A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan PDF
A-17 Gangguan Psikosomatis Penatalaksanan PDF
Lestari, S.Ked
Indra Wiradinata, S.Ked
Marissa Alfian, S.Ked.
Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk
0
PENDAHULUAN
---Latar Belakang
----Gangguan
psikosomatis
adalah
faktor
psikologis
yang
merugikan,
diantara
keduanya,
dimana
faktor
psikologis
penting
dalam
TINJAUAN PUSTAKA
---Definisi
----Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis
yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders
edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori
diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.1,2
----Menurut Wittkower psikosomatis secara luas didefinisikan sebagai usaha
untuk mempelajari interelasi aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek fisis semua
faal jasmani dalam keadaan normal maupun abnormal. Ilmu ini mencoba
mempelajari, menemukan interelasi dan interaksi antara fenomena kehidupan
psikis (jiwa) dan somatis (raga) dalam keadaan sehat maupun sakit.2
Etiologi
----Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis3 :
1. Stres Umum
----Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana
individu tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan
Richard Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read
justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh
jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya
kematian pasangan 100 unit perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan
perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang
setelah menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk
menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan olewh perubahan
lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang
menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka
mudah pulih dari gangguan.
2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
----Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian
spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan
Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup
lama dapat menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang
dikeluhkan.
Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat
menerangkan keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan
koinsidensi.
----
b. Hipertensi esensial
----Orang dengan hipertensi tampak dari luar menyenangkan, patuh dan kompulsif
walaupun kemarahan mereka tidak di ekspresikan secara terbuka, mereka
memiliki kekerasan yang terhalangi, yang ditangani secara buruk. Mereka tampak
memiliki presdiposisi untuk hipertensi, yaitu bila terjadi stres kronis pada
kepribadian kompulsif yang terpresdiposisi secara genetik yang telah merepresi
dan menekan kekerasan, dapat terjadi hipertensi. Keadaan ini cenderung terjadi
pada kepribadian tipe A.1
----Psikoterapi supotif dan dan teknik perilaku ( biofeedback, meditasi, terapi
relaksasi) telah dilaporkan berguna dalam pengobatan hipertensi.
c. Gagal jantung kongestif
----Faktor psikologis seperti stres, dan konflik emosional non spesifik, sering kali
bermakna dalam memulai atau eksaserbasi gangguan. Intinya bahwa psikoterapi
suportif adalah penting pada pengobatannya.1
d. Sinkop vasomotor (vasodepressor)
----Sinkop vasomotor ditandai oleh kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh serangan vasovagal. Rasa khawatir atau takut akut menghambat
impuls untuk berkelahi atau melarikan diri, dengan demikian menampung darah di
anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah didalam tungkai. Reaksi
tersebut menyebabkan penurunan pasokan darah ke otak, sehingga terjadi
hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.1
e. Aritmia jantung
Aritmia yang potensial membahayakan hidup kadang-kadang terjadi dengan
luapan emosional dan trauma emosional. Terapi yang digunakan untuk membantu
melindungi terhadap aritmia akibat emosi adalah psikotropika dan obat
penghambat Beta seperti propanolol.1
f. Fenomena Raynaud
----Fenomena Raynaud seringkali disebabkan oleh stres eksternal. Terapi dapat
diobati dengan psikotropika suportif, relaksasi progesif atau biofeedback dan
dengan melindungi tubuh dari dingin dan menggunakan sedatif ringan.1
g.
----Beberapa pasien adalah bebas dari penyakit jantung tetapi masih mengeluh
gejala yang mengarah ke jantung. Mereka seringkali menunjukkan keprihatinan
morbid tentang jantung mereka dan rasa takut akan penyakit jantung yang
meningkat. Rasa takut mereka dapat terentang dari masalah kecemasan yang
dimanifestasikan oleh fobia atau hipokondriasis parah, sampai pada keyakinan
waham bahwa mereka menderita penyakit jantung.1
----Pengobatan psikofarmaka ditujukan pada gejala yang menonjol. Obat
antiansietas dapat digunakan pada kecemasan yang berat.1
2. Sistem pernafasan
a. Asma bronkialis
----Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan dalam
menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita
menimbulkan konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan
mudah terangsang. Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan
akan ketergantungan yang berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik
yang telah diindentifikasi. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri,
menghilangkan alergi serta mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obatobatan.1,4
b. Hay fever
----Faktor psikologis yang kuat berkombinasi dengan elemen energi untuk
menimbulkan Hay Fever. Faktor psikiatrik, medis, dan alergik harus
dipertimbangkan sebagai terapi hay fever.1
c. Sindroma hiperventilasi
----Sindroma hiperventilasi disebut juga dispneu nerveous (freud), pseudo asma,
distonia pulmonal (hochrein). Gambaran klinis berupa:1,6
Keluhan umum, seperti kaki dan tangan dingin yang sangat menganggu,
cepat lelah, lemas, mengantuk, dan sensitif terhadap cuaca
d. Tuberkulosis
----Onset dan perburukan tuberkulosis sering kali berhubungan dengan stres akut
dan kronis. Faktor psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin
mempengaruhi daya tahan pasien terhadap penyakit. Psikoterapi suportif adalah
berguna karena peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.1
3. Sistem gastrointestinal
a. Gastritis
----Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negatif
organis dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:7
1. gejala bersifat neurosis
2. depresi dan anxietas
3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang
diinginkan
b.
Ulkus peptikum
presdiposisi
familial
genetika
pada
obesitas,
dan
faktor
10
Anoreksia nervosa
----Anoreksia
nervosa
ditandai
oleh
perilaku
yang
diarahkan
untuk
4. Sistem muskuloskletal
a.
Artritis rematoid
b.
Riwayat keluarga
Hilang timbul
11
terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan
depresi yang berlebihan.1
5. Sistem endokrin
a.
Hipertiroidisme
Diabetes melitus
Gangguan mental yang lain dari gejala mental yang timbul pada penyakit
hati atau hipoglikemi
12
c.
13
6. Gangguan kekebalan
a.
Penyakit infeksi
Gangguan alergi
Transplantasi organ
7. Kanker
a.
Masalah pasien
Terapi radiasi
Kemoterapi
Rasa sakit
14
----Pasien kanker dengan rasa sakit memiliki insidensi depresi dan kecemasan
yang lebih tinggi dibanding mereka yang tanpa rasa sakit.
c.
Masalah keluarga
8. Gangguan kulit
a.
Pruritus menyeluruh
Pruritus setempat
Pruritus ani
Pruritus vulva
c.
Hiperhidrosis
9. Nyeri kepala
a.
Migren
----Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,
dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki
riwayat gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan
perfeksionistik, yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi
pada migren mungkin menderita nyeri kepala tersebut1 Mekanisme terjadinya
migren psikosomatis berupa:13
15
----Terjadi pada 80% populasi selama perode stres emosional. Kepribadian tipe A
yang tegang, berjuang keras dan kompetitif peka terhadap gangguan ini. Stres
emosional sering kali disertai kontraksi otot kepala dan leher yang lama melebihi
beberapa jam dapat menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia.1
----Gejalanya berupa nyeri tumpul dan berdenyut dimulai pada sub ocipitalis yang
menyebar keseluruh kepala. Kulit kepala nyeri terhadap sentuhan, biasanya
bilateral dan tidak disertai gejala prodromal seperti mual dan muntah. Onset
cenderung pada sore dan malam hari. Pada stadium awal dapat diberikan anti
ansietas, pelemas otot dan pemijatan atau aplikasi panas pada kepala dan leher.
Jika terdapat depresi yang mendasari anti depresan perlu diberikan. Jika kronis
psikoterapi merupakan terapi pilihan.1
Pemeriksaan
----Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak
didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan
dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah
menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan
gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada
pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:4
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran
ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga
dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam
hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah
sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
16
17
---Pengobatan
----Di Amerika Serikat 1/3 penderita yang datang berobat pada dokter umum tidak
mempunyai gangguan organik, 1/3 yang lain mempunyai gangguan organik tetapi
keluhannya berlebihan.4
----Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan
psikosomatik dapat ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak
dapat sesuatu dalam tubuhnya yang rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi
dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja tidak teratur. Untuk menerangkan
bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil contoh sehari-hari
seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut menjadi
bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan menurut pendidikan dan
pengetahuan penderita.4
----Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu:4
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter
bersama-sama berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik yang teliti dan tes laboratorium bila perlu. Diusahakan
membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan dijelaskan kepada
penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.
Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.
18
Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk
memberi keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien,
dapat dikatakan antara lain :
bahwa gejala-gejalanya sering terdapat juga pada orang lain yang sudah
kita obati
bahwa gejala itu tidak akan segera hilang, diperlukan beberapa waktu,
tetapi akan hilang atau berkurang bila diobati dengan baik
bahwa kelelahan fisik atau jiwa dapat mengurangi daya tahan tubuh
sehingga timbul gejala
bahwa tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan yang terlalu berat. Sering
gejala merupakan pekerjaan alat tubuh yang bekerja berlebihan
bahwa ini akan lebih baik bila pasien mengerti akan penyebab gejala.
Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang
lebih banyak bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini
harus berjalan sangat pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana
penuh kepercayaaan dan pengertian. Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan
berjalan dengan baik, tidak terlalu menyimpang dari pokok pembicaraan.
Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:14
1. Obat tidur (hipnotik)
----Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan
adalah
senyawa
benzodiazepine
berkhasiat
pendek
seperti
nitrazepam,
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina
Rupa Aksara. Jakarta.1997: 276-303
2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam
jilid II, FK UI Jakarta 1999: 591-592
3. Mansyur A, dkk. Gangguan Psikosomatis. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius FK UI 1999:228-231
4. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.
Surabaya 1980:339-371
5. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosamatis. Dalam : buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi IV. FK UI Jakarta 2006: 903-08
6. Sukatman D, Budihalim S, Biran S.I. Aspek Psikosomatis Gangguan
Pernafasan. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta
1999:614-20
7. Budihalim S, Sukatman D. Sindrom Fungsional pada traktus digestivus.
Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 623
8. Budihalim S, Aspek psikosomatis ulkus peptik. Dalam : Ilmu Penyakit
Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 628-29
9. Arsyad Z, Syahbuddin S. Aspek psikosomatis obesitas. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 657-58
10. Nasution H.N. Anoreksia nervosa. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II,
FK UI Jakarta 1999: 659-60
11. Sukatman D, Budihalim S, Aspek Psikosomatis penyakit reumatik. Dalam
: Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 648- 49
12. Kadri. Aspek psikosomatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI
Jakarta 1999: 665-66
13. Asdie A.H. Dahlan P. Migren dan sakit kepala. Dalam : Ilmu Penyakit
Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 652
14. Budihalim S, Sukatman D. Psikofarmaka dan Psikosamatik. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 602-03
Belibis A-17.((http://www.Belibis17.tk
21