK yang ditetapkan oleh Ikatan


Akuntan Indonesia
b. Metode dan kebijakan akuntansi harus ditetapkan secara konsisten
c. Laporan keuangan yang disajikan harus diungkapkan sebagaimana
mestinya
d. Semua karakteristik kualitatif harus melekat pada laporan keuangan
e. Apakah laporan keuangan itu diaudit oleh auditor ekstern atau tidak
4). Adanya hasil analisis secara tertulis
Agar informasi yang dihasilkan lebih efektif, maka hal yang harus
diperhatikan adalah penyajian laporan keuangan. Analisis atas laporan
keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Maka dapat
diartikan bahwa analisis laporan keuangan harus disajikan secara tertulis.
5). Digunakannya teknik analisa umum
Teknik analisa yang sering digunakan adalah dengan analisis ratio utama
yaitu :
a. Analisis profitabilitas atau rentabilitas
b. Analisis likuiditas
c. Analisis solvabilitas
d. Analisis aktivitas
6). Membandingkannya dengan kinerja masa lalu
Analisis laporan keuangan yang dilakukan akan lebih tajam apabila angkaangka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut
dapat berupa standar internal yang diterapkan oleh manajemen,

65

perbandingan historis atau membandingkan angka- angka keuangan tahun


lalu dengan angka-angka keuangan tahun sekarang.

2.3

Kinerja

2.3.1

Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance (Prestasi Kerja yang

dicapai seseorang). Untuk meningkatkan kinerja karyawan yang baik, maka


perusahaan dan karyawan haruslah menguntungkan. Dimana perusahaan harus
memperhatikan kebutuhan dan keinginan karyawan baik itu berupa materi
maupun moril, sedangkan karyawan haruslah bekerja dengan baik agar
tercapainya tujuan perusahaan yang diharapkan.
Pengertian kinerja menurut Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya
Manajemen dan Evaluasi Kinerja (2005:1), mengemukakan bahwa :
Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu.
Sedangkan pengertian kinerja menurut Moh. Pabundu Tika dalam
bukunya Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan
(2005:121), mengemukakan bahwa :
Kinerja adalah merupakan hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu.
Dari pengertian kinerja diatas dapat diartikan bahwa kinerja merupakan
kemampuan kerja suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan.

66

2.3.2

Evaluasi Kinerja
Evaluasi

kinerja

disebut

juga

performance

evaluation

atau

performance appraisal. Appraisal berasal dari kata latin appratiare yang


berarti memberikan nilai atau harga. Dengan demikian, evaluasi kinerja berarti
memberi nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan untuk itu
diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan
cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada
pekerja.
Evaluasi kinerja menurut Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya
Manajemen dan Evaluasi Kinerja mendefinisikan bahwa :
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian
pelaksanaan tugas (Performance) seseorang atau sekelompok orang atau
unit- unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan
standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.
Evaluasi kinerja atau yang dapat pula disebut penilaian prestasi kerja
merupakan bagian dari fungsi manajemen yang penting yaitu evaluasi dan
pengawasan (evaluating and controlling). Evaluasi kinerja sekarang ini
merupakan keharusan, dan sudah terus-menerus dilakukan, terutama dengan
melibatkan para pelanggan. Para pelanggan sering diminta memberikan evaluasi
misalnya terhadap kualitas barang uang dijual, kualitas pelayanan yang diberikan,
sikap karyawan yang melayani, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tidak perlu
ditakutkan bahkan harus disambut baik. Sebagai bagian dari fungsi manajemen,
proses evaluasi kinerja mengikuti tahapan perencanaan, pembinaan, dan
pelaksanaan evaluasi.

67

2.3.3

Tujuan Evaluasi Kinerja


Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan

tujuan perusahaan. Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui


posisi perusahaan, terutama bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan. Bila
terjadi kelambatan, harus dicari penyebabnya, diupayakan mengatasinya, dan
dilakukan percepatan. Demikian juga bila terjadi penyimpangan, harus segera
dicari penyebabnya untuk diatasi dan diluruskan atau diperbaiki sehingga dapat
mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana direncanakan semula.
Kinerja perusahaan merupakan akumulasi kinerja unit-unit organisasi dan
kinerja semua individu mulai dari pekerja operasional hingga manajemen. Oleh
sebab itu, evaluasi kinerja unit- unit organisasi dan evaluasi kinerja perorangan
perlu dilakukan supaya dapat mengetahui simpul-simpul keterlambatan dan atau
penyimpangan untuk kemudian diatasi dan diperbaiki.
Evaluasi kinerja perusahaan dimaksudkan untuk mengetahui posisi dan
tingkat pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi
kelambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau
tujuan dapat tercapai. Hasil evaluasi kinerja perusahaan juga digunakan untuk
menyusun rencana kerja perusahaan selanjutnya.

2.3.4

Tolok Ukur Penilaian Kinerja


Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau evaluasi kinerja

kelompok atau evaluasi kinerja perusahaan membutuhkan tolok ukur sebagai alat

68

pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat berbeda sesuai dengan sifat
pekerjaan atau jabatan masing-masing. Beberapa jenis tolok ukur diuraikan
dibawah ini.
1. Sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam
rencana kerja.
2. Standar umum, baik yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh
instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional
atau internasional.
3. Standar yang ditetapkan secara khusus misalnya dalam menerima kerja
kontrak.
4. Uraian tuga atau uraian jabatan menggambarkan pekerjaan atau tugas yang
harus dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan.
5. Misi dan atau tugas pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan
pekerjaan apa yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu
tertentu.

2.3.5

Hubungan Kinerja Perusahaan dengan Analisis Laporan Keuangan


Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai

laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Performansi suatu


perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan, dari laporan keuangan
tersebut dapat diketahui keadaan finansial dari hasil- hasil yang telah dicapai
perusahaan selama periode tertentu. Menurut Harington (2003:1), menyebutkan
bahwa :

69

The primary resources of information these analyst use to evaluate a


firm performance are its financial statement, the historical record of its past
performance.
Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah bahwa tingkat kesehatan
perusahaan dapat diketahui melalui analisis atau interpretasi terhadap laporan
keuangan.
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan, sehingga dapat menggunakannya sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Interpretasi atau analisis laporan keuangan suatu
perusahaan adalah sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing
berbeda.
Selanjutnya dikatakan pula oleh Harington ( 2003:1), bahwa :
The financial performance of corporation is a vital intens to many
groups and individual.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan
yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi para
pemakai laporan keuangan tersebut.
Hubungan antara kesehatan perusahaan dengan analisis laporan keuangan
adalah seperti dikemukakan oleh Martin ( 2002:421), yaitu :
Financial analysis involves the assesment of a firm past, present,
anticipated future financial condition the objective is to identity any weakness
in the firms financial health that could lead to future problems and to
determine any strength the firms might capitalize upon.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

70

a. kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan selanjutnya


dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut, yaitu dengan cara melakukan analisis atau interpretasi terhadap
laporan keuangan.
b. Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan, untuk membantu mereka
dalam proses pengambilan keputusan.
c. Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan maka dapat membantu
manajemen dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kondisi
keuangan di masa yang akan datang.
Sebagaimana diuraikan dimuka bahwa analisis terhadap laporan keuangan
adalah membandingkan elemen- elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan
laba rugi pada suatu saat tertentu, maka dapat diperoleh gambaran mengenai
kinerja perusahaan.
Sehubungan dengan itu maka pimpinan perusahaan dapat mengadakan
perbaikan-perbaikan, penyusunan rencana dan kebijakan-kebijakan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dan juga untuk dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan atas hasil-hasil yang telah dicapai pada periode
sebelumnya.
Salah satu faktor yang sangat penting sehubungan dengan diadakannya
analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan yaitu dengan melakukan
analisis terhadap laporan keuangan yang berperan dalam berbagai hal seperti :
a. Menentukan laba periode yang akan datang

71

b. Mengambil keputusan untuk investasi


c. Dapat meningkatkan efisiensi
d. Dapat menentukan kebijakanantisipasi hutang.
Disamping itu dengan menganalisis laporan keuangan dapat diketahui
kinerja perusahaan dan efisiensi dari manajemen pada suatu periode tertentu.

Mengenal Akuntansi Syariah


Pengertian Akuntansi Syariah
Jika kita cermati surat Al-Baqarah ayat 282, Allah
memerintahkan untuk melakukan penulisan secara benar atas
segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan
muamalah. Dari hasil penulisan tersebut dapat digunakan
sebagai informasi untuk menentukan apa yang akan diperbuat
oleh seseorang. Sehubungan dengan ini, beberapa definisi
akuntansi dapat disajikan, diantaranya :
Littleton
mendefinisikan,
tujuan
utama
dari
akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan
periodik antara biaya (usaha) dari hasil (prestasi).
Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan
merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan
dalam mempelajari akuntansi.
APB (Accounting Principle Board) Statement No. 4
mendefinisikan debagai berikut akuntansi adalah
suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang
mengenai suatu badan ekonomi yang dimagsud
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara
beberapa alternatif

72

AICPA (American Institute of Certified Public


Accountant) mendefinisikan sebagai berikut:
Akuntansi adalah seri pencatatan, penggolongan,
dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan
hasilnya.
Dalam keterangan ini penulis menyimpulkan bahwa
pengertian Akuntansi Syariah jika ditinjau dari secara etimologi ,
kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, accounting, dalam
bahasa Arabnya disebut Muhasabah yang berasal dari kata
hasaba, hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah
hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan
mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung
dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam
pembukuan tertentu
Menurut Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku
Akuntansi Syariah halaman 57 mendefinisikan akuntansi
sebagai berikut :
Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur berkaitan
dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan,
keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat dan jumlahjumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta
berkaitan dengan pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang
berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan
keputusan-keputusan tersebut untuk membentu pengambilan
keputusan yang tepat. Melalui definisi ini kita dapat membatasi
karakteristik muhasabah dalam poin-poin berikut ini :
1.

Aktifitas yang teratur.

73

2.

Pencatatan :
a.

Transaksi-transaksi, tindakan-tindakan dan


keputusan-keputusan yang sesuai dengan
hukum .

b.

Jumlah-jumlahnya.

c.

Didalam catatan-catatan yang representatif.

3.

Pengukuran hasil-hasil keuangan.

4.

Membantu pengambilan keputusan yang tepat.

Menurut Sofyan S. Harahap dalam ( Akuntansi Social


ekonomi dan Akuntansi Islam hal 56 ) mendefinisikan :
Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah
penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.
Akuntansi syariah ada dua versi, Akuntansi syariah yang yang
secara nyata telah diterapkan pada era dimana masyarakat
menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW,
Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya. Kedua Akuntansi
syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan
ekonomi dan sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai
kapitalis yang berbeda dari sistem nilai Islam. Kedua jenis
akuntansi itu bisa berbeda dalam merespon situasi masyarakat
yang ada pada masanya. Tentu akuntansi adalah produk
masanya yang harus mengikuti kebutuhan masyarakat akan
informasi yang disuplinya

Prinsip dalam Akuntansi Syariah


Nilai pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran selalu
melekat dalam sistem akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut

74

tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal dalam


operasional akuntansi syariah. Apa makna yang terkandung
dalam tiga prinsip umum tersebut? Berikut uraian ketiga prinsip
yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 282.

Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan
konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat
muslim.Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan
konsepamanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah
merupakan hasil transaksi manusia dengan sag Khaliq mulai
dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai
khalifah dimuka bumi. Manusia dibebani amanah oleh Allah
untuk menjalankan fungsi-fungsi kekhalifahannya. Inti
kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
Banyak ayat Al-quran yang menjelaskan tentang proses
pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah
di muka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah
bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan
dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait. Wujud
pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan
akuntansi.
Prinsip Keadilan
Jika ditafsirkan lebih lanjut, ayat 282 surat Al-Baqarah
mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi.
Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat

75

penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga


merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam fitrah
manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya
memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam
setiap aspek kehidupannya.
Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat
282 surat Al-Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa
setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dicatat
dengan benar. Misalnya, bila nilai transaksi adalah sebesar
Rp. 100 juta maka akuntansi (perusahaan akan mencatatnya
dengan jumlah yang sama; Dengan kata lain, tidak ada
window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
Dengan demikian, kata keadilan dalam konteks aplikasi
akuntansi mengandung dua pengertian, yaitu: Pertama
adalah berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran, yang
merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini,
informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan
sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih
fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah
dan moral). Pengertian kedua inilah yang lebih merupakan
sebagai pendorong untuk melakukan upaya-upaya
dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju
pada bangun akuntansi (alternatif) yang lebih baik.
Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan
dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam
akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah
pengakuan, pengukuran dan pelaporan. Aktivitas ini akan
dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai

76

kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan


dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksitransaksi ekonomi.
Kebenaran dalam Al-Quran tidak diperbolehkan untuk
dicampur adukkan dengan kelebathilan. Namun, barangkali
ada pertanyaan dalam diri kita, siapakah yang berhak
menentukan kebenaran? Untuk hal ini tampaknya kita masih
terkendala, namun sebagian muslim, selayaknya kita tidak
risau atas hal tersebut. Sebab Al-Qurantelah menggariskan,
bahwa ukuran, alat atau instrumen untuk menetapkan
kebenaran tidaklah berdasarkan nafsu

Pendekatan dalam Akuntansi Syariah


Pendekatan yang ada dalam akuntansi syariah ini ditinjau
dari pendekatan tradisional yang telah dapat diterima lebih tinggi
disbanding pendekatan baru. Beberapa pendekatan tradisional
adalah :
1. Pendekatan Nonteoritis,praktis, atau pragmatis
2. Pendekatan teoritis
3. Deduktif
4. Induktif
5. Etis
6. Sosiologis
7. Ekonomis
Pendekatan Nonteoritis, praktis, atau pragmatis
Pendekatan nonteoritis adalah suatu pendekatan pragmatis
(atau praktis) dan suatu pendekatan otoriter. Pendekatan

77

pragmatis adalah pembentukan suatu teori yang berciri khas


sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori
tersebut mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara
penyelesaian yang pragtis sebagaimana yang diusulkan. Menurut
pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi harus dipilih karena
kegunaannya bagi pemakai informasi akuntansi dan relevansinya
tergadap proses pengambilan keputusan. Kegunaan atau faedah
mengandung arti bahwa sesuatu sifat yang menjadi sesuatu
bermanfaat untuk membantu atau mempermudah mencapai
tujuan yang dimagsudkannya.
Pendekatan otoriter adalah adalah perumusan suatu teori
akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi
professional, dengan menerbitkan pernyataan sebagai peraturan
praktik akuntansi. Oleh karena pendekatan otoriter juga
berusaha memberikan cara penyelesaian yang praktis. Kedua
pendekatan ini beranggapan bahwa teori akuntansi dengan
teknik akuntansi yang dihasilkan harus didasarkan pada
kegunaan akhir laporan keuangan jika akuntansi menghendaki
mempunyai satu fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain suatu
teori yang tanpa konsekwensi praktis merupakan teori yang
buruk.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang digunakan
dalam membentuk teori yang dimulai dari dalil-dalil dasar
tindakan-tindakan dasar untuk mendapatkan kesimpulamn logis
tentang pokok yang sedang dipertimbangkan. Jika diterapkan
dalan akuntansi, maka pendekatan deduktif dimulai dengan dalil
dasar akuntansi atau alaan dasar akuntansi dan tindakan dasar
akuntansi untuk mendapatkan prinsip akuntansi dengan cara

78

yang logis yang bertindak sebagai penentun dan dasar


pengembangan teknik akuntansi.
Pendekatan ini berjalan dari umum (dalil dasar tentang
lingkungan akuntansi) ke khusus (pertama ke prinsip akuntansi,
dan kedua pada teknik akuntansi). Apabila pada saat ini kita
beranggapan, bahwa dalil dasar tentang lingkungan akuntansi
terdiri dari tujuan dan pernyataan, maka langkah yang digunakan
bagi pendekatan deduktif akan meliputi sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan laporan keuangan
2. Memilih aksioma akuntansi
3. Memperoleh prinsip akuntansi
4. Mengembangkan teknik akuntansi.
Oleh karena itu, menurut teori akuntansi yang diperoleh
secara deduktif, teknik ini berkaitan dengan prinsip dan aksioma
serta menurut suatu cara yang sedemikian rupa sehingga
apabila prinsip dan oksioma serta tujuan benar, maka teknik pun
harus menjadi benar. Struktur teoritis akuntansi ditetapkan
menurut rangkaian tujuan, aksioma, prinsip, teknik yang
bertumpu pada suatu perumusan tujuan akuntansi yang tepat.
Dalam hal ini diperlukan juga suatu perumusan tujuan akuntansi
yang tepat. Dalam hal ini diperlukan juga suatu pengujian yang
tepat terhadap suatu teori yang dihasilkan.
1. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif terhadap pembentukan suatu teori
dimulai dari pengamatan dan pengukuran serta menuju kea rah
kesimpulan yang digeneralisasi. Apabila diterapkan pada
akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari pengamatan
informasi keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan,

79

atas dasar hubungan kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi.


Penjelasan-penjelasan deduktif dikatakan berjalan dari khusus
menuju kea rah umum. Pendekatan induktif pada suatu teori
melibatkan empat tahap:
a. Pengamatan dan pencatatan seluruh pengamatan;
b. Analisis dan pengklasifikasian pengamatan tersebut
untuk mencari hubungan yang berulang kali
yaknihubungan yang sama dan serupa;
c.

Pengambilan generalisasi dan prinsip akuntansi


induktif dari pengamatan tersebut yang
menggambarkan hubungan yang berulang terjadi;

d. Pengujian generalisasi
Tidaklah seperti halnya dengan masalah pengambilan
keputusan secara deduksi, kebenaran atau kepalsuan dalil tidak
tergantung pada dalil lain tetapi harus dibuktikan secara
empiris.sedangkan dalam hal induksi, kebenaran dalil tergantung
pada pengamatan kejadian yang cukup memadai dari hubungan
yang berulang kali terjadi. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan kalau beberapa penulis induktif terkadang
mengemukakan pemikiran deduktif, dan penulis deduktif
terkadang mengemukakan pemikiran induktif. Juga menarik
perhatian untuk diperhatikan bahwa ketika Littleton, seorang
teoritis induktif, dan Paton seorang teoritikus deduktif bekerja
sama, hasilnya bersifat campuran, yang membuktikan suatu
perpaduan antara dua pendekatan.
2. Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsepkonsep keadilan, kejujuran, kebenaran, serta kewajaran. Konsep

80

tersebut digunakan oleh D. R Scott sebagai criteria utama untuk


perumusan suatu teori akuntansi. Ia menyatakan perlakuan yang
justice dengan perlakuan yang setara atau sama (equitable),
terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, menyamakan
laporan akuntansi yang truth dengan laporan akuntansi yang
true dan accurate tanpa kesalahan penyajian; dan menyamakan
fairness dengan penyajian yang fair, unbiased, dan impartical.
Spacek satu langkah lebih maju dalam rangka menegaskan
keunggulan konsep kewajaran:
Suatu pembahasan tentang aktiva kewajiban,
penghasilan, dan biaya belumlah saatnya dan
tidak ada gunanya sebelum menentukan prinsip
dasar yang akan menghasilkan suatu penyajian
data

yang

keuangan

wajar

dan

dalam

laporan

bentuk

akuntansi

keuangan.

Kewajaran

akuntansi dan laporan ini harus ada dan untuk


masyarakat tersebut mewakili berbagai golongan
masyarakat kita
Kewajaran

merupakan

suatu

tujuan

yang

diperlukan sekali dalam pembentukan suatu teori


akuntansi

apabila

apapun

yang

dipaksakan

pada

dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara


empiris dan apabila dioperasikan melaliu suatu definisi
yang memadai dan melalui pengenalan sifat-sifatnya.
3. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis perumusan suatu teori akuntansi
menekankan pengaruh social terhadap teknik akuntansi.
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan etis yang
memusatkan pada suatu konsep kewajaran yang lebih luas, yakni

81

kesejahteraan social. Menurut pendekatan sosiologis, suatu


prinsip atau teknik akuntansi akan bermanfaat bagi
pertimbangan kesejahteraan social. Untuk mencapai tujuan
tersebut, pendekatan sosiologis menganggap eksistensi nilainilai social yang terbentuk yang dapat dipergunakan sebagai
criteria penentuan teori akuntansi.
Pendekatan sosiologis dalam perumusan teori akuntansi
telah membantu evolusi suatu cabang ilmu akuntansi baru, yang
disebut Akuntansi Sosio-ekonomi. Tujuan utama sosio-ekonomi
adalah mendorong badan usaha berfungsi dalam suatu system
pasar bebas untuk mempertanggungjawabkan aktivitas produksi
sendiri terhadap lingkungan social melaliu pengukuran,
internalisasi, dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Bertahun-tahun perhatian terhadap cabang ilmu tersebut
semakin meningkat akibat meningkatnya dukungan terhadap
tanggung jawab social, yang menitikberatkan pada ukuran
social tergantung pada nilai-nilai social, dan memenuhi suatu
criteria kesejahteraan social, kemungkinan akan memainkan
suatu peran penting dalam perumusan suatu teori akuntansi di
masa yang akan datang.
4. Pendekatan Ekonomis
Pendekatan ekonomi terhadap suatu perumusan suatu
teori akuntansi menitikberatkan pengendalian perilaku indicator
makroekonomi yang diakibatkan oleh pemakaian berbagai teknik
akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan pada
konsep kesejahteraan social, pendekatan ekonomi
memfokuskan pada konsep kesejahteraan ekonomi umum.
Menurut pendekatan ini, pemilihan teknik akuntansi yang
berbeda tergantung pada pengaruhnya terhadap kebaikan
perekonomian nasional. Swedia merupakan contoh yang lazim

82

sebagai Negara yang menyesuaikan kebijakan akuntansinya


dengan kebijakan makroekonomi laainnya. Lebih tegasnya,
pemilihan teknik akuntansi akan tergantung kepada situasi
ekonomi tertentu. Missal metode masuk terakhir keluar pertama
(last In First Out-LIFO) akan menjadi teknik akuntansi yang lebih
menarik dalam suatu periode inflasi yang terus berlangsung.
Selama periode inflasi, metode MTKP atau LIFO dianggap
menciptakan pendapatan bersih tahunan yang lebih rendah
karena menanggung lebih tinggi biaya yang semakin
membumbung bagi barang-barang yang terjual disbanding
menurut metode masuk pertama keluar pertama (First In First
Out-FIFO) ataupun metode rata-rata biaya (average cost)
Oleh karena itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi,
petimbangan-pertimbangan yang dinyatakan oleh pendekatan
ekonomi lebih bersifat ekonomis daripada operasional. Walaupun
di masa lalu telah ada kepercayaan pada akuntansi teknis,
namun perkembangan akuntansi teknis, namun perkembangan
waktu memaksa agar penentuan norma mencakup kepentingan
ekonomi dan social.
A.

Aliran dalam Akuntansi Syariah


Perkembangan akuntansi syariah saat ini menurut

Mulawarman (2006; 2007a; 2007b; 2007c) masih menjadi


diskursus serius di kalangan akademisi akuntansi. Diskursus
terutama berhubungan dengan pendekatan dan aplikasi laporan
keuangan sebagai bentukan dari konsep dan teori akuntansinya.
Perbedaan-perbedan yang terjadi mengarah pada posisi
diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi syariah
pragmatis dan idealis.

83

1. Akuntansi Syariah Aliran Pragmatis


Aliran akuntansi pragmatis lanjut Mulawarman (2007a)
menganggap beberapa konsep dan teori akuntansi konvensional
dapat digunakan dengan beberapa modifikasi (lihat juga
misalnya Syahatah 2001; Harahap 2001; Kusumawati 2005 dan
banyak lagi lainnya). Modifikasi dilakukan untuk kepentingan
pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan
Islami yang memerlukan legitimasi pelaporan berdasarkan nilainilai Islam dan tujuan syariah. Akomodasi akuntansi
konvensional tersebut memang terpola dalam kebijakan
akuntansi seperti Accounting and Auditing Standards for Islamic
Financial Institutions yang dikeluarkan AAOIFI secara
internasional dan PSAK No. 59 atau yang terbaru PSAK 101-106
di Indonesia. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam tujuan
akuntansi syariah aliran pragmatis yang masih berpedoman
pada tujuan akuntansi konvensional dengan perubahan
modifikasi dan penyesuaian berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Tujuan akuntansi di sini lebih pada pendekatan kewajiban,
berbasis entity theory dengan akuntabilitas terbatas.
Bila kita lihat lebih jauh, regulasi mengenai bentuk laporan
keuangan yang dikeluarkan AAOIFI misalnya, disamping
mengeluarkan bentuk laporan keuangan yang tidak berbeda
dengan akuntansi konvensional (neraca, laporan laba rugi dan
laporan aliran kas) juga menetapkan beberapa laporan lain
seperti analisis laporan keuangan mengenai sumber dana untuk
zakat dan penggunaannya; analisis laporan keuangan mengenai
earnings atau expenditures yang dilarang berdasarkan syariah;
laporan responsibilitas sosial bank syariah; serta laporan
pengembangan sumber daya manusia untuk bank syariah.
Ketentuan AAOIFI lebih diutamakan untuk kepentingan ekonomi,

84

sedangkan ketentuan syariah, sosial dan lingkungan merupakan


ketentuan tambahan. Dampak dari ketentuan AAOIFI yang
longgar tersebut, membuka peluang perbankan syariah
mementingkan aspek ekonomi daripada aspek syariah, sosial
maupun lingkungan. Sinyal ini terbukti dari beberapa penelitian
empiris seperti dilakukan Sulaiman dan Latiff (2003), Hameed
dan Yaya (2003b), Syafei, et al. (2004).
Penelitian lain dilakukan Hameed dan Yaya (2003b) yang
menguji secara empiris praktik pelaporan keuangan perbankan
syariah di Malaysia dan Indonesia. Berdasarkan standar AAOIFI,
perusahaan di samping membuat laporan keuangan, juga
diminta melakukan disclose analisis laporan keuangan berkaitan
sumber dana zakat dan penggunaannya, laporan responsibilitas
sosial dan lingkungan, serta laporan pengembangan sumber
daya manusia. Tetapi hasil temuan Hameed dan Yaya (2003b)
menunjukkan bank-bank syariah di kedua negara belum
melaksanakan praktik akuntansi serta pelaporan yang sesuai
standar AAOIFI.
Syafei, et al. (2004) juga melakukan penelitian praktik
pelaporan tahunan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.
Hasilnya, berkaitan produk dan operasi perbankan yang
dilakukan, telah sesuai tujuan syariah (maqasid syariah). Tetapi
ketika berkaitan dengan laporan keuangan tahunan yang
diungkapkan, baik bank-bank di Malaysia maupun Indonesia
tidak murni melaksanakan sistem akuntansi yang sesuai syariah.
Menurut Syafei, et al. (2004) terdapat lima kemungkinan
mengapa laporan keuangan tidak murni dijalankan sesuai
ketentuan syariah. Pertama, hampir seluruh negara muslim
adalah bekas jajahan Barat. Akibatnya masyarakat muslim
menempuh pendidikan Barat dan mengadopsi budaya Barat.

85

Kedua, banyak praktisi perbankan syariah berpikiran pragmatis


dan berbeda dengan cita-cita Islam yang mengarah pada
kesejahteraan umat. Ketiga, bank syariah telah establish dalam
sistem ekonomi sekularis-materialis-kapitalis. Pola yang establish
ini mempengaruhi pelaksanaan bank yang kurang Islami.
Keempat, orientasi Dewan Pengawas Syariah lebih menekankan
formalitas fiqh daripada substansinya. Kelima, kesenjangan
kualifikasi antara praktisi dan ahli syariah. Praktisi lebih
mengerti sistem barat tapi lemah di syariah. Sebaliknya ahli
syariah memiliki sedikit pengetahuan mengenai mekanisme dan
prosedur di lapangan.
2. Akuntansi Syariah Aliran Idealis
Aliran Akuntansi Syariah Idealis di sisi lain melihat
akomodasi yang terlalu terbuka dan longgar jelas-jelas tidak
dapat diterima. Beberapa alasan yang diajukan misalnya,
landasan filosofis akuntansi konvensional merupakan
representasi pandangan dunia Barat yang kapitalistik, sekuler
dan liberal serta didominasi kepentingan laba (lihat misalnya
Gambling dan Karim 1997; Baydoun dan Willett 1994 dan 2000;
Triyuwono 2000a dan 2006; Sulaiman 2001; Mulawarman 2006a).
Landasan filosofis seperti itu jelas berpengaruh terhadap konsep
dasar teoritis sampai bentuk teknologinya, yaitu laporan
keuangan. Keberatan aliran idealis terlihat dari pandangannya
mengenai Regulasi baik AAOIFI maupun PSAK No. 59, serta PSAK
101-106, yang dianggap masih menggunakan konsep akuntansi
modern berbasis entity theory (seperti penyajian laporan laba
rugi dan penggunaan going concern dalam PSAK No. 59) dan
merupakan perwujudan pandangan dunia Barat. Ratmono (2004)
bahkan melihat tujuan laporan keuangan akuntansi syariah
dalam PSAK 59 masih mengarah pada penyediaan informasi.

86

Yang membedakan PSAK 59 dengan akuntansi konvensional,


adanya informasi tambahan berkaitan pengambilan keputusan
ekonomi dan kepatuhan terhadap prinsip syariah. Berbeda
dengan tujuan akuntansi syariah filosofis-teoritis, mengarah
akuntabilitas yang lebih luas (Triyuwono 2000b; 2001; 2002b;
Hameed 2000a; 2000b; Hameed dan Yaya 2003a; Baydoun dan
Willett 1994).
Konsep dasar teoritis akuntansi yang dekat dengan nilai
dan tujuan syariah menurut aliran idealis adalah Enterprise
Theory (Harahap 1997; Triyuwono 2002b), karena menekankan
akuntabilitas yang lebih luas. Meskipun, dari sudut pandang
syariah, seperti dijelaskan Triyuwono (2002b) konsep ini belum
mengakui adanya partisipasi lain yang secara tidak langsung
memberikan kontribusi ekonomi. Artinya, lanjut Triyuwono
(2002b) konsep ini belum bisa dijadikan justifikasi bahwa
enterprise theory menjadi konsep dasar teoritis, sebelum teori
tersebut mengakui eksistensi dari indirect participants.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada dalam VAS,
Triyuwono (2001) dan Slamet (2001) mengusulkan apa yang
dinamakan dengan Shariate ET. Menurut konsep ini stakeholders
pihak yang berhak menerima pendistribusian nilai tambah
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu direct participants
dan indirect participants. Menurut Triyuwono (2001) direct
stakeholders adalah pihak yang terkait langsung dengan bisnis
perusahaan, yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen,
karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya.
Indirect stakeholders adalah pihak yang tidak terkait langsung
dengan bisnis perusahaan, terdiri dari: masyarakat mustahiq
(penerima zakat, infaq dan shadaqah), dan lingkungan alam
(misalnya untuk pelestarian alam).

87

3. Komparasi Antara Aliran Idealis dan Pragmatis


Kesimpulan yang dapat ditarik dari perbincangan mengenai
perbedaan antara aliran akuntansi syariah pragmatis dan idealis
di atas adalah, pertama, akuntansi syariah pragmatis memilih
melakukan adopsi konsep dasar teoritis akuntansi berbasis entity
theory. Konsekuensi teknologisnya adalah digunakannya bentuk
laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan
arus kas dengan modifikasi pragmatis. Kedua, akuntansi syariah
idealis memilih melakukan perubahan-perubahan konsep dasar
teoritis berbasis shariate ET. Konsekuensi teknologisnya adalah
penolakan terhadap bentuk laporan keuangan yang ada;
sehingga diperlukan perumusan laporan keuangan yang sesuai
dengan konsep dasar teoritisnya. Untuk memudahkan penjelasan
perbedaan akuntansi syariah aliran pragmatis dan idealis,
silakan lihat gambar berikut:
A.

Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi


Konvensional
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah

Nabwiyyah, Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa


tertentu, dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah
Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang
membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi
Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin
ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan
Akuntansi tersebut.
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional
terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau
tahun pembukuan keuangan;

88

3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;


4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan
barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan
income dengan cost (biaya);
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku PokokPokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan
nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat
ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum
ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian
berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi
modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan
datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua
bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar
(aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang
pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa
barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan
barang dagang;
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain
yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan
hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau
harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
4. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian
dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta

89

mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep


Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau
harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk
cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko;
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup
laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang
haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari
aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok)
dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan
pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha
menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah
ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak
boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada
ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah
bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan
pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang
belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk
menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu
diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem
Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soalsoal inti dan pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.

B.

Isu-Isu Kontemporer Akuntansi Syariah


Pada awal tahun 90-an Indonesia pada khususnya telah menunjukkan

keadaan perubahan yang lebih membaik. Perkembangan sistem ekonomi dan


bisnis berlandaskan Islam telah menujukkan trend yang cukup menggembirakan.
Hadirnya lembaga keuangan syariah di belahan bumi menunjukkan langkah
kemajuan keberadaan sistem ekonomi dan bisnis Islam di tanah air ini. Lembaga-

90

lembaga seperti itu adalah organisasi yang bercirikan amanah. Dalam organisasi
semacam ini, keberadaan etika sangat penting. Bagi umat Islam, kegiatan bisnis
(temasuk bisnis perbankan) tidak akan pernah terlepas dari ikatan etika Islam.
Bukan hal yang berlebihan bila bank Islam berdasarkan pada nilai etika
Islam. Bahkan secara formal bank Islam membentuk badan khusus dalam
organisasinya. Badan ini bertugas memberikan pandangan-pandangan dasar-dasar
etika (atau pengawasan) Islam bagi manajemen dalam menjalankan operasi bank
(termasuk pencatatan dan pelaporan akuntansinya). Badan tersebut dinamakan
Dewan Pengawas Syariah yang berdiri secara independen di dalam organisasi
bank.
Dalam perkembangan perbankan sebagai intemediry antara unit supply
dengan unit demand. Disinilah diperlukan proses pencatatan dan pelaporan semua
transaksi dan kegiatan muamalah yang dilakukan di perbankan, sehingga perlu
sistem akuntansi yang sesuai (relevan). Dengan demikian perlu proses
transformasi. Transfrormasi ini tidak saja akan mempengaruhi perilaku
manajemen, pemegang saham, karyawan dan masyarakat sekeliling, tetapi juga
organisasi yang bersangkutan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa bentuk
organisasi adalah faktor-faktor satu-satunya yang dapat mempengaruhi bentuk
akuntansi. Faktor lain seperti sistem ekonomi, sosial, politik, peraturan
perundang-undangan, kultur, persepsi dan nilai yang berlaku dalam masyarakat
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap bentuk akuntansi. Ini juga
menunjukkan bahwa akuntansi adalah sebuah entitas informasi yang tidak bebas
nilai.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa nilai-nilai, sistem dan filsafat
sebuah ilmu akan turut menentukan model ilmu yang berkembang di suatu negara.
Apabila suatu negara menganut sistem ekonomi kapitalisme, maka sistem
akuntansi yang berkembang adalah sistem akuntansi kapitalis. Demikian pula,
apabila suatu negara mengikuti sistem ekonomi Islam maka upaya yang harus
dikembangkan adalah sistem Akuntansi Syariah.

91

Mempelajari dan menerapkan Akuntansi Syariah, pada hakekatnya adalah


belajar dan menerapkan prinsip keseimbangan (balance) atas transaksi atau
perkiraan atau rekening yang telah dicatat untuk dilaporkan kepada yang berhak
mendapatkan isi laporan. Islam adalah cara hidup yang berimbang dan koheren,
dirancang untuk kebahagiaan (falah) manusia dengan cara menciptakan
keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi sosioekonomi, serta persaudaraan dalam masyarakat manusia. Triyumono menyatakan
bahwa Akuntansi Syariah merupakan salah satu upaya mendekonstruksi
akuntansi modern ke dalam bentuk humanis dan syarat nilai.
Sesuai dengan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka
seluruh upaya dilakukan oleh manusia harus mampu merespon kebutuhan
masyarakat atau harus memiliki orientasi sosial. Demikian pula upaya kita untuk
mengembangkan Akuntansi Syariah. Akuntansi harus berkembang dengan
merespon kebutuhan masyarakat. Lebih lanjut Gilling (1996) menjelaskan situasi
akuntansi yang intinya sebagai berikut:
Akuntansi adalah alat mekanis yang secara pribadi diterapkan pada
kegiatan bisnis, akuntansi berkembang menjadi media yang sangant penting untuk
mengungkapkan pada fakta umum yang penting tentang masyarakat modern dan
komplek di mana kita hidup. Akuntansi bertindak sebagai fungsi pencatatan
dengan melaporkan informasi yang berguna bagi pemilik dan pemegang saham,
investor yang disebabkan pemisahan pemilikian dengan pengawasan tidak lagi
memiliki pengetahuan langsung tentang kondisi dan kegiatan usaha.
Tujuan akuntansi tidak lagi membuat pertanggungjawaban yang jelas bagi
pemilik tetapi membiarkan perusahaan survive. Di pihak lain akuntansi telah
menjadi alat ukur menghitung keuntungan perusahaan yang berbeda dari
keuntungan sosial. Sementara, masyarakat mengharapkan agar perusahaan
bertindak sebagai koordinator dalam menggunakan SDM, bahan dan dana untuk
menghasilkan barang dan jasa dan dalam mendistribusikan hasilnya kepada
penyumbang. Tetapi sayangnya belum dikembangkan kepada metode untuk

92

melaporkan kemajuan masyarakat dan juga tidak membuat laporan hasil atas
hasilnya.
Islam melalui Al Quran telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang
harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagai
ditegaskan dalam surat Al Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Syariah
harus berorietasi sosial. Akuntansi Syariah tidak hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai
suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam
masyarakat Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayashi (1995) dalam bukunya yang
berjudul On Islamic Accounting yang dijelaskan bahwa akuntansi kapitalis,
konsep Akuntansi Syariah, perhitungan zakat dan kasus Feisal Islamic Bank di
Kairo dan praktek bisnis di Arab Saudi. Hayashi mengemukakan perbedaan yang
mendasar antara akuntansi kapitalis dan Islam. Akuntansi Syariah memiliki
metarule yaitu hukum Islam yang digambarkan oleh Al Quran dan Hadits
sedangkan akuntansi kapitalis tidak memiliki itu. Akuntansi kapitalis hanya
bergantung pada keinginan user sehingga bersifat lokal dan situasional.
Harahap (1992) dalam bukunya berjudul Akuntansi, Pengawasan dan
Manajeme dalam Perspektif Islam, melihat dari sudut nilai-nilai Islam yang ada di
dalam konsep akuntansi kapitalis. Dari analisis terhadap prinsip dan sifat-sifat
akuntansi dikemukakan, bahwa banyak prinsip akuntansi yang sesuai dengan
konsep Islam, seperti prinsip substance over from, reliability, objectivity, timeline
dan lain sebagainya (1992 : 8-9). Selanjutnya sesuai dengan perkembangan
akuntansi kapitalis banyak mengalami pemangkasan aspek-aspek yang tidak
sesuai dengan kondisi lokal, sehingga dia yakin konsep akuntansi kapitalis saat ini
akan menuju irama Akuntansi Syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (1996) yang berjudul An
Invetigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic Banks, The Case of

93

Bank Islam Malaysia Berhad dan Bank Muamalat Indonesia yang dalam
kesimpulannya sebagai berikut:
1. Secara koseptual, kedua bank masih memakai konsep dan praktik yang
lazim dilakukan dalam akuntansi konvensional.
2. Tinjauan kritis bahwa sebenarnya tidak semua konsep dasar akuntansi
dapat diterima secara syariah
3. Berdasarkan butir kedua di atas khususnya menyiratkan perlunya
dibangun model akuntansi yang memang sesuai dengan syariah, bila
diharapkan terjadi konsistensi antara gerak ekonomi Islam dan istrumen
pendukungnya.
Dalam pandangan Iwan Triyuwono bahwa Akuntansi Syariah yang
berorientasi sosial merupakan salah upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke
dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuanya adalah tercipta peradaban
bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental dan teleologikal.
Konsekuensi ontologis dari hal ini adalah bahwa akuntan secara kritis harus
mampu membebaskan manusia dari ikatan realitas (peradaban) semu beserta
jaringan-jaringan kuasanya, untuk kemudian memberikan atau menciptakan
realitas alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa ilahi yang mengikat
manusia dalam hidup sehari-hari.
Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya
akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi
Syariah termasuk didalamnya isu yang tidak biasa dipikirkan oleh akuntansi
konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap
sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang apa
yang jelek. Realitas Akuntansi Syariah adalah tercermin dalam akuntansi zakat.
Akuntansi zakat menunjukkan proses di mana kekayaan diperoleh secara
halal oleh perusahaan. Ini merupakan salah satu contoh dari turunan hisab yang

94

merupakan bidang akuntansi. Disamping itu ternyata melalui Al Quran telah


menggariskan bahwa konsep akuntansinya adalah penekanan pertanggungjawaban
atau accountability yang tujuanya menjaga keadilan dan kebenaran.
Akuntansi Konvensional Vs Islam
Wacana di sekitar akuntansi syariah ini mucul, kurang lebih sama dengan
atau tidak lama setelah kemunculan kembali bank Islam itu sendiri. Sejak itu
banyak tulisan atau publikasi tentang akuntansi syariah oleh para pakar misalnya
Abdel Magid (1981), Ba-Yunus (1988), Badawi (1988), Hayashi (1989), Adnan
(1996), Triyuwono (1996), Harahap (1996), Muhammad (2005) untuk menyebut
beberapa contoh diantaranya.
Kendati ada kesan bahwa pada mulanya pakar berbeda pendapat dalam
menilai urgensi perbedaan Akuntansi Syariah dan konvensional, atau cukup
merubah sedikit saja apa yang sudah ada dalam akuntansi konvensional, namun
dalam perkembangan berikunya, gumpalan semangat untuk berbeda, ternyata
lebih menguat. Ini memuncak setelah dilakukan berbagai studi yang kemudian
dijadikan landasan untuk dibentuknya The Financial Accounting Organization for
Islamic Bank and Financial Institutions (FAO-IBFI) pada tahun 1990. Dalam
perkembangannya lembaga ini kemudian berganti nama menjadi The Accounting
and Auditing Organization for Islmic Financial Institutions (AAO-IFI).
Ada sejumlah argumentasi yang diajukan, mengapa Akuntansi Syariah
harus berbeda dengan akuntansi konvensional. Diantaranya adalah karena faktorfaktor tujuan. Siapapun yang bertransaksi dengan cara Islam, harus diasumsikan
bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi perintah Allah dan sekaligus
ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda dengan tujuan yang biasa ingin dicapai
akuntansi konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai
keduniawian, tetapi kering dari nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan
merujuk pada Statement of Financial Accounting (SFA) No. 1, alasan yang
dipakai menyusun tujuan yang berbeda untuk Akuntansi Syariah adalah karena:

95

1. Islamic banks must comply with the principles and rules of Sharia in all
their financial and other dealings
2. The functions of Islamic banks are significantly different from those of
traditional banks who have adopted the Western model of banking
3. The relatioship between Islamic banks and the parties that deal with them
differs from the relatioship of those who deal with the traditional banks.
Unlike traditional banks, Islamic banks do not use interest in their
investment and financing transactions, whereas traditional banks borrow
and lend money on the basis of interest.
Pendapat di atas rasanya cukup jelas dan masuk akal, bila kemudian
disimpulkan bahwa wajar bahkan haruslah Akuntansi Syariah tidak sama
dengan akuntansi konvensional. Disamping itu kalau seseorang mencoba
memahami hakekat keberadaan akuntansi sebagai alat yang tidak bebas nilai, dan
bahkan penuh kompromi untuk berbagai kepentingan pihak tertentu. Ada dua
aliran yang terjadi, pertama adalah mereka yang menghendaki tujuan dan berbagai
kaidah Akuntansi Syariah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran Islam, lalu
membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer yang
sudah mapan. Kedua, adalah berangkat dari tujuan dan kaidah akuntansi
konvensional yang sudah ada, kemudian mengujinya dari padang Islam. Bagian
yang dipandang sejalan diterima dan dipakai, sedangkan bagian yang dipandang
tidak sesuai ditolak.
Evalusai Kritis Akuntansi Konvensional
Akuntansi konvensional dikembangkan oleh ide orang Barat yang
digunakan di seluruh dunia. Sistem tersebut dikenal sebagai sistem yang paling
baik di masyarakat. Hal ini disebabkan karena mungkin ditandai dengan
eksportasi teknologi akuntansi (yaitu teknik, institusi dan konsep dari asosiasi
akuntansi profesional yang sangat dominan) melalui kolonisasi, pendidikan,
pengembangan perdagangan dan usaha harmonisasi internasional khususnya di
negara Islam yang sedang berkembang di dunia ini. Walaupun beberapa negara

96

(seperti Malaysia dan Pakistan) mencoba mengadaptasi bahkan mengadopsi


seluruh ide, sebagai usaha minimal.
Demikian pula, pengenalan beberapa konsep dan nilai mendasar akuntansi
konvensional saat ini adalah bersifat kontradiksi bagi masyarakat Islam. Sebab
secara mendasar hal tersebut berhubungan dengan bunga atau riba. Riba adalah
sesuatu yang diharamkan. Di samping itu, ada beberapa unsur yang masuk dalam
kategori gharar. Banyak isu lain, sebagaimana diharapkan oleh para akuntan
muslim. Demikian pula Dewan Pengawas Syariah yang secara efektif mengontrol
mekanisme akuntansi.
Masalah penting yang perlu diselesaikan adalah adanya akuntansi Islam
yang dapat menjamin terciptanya keadilan ekonomi melalui formalisasi prosedur,
aktivitas, pengukuran tujuan, kontrol dan pelaporan yang sesuai dengan prinsip
Islam, dengan memfokuskan pada dua ide dasar dalam akuntansi konvensional
yang diterima sebagai problematik dan tidak sesuai dengan orang Islam. Masalah
pertama berhubungan dengan fondasi filsafat dan kedua berhubungan dengan
peran dan fungsi akuntansi dalam masyarakat.
Munculnya paradigma agama sebagai sumber pengorganisasi dan
pengawasan bisnis. Namun yang terjadi sebaliknya paradigma kapitalis
mendorong tumbuhnya sifat serakah manusia, memelihara paham sekularisme,
yang mengarahkan pada sifat materialisme dan pada akhirnya cenderung bersifat
hedonisme, dengan mengedepankan ideologi rasionalisme. Dengan demikian,
menjadikan problem yang lebih besar lagi dalam raperspektif rasionalisme adalah
pemisahan agama dari aktivitas ekonomi. Problem seperti ini, juga sampai seluruh
dimensi atau aspek ekonomi konvensional, sebagai contoh epistemologi akuntansi
konvensional memandang gejala ekonomi merupakan suatu gejala yang bersifat
murni, ia tidak ada hubungannya dengan aspek sosial dan spiritual dalam
kehidupan umat manusia.
Problem lainya adalah berhubungan dengan masalah efesiensi alokasi
sumber daya yang didasarkan pada mekanisme pasar. Rasionalisme beranggapan

97

bahwa mekanisme pasar akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari


penciptaan kekayaan.
Tujuan-tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan
Ada dua hal yang menarik dalam hal ini, pertama adalah perbedaan antara
tujuan akuntansi keuangan dan tujuan laporan keuangan. Dalam berbagai literatur,
banyak penulis yang menyamakan antara keduanya. Mathews & Parera (1996)
mengatakan:
Strictly speaking, financial statement cannot have objectives; only those
individuals who cause the statement to be produced and who use them can have
objectives.
Mathews & Parera (1996) lebih jauh mengatakan:
What are often referred to as the objectives of financial statements are really the
functions of financial statements ..
Dengan demikian berangkat dari pemikiran di atas, sebetulnya apa yang
menjadi tujuan laporan keuangan, merupakan tujuan dan fungsi akuntansi sendiri.
Dalam konteks ini, bilamana kita harus berpijak pada prinsip idealime Islam,
maka sesuai dengan hasil kajian tesis Adnan (1996), tujuan akuntansi dapat dibuat
dua tingkatan. Pertama, tingkatan ideal, dan kedua tingkatan praktis. Pada tataran
ideal, sesuai dengan peran manusia di muka bumi dan hakikat pemiliki segalanya
(QS 2:30, 6:165, 3:109, 5:17), maka semestinya yang menjadi tujuan ideal laporan
keuangan adalah pertanggungjawaban muamalah kepada Sang Pemilik yang
kakiki, Allah SWT. Namun karena sifat Allah Yang Maha Tahu, tujuan ini bisa
dipahami dan ditransformasikan dalam bentuk pengamalan apa yang menjadi
sunnah dan syariah-Nya. Dengan kata lain, akuntansi harus terutama berfungsi
sebagai media penghitungan zakat, karena zakat merupakan bentuk manifestasi
kepatuhan seorang hamba atas perintah Sang Empunya.
Tujuan pada tataran pragmatis barulah diarahkan kepada upaya untuk
menyediakan informasi kepada stakeholder dalam mengambil keputusan-

98

keputusan ekonomi. Namun sayangnya, apa yang hendak dicapai lewat SFA No. 1
barulah pada tataran ini.
Hal kedua yang menarik dari pembedaan antara objectives of financial
accounting dan objectives of financial reports seperti yang dinyatakan dalam
Chapter, SFA No. 1 adalah sesuatu yang kabur. Artinya, ketika SFA menjelaskan
tujuan-tujuan financial reports, yang disajikan justru tipe informasi yang harus
dimuat. Dengan kata lain, kurang lebih sama dengan semacam syarat kualitatif
kandungan laporan keuangan. Misalnya, bahwa laporan mengandung informasi
tentang kepatuhan bank terhadap syariah dan oleh karenanya harus ada informasi
tentang pos-pos non-halal; informasi sumber daya dan kewajiban, termasuk akibat
suatu transaksi atau kejadian ekonomi terhadap sumber daya entitas, maupun
kewajibannya; informasi yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam
menghitung zakatnya; informasi yang dapat membantu pihak terkait dalam
memprediksi aliran kas bank dan seterusnya.
Kerangka Dasar Akuntansi Keuangan
Kerangka dasar akuntansi keuangan versi AAO-IFI dituangkan dalam SFA
No. 2. Ini meliputi 9 bab, termasuk pengantar dan pernyataan adopsi oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan AAO-IFI. Tidak seperti halnya akuntansi keuangan
konvensional, akuntansi bank syariah menuntut lebih banyak bentuk laporan
sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas
4. Laporan laba ditahan
5. Laporan perubahan dalam investasi terbatas
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sosial
7. Laporan sumber dan penggunaan dana dalam qardh

99

Empat laporan pertama adalah unsure-unsur laporan keuangan yang sudah


dikenal selama ini secara konvensional, sedangkan tiga terakhir bersifat khas.
Ketiga laporan yang terakhir ini muncul akibat perbedaan peran dan fungsi bank
Islam, dibandingkan bank konvensional.
Asumsi Dasar
Bila dibandingkan dengan asumsi dasar yang dipakai oleh Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan yang dipakai di Indonesia dengan menganut
kepada apa yang dipakai oleh International Accounting Standards Committee
(IASC), maka sedikit terdapat perbedaan . Kalau kerangka dasar akuntansi
konvensional secara eksplisit memakai dua asumsi dasar, yakni dasar akrual
(accrual basic) dan kelangsungan usaha (going concern), maka asumsi dasar yang
dipakai dalam kerangka dasar versi AAO-IFI terdiri dari empat hal, yakni:
1. The accounting unit concept
2. The going concern concept
3. The periodicity concept
4. The stability of purchasing power of the monetary unit
Komparasi kedua konsep dasar di atas, secara tegas menunjukkan bahwa
hanya ada satu konsep dasar yang sama-sama diakui oleh kedua model akuntansi
yakni konsep going concern. Ironisnya adalah bahwa sebetulnya konsep ini sudah
banyak diserang oleh berbagai pakar, misalnya Husband (1954), Sterling (1967),
Fremgen (1968), Boris (1991) dan Abdel Magid (1981).
Selain perbedaan dari sisi jumlah item, sebetulnya keempat konsep ini
berasal dari pemikiran akuntansi konvensional juga. Tetapi yang lebih penting
dicatat sebenarnya bahwa paling tidak dua diantara going concern yang sudah
disinggung di atas, banyak kritik oleh pakar, termasuk pakar non-Muslim sendiri.
Konsep The stability of purchasing power of the monetary unit juga memiliki
kelemahan pada saat perekonomian dalam kondisi krisis, sehingga inflasi menjadi
tinggi atau tak terkendali.

100

Pengakuan dan Pengukuran


Aspek pengakuan memegang peranan penting sebagai kerangka dasar,
karena pengakuan merujuk kepada prinsip yang mengatur kapan dicatatnya
transaksi pendapatan (revenue), beban (expenses), laba (gain) dan rugi (loss).
Pada gilirannya konsep pengakuan akan banyak berperan dalam menentukan
aktiva dan passive, serta laba rugi operasi perusahaan. Dalam konteks ini, ada
kesan bahwa pada dasarnya AAO-IFI memakai konsep akrual sebagai dasar
pengakuan untuk semua transaksi. Ini sejalan dengan kerangka dasar versi IASC
yang dianut oleh akuntansi konvensional Indonesia. Namun demikian, kalau kita
mengacu kepada praktik beberapa bank syariah, ada sejumlah penyimpangan.
Misalnya, dasar akrual hanya dipakai untuk pengakuan beban atau expenses,
tetapi dasar kas (cash basis) dipakai untuk pengakuan revenue dan/atau income.
Argumentasi yang dijadikan landasan atas sikap ini adalah unsur ketidakpastian
dan tentu saja konservatisme. Walaupun ini bisa diperdebatkan panjang lebar,
konon Dewan Syariah bank Islam di Indonesia sudah memfatwakan kebolehan
pilihan ini, dan tampaknya akan dipakai sebagai acuan resmi nantinya.
Aspek pengukuran memegang peranan penting dalam kaitannya dengan
peran laporan akuntansi yang harus menyajikan data kuantitatif tentang posisi
kekayaan perusahaan dalam suatu waktu tertentu. Yang perlu dipertimbangkan
dalam aspek ini adalah atribut apa yang dipakai dalam pengukuran. Aspek
pengukuran hampir tidak berbeda bila dibandingkan dengan akuntansi
konvensional, karena semua atribut yang akan dijadikan acuan harus
mempertimbangkan unsur relevan, reliability, understandability dan
comparability.
Karakteristik Kualitatif
Bila dibandingkan antara karakteristik kualitatif yang ada pada SFA buatan
AAO-IFI dan karakteristik kualitatif dalam berbagai kerangka dasar akuntansi
beberapa negara (AS, Australia, IASC, dsb), tampak ada kesamaan yang sangat
menonjol. Kalaupun ada perbedaan, maka lebih kepada penekanan dan urutan
priritas belaka. Oleh karena itu, dalam kerangka dasar versi SFA juga ditemukan :

101

relevan (meliputi predictive value, feedback value dan timeliness) reliability


(meliputi representational faithfulness, objectivity dan neutrality), comparability,
consistency, understanbility.
Yang penting dicatat di sini adalah sejauh yang dapat dilakukan analisis
dan pengujian dari perspektif Islam, tidak ada yang keluar dari batas-batas yang
dapat diterima, terutama kalau dilihat dari sudut pandang tujuan laporan
keuangan, seperti yang dibahas di muka.
Standar Akuntansi Keuangan
Perbedaan mencolok akan tampak kalau dibandingkan antara standar
akuntansi untuk perbankan konvensional dan standar akuntansi perbankan Islam.
Namun demikian, kalau dilihat lebih jauh, perbedaan ini lebih disebabkan karena
perbedaan paradigma dasar dari kedua jenis industri, yang pada gilirannya
membawa perbedaan produk dan jasa yang ditawarkan. Konsekuensinya adalah
terjadinya perbedaan standar akuntansinya. Contoh dalam industri perbankan
Islam dikenal dengan produk musyarakah, mudharabah, murabahah, bai bitsaman ajil, qardul hasan, salam, istishna dan lain sebagainya. Kesemua jenis
produk atau jasa ini tidak akan ditemukan operasi dalam bank konvensional.
Karena keunikan produk atau jasa ini pulalah, maka mau tidak mau ada
standar yang tidak hanya berbeda, tetapi tidak terdapat dalam standar akuntansi
konvensional. Pada tataran tertentu, keunikan ini sekaligus memunculkan
perlakuan akuntansi yang unik. Contohnya manakala terjadi transaksi deposito
mudharabah oleh nasabah kepada bank Islam. Sekilas orang menyangka bahwa
sifat dan bentuk deposito ini sama saja dengan deposito bank konvension

102

A.

Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan


Akuntansi Konvensional
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al

Quran, Sunah Nabwiyyah, Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas


(persamaan suatu peristiwa tertentu, dan Uruf (adat kebiasaan)
yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang
membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai
pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip
unit ekonomi;

103

2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode


waktu atau tahun pembukuan keuangan;
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan
bertanggal;
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip
penentuan barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip
perbandingan income dengan cost (biaya);
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan
kesinambungan perusahaan;
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau
pemberitahuan.
Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah,
dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain,
terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam
cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi
modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang
dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum
ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan
konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku,
dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi
kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam
ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi
menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap)
dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di
dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi

104

menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa


barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi
barang milik dan barang dagang;
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak,
dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah
tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau
harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
4. Konsep konvensional mempraktekan teori
pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua
kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan
laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam
sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan
nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang
berlaku serta membentuk cadangan untuk
kemungkinan bahaya dan resiko;
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba
universal, mencakup laba dagang, modal pokok,
transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram,
sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba
dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital
(modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga
wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang
haram jika ada, dan berusaha menghindari serta
menyalurkan pada tempat-tempat yang telah
ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber
yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau
dicampurkan pada pokok modal;

105

6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba


itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan
konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada
ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada
nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang
belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan
untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi
sebelum nyata laba itu diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan
antara sistem Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi
Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok,
sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.

B.

Isu-Isu Kontemporer Akuntansi Syariah


Pada awal tahun 90-an Indonesia pada khususnya telah

menunjukkan keadaan perubahan yang lebih membaik.


Perkembangan sistem ekonomi dan bisnis berlandaskan Islam
telah menujukkan trend yang cukup menggembirakan. Hadirnya
lembaga keuangan syariah di belahan bumi menunjukkan
langkah kemajuan keberadaan sistem ekonomi dan bisnis Islam
di tanah air ini. Lembaga-lembaga seperti itu adalah organisasi
yang bercirikan amanah. Dalam organisasi semacam ini,
keberadaan etika sangat penting. Bagi umat Islam, kegiatan
bisnis (temasuk bisnis perbankan) tidak akan pernah terlepas
dari ikatan etika Islam.
Bukan hal yang berlebihan bila bank Islam berdasarkan
pada nilai etika Islam. Bahkan secara formal bank Islam
membentuk badan khusus dalam organisasinya. Badan ini
bertugas memberikan pandangan-pandangan dasar-dasar etika
(atau pengawasan) Islam bagi manajemen dalam menjalankan

106

operasi bank (termasuk pencatatan dan pelaporan


akuntansinya). Badan tersebut dinamakan Dewan Pengawas
Syariah yang berdiri secara independen di dalam organisasi
bank.
Dalam perkembangan perbankan sebagai intemediry
antara unit supply dengan unit demand. Disinilah diperlukan
proses pencatatan dan pelaporan semua transaksi dan kegiatan
muamalah yang dilakukan di perbankan, sehingga perlu sistem
akuntansi yang sesuai (relevan). Dengan demikian perlu proses
transformasi. Transfrormasi ini tidak saja akan mempengaruhi
perilaku manajemen, pemegang saham, karyawan dan
masyarakat sekeliling, tetapi juga organisasi yang bersangkutan.
Namun demikian, ini bukan berarti bahwa bentuk organisasi
adalah faktor-faktor satu-satunya yang dapat mempengaruhi
bentuk akuntansi. Faktor lain seperti sistem ekonomi, sosial,
politik, peraturan perundang-undangan, kultur, persepsi dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap bentuk akuntansi. Ini juga menunjukkan
bahwa akuntansi adalah sebuah entitas informasi yang tidak
bebas nilai.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa nilai-nilai, sistem
dan filsafat sebuah ilmu akan turut menentukan model ilmu yang
berkembang di suatu negara. Apabila suatu negara menganut
sistem ekonomi kapitalisme, maka sistem akuntansi yang
berkembang adalah sistem akuntansi kapitalis. Demikian pula,
apabila suatu negara mengikuti sistem ekonomi Islam maka
upaya yang harus dikembangkan adalah sistem Akuntansi
Syariah.
Mempelajari dan menerapkan Akuntansi Syariah, pada
hakekatnya adalah belajar dan menerapkan prinsip

107

keseimbangan (balance) atas transaksi atau perkiraan atau


rekening yang telah dicatat untuk dilaporkan kepada yang
berhak mendapatkan isi laporan. Islam adalah cara hidup yang
berimbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan (falah)
manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara
kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi sosioekonomi, serta persaudaraan dalam masyarakat manusia.
Triyumono menyatakan bahwa Akuntansi Syariah merupakan
salah satu upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam
bentuk humanis dan syarat nilai.
Sesuai dengan fungsi manusia sebagai khalifah di muka
bumi, maka seluruh upaya dilakukan oleh manusia harus mampu
merespon kebutuhan masyarakat atau harus memiliki orientasi
sosial. Demikian pula upaya kita untuk mengembangkan
Akuntansi Syariah. Akuntansi harus berkembang dengan
merespon kebutuhan masyarakat. Lebih lanjut Gilling (1996)
menjelaskan situasi akuntansi yang intinya sebagai berikut:
Akuntansi adalah alat mekanis yang secara pribadi
diterapkan pada kegiatan bisnis, akuntansi berkembang menjadi
media yang sangant penting untuk mengungkapkan pada fakta
umum yang penting tentang masyarakat modern dan komplek di
mana kita hidup. Akuntansi bertindak sebagai fungsi pencatatan
dengan melaporkan informasi yang berguna bagi pemilik dan
pemegang saham, investor yang disebabkan pemisahan
pemilikian dengan pengawasan tidak lagi memiliki pengetahuan
langsung tentang kondisi dan kegiatan usaha.
Tujuan akuntansi tidak lagi membuat pertanggungjawaban
yang jelas bagi pemilik tetapi membiarkan perusahaan survive.
Di pihak lain akuntansi telah menjadi alat ukur menghitung
keuntungan perusahaan yang berbeda dari keuntungan sosial.

108

Sementara, masyarakat mengharapkan agar perusahaan


bertindak sebagai koordinator dalam menggunakan SDM, bahan
dan dana untuk menghasilkan barang dan jasa dan dalam
mendistribusikan hasilnya kepada penyumbang. Tetapi
sayangnya belum dikembangkan kepada metode untuk
melaporkan kemajuan masyarakat dan juga tidak membuat
laporan hasil atas hasilnya.
Islam melalui Al Quran telah menggariskan bahwa konsep
akuntansi yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau
pembuat laporan akuntansi adalah menekankan pada konsep
pertanggungjawaban atau accountability, sebagai ditegaskan
dalam surat Al Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi
Syariah harus berorietasi sosial. Akuntansi Syariah tidak hanya
sebagai alat ukur untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai suatu metode
untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam
masyarakat Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayashi (1995) dalam
bukunya yang berjudul On Islamic Accounting yang dijelaskan
bahwa akuntansi kapitalis, konsep Akuntansi Syariah,
perhitungan zakat dan kasus Feisal Islamic Bank di Kairo dan
praktek bisnis di Arab Saudi. Hayashi mengemukakan perbedaan
yang mendasar antara akuntansi kapitalis dan Islam. Akuntansi
Syariah memiliki metarule yaitu hukum Islam yang digambarkan
oleh Al Quran dan Hadits sedangkan akuntansi kapitalis tidak
memiliki itu. Akuntansi kapitalis hanya bergantung pada
keinginan user sehingga bersifat lokal dan situasional.
Harahap (1992) dalam bukunya berjudul Akuntansi,
Pengawasan dan Manajeme dalam Perspektif Islam, melihat dari
sudut nilai-nilai Islam yang ada di dalam konsep akuntansi

109

kapitalis. Dari analisis terhadap prinsip dan sifat-sifat akuntansi


dikemukakan, bahwa banyak prinsip akuntansi yang sesuai
dengan konsep Islam, seperti prinsip substance over from,
reliability, objectivity, timeline dan lain sebagainya (1992 : 8-9).
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan akuntansi kapitalis
banyak mengalami pemangkasan aspek-aspek yang tidak sesuai
dengan kondisi lokal, sehingga dia yakin konsep akuntansi
kapitalis saat ini akan menuju irama Akuntansi Syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (1996) yang berjudul
An Invetigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic
Banks, The Case of Bank Islam Malaysia Berhad dan Bank
Muamalat Indonesia yang dalam kesimpulannya sebagai berikut:
1. Secara koseptual, kedua bank masih memakai konsep dan
praktik yang lazim dilakukan dalam akuntansi
konvensional.
2. Tinjauan kritis bahwa sebenarnya tidak semua konsep
dasar akuntansi dapat diterima secara syariah
3. Berdasarkan butir kedua di atas khususnya menyiratkan
perlunya dibangun model akuntansi yang memang sesuai
dengan syariah, bila diharapkan terjadi konsistensi antara
gerak ekonomi Islam dan istrumen pendukungnya.
Dalam pandangan Iwan Triyuwono bahwa Akuntansi
Syariah yang berorientasi sosial merupakan salah upaya
mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang
humanis dan sarat nilai. Tujuanya adalah tercipta peradaban
bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental
dan teleologikal. Konsekuensi ontologis dari hal ini adalah bahwa
akuntan secara kritis harus mampu membebaskan manusia dari
ikatan realitas (peradaban) semu beserta jaringan-jaringan

110

kuasanya, untuk kemudian memberikan atau menciptakan


realitas alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa
ilahi yang mengikat manusia dalam hidup sehari-hari.
Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang berorientasi
sosial. Artinya akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran
moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat
Islam. Akuntansi Syariah termasuk didalamnya isu yang tidak
biasa dipikirkan oleh akuntansi konvensional. Perilaku manusia
diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap sebagai salah
satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang
apa yang jelek. Realitas Akuntansi Syariah adalah tercermin
dalam akuntansi zakat.
Akuntansi zakat menunjukkan proses di mana kekayaan
diperoleh secara halal oleh perusahaan. Ini merupakan salah satu
contoh dari turunan hisab yang merupakan bidang akuntansi.
Disamping itu ternyata melalui Al Quran telah menggariskan
bahwa konsep akuntansinya adalah penekanan
pertanggungjawaban atau accountability yang tujuanya menjaga
keadilan dan kebenaran.
Akuntansi Konvensional Vs Islam
Wacana di sekitar akuntansi syariah ini mucul, kurang lebih
sama dengan atau tidak lama setelah kemunculan kembali bank
Islam itu sendiri. Sejak itu banyak tulisan atau publikasi tentang
akuntansi syariah oleh para pakar misalnya Abdel Magid (1981),
Ba-Yunus (1988), Badawi (1988), Hayashi (1989), Adnan (1996),
Triyuwono (1996), Harahap (1996), Muhammad (2005) untuk
menyebut beberapa contoh diantaranya.

111

Kendati ada kesan bahwa pada mulanya pakar berbeda


pendapat dalam menilai urgensi perbedaan Akuntansi Syariah
dan konvensional, atau cukup merubah sedikit saja apa yang
sudah ada dalam akuntansi konvensional, namun dalam
perkembangan berikunya, gumpalan semangat untuk berbeda,
ternyata lebih menguat. Ini memuncak setelah dilakukan
berbagai studi yang kemudian dijadikan landasan untuk
dibentuknya The Financial Accounting Organization for Islamic
Bank and Financial Institutions (FAO-IBFI) pada tahun 1990.
Dalam perkembangannya lembaga ini kemudian berganti nama
menjadi The Accounting and Auditing Organization for Islmic
Financial Institutions (AAO-IFI).
Ada sejumlah argumentasi yang diajukan, mengapa
Akuntansi Syariah harus berbeda dengan akuntansi
konvensional. Diantaranya adalah karena faktor-faktor tujuan.
Siapapun yang bertransaksi dengan cara Islam, harus
diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi
perintah Allah dan sekaligus ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda
dengan tujuan yang biasa ingin dicapai akuntansi konvensional,
yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi
kering dari nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan
merujuk pada Statement of Financial Accounting (SFA) No. 1,
alasan yang dipakai menyusun tujuan yang berbeda untuk
Akuntansi Syariah adalah karena:
1. Islamic banks must comply with the principles and rules of
Sharia in all their financial and other dealings
2. The functions of Islamic banks are significantly different
from those of traditional banks who have adopted the
Western model of banking

112

3. The relatioship between Islamic banks and the parties that


deal with them differs from the relatioship of those who
deal with the traditional banks. Unlike traditional banks,
Islamic banks do not use interest in their investment and
financing transactions, whereas traditional banks borrow
and lend money on the basis of interest.
Pendapat di atas rasanya cukup jelas dan masuk akal, bila
kemudian disimpulkan bahwa wajar bahkan haruslah
Akuntansi Syariah tidak sama dengan akuntansi konvensional.
Disamping itu kalau seseorang mencoba memahami hakekat
keberadaan akuntansi sebagai alat yang tidak bebas nilai, dan
bahkan penuh kompromi untuk berbagai kepentingan pihak
tertentu. Ada dua aliran yang terjadi, pertama adalah mereka
yang menghendaki tujuan dan berbagai kaidah Akuntansi
Syariah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran Islam, lalu
membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran akuntansi
kontemporer yang sudah mapan. Kedua, adalah berangkat dari
tujuan dan kaidah akuntansi konvensional yang sudah ada,
kemudian mengujinya dari padang Islam. Bagian yang dipandang
sejalan diterima dan dipakai, sedangkan bagian yang dipandang
tidak sesuai ditolak.
Evalusai Kritis Akuntansi Konvensional
Akuntansi konvensional dikembangkan oleh ide orang Barat
yang digunakan di seluruh dunia. Sistem tersebut dikenal
sebagai sistem yang paling baik di masyarakat. Hal ini
disebabkan karena mungkin ditandai dengan eksportasi
teknologi akuntansi (yaitu teknik, institusi dan konsep dari
asosiasi akuntansi profesional yang sangat dominan) melalui
kolonisasi, pendidikan, pengembangan perdagangan dan usaha
harmonisasi internasional khususnya di negara Islam yang

113

sedang berkembang di dunia ini. Walaupun beberapa negara


(seperti Malaysia dan Pakistan) mencoba mengadaptasi bahkan
mengadopsi seluruh ide, sebagai usaha minimal.
Demikian pula, pengenalan beberapa konsep dan nilai
mendasar akuntansi konvensional saat ini adalah bersifat
kontradiksi bagi masyarakat Islam. Sebab secara mendasar hal
tersebut berhubungan dengan bunga atau riba. Riba adalah
sesuatu yang diharamkan. Di samping itu, ada beberapa unsur
yang masuk dalam kategori gharar. Banyak isu lain,
sebagaimana diharapkan oleh para akuntan muslim. Demikian
pula Dewan Pengawas Syariah yang secara efektif mengontrol
mekanisme akuntansi.
Masalah penting yang perlu diselesaikan adalah adanya
akuntansi Islam yang dapat menjamin terciptanya keadilan
ekonomi melalui formalisasi prosedur, aktivitas, pengukuran
tujuan, kontrol dan pelaporan yang sesuai dengan prinsip Islam,
dengan memfokuskan pada dua ide dasar dalam akuntansi
konvensional yang diterima sebagai problematik dan tidak sesuai
dengan orang Islam. Masalah pertama berhubungan dengan
fondasi filsafat dan kedua berhubungan dengan peran dan fungsi
akuntansi dalam masyarakat.
Munculnya paradigma agama sebagai sumber
pengorganisasi dan pengawasan bisnis. Namun yang terjadi
sebaliknya paradigma kapitalis mendorong tumbuhnya sifat
serakah manusia, memelihara paham sekularisme, yang
mengarahkan pada sifat materialisme dan pada akhirnya
cenderung bersifat hedonisme, dengan mengedepankan ideologi
rasionalisme. Dengan demikian, menjadikan problem yang lebih
besar lagi dalam raperspektif rasionalisme adalah pemisahan
agama dari aktivitas ekonomi. Problem seperti ini, juga sampai

114

seluruh dimensi atau aspek ekonomi konvensional, sebagai


contoh epistemologi akuntansi konvensional memandang gejala
ekonomi merupakan suatu gejala yang bersifat murni, ia tidak
ada hubungannya dengan aspek sosial dan spiritual dalam
kehidupan umat manusia.
Problem lainya adalah berhubungan dengan masalah
efesiensi alokasi sumber daya yang didasarkan pada mekanisme
pasar. Rasionalisme beranggapan bahwa mekanisme pasar akan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari penciptaan
kekayaan.
Tujuan-tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan
Keuangan
Ada dua hal yang menarik dalam hal ini, pertama adalah
perbedaan antara tujuan akuntansi keuangan dan tujuan laporan
keuangan. Dalam berbagai literatur, banyak penulis yang
menyamakan antara keduanya. Mathews & Parera (1996)
mengatakan:
Strictly speaking, financial statement cannot have objectives;
only those individuals who cause the statement to be produced
and who use them can have objectives.
Mathews & Parera (1996) lebih jauh mengatakan:
What are often referred to as the objectives of financial
statements are really the functions of financial statements ..
Dengan demikian berangkat dari pemikiran di atas,
sebetulnya apa yang menjadi tujuan laporan keuangan,
merupakan tujuan dan fungsi akuntansi sendiri. Dalam konteks
ini, bilamana kita harus berpijak pada prinsip idealime Islam,
maka sesuai dengan hasil kajian tesis Adnan (1996), tujuan

115

akuntansi dapat dibuat dua tingkatan. Pertama, tingkatan ideal,


dan kedua tingkatan praktis. Pada tataran ideal, sesuai dengan
peran manusia di muka bumi dan hakikat pemiliki segalanya (QS
2:30, 6:165, 3:109, 5:17), maka semestinya yang menjadi tujuan
ideal laporan keuangan adalah pertanggungjawaban muamalah
kepada Sang Pemilik yang kakiki, Allah SWT. Namun karena sifat
Allah Yang Maha Tahu, tujuan ini bisa dipahami dan
ditransformasikan dalam bentuk pengamalan apa yang menjadi
sunnah dan syariah-Nya. Dengan kata lain, akuntansi harus
terutama berfungsi sebagai media penghitungan zakat, karena
zakat merupakan bentuk manifestasi kepatuhan seorang hamba
atas perintah Sang Empunya.
Tujuan pada tataran pragmatis barulah diarahkan kepada
upaya untuk menyediakan informasi kepada stakeholder dalam
mengambil keputusan-keputusan ekonomi. Namun sayangnya,
apa yang hendak dicapai lewat SFA No. 1 barulah pada tataran
ini.
Hal kedua yang menarik dari pembedaan antara objectives
of financial accounting dan objectives of financial reports seperti
yang dinyatakan dalam Chapter, SFA No. 1 adalah sesuatu yang
kabur. Artinya, ketika SFA menjelaskan tujuan-tujuan financial
reports, yang disajikan justru tipe informasi yang harus dimuat.
Dengan kata lain, kurang lebih sama dengan semacam syarat
kualitatif kandungan laporan keuangan. Misalnya, bahwa laporan
mengandung informasi tentang kepatuhan bank terhadap
syariah dan oleh karenanya harus ada informasi tentang pos-pos
non-halal; informasi sumber daya dan kewajiban, termasuk
akibat suatu transaksi atau kejadian ekonomi terhadap sumber
daya entitas, maupun kewajibannya; informasi yang dapat
membantu pihak-pihak tertentu dalam menghitung zakatnya;

116

informasi yang dapat membantu pihak terkait dalam


memprediksi aliran kas bank dan seterusnya.
Kerangka Dasar Akuntansi Keuangan
Kerangka dasar akuntansi keuangan versi AAO-IFI
dituangkan dalam SFA No. 2. Ini meliputi 9 bab, termasuk
pengantar dan pernyataan adopsi oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan AAO-IFI. Tidak seperti halnya akuntansi keuangan
konvensional, akuntansi bank syariah menuntut lebih banyak
bentuk laporan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas
4. Laporan laba ditahan
5. Laporan perubahan dalam investasi terbatas
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana
sosial
7. Laporan sumber dan penggunaan dana dalam qardh
Empat laporan pertama adalah unsure-unsur laporan
keuangan yang sudah dikenal selama ini secara konvensional,
sedangkan tiga terakhir bersifat khas. Ketiga laporan yang
terakhir ini muncul akibat perbedaan peran dan fungsi bank
Islam, dibandingkan bank konvensional.
Asumsi Dasar
Bila dibandingkan dengan asumsi dasar yang dipakai oleh
Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan yang dipakai di
Indonesia dengan menganut kepada apa yang dipakai oleh
International Accounting Standards Committee (IASC), maka

117

sedikit terdapat perbedaan . Kalau kerangka dasar akuntansi


konvensional secara eksplisit memakai dua asumsi dasar, yakni
dasar akrual (accrual basic) dan kelangsungan usaha (going
concern), maka asumsi dasar yang dipakai dalam kerangka dasar
versi AAO-IFI terdiri dari empat hal, yakni:
1. The accounting unit concept
2. The going concern concept
3. The periodicity concept
4. The stability of purchasing power of the monetary unit
Komparasi kedua konsep dasar di atas, secara tegas
menunjukkan bahwa hanya ada satu konsep dasar yang samasama diakui oleh kedua model akuntansi yakni konsep going
concern. Ironisnya adalah bahwa sebetulnya konsep ini sudah
banyak diserang oleh berbagai pakar, misalnya Husband (1954),
Sterling (1967), Fremgen (1968), Boris (1991) dan Abdel Magid
(1981).
Selain perbedaan dari sisi jumlah item, sebetulnya
keempat konsep ini berasal dari pemikiran akuntansi
konvensional juga. Tetapi yang lebih penting dicatat sebenarnya
bahwa paling tidak dua diantara going concern yang sudah
disinggung di atas, banyak kritik oleh pakar, termasuk pakar nonMuslim sendiri. Konsep The stability of purchasing power of the
monetary unit juga memiliki kelemahan pada saat perekonomian
dalam kondisi krisis, sehingga inflasi menjadi tinggi atau tak
terkendali.
Pengakuan dan Pengukuran
Aspek pengakuan memegang peranan penting sebagai
kerangka dasar, karena pengakuan merujuk kepada prinsip yang

118

mengatur kapan dicatatnya transaksi pendapatan (revenue),


beban (expenses), laba (gain) dan rugi (loss). Pada gilirannya
konsep pengakuan akan banyak berperan dalam menentukan
aktiva dan passive, serta laba rugi operasi perusahaan. Dalam
konteks ini, ada kesan bahwa pada dasarnya AAO-IFI memakai
konsep akrual sebagai dasar pengakuan untuk semua transaksi.
Ini sejalan dengan kerangka dasar versi IASC yang dianut oleh
akuntansi konvensional Indonesia. Namun demikian, kalau kita
mengacu kepada praktik beberapa bank syariah, ada sejumlah
penyimpangan. Misalnya, dasar akrual hanya dipakai untuk
pengakuan beban atau expenses, tetapi dasar kas (cash basis)
dipakai untuk pengakuan revenue dan/atau income. Argumentasi
yang dijadikan landasan atas sikap ini adalah unsur
ketidakpastian dan tentu saja konservatisme. Walaupun ini bisa
diperdebatkan panjang lebar, konon Dewan Syariah bank Islam di
Indonesia sudah memfatwakan kebolehan pilihan ini, dan
tampaknya akan dipakai sebagai acuan resmi nantinya.
Aspek pengukuran memegang peranan penting dalam
kaitannya dengan peran laporan akuntansi yang harus
menyajikan data kuantitatif tentang posisi kekayaan perusahaan
dalam suatu waktu tertentu. Yang perlu dipertimbangkan dalam
aspek ini adalah atribut apa yang dipakai dalam pengukuran.
Aspek pengukuran hampir tidak berbeda bila dibandingkan
dengan akuntansi konvensional, karena semua atribut yang akan
dijadikan acuan harus mempertimbangkan unsur relevan,
reliability, understandability dan comparability.
Karakteristik Kualitatif
Bila dibandingkan antara karakteristik kualitatif yang ada
pada SFA buatan AAO-IFI dan karakteristik kualitatif dalam
berbagai kerangka dasar akuntansi beberapa negara (AS,

119

Australia, IASC, dsb), tampak ada kesamaan yang sangat


menonjol. Kalaupun ada perbedaan, maka lebih kepada
penekanan dan urutan priritas belaka. Oleh karena itu, dalam
kerangka dasar versi SFA juga ditemukan : relevan (meliputi
predictive value, feedback value dan timeliness) reliability
(meliputi representational faithfulness, objectivity dan
neutrality), comparability, consistency, understanbility.
Yang penting dicatat di sini adalah sejauh yang dapat
dilakukan analisis dan pengujian dari perspektif Islam, tidak ada
yang keluar dari batas-batas yang dapat diterima, terutama
kalau dilihat dari sudut pandang tujuan laporan keuangan,
seperti yang dibahas di muka.
Standar Akuntansi Keuangan
Perbedaan mencolok akan tampak kalau dibandingkan
antara standar akuntansi untuk perbankan konvensional dan
standar akuntansi perbankan Islam. Namun demikian, kalau
dilihat lebih jauh, perbedaan ini lebih disebabkan karena
perbedaan paradigma dasar dari kedua jenis industri, yang pada
gilirannya membawa perbedaan produk dan jasa yang
ditawarkan. Konsekuensinya adalah terjadinya perbedaan
standar akuntansinya. Contoh dalam industri perbankan Islam
dikenal dengan produk musyarakah, mudharabah, murabahah,
bai bi-tsaman ajil, qardul hasan, salam, istishna dan lain
sebagainya. Kesemua jenis produk atau jasa ini tidak akan
ditemukan operasi dalam bank konvensional.
Karena keunikan produk atau jasa ini pulalah, maka mau
tidak mau ada standar yang tidak hanya berbeda, tetapi tidak
terdapat dalam standar akuntansi konvensional. Pada tataran
tertentu, keunikan ini sekaligus memunculkan perlakuan

120

akuntansi yang unik. Contohnya manakala terjadi transaksi


deposito mudharabah oleh nasabah kepada bank Islam. Sekilas
orang menyangka bahwa sifat dan bentuk deposito ini sama saja
dengan deposito bank konvension

Akutansi Islam atau Akutansi Syariah pada hakekatnya adalah penggunaan


akutansi dalam menjalankan syariah Islam. Shahata (Harahap, 1997:272)
misalnya mendefinisikan Akutansi Islam sebagai berikut:
Postulat, standar, penjelasan dan prinsip akutansi yang
menggambarkan semua halsehingga akutansi Islam
secara teoritis memiliki konsep, prinsip, dan tujuan Islam
juga. Semua ini secara serentak berjalan bersama bidang
ekonomi, social, politik, idiologi, etika, kehidupan,
keadilan dan hukum Islam. Akutansi dan bidang lain itu
adalah satu paket dan tidak bisa dipisahkan satu sama
lain,.

Anda mungkin juga menyukai