Anda di halaman 1dari 19

Papan Catur Batik Ornamen Batik dari Karanganyar

Posted by ken-maesa in Seni Budaya


IDE kreatif yang bisa menghasilkan uang bisa datang dari siapa saja. Salah satu contohnya
adalah Sumartoyo, warga Desa Bulu, Kecamatan Jaten, Karanganyar. Sumartoyo dibantu
beberapa tetangganya merealisasikan ide kreatifnya, dengan membuat meja atau papan catur
berornamen batik. Dari segi bentuk, meja catur batik ini tak jauh beda dengan catur yang kita
kenal.
Yang membuat meja catur karya Sumartoyo ini berbeda, adalah ukuran serta motif batik yang
menghiasinya. Batik yang biasanya menggunakan media kain dipindah ke meja serta bidak
catur yang terbuat dari kayu.
Proses pembuatan meja catur batik ini hampir sama dengan produksi batik kain.pertama-tama
pola batik digambar menggunakan pensil. Setelah itu pola tersebut ditutup malam atau lilin
dengan menggunakan canting. Proses pelapisan malam ini tergolong cepat karena media yang
digunakan adalah kayu. Selanjutnya bidak catur yang selesai dilapis lilin diberi warna dengan
cat pikmen. proses pewarnaan dilakukan dua kali. Dengan pemolesan cat dasar terlebih
dahulu.
Setelah diberi warna bidak tersebut dicelup kedalam air mendidih untuk menghilangkan lilin.
Proses akhir adalah penjemuran untuk mengeringkan warna. Proses yang sama juga
dilakukan pada papan catur. Papan yang sudah diberi motif batik dicat hitam untuk membuat
jalur permainan. Setelah proses pengeringan maka papan dan bidak catur siap digunakan.
Bedanya dengan catur biasa warna bidak yang dipakai bukan hitam dan putih namun
berbagai warna perpaduan terang dan gelap.
Menurut sumartoyo ide pembuatan catur batik ini muncul pada tahun 2005 silam. Sumartoyo
melihat bahwa permainan catur sangat digemari oleh masyarakat. Dirinya pun berpikir untuk
membuat catur agar lebih menarik dan memiliki nilai seni tinggi. Maka, sumartoyo pun
mencoba untuk membuat papan dan bidak catur batik.

Batik Solo

Untuk bahan kayu yang dipakai Sumartoyo memilih kayu waru. S elain mudah didapat dan
murah kualitas kayu waru sangat bagus, karena mampu menyerap cat. Sedangkan untuk
desain pola batiknya, Sumartoyo berkiblat pada motif batik Solo. Namun sumartoyo juga
mencoba untuk mengembangkan pola kontemporer sendiri.
Catur batik karya sumartoyo ini telah dikenal hingga ke kota-kota besar, seperti Jakarta Solo,
Surabaya, Bandung, serta makassar. Selain pasar dalam negeri catur batik ini telah merambah
pasar luar negeri seperti china india bahkan hingga ke belanda.
Harga dari catur batik ini bervariasi tergantung ukurannya. Yang paling kecil harganya Rp
325.000 rupiah per set. Sedangkan yang paling besar dengan ukuran satu meter persegi.
harganya mencapai Rp 2.700.000 per set. Jika anda tertarik silahkan datang ke workshop Puri
Art Wood Batik di Jaten, Karanganyar.(bre/kabarsoloraya.com)
Sumber : http://soloraya.com/2009/11/05/papan-catur-batik-ornamen-batik-dari-karanganyar/.
Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Asyik, Siswa Karanganyar Bakal Digratiskan Seragam Batik


Bramantyo (Jurnalis) Rabu, 26 Maret 2014 - 14:14 wib

KARANGANYAR - Setelah melalui pembahasan panjang dalam pembahasan kebijakan umum


anggaran dan prioritas plafon anggaran sementara (KUA-PPAS) 2014 di DPRD, akhirnya anggaran
seragam sekolah bagi siswa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah digratiskan.
Untuk program menggratiskan seluruh biaya seragam sekolah di Kabupaten yang terletak di bawah
kaki Gunung Lawu ini, Pemkab setempat mengalokasikan Rp7 miliar untuk anggaran seragam batik
sekolah. Informasi yang dihimpun Okezone, penggratisan anggaran seragam sekolah ini hanya
diperuntukkan bagi siswa SD sampai tingkat SMA dan sederajatnya.
Khusus seragam reguler seperti seragam putih merah (khusus SD), putih biru (SMP) dan putih abuabu (SMA) Pemkab tidak menggratiskannya. Masing-masing siswa bakal menerima jatah Rp50 ribu
untuk seragam batik tersebut.
Wakil Bupati Karanganyar,Jawa Tengah, Rohadi Widodo mengatakan seragam batik sekolah yang
digratiskan ini sudah masuk dalam anggaran sekolah gratis yang disiapkan Pemkab senilai Rp50
miliar lebih.
"Anggaran seragam batik ini nanti masuk dalam RAPBD yang akan dikirimkan ke DPRD. Setiap
siswa dianggarkan Rp50 ribu untuk satu kain batik," papar Rohadi Widodo kepada Okezone, di
Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (26/3/2014).
Menurut Rohadi, program menggratiskan seragam batik sekolah dilakukan setelah pihaknya banyak
menerima keluhan dari warga masyarakat menyangkut adanya kebijakan menggunakan identitas
seragam batik di luar seragam reguler lainnya.
Dari keluhan tersebut, pihaknya melihat daya kemampuan APBD terlebih dahulu, sebelum
memutuskan menanggung sragam diluar sragam reguler. Setelah optimistis APBD mampu
menanggungnya, maka dilakukan penggratisan seragam.
"Selama ini kan yang menjadi keluhan ada pungutan uang seragam batik. Nah tahun ini kami beri
seragam batik gratis, sedangkan seragam reguler itu urusan personal," ujarnya.
Untuk mekanisme penyaluran penggratisan sragam tersebut, ungkap Rohadi, setiap sekolah akan
menerima uang seragam batik sesuai dengan jumlah siswanya. Uang tersebut wajib dibelikan
langsung pihak sekolh dengan pengawasan ketat dari pihak Pemkab.
Agar tidak terjadi korupsi, Pemkab membebaskan pihak sekolah untuk membeli di mana saja seragam
anak didiknya. Ditegaskannya, tidak ada toko atau pabrik khusus yang ditunjuk Pemkab menjual batik
tersebut.
"Jangan main-main dengan anggaran ini. Kalau sampai kita menemukan masih ada keluhan warga
yang anaknya diwajibkan membeli seragam batik, langsung kita pidanakan ke meja hijau,"
pungkasnya. (ade)
Sumber : http://news.okezone.com/read/2014/03/26/560/960962/asyik-siswa-karanganyar-bakaldigratiskan-seragam-batik. Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Java Expo 2014, dari batik kayu sampai boneka ondel-ondel


Posted by ken-maesa in Berita Umum, Kisah

16 Mei 2015

Java Expo, pameran akbar produk-produk kerajinan unggulan daerah, berlangsung di


Pahelaran, Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Pameran tahunan kali ini
menghadirkan lebih dari 200 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) se-Indonesia.
Mereka menempati stan-stan pameran, memajang produk-produk unggulan daerah mereka.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, para peserta Java Expo menampilkan koleksi dan produk
yang beragam, seperti batik, batu-batuan, kerajinan logam, boneka khas daerah dan
sebagainya. Berikut ini profil dari para peserta pameran yang ditulis secara berseri.
Puri Art adalah sebuah industri batik tulis kayu yang berdiri sejak 1998 dengan produkproduk furniture, home acessories, dan handicraft yang bernuansa batik tradisional.
Membuka gerai di Perum Bulu RT 06/XVII, Jaten, Karanganyar, produk-produk Puri Art
telah merambah ke berbagai negara seperti Jepang, Korea, Belanda dan Australia.
Bukan perjalanan yang mudah. Sumaryoto, pemilik Puri Art, pun mengalami pasang surut
dalam menjalankan usaha kerajinan batik kayu ini. Dengan modal hanya sebesar Rp 65 ribu
pada tahun 1996, ia memberanikan diri untuk merintis usaha batik kayunya.
Saat itu saya juga tidak tahu usaha ini nantinya akan seperti apa. Yang penting jalan dulu,
ujarnya di stan pameran.

Foto: Ganug Nugroho Adi

Kerajinan pertamanya adalah membatik replika mobil dan sepeda motor yang bahan
mentahnya dibeli di Boyolali. Karena tidak memiliki keahlian, proses pembatikan diserahkan
kepada neneknya yang tinggal di Kelurahan Pompongan, Kecamatan Karanganyar Kota.
Kebetulan neneknya memiliki keahlian membatik.
Produk yang dihasilkannya ternyata mendapat respons positif dari masyarakat. Usaha yang
awalnya hanya sekadar iseng-iseng ini pun berkembang. Pada 1998 Sumartoyo

mendirikanPuri Art. Sejak saat itu produk kreatifnya bermunculan, seperti topeng, wayang,
tempat buah, meja, lemari, tempat tidur, hingga papan catur.
Bahan yang dijadikan objek pembatikannya pun beragam, dari kayu-kayu keras (seperti jati)
hingga kayu murahan yang biasanya hanya dijadikan sebagai bahan bakar.
Kini, setelah lebih dari 15 tahun, omzet rata-rata Puri Art mencapai Rp 50 juta per bulan.
Menilik pesatnya usaha, omzet sejumlah tersebut rasanya tak berlebihan. Terlebih produk
buatan Puri Art tidak hanya dijual di pasar lokal, melainkan juga dilempar ke berbagai negara
seperti Singapura, Jepang, Prancis, Belgia, juga Kanada.
Pasar di luar maupun di dalam negeri masih terbuka lebar, kata pria yang pernah menjadi
buruh pabrik kayu di Solo ini.
Permintaan semakin ramai ketika mengikuti berbagai pameran di berbagai negara. Saat
berpameran di Jepang, misalnya, dia sempat tercengang lantaran sebuah topeng hasil
produksinya laku terjual dengan harga Rp 400 ribui. Padahal, di Indonesia produk itu hanya
laku Rp 40.000.
Puri Art sendiri pernah pameran di Jepang, Singapura, Malaysia, China, Kamboja, Belgia,
Belanda, hingga Kanada. Dalam setahun,minimal saya mengikuti empat pameran, ujar
Sumaryoto.
Produk yang dipamerkan cukup beragam. Ada sekitar 65 jenis yang dijajakan dengan harga
Rp 15.000 hingga Rp 2,7 juta per unit. Produk paling mahal sejauh ini meja catur. Sebagai
produsen barang-barang kreatif, Sumartoyo dituntut untuk terus mencari ide baru. Hal ini
penting demi memperkaya produk-produk buatannya.
Dalam sehari Puri Art bisa menghasilkan hingga seratusan kerajinan yang dibatik. Namun
untuk furniture, membutuhkan waktu sekitar sebulan untuk menyelesaikannya. Dengan harga
kerajinan antara Rp 20 ribu hingga tiga jutaan rupiah per hari.
Sumber : http://soloraya.com/2014/05/16/java-expo-2014-dari-batik-kayu-sampai-bonekaondel-ondel-1/. Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Exhibisi PNPM Perkotaan Kabupaten Karanganyar Pasarkan Hasil Produk KSM


Karanganyar, 16 Juli 2014

Setiap Jumat pagi di Kabupaten Karanganyar ada kegiatan yang dinamakan Pasar Jumat. Di
sana, digelar berbagai jenis pakaian sampai dengan makanan, minuman, mainan, peralatan
rumah tangga dan sebagainya. Dan, mulai Jumat, 28 Februari 2014, Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dampingan PNPM Mandiri
Perkotaan Kabupaten Karanganyar memamerkan produk yang dihasilkan oleh KSM-KSM
BKM di Kabupaten Karanganyar.
Produk-produk tersebut di antaranya, (1) jenis makanan: kripik singkong rasa gadung,
rambak pati, gapit ketan, emping mlinjo, jamur merang, tiram, snack cumi-cumi, tahu bakso,
krupuk sledri, susu kedelai, getuk singkong, intip, abon nuget lele, kripik bakso lele, kripik
tempe, dan sebagainya. (2) Jenis kerajinan: kerajinan grafir kaca, keset kain perca, kerajinan
tas suvenir, batik tulis, dan sebagainya.
Pameran bertujuan untuk membantu memasarkan produk hasil KSM dengan cara
mengikutkan pameran setiap Jumat dengan cara bergiliran tim pendampingan, dengan
mendatangkan produk-produknya. Berikut contoh peserta yang ikut pameran yaitu, Sukinem

Berbagai
jenis
makanan,
rasa gadung, gapiet ketela dan hasil kerajinan

seperti

kripik

singkong

(36), yang bertempat tinggal di RT 05 RW 01 Desa Ngijo Kulon, Kecamatan Tasikmadu.


Selain ibu rumah tangga, Sukinem sehari-harinya bekerja sebagai wiraswasta. Ia membuat
emping mlinjo rasa manis, asem, pedas, rasa biasa/netral.
Dari 4 kg mlinjo glondong (mentah) diolah menjadi emping siap jual. Setiap 1 kg emping
rasa manis dihargai Rp50.000 per kg, sedangkan rasa biasa dihargai Rp40.000 per kg.
Pemasarannya di rumah saja sudah ada pemesannya dan selainnya dititipkan di warungwarung. Hasil emping mlinjo ini juga pernah diikutkan berbagai pameran, di antaranya di
gedung wanita Kabupaten Karanganyar bulan lalu. Selama mengikuti pameran di Pasar
Jumat, Sukinem merasa senang dan berharap pameran ini bisa berkelanjutan agar bertambah
banyak pelanggannya.
Pedangang lainnya adalah warga Wagal RT04. RW 01 Desa Wonolopo, bernama Partini (42).
Ia menekuni membuat gapit ketan dan keripik telo ungu. Wira usaha ini sudah ditekuni
selama sekira 2 tahun, dengan modal sekira Rp700.000 guna membeli peralatan dan bahan
baku ketela seharga Rp2.500 per kg, dan pati Rp600 per ons.
Selain ikut pameran, cara ia memasarkan adalah sampai ke Pasar Palur dan arena wisata
Sondokoro. Dua minggu sekali di Palur, setiap Sabtu dan Minggu di Sondokoro, Tasikmadu,
Kabupaten Karanganyar.

Permasalahan yang dihadapi adalah permodalan dan pintu pemasarannya. Selama mengikuti
pameran di Pasar Jumat, hasilnya cukup banyak pengunjung. Banyak yang membeli gapit
ketan dan kripik ketela ungu. Dengan usaha ini Partini bisa memperlancar ekonominya, dan
berpotensi dikembangkan di masa depan.
Ada salah satu pengunjung, yang tidak mau di sebutkan namanya, mengatakan, agar produk
KSM ini dikembangkan dengan variasi khas masing-masing wilayah dampingan, sebagai
bekal untuk pengembangan di tiap-tiap desa se-Kabupaten Karanganyar. [Jateng]
Sumber : http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6848&catid=3&. Diunduh pada Senin, 13
Juli 2015.

Desain Batik Khas Karanganyar, Disayembarakan


Yon Haryono | Sabtu, 6 September 2014 | 09:09 WIB | Dibaca: 1248 | Komentar: 0

Beragam corak batik diaplikasikan dalam lembaran kain. (Abdul Alim)

KARANGANYAR (KRjogja.com)- Identitas Bumi Intanpari bakal disematkan dalam corak


seragam batik hasil desain peserta sayembara yang digelar Pemkab Karanganyar menyambut
hari jadinya ke-97. Sayembara ini dibuka secara umum.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Karanganyar Istar Yunianto
mengatakan, pendaftaran dibuka mulai 2-15 September 2014. Para pendaftar diminta
mengumpulkan desain corak batik kepada panitia sayembara pada 17-19 September. Dalam
lomba ini, para juri mengutamakan kualitas dan keterwakilan jati diri Bumi Intanpari di
desain guna menentukan pemenang sayembara.
Para juri memilih 10 desain terbaik yang kemudian dipilih tiga diantaranya. Tiga desain ini
akan keluar sebagai juara I-III lomba desain batik khas Karanganyar, katanya ditemui
'KRjogja.com..
Tidak menutup kemungkinan, desain pemenang sayembara akan diaplikasikan ke pengadaan
seragam PNS dan peserta didik. Namun sebelum itu, panitia lomba mewajibkan para
pemenang mengaplikasikan desain itu ke busana yang akan dikenakan sejumlah pejabat saat
berada di event perayaan HUT ke-97 Karanganyar pada 18 November mendatang.
Dikatakan Istar, meski sayembara ini bebas diikuti berbagai kalangan, namun ia meyakini
lomba ini merupakan ajang meraih gengsi perusahaan fashion. Para perancang busana dari
perusahaan-perusahaan tersebut diterjunkan untuk memenangkan kompetisi. Bisa jadi,
Pemkot membidik kerjasama berkelanjutan dengan perusahaan fashion yang memenangkan
sayembara melalui kreativitas para perancang busananya.
Desain pemenang diujicobakan saat perayaan hari jadi nanti. Kami optimistis pilihan para
juri tidak akan salah. Sebab mereka berkompeten di bidangnya, yakni juri dari akademisi,
praktisi dan juri kehormatan pak bupati dan wabub, jelasnya.

Selain berkesempatan menjalin kerjasama bisnis dengan Pemkab, juara I berhak membawa
pulang uang Rp 15 juta, juara II Rp 10 juta dan juara III Rp 5 juta. Seluruh teknis
penyelenggaraan kegiatan ini akan disampaikan kepada para peserta pada 16 September.
Sedangkan pemenang sayembara desain batik diumumkan pada 10 Oktober 2014.Desain
yang memenuhi kriteria pemenang diutamakan yang mencirikan Kabupaten Karanganyar,
tandasnya. (*-10)
Sumber : http://krjogja.com/read/229309/desain-batik-khas-karanganyar-disayembarakan.kr.
Diunduh pada Jumat, 10 Juli 2015.

Inilah Batik Tirta Intanpari Khas Karanganyar


Yon Haryono | Senin, 3 November 2014 | 03:03 WIB | Dibaca: 1098 | Komentar: 0

Tirta Intanpari, batik khas Karanganyar. (Abdul Alim)

KARANGNYAR (KRjogja.com)- Sayembara desain batik khas Kabupaten Karanganyar


akhirnya memperoleh pemenang lomba dengan karya bertajuk 'Tirta Intanpari'. Aneka corak
perlambang bangunan heritage, flora, fauna serta potensi wisata khas Karanganyar terangkum
di karya ini.
Muhammad Qomar, pencipta karya Tirta Intanpari ini, merupakan salah seorang peserta
sayembara yang berhasil menggabungkan desain batik konvensional dengan corak pesanan
juri, yakni Candi Cetho dan Gunung Lawu. Pria asal Sroyo, Jaten ini juga berimprovisasi
menyematkan corak burung derkuku dan air terjun di bidang kain berwarna dasar hijau.
Selain dirinya, dewan juri menetapkan Tri Wulandari asal Sleman DIY dan Dina Sri Pratiwi
asal Jaten Karanganyar, masing-masing sebagai juara II dan III.
"Juara II dengan desain gambar candi Sukuh dan juara III dengan motif bergambar Candi
Cetho. Semua pemenang menggunakan corak sesuai pesanan kami. Tapi masing-masing
memiliki kualitas berlainan. Corak terbaiklah yang berhak meraih predikat juara I," kata
Kabid Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten
Karanganyar, Eny Fauziah kepada 'KRjogja.com', Minggu (02/11/2014).
Ditambahkan, hasil karya Qomar tersebut bakal ditampilkan dalam gelaran fashion show duta
wisata Karanganyar pada puncak acara HUT Karanganyar, pertengahan bulan ini. Oleh
panitia, corak batik yang dihasilkan Qomar kemungkinan bakal direvisi, meski hanya di sisi
pewarnaan saja.
Diceritakan Qomar, Tirta Intanpari diciptakan usai dirinya memperoleh bahan gambar dari
sejumlah referensi. Kemudian dengan bantuan program komputer grafis, dirinya menuangkan
simbolisasi Gunung Lawu, burung derkuku yang bermakna sebagai asal usul nama
Karanganyar, air terjun sebagai potensi sumber daya alam, hingga ornamen-ornamen macam
daun teh, candi cetho hingga pohon tebu.

Atas keberhasilannya, pria yang telah empat tahun menggeluti profesi sebagai desainer batik
tersebut berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp 15 Juta dan piagam. Sebagaimana
diberitakan, 77 peserta mengikuti sayembara desain batik khas Kabupaten Karanganyar.
Setelah diseleksi, 51 peserta lolos tahapan administratif. Kemudian tim juri memilih 10
nominator dari hasil desainnya untuk maju di ajang final. (*-10)
Sumber : http://krjogja.com/read/236093/inilah-batik-tirta-intanpari-khas-karanganyar.kr.
Diunduh pada Jumat, 10 Juli 2015.

Seragam Batik PNS Karanganyar Diluncurkan


20 November 2014 11:56 WIB Category: SmCetak, Solo Metro

KARANGANYAR, suaramerdeka.com Seragam batik PNS Karanganyar diluncurkan.


Seragam batik itu merupakan pemenang pertama lomba desain batik dalam rangka Hadi jadi
ke-97 Karanganyar. Baju seragam diperagakan empat Putra-Putri Lawu 2012, dengan model
busana resmi kantoran berkerudung dan tidak berkerudung.
Coraknya didominasi warna kuning gading dengan batikan didominasi warna hijau, cokelat
dan hitam. Desainnya sangat indah, dengan gambar gunung Lawu, Candi Sukuh serta
keindahan alam Lereng Lawu.
Busana itu akan mulai dipakai secara resmi oleh para PNS di lingkungan Pemkab
Karanganyar dan secara bertahap akan digunakan untuk seragam anak-anak sekolah mulai
SD sampai SLTA. Mungkin hanya warna dasarnya saja yang akan dibedakan untuk anakanak sekolah.
Ini memang salah satu upaya kami menggeliatkan batik di Bumi Lereng Lawu ini. Sebab
kekayaan seni batik ini sebetulnya sangat besar. Kami sangat paham para pembatik di
Matesih, Gondangrejo, menyerahkan hasil karyanya ke tengkulak di Solo, yang menjual lagi
dengan harga tinggi, kata Istar Junianto, Kadis Pariwisata dan Budaya Karanganyar.
Karena itulah Bupati yang berupaya mendorong bangkitnya batik khas Karanganyar,
mencoba menggelar lomba desain itu. Hasilnya ternyata sangat besar minat para seniman
batik untuk mengikuti, dan menuangkan karyanya.
Setelah melalui serangkaian penilaian, termasuk juri kehormatan Bupati dan Wabup, dipilih
desain terbagus denga filosofi yang menampilkan kekayaan alam Bumi Intanpari ini. Desain
batik itu selanjutnya diproduksi untuk dijadikan baju dan dipakai seluruh panitia serta tamu
kehormatan dalam resepsi dan wayangan Hari jadi Karanganyar.
Bupati mengatakan, setelah diluncurkan, maka warga dan juga para PNS serta siswa bisa
membeli batik itu di manapun dan diproduksi siapapun. Tergantung keinginan dan
kemampuannya sendiri. Yang penting desainnya seperti ini, kata dia yang juga mengenakan
hem lengan pendek batik khas Karanganyar tersebut.
Saya memang membebaskan siapapun untuk memproduksi batik itu. Baik yang biasa
membatik tulis, maupun yang ingin memproduksi batik printing serta produk lainnya.
Pemkab tidak mengenakan opsi apapun, asal warga Karanganyar, dan usahawan di Lereng
Lawu, disilahkan memproduksi batik tersebut.
Dengan begitu nanti di pasar ada batik ini, di toko ada, di butik juga tersedia. Tinggal pilih
mana yang disukai sesuai uangnya. Tidak ada keharusan membeli batik khas ini di toko
tertentu, produk perusahaan tertentu. Pokoknya bebas, kata dia.
Dengan cara itu, Bupati menginginkan perekonomian akan bangkit, ditunjang dengan produk
batik tersebut. Mulai dari perajin batik tulis sampai cetak batik kelas menengah maupun
besar, akan bisa menjual.
(Joko Dwi Hastanto/CN19/SMNetwork)
Sumber
:
http://berita.suaramerdeka.com/seragam-batik-pns-karanganyar-diluncurkan/.
Diunduh pada Jumat, 10 Juli 2015.

Batik Kayu Karanganyar Go Internasional


4 Februari 2015

Sejak awal mula tahun 1996 ketika ikut pameran di Pasar Raya Jakarta, Sumartoyo mencoba
untuk mencari peluang usaha dengan memamerkan kayu namun dibalut dengan motif batik.
Kemudian tahun 1998 mulai berdiri mandiri dengan menciptakan karya-karya unik dan
tradisional.
Saya pertama kali membuat warna motif batik ternyata belum bisa. Padahal saat itu akan ada
pameran yang di selenggarakan oleh Pemkab Karanganyar, ujar Sumartoyo. Namun dengan
belajar dan ketekunannya dia bisa membuat warna motif ciri khas batik. Ada motif sogan
dan kawung, kata Sumartoyo, saat di temui di galeri dan sekaligus rumanya Puri Art, Perum
Bulu, Rt 06/ Rw XVII, Jaten, Kabupaten Karanganyar.
Dia memproduksi berbagai macam batik kayu dari gelang, meja, kursi, kentongan, wayang,
mangkok, dan piring. Ada juga jenis hewan seperti bebek, kelinci, ikan dan gajah. Yang
menarik batik kayu untuk papan dan bidak catur. Bahan baku produk kami terbuat dari
berbagai jenis kayu seperti jati, pule, sengon, mahoni dan bambu, ujar dia.
Untuk lamanya pembuatan tergantung ukuran dan di sesuaikan dengan tingkat
kerumitan.Rata-rata bisa selesai dalam waktu satu minggu, ujar Sumartoyo. Sampai dengan
saat ini, Sumartoyo telah keliling pameran dari lokal hingga luar negeri. Saya pernah ikut
pameran di Utrecht, Jerman. Disana peminatnya lumayan banyak, karena produk ini unik dan
bernilai tradisional, jelasnya.
Di pasar lokal, para pemesan maupun pembeli berasal dari Solo, Jogyakarta bahkan Jakarta.
Sumber : http://disperindagkop-karanganyar.com/blog/2015/02/04/batik-kayu-karanganyargo-internasional/. Diunduh pada Jumat, 10 Juli 2015.

Pameran Intanpari Expo 2014 Tunjukan Produk Unggulan

4 Februari 2015

Pameran pembangunan yang diadakan dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten
Karanganyar 2014 ke-97, berlangsung meriah dan dipadati ribuan warga masyarakat berjubel
untuk melihat. Lokasi pameran yang strategi di pelataran depan alun-alun, diikuti 36 stan dari
instansi pemerintah, enam BUMN dan BUMD, 46 perusahaan, dan lima koperasi.
Semuanya berjumlah 135 stan dengan menampilkan berbagai produk-produk unggulan yang
dipamerkan peserta pameran, ujar Nur Halimah, Ketua Panitia Penyelenggara Pameran
Pembangunan, Sabtu (22/11) malam, saat dilokasi.
Bupati Karanganyar Juliyatmono, menuturkan dengan pameran ini diharapkan produkproduk dari Kabupaten Karanganyar bisa dikenal, tidak saja warga lokal namun dari luar kota
bisa membelinya. Apresiasi warga luar biasa banyak. Dengan pameran ini, hasil transaksi
jual beli bisa meningkatkan pendapatan UMKM, ujar Bupati Juliyatmono.
Setelah acara pembukaan, Bupati, Wakil Bupati Karanganyar Rohadi Widodo, dan Muspida
melihat produk-produk unggulan dari 17 kecamatan,BUMN, BUMD atau pun hasil
pembangunan dari instansi pemerintah.
Di pameran yang berlangsung selama empat hari, dari Sabtu-Rabu (22-26/11) ada yang
membuat seperti kerajinan wayang kulit, batik, makanan olahan,alat-alat pertanian, jamu,
ukiran kayu,dan fotografi.pd
Sumber : http://disperindagkop-karanganyar.com/pasar/2015/02/04/pameran-intanpari-expo2014-tunjukan-produk-unggulan/. Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Batik Girilayu
5 Februari 2015

Sentra pembatikan di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar


merupakan salah satu daerah pembatikan yang ada sejak zaman Mangkunegara I, bersamaan
dengan di mulainya perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, dimana ditetapkan Raden Mas
Said menerima sebagian daerah Surakarta yaitu: Kadawung, Laroh, Matesih, Hariboyo,
Hongobayan, Sambuyan, Pajang (sebelah selatan), Pajang (sebelah utara), Gunung Kidul,
Mataram, dan Kedu (AK. Pringgodigdo, 1938). Daerah-daerah inilah yang kemudian
dikembangkan menjadi sentra pembatikan, yang berpusat pada Keraton Mangkunegaran.
Desa Girilayu, yang terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sangat
terkenal karena di sinilah letak kompleks Astana (makam) para penguasa dan kerabat dekat
Puro (Istana) Mangkunegaran, selain terdapat pula di desa Mangadeg yang masih masuk
Kecamatan Matesih. Di Girilayu terletak makam Mangkunegara IV, V, VII, dan VIII,
sementara
Mangkunegara
I,
II,
dan
III
dimakamkan
di
Mangadeg(http://walah.multiply.com/journal/item/347/Destination_Matesih, 20 Mei 2009).
Karena di Girilayu terdapat kompleks makam raja-raja Mangkunegaran inilah yang kemudian
menjadikan penjaga makam, yang juga merupakan pembatik keraton, mengembangkan batik
di Girilayu dan terus berkembang hingga kini. Pekerjaan membatik merupakan pilihan bagi
sebagian besar masyarakat Girilayu, disamping bertani. Sehingga batik-batik yang ada di

Girilayu sekarang mendapat pengaruh dari batik Surakarta, khususnya Keraton


Mangkunegaran, baik berupa teknik, bahan, pewarnaan, sampai pada motif yang digunakan.
Motif batik Keraton di Surakarta memiliki ciri khas yang membedakan dengan motif
batik lainnya, yang antara lain dapat dilihat melalui pemakaian warna yang cenderung soft,
dengan perpaduan yang harmonis seperti warna-warna biru kehitaman, krem, dan merah
kecokelatan. Sedangkan batik Keraton Mangkunegaran memiliki gaya disain seperti batik
Keraton Surakarta pada umumnya, namun memiliki warna kuning dan soga yang lebih
sedikit dominan. Selain itu, motif batik Mangkunegaran memiliki motif yang lebih kreatif
dibanding batik Keraton Surakarta karena keragaman dari motif yang dihasilkan (Santosa
Doellah, 2001:56). Motif batik inilah yang kemudian diperkenalkan pada masyarakat
Girilayu dan dikembangkan dengan penyesuaian seiring berkembangnya zaman.
Sumber : http://disperindagkop-karanganyar.com/blog/2015/02/05/batik-girilayu/. Diunduh
pada Jumat, 10 Juli 2015.

Karanganyar Kirim Empat Usaha Mikro Ikuti Pameran Bogor Ekspo


Februari 2015
KARANGANYAR Empat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten
Karanganyar, dipastikan akan mengikuti pameran dalam acara Bogor Ekspo, Gebyar
Wisata, Kerajinan dan Ekonomi Kreatif, di Gedung Pajajaran, Kota Bogor Jawa
Barat.
Kepala Dinas Perindustrian Perdangan dan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM,
kabupaten Karanganyar Nur Halimah, melalui Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan
Lilyani mengatakan, acara yang dimungkinkan kan dihadiri oleh seluruh UMKM yang
ada di Kabupaten seluruh Indonesia tersebut digelar pada 28 Mei sampai dengan 1
juli 2015.
Disperindagkop sendiri akan membawa empat kerajinan UMKM, yakni diantaranya
batik Rania yang berada di Karanganyar Kota, Kerajinan Handicrafdari bahan Koran
yang berada di Colomadu, Pengrajin Bantal mobil di Matesih, dan Serajinan
kain Seprei rapunsel yang berada di Kecamatan Jaten.
Tadi ke empat pengelola pengrajin yang menjadi binaan UMKM dari
Disperindagkop, sudah kami panggil ke kantor untuk diberi pembekalan, dan
nantinya bakal kita bawa ke pameran tersebut, terang Lilyani.
Dalam pemeran tersebut, Lilyani mengharapkan, agar empat kerajinan yang mejadi
perwakilan Kabupaten Karanganyar, dalam pameran Ekspo di Bogor tersebut,
nantinya dapat menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat.
Sehingga, dapat untuk menjadikan kebutuhan ekspor, dan nantinya sesuai dengan
program Bupati dan Wakil bupati Karanganyar, yang akan membuka 10.000
lapangan pekerjaan bagi warga Karanganyar.

Ya kalau itu nanti mendapat perhatian, tentunya kita berharap agar hasil karya atau
produk dari warga Karanganyar bisa untuk mencukupi kebutuhan ekspor. Karena
sebelumnya, kabupaten Karanganyar dalam pameran di Batang, menjadi stan
Favorit dari seluruh pengrajin yang ada di Indonesia, jelas Lilyani.
Rudi Hartono
Sumber : http://joglosemar.co/2015/05/karanganyar-kirim-empat-usaha-mikro-ikuti-pameranbogor-ekspo.html. Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Batik Girilayu Sulit Berkembang


Adi Prasetyawan 06 Mei 2015

MATESIH - Perajin batik tulis Girilayu, Matesih kesulitan mengembangkan produksinya


lantaran kesulitan modal.
Mereka terpaksa hanya melayani jika ada pesanan dari pembeli.
Pembina UMKM Karanganyar dr Hadiasri Widyasari mengatakan, potensi produsen batik Desa
Girilayu, Kecamatan Matesih sangat besar.
Sayangnya, belum bisa maksimal lantaran para perajin batik terbentur persoalan pemasaran dan
modal.
"Warga yang dulu produsen hanya bertahan sebagai buruh pembatik. Alasannya karena tidak
memiliki modal untuk pemasaran batik tulis yang cukup mahal," tutur Hadiasri saat Workshop
Membatik di Dusun Merakan, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Minggu.
Menurutnya, tak sedikit perajin yang alih profesi menjadi pedagang asongan di kawasan Astana
Giribangun. Padahal sebelumnya batik tulis Girilayu cukup moncer. Setiap sinjang batik
dulunya dihargai antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

Namun, lantaran kesulitan promosi dan pemasaran, mereka hanya melayani pesanan tertentu
dari luar daerah. Batik disini umumnya lebih halus. Sayang tidak dikembangkan sehingga kita
dampingi agar eksis. Dimulai di Dusun Merakan dulu, sebutnya.
Di Desa Girilayu, terdapat tiga kelompok pengrajin batik yang tersebar di lima dusun, yakni
Dusun Merakan, Wetan Kali, Seberan, Bati dan Girilayu. Sementara ini promosi yang dilakukan
pun kurang.
"Kalau dimaksimalkan bukan tak mungkin sentra batik Desa Girilayu menjadi tujuan wisata
baru Karanganyar. Apalagi lokasinya dekat dengan Astana Giribangun,"imbuhnya.
Kepala Dusun Merakan, Giyanto mengatakan, terdapat sekitar 190 KK atau 600 buruh batik.
Kendala selama ini karena belum memiliki gerai batik pribadi untuk penjualan. Warga hanya
sebatas menerima order dari luar daerah, seperti Solo.
"Warga berharap ada perhatian dari pemerintah. Mungkin bisa dibuatkan wadah berupa
koperasi supaya terpusat. Sebab, kalau secara pribadi lebih mahal,tandasnya. (*)
Editor: Hesti Setyaningsih

Sumber
:
http://www.radarsolo.co.id/daerah/karanganyar/1495-batik-girilayu-sulitberkembang.html. Diunduh pada Senin, 13 Juli 2015.

Istri Wakil Bupati Kabupaten Karanganyar Inisiasi Workshop Membatik


di Girilayu
Published On: Fri, May 8th, 2015 Entertainment | By Ranu Muda

KARANGANYAR, Muslimdaily.net Dokter Hadiasri Widyasari yang merupakan istri


wakil bupati Kabupaten Karanganyar menginisiasi Workshop Membatik di Ngadirejo,
Girilayu, Matesih, Karanganyar, Ahad (3/5). Dalam pelaksanaannya, dia mengajak kerjasama
dengan Koperasi Serba Usaha Salimah (Kossuma) Kabupaten Karanganyar.
Workshop ini diikuti oleh peserta dari kalangan umum baik anak-anak maupun dewasa.
Kegiatan ini menghadirkan para tokoh masyarakat, seperti Kepala Desa Girilayu dan camat
Matesih.

Alasan dipilih Girilayu karena di sana terdapat sentra batik, sebagian besar masyarakatnya
mempunyai talenta membatik. Jenis batiknya termasuk batik yang halus dan mempunyai nilai
seni yang luar biasa. Di samping itu pembatikan di Girilayu ada sejak zaman Mangkunegaran
I.
Dalam rangka lebih mengembangkan warisan yang adi luhung ini, dalam hal ini batik
Girilayu, maka kami persembahkan Workshop Membatik untuk mengetahui cara pembatikan
dan pewarnaan batik. Semoga upaya kecil ini dapat meningkatkan kepedulian kita terhadap
pengrajin batik sekaligus mampu menghargai warisan budaya Kabupaten Karanganyar, jelas
dokter Hadiasri Widyasari yang sekaligus pembina UMKM Kabupaten Karanganyar.
Sementara itu Ketua Salimah Kabupaten Karanganyar memberikan apresiasi terkait kegiatan
tersebut. Salimah sangat serius dengan adanya kegiatan seperti workshop ini. Karena sesuai
dengan visi Salimah yaitu peduli perempuan, keluarga dan anak Indonesia. Selama ini
Salimah sudah beberapa kali mengadakan kegiatan pelatihan kewirausahaan yang bertujuan
untuk memberdayakan perempuan. Terutama untuk ikut berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga, ujar Iis Nuryati, S. Pd selaku Ketua Salimah Kabupaten
Karanganyar.
Sumber
:
http://www.muslimdaily.net/entertainment/istri-wakil-bupati-kabupatenkaranganyar-inisiasi-workshop-membatik-di-girilayu.html. Diunduh pada Senin, 13 Juli
2015.

Anda mungkin juga menyukai