Contoh Naskah Akademik-Pplh Tegal
Contoh Naskah Akademik-Pplh Tegal
MUHAMMAD REZZA
( 8111412013 )
SILVIA KUMALASARI
( 8111412028 )
DINA VELAYATI
( 8111412052 )
DINAR BAHARI W
( 8111412059 )
MUHAMMAD SYIHABUDIN
( 8111412172 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas mata kuliah Perancangan
Undang-Undang tentang Naskah Akademik tentang Peraturan Daerah tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tegal.
Naskah Akademik sederhana ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Perancangan Undang-Undang, dalam penulisan naskah akademik ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada:
1
Kepada orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan naskah akademik ini
Bapak Saru Arifin, S.H.,LLM selaku dosen pembimbing dan pengampu mata kuliah
Perancangan Undang-Undang yang telah memberikan bimbingan kepada kami.
Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan naskah
akademik ini sehingga naskah akademik ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami meyakini bahwa dalam penulisan naskah akademik ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruannya, sehingga setiap tegur sapa dan kritik yang dimaksudkan untuk
menyempurnakan atau memperbaiki tulisan naskah akademik
sebagai penulis. Semoga naskah akademik ini bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak yang
berkepentingan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL-------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------ ii
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I. PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------- 1
1
2
3
4
Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------Identifikasi Masalah-----------------------------------------------------------------------Tujuan dan Kegunaan Kegiataan Penyusunan Naskah Akademik------------------Metode Penelitian --------------------------------------------------------------------------
1
14
15
18
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin meningkatnya masalah lingkungan hidup di
seluruh pelosok bumi yang terbentang dari lokal hingga global, langkahlangkah pencegahan timbulnya dampak negatif terhadap kerusakan sumber
daya alam dan lingkungan hidup menjadi semakin mendesak untuk ditempuh.
Penanggulangan dan pengendalian dampak negatif terhadap lingkungan hidup
serta isu keberlanjutan lingkungan hidup terasa tidak cukup dan kurang
efektif jika dilakukan pada saat kegiatan telah memasuki masa operasi dan
sepenuhnya hanya mengandalkan pendekatan teknologi.
Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang
termaktub
dalam
melaksanakan
Pembukaan
pembangunan
Undang-undang
nasional
perlu
Dasar
1945.
memperhatikan
tiga
Dalam
pilar
Pembangunan
Berkelanjutan
di
Johannesburg
Tahun
2002
yang
Dalam kondisi saat ini, ketika ancaman krisis daya dukung ekosistem
dan lingkungan hidup yang dihadapi Indonesia sangat nyata, maka legislasi
norma hukum lingkungan di tingkat daerah baik kota, kabupaten dan provinsi
sangat diperlukan seiring dengan ikhtiar di tingkat nasional maupun dunia
internasional untuk memperkuat demokrasi dan negara hukum, serta tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Seperti dikutip dari Laurence C. Smith, Might any of the four global
forces of demography, natural resource presure, globalozation and climate change
screech to a halt between now and 2050 thus ruining all of our best projections"
( Laurence C. Smith, 2011). Pemerintah daerah dalam hal ini Eksekutif dan
DPRD memegang peranan penting dan startegis dalam menghasilkan Perda
yang pro terhadap lingkungan, tidak tumpang tindih dan harmoni antar perda
maupun dengan peraturan perundang-undangan di atasnya.
berkembang
menjadi
permaslahan
lingkungan
yang
serius.
juga
telah mengakomodasi
perlindungan
konstitusi
(constitutional
oleh
setiap
orang
terutama
perusahaan-perusahaan
yang
untuk
menjamin
keutuhan
lingkungan
hidup
serta
alam
kesejahteraan
manusia
itu
sendiri,
serta
kelangsungan
makhluk
hidup
lain.
perikehidupan,
Upaya
dan
pengelolaan
4
lingkungan
hidup
dan
upaya
pemantauan
lingkungan
hidup
adalah
Tegal, selain
lingkungan.
Sumber
utama
pencemaran
lingkungan
adalah
periode
2012-2013
terjadi
penurunan
luas
lahan
pertanian
berpotensi
menimbulkan
dampak
negatif
kehidupan
maupun
lingkungan.3
Pada tahun 2010 tercatat lahan kritis di Kota Tegal seluas 13.884 Ha
dan pada tahun 2013 luasnya mencapai 15.710 Ha dan semakin bertambah
3 Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tegal Tahun 2013
Ha
dan
lahan
11.441,50
untuk
Ha.
tempat
Perkembangan
bermukim
dan
jumlah
melakukan
penduduk
aktivitas
hukum
lingkungan
dan
ringannya
sanksi
bagi
pelanggar
tersebut terbagi menjadi dua bagian yang rawan bencana, yakni wilayah
selatan dan utara. Wilayah selatan, rawan terhadap terjadinya bencana tanah
lonsor dan angin lisus. Faktor penyebab terjadinya longsor antara lain
banyaknya penebangan hutan secara liar. Hal itu mengakibatkan kawasan
perbukitan yang ada di sana tidak mampu menyerap air saat turun hujan.
Penduduk yang terus bertambah mengakibatkan tekanan yang besar
bagi lingkungan merupakan permasalahan sumberdaya manusia,pertambahan
penduduk mendorong ekonomi dan industri tumbuh pesat untuk memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat. Jumlah penduduk yang meningkat belum
diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia akan berakibat jumlah
pengangguran dan kemiskinan bertambah, kasus kejahatan semakin sering
terjadi, perubahan kondisi politik, dan perangkat hukum kurang ditegakkan.
9
Oleh sebab itu, lingkungan hidup Kota Tegal perlu dikelola secara baik dan
bertanggungjawab
agar
tetap
lestari
untuk
mendukung
perikehidupan
mempunyai
kewenangan
terutama
menangani
lintas
10
prinsip
pembangunan
berkelanjutan
telah
menjadi
dasar
dan
pengelolaan
sumber
daya
alam
dan
pelestarian
lingkungan
menjawab
tantangan
tersebut
diatas.
Mekanisme
peran
serta
Keikutsertaan
pemerintah
dalam
kelestarian
lingkungan
hidup
melaksanakan
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
maka
lingkungan hidup.
mengatur penyediaan,
peruntukan,
penggunaan,
pengelolaan
d
e
masyarakat,
memperhatikan
serta
keterpaduan
pelaku
pembangunan
perencanaan
dan
lain
dengan
pelaksanaan
ruang,
perlindungan
sumber
daya
alam
non
hayati,
para
pengambil
keputusan
dalam
pengelolaan
lingkungan hidup.
2 mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran
akan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
3 mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
antara
masyarakat,
dunia
usaha
dan
pemerintah
dalam
upaya
wewenang untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki oleh daerahnya
sendiri.
Berdasarkan pasal 12 di jelaskan bahwa :
1 untuk mewujudkan keselarasan dan keterpaduan pelaksanaan kebijakan
nasional tentang lingkungan hidup pemerintah melimpahkan wewenang
tertentu kepada perangkat di wilayah.
2 mengikut sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah
pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
dalam
rangka
pelaksanaan
pengelolaan
lingkungan
hidup,
uraian
diatas
Hasil
pemantauan
kualitas
lingkungan,
kerusakan lingkungan yang terjadi serta, kerusakan sumber daya alam dan
pencemaran lingkungan akan lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi
Kebijakan, Rencana dan Program telah dipertimbangkan masalah lingkungan
hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya sesuai konsep sustainable
development.
pelestarian
Selain
fungsi
itu,
untuk
lingkungan
memberikan
hidup
dalam
kepastian
menunjang
hukum
dalam
pembangunan
2 Identifikasi Masalah
Secara umum, Peraturan Daerah (Perda) dapat dibentuk karena 3 (tiga)
1
tinggi;
Untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka mengelola
pemerintahan di daerah;
Untuk mengatasi permasalahan yang khusus/perilaku bermasalah di daerah.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
tentunya
membawa
15
lingkungan
hidup
pada
saat
ini
telah
melebihi
arahan
dengan
keterlibatan
serta
masyarakat
secara
berkelanjutan.
Adapun identifikasi dari penyusunan naskah akademis ini adalah :
1 Permasalahan apa yang dihadapi Kota Tegal dalam pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup, serta bagaimana permasalahan tersebut
dapat diatasi ?
2 Mengapa perlu
Raperda
tentang
pengelolaan
dan
perlindungan
yuridis
pembentukan
Raperda
tentang
pengelolaan
dan
16
lainnya
terhadap
suatu
masalah
tertentu
yang
dapat
suatu
rancangan
undang-undang,
rancangan
peraturan
daerah
Adapun
tujuan
dari
penyusunan
peraturan
perlindungan
dan
dan
berwawasan
lingkungan
maka
perlu
melaksanakan
untuk
mewujudkan
ruang
wilayah
daerah
yang
memenuhi
program
pembangunan
untuk
tercapainya
kesejahteraan
masyarakat.
Naskah Akademik ini bertujuan untuk memberikan kajian dan kerangka
filosofis, sosiologis, dan yuridis tentang perlunya Peraturan Daerah tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tegal. Gambaran yang
tertulis diharapkan dapat menjadi panduan bagi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota
permasalahan tersebut.
2 Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan
dibentuk Raperda tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
18
Raperda
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
sasaran
yang
jangkauan,
dan
akan
diwujudkan,
arah
ruang
pengaturan
lingkup
pembentukan
4 Metode Penelitian
1 Tipe Penelitian
Penelitian
terhadap
permasalahan
data
Metode
sekunder,
dengan
ini
menggunakan
dilakukan
berupa
melalui
Peraturan
metode
studi
pendekatan
pustaka
yang
Perundang-undangan atau
Penelitian
Hukum
terdapat
approach),
pendekatan
historis
(historical
(comparative
approach).
Pendekatan perundang-undangan
(regeling)
4 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Jakarta, Edisi I, hlm.
93-94
5 Jimly Asshiddiqie, 2013, Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta,
hlm.391.
20
yang
dipergunakan
menunjang akurasi
data
sekunder
yang diperoleh
melalui
dengan
representatif
hidup.
menghadirkan
yaitu
Dalam
ahli
diskusi
narasumber
yang
berkompeten
dan
yang
3 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara kualitatif. Bahan-bahan hukum
tertulis yang telah terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan
yang
telah
diidentifikasi,
sehingga
dapat
menjawab
permasalahan
yang
diajukan.
Selain itu pendekatan dilakukan dengan indisipliner dan multidisipliner.
Pendekatan indisipliner dilakukan pengkajian bidang-bidang hukum terkait
21
berdasarkan
ilmu-ilmu
yang
terkait
secara
langsung,
Ilmu
22
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Kajian Teoritis
Pengaturan tentang paten merupakan hasil pemikiran yang sarat dengan
ekonomi
yang
memandang
masalah-masalah
lingkungan
bersumber dari dua hal, yaitu kelangkaan sumber daya alam dan
kegagalan pasar.
Kelangkaan sumber daya alam menjadi sumber permasalahan dalam
kehidupan manusia. Manusia mengandalkan sumber daya alam untuk
dapat memenuhi keinginannya. Masalahnya adalah bahwa sumber daya
alam tidak mungkin memenuhi semua keinginan manusia, oleh sebab
itu perlu ada kebijakan dari pemerintah tentang alokasi pemanfaatan
23
sumber daya alam. Kebijakan alokasi yang baik adalah kebijakan yang
dapat memaksimmalkan kepuasan atau keinginan orang perorangan.
Bagi para penganjur pendekatan ekonomi terhadap hukum lingkungan
misalkan pencemaran lingkungan dipandang semata-mata sebagai
bentuk eksternaliti akibat pasar tidak memasukan seluruh unsur biaya
yang
semestinya
dimasukan
ke
dalam
harga
dari
produk
yang
kegagalan
pasar
dalam
mengalokasikan
penggunaan
jahat
(evils)
sehingga
masyarakat
atau
negara
wajib
menghukum perbuatan semacam itu. Teori hak ini juga mencakup dua
aliran pemikiran, yaitu libertarianisme di satu sisi dan aliran pemikiran
tentang hak-hak hewan (animal rights) di sisi lain.
Bagi libertarianisme, jika sebuah sistem hukum mengakui keberadaan
hak atas lingkungan hidup, maka hak itu berfungsi sebagai pelindung
24
kebijakan-kebijakan
pemerintah
yang
bertentangan
atau
atau
mengarahkan
kesukaan
warga
demi
kebaikan
institusi-institusi
pemerintah
dan
individu-individu
menjadi
dasar
bagi
pembuatan
keputusan
yang
rasional.
daya
merupakan
asset
yang
dapat
27
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 terdiri dari 17 bab dan 127 pasal
yang mengatur secara lebih menyeluruh tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam undangundang ini tentang prinsipprinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam
setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan
hukum
mewajibkan
pengintegrasian
aspek
transparansi,
partisipasi,
kerusakan
lingkungan
instrumen
hidup,
Pendayagunaan
perizinan
sebagai
pengendalian;
e Pendayagunaan pendekatan ekosistem;
f Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
g Penguatan
demokrasi
lingkungan
melalui
akses
informasi,
akses
terhadap
pencemaran
dan
kerusakan
fungsi
melalui
upaya
pembakaran hutan,
Pengaturan tentang pajabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) dan penyidik
pengawai
negeri
sipil
(PPNS),
dan
menjadikannya
sebagai
jabatan
fungsional.
Ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana dan perdata AMDAL Dalam UU
NO. 32 TAHUN 2009. Dari 127 pasal yang ada, 23 pasal diantaranya
mengatur tentang AMDAL. Pengertian AMDAL pada UU No. 32 Tahun 2009
berbeda dengan UU No. 23 Tahun 1997, yaitu hilangnya kalimat dampak
besar. Jika dalam UU No. 23 Tahun 1997 disebutkan bahwa AMDAL adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup , sedangkan pada UU No.32
Tahun 2009 disebutkan bahwa, AMDAL adalah kajian mengenai dampak
penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan
fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan /
atau
program
pelestarian
pembangunan
lingkungan
hidup
harus
dan
dijiwai
oleh
mewujudkan
kewajiban
tujuan
melakukan
pembangunan
lingkungan
hidup
dan
mewujudkan
tujuan
pembangunan
hukum
mewajibkan
pengintegrasian
aspek
transparansi,
umumnya
multi
menengah dan perdesaan) dan melalui kerja sama antar wilayah (misalnya
dalam pengelolaan air baku, TPA, bencana, dst.).
Dimasa depan, perlu adanya reorientasi paradigma dimana kota
merupakan entity kawasan atau wilayah, yang berarti kota bukan saja sebagai
Engine
of
National
&
Regional
Growth
tetapi
sekaligus
Kota
yang
harus memenuhi
fungsi
sebagai berikut11 :
-
32
dan
berusaha
bagi
seluruh
golongan
masyarakat perkotaan
Pendorong pertumbuhan (engine of growth)
Mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan
memanfaatkan potensi sosial budaya dan kreati-fitas
lokal (ekonomi
33
dasar
kota
berkelanjutan:
serta
Environment
(Ecology),
Economy
ba-nyak
memproduksi
atau
harus sedikit.
Kesetaraan sosial merupakan prinsip dasar dalam aspek ekologis bagi
kota. Prinsip ini akan menempatkan kondisi kompetisi, dan seleksi alam
pemerin tadi
wilayah perkotaan
34
peningkatan
kelembagaan
serta
sarana
dan
prasarana
pengawasan.
peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan
perikanan.
peningkatan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
pengembangan peralatan pemantauan kualitas air.
pelaksanaan Program Langit Biru, pro-gram Proper, Program Kali Bersih
(Prokasih), Pengelolaan Limbah Do-mestik dan Usaha Skala Kecil,
Pengelolaan Sampah Terpadu, Pengelolaan B3 dan Limbah, penegakan
dan
substansi antara
Pengelolaan
lain
Lingkungan
Hidup,
yang
tentang
memuat
Ekoregion, (8)
Penanggulangan kemiskinan.
Pemberdayaan masyarakat sipil.
Pelaksanaan musrenbang tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.
35
Bidang Ekonomi:
- Pengendalian inflasi.
- Konsolidasi fiskal.
- Stimulus fiskal, dan
- Memperkuat ketahanan sektor keuangan domestik.
D Otonomi Daerah
Otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dengan kewenangan
antara Pemerintah dan pemerintah daerah , termaksud di dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Bahwa kualitas lingkungan hidup yang
semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia
dan mahluk hidup lainnya sehingga perlu di lakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.13 Di dalam Pasal 18 UndangUndang Dasar 1945
diatur tentang Pemerintahan Daerah14, yaitu pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya di tetapkan
dengan
UndangUndang,
dengan
memandang
dan
mengingat
dasar
36
37
dalam
proses
pengambilan
kebijakan
yang
menimbulkan
lingkungan
(to
sustainable
and
environmentally
sound
development), yakni:
1 Akses terhadap Informasi
2 Peran serta dalam pengambilan Keputusan
3 Akses terhadap Keadilan
38
Dari ketiga pilar tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa hakikat dari peran
serta masyarakat itu dapat terwujud dalam bentuk:
1
Turut
memikirkan
dan
memperjuangkan
nasib
sendiri
dengan
berbagai konsekuensinya;
Keberhasilan peran serta itu sangat ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas informasi yang diperoleh. Memanfaatkan informasi itu sebagai
dasar bagi penguatan posisi daya tawar, dan menjadikannya sebagai
pedoman dan arah bagi penentuan peran strategis dalam proses
pembangunan.
Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan
depan
perlu
dikembangkan
lebih
lanjut
potensi
keswadayaan
masalah
kemasyarakatan
termasuk
didalamnya
masalah
baik dan sehat serta sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung jawab
untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian,
berdaya yaitu mampu melakukan tuntutan mendapatkan lingkungan yang
baik dan sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak
menjalankan
inisiatif
lokal
untuk
menghadapi
masalah
lingkungan
di
pengaturan
atau
prinsip-prinsip
yang
dianut
dan mendasari
digunakan dalam
akan
ancaman
lingkungan hidup.
g. keadilan;
bahwa perlindungan
terhadap
dan
pencemaran
pengelolaan
dan/atau
lingkungan
kerusakan
hidup
harus
karakteristik
sumber
daya
alam,
ekosistem,
kondisi
i. keanekaragaman hayati;
bahwa perlindungan dan
memperhatikan
upaya
pengelolaan
terpadu
untuk
lingkungan
hidup
mempertahankan
harus
keberadaan,
keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas
sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama
dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem.
j. pencemar membayar;
bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
k. partisipatif;
bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam
proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan
pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung
dan
maupun tidak
langsung.
l. kearifan lokal;
bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam
tata kehidupan
masyarakat.
m. tata kelola pemerintahan yang baik.
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
3
air. Selain itu permasalahan lingkungan hidup yang menonjol dan penting
untuk segera mendapat pemecahan antara lain pencemaran yang meliputi
pencemaran kualitas dan penurunan kuantitas air, pencemaran udara dan
kerusakan
lingkungan.
Sumber
utama
pencemaran
lingkungan
adalah
kerusakan
lingkungan
akan
terus
bertambah
jika
Tegal seluas
1.371,30 Ha pada tahun 2012 hingga 2013, dan pada tahun 2013 luasnya
bertambah menjadi 3.803,80 Ha. Luas hutan suaka alam di Kota
Tegal
periode 2012 2013 relatif tetap yakni sebesar 48,50 Ha. Luas Hutan
prodeuksi tetap periode 2012 2013 sebesar 47.582,22 Ha dan pada tahun
2013 turun menjadi 28.033,82 Ha. Hutan produksi terbatas mulai terbentuk
pada tahun 2013 seluas 17.521,80 Ha. Luas hutan rakyat di Kota
Tegal
periode 2012 2013 sebesar 3.520,00 Ha, 3.833,00 Ha, 4.117,00 Ha, 4.117,00
Ha dan 1.482,00 Ha.
Banyaknya
lahan
kritis
dan
kerusakan
hutan
dapat
memacu
44
ringannya
sanksi
bagi
pelanggar
mengakibatkan
sulitnya
usaha
pelestarian lingkungan.
Luas pantai di Kota Tegal yang mencapai 1.770 hektare atau 7,24% dari
luas pantai utara Pulau Jawa, terdapat sekira 628 hektare yang terkena abrasi.
Wilayah yang paling parah tingkat abrasinya adalah Desa Kaliwlingi dan
Randusanga Kulon Kecamatan Tegal dan sebagian wilayah Desa Sawojajar
Kecamatan Wanasari. Untuk mengendalikan abrasi, pada tahun 2004
pemerintah Kota Tegal melakukan 2.090.000 batang pohon bakau di 14 desa
di sepanjang pantai
sedangkan sisanya 35% habis diterjang ombak. Pada tahun 2012 ini dilakukan
penanaman kembali 1,7 juta pohon bakau di atas 375 hektar lahan.
Kendati pesisir pantai utara wilayah Kota Tegal terus dihantam abrasi
(penggerusan pantai oleh air laut-red), namun di sisi yang lain di beberapa
kawasan muncul "tanah timbul" akibat penumpukan sedimentasi. Munculnya
tanah timbul sering menjadi sumber konflik dan sengketa warga masyarakat
pesisir. Untuk itu, diperlukan adanya kebijakan pengaturan soal tanah timbul
baik melalui pertaruran daerah (perda) maupun bentuk kebijakan yang lain.
Menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Tegal, Drs H. Asmuni, M.Si.,
penanganan persoalan abrasi dan tanah timbul sama peliknya di wilayah
45
pesisir pantai Kota Tegal. Bencana banjir dan tanah longsor merupakan jenis
bencana yang sering terjadi di Kota
yang terkenal dengan slogan Berhias itu, selalu mengalami musibah tersebut.
Tak heran, kerugian yang ditimbulkannya mencapai miliaran rupiah. Data dari
Kantor Kesbang dan Linmas Kota
alam. Wilayah tersebut terbagi menjadi dua bagian yang rawan bencana, yakni
wilayah selatan dan utara. Wilayah selatan, rawan terhadap terjadinya bencana
tanah lonsor dan angin lisus. Faktor penyebab terjadinya longsor antara lain
banyaknya penebangan hutan secara liar. Hal itu mengakibatkan kawasan
perbukitan yang ada di sana tidak mampu menyerap air saat turun hujan.
Kamal berharap pemerintah provinsi segera melakukan langkah-langkah
konkret untuk mencegah semakin hancurnya lingkungan tersebut. Meski, saat
ini sedang disusun raperda pengendalian lingkungan, perlu kedisiplinan dalam
implementasinya perlu ditingkatkan. Selain sebagai upaya pencegahan, Kamal
berharap ada upaya tindakan yang lebih berani terhadap tindakan pelanggaran
agar menimbulkan efek jera bagi pelaku dan masyarakat. Banyak pelaksanaan
galian C yang tidak terkendali seperti kedalaman galian lebih dari 6 meter,
tidak dibuat terasiring dan limbah galian yang tercecer di manamana. Bahan
galian C memang merupakan salah satu sumber penerimaan pajak. Bahan
galian C yang ditambang di Kota Tegal tersebar di 8 kecamatan, yaitu Tegal,
Songgom, Wanasari, Larangan, Tonjong, Bamiayu, Bantarkawung, dan Losari.
Pada tahun 2011, Pemerintah Kota Tegal memasang target penerimaan sebesar
46
Rp 150.000.000. Target ini telah tercapai. Pada tahun 2013 tidak ada kenaikan
target, yakni tetap Rp 150.000.000, dan tercapai.
Persoalan limbah padat maupun cair perusahaan yang dibuang ke
sungai belum memenuhi baku mutu merupakan persoalan lingkungan yang
semakin krusial. Kebutuhan air bersih untuk domestik diperkirakan terus
meningkat, dapat diperoleh dari mata air, air sumur, air sungai, maupun
PDAM. Sungai sebagai penyedia kebutuhan akan bahan baku air bersih bagi
masyarakat, pertanian, dan industri, mengalami penurunan kualitas air
karena limbah industri maupun domestik. Kurangnya pasokan air bersih
memaksa
masyarakat
menggunakan
air
tanah.
Pemakaian
air
tanah
penerapannya
mengikutsertakan
masyarakat
Tegal
dalam
pengawasannya.
pengelolaan
lingkungan
Dalam
hidup
melakukan
pentaan
diperlukan
suatu
perlindungan
dasar
hukum
dan
yang
kepastian
hukum
kepada
masyarakat
dan
aparatur
perencanaan;
pemanfaatan;
pengendalian;
pemeliharaan;
pengawasan;
penaatan hukum.
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perencanaan
Pemanfaatan
Pegendalian
Pencegahan
Penanggulangan
Pemulihan
Pemeliharaan
Pengawasan
Pembinaan.
penataan Hukum
dampak
negatif
terhadap
lingkungan hidup.
F Penegakan Hukum Lingkungan di Dalam Pengadilan
Pemerintah Daerah memiliki hak mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan
tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan
hidup
yangmengakibatkan
kerugian
lingkungan hidup.
G Laboratorium Lingkungan
Pengujian parameter kualitas lingkungan untuk mendukung pengelolaan
lingkungan
hidup
bagi
penyedia
dan
pengguna
jasa,
dilakukan
oleh
laboratorium lingkungan.
H Peran Serta Masyarakat
Peran serta dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut :
50
Dalam
rangka
publikasi
sistem
informasi
lingkungan
hidup,
Badan
J Ketentuan Peralihan
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh
pelaksanaan yang
kerusakan
dan
pencemaran
lingkungan
hidup
semakin
mengkhawatirkan kehidupan umat manusia. Saat ini krisis ekologi bukan lagi
merupakan kemungkinan masa depan, namun sebaliknya sudah menjadi
realita kontemporer yang melebihi batas-batas toleransi dan kemampuan
adaptasi lingkungan.18 Pola kebijakan pembangunan yang hanya bertujuan
untuk memenuhi tuntutan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak
18 Suparto Wijoyo, 2003, Penyelesaian Sengketa Lingkungan, Airlangga Press,
Surabaya, hal 1
51
kehidupan
umat
manusia
dan
makhluk
hidup
pada
umumnya.
manusia
untuk
mencapai
suatu
tujuan
yang
mempunyai
itu
manusia
berkewajiban
untuk
menjaga
keselarasan
dan
kemungkinan
terjadinya
hal-hal
yang
tidak
menguntungkan,
52
sektor
penyelamatan
lingkungan
mengembangkan
pola
industri
harus
hidup
kebijakan
selalu
secara
dibarengi
integrated.
pembangunan
dengan
Hanya
seperti
itu,
upaya
dengan
konsep
53
orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai hak asasi.
Penegasan tersebut sebagai landasan yuridis konstitusional tentang hak
rakyat atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi yang wajib
diberikan oleh Negara.Dengan demikian kebijakan pembangunan yang tidak
mempertimbangkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, terlebih lagi
apabila sampai mengancam keselamatan, keamanan dan kenyamanan hidup
masyarakat luas, selain dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kebijakan yang
inkonstitusional,
juga
dapat
dikategorikan
sebagai
bentuk
pelanggaran
54
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kota Tegal selama ini
didasarkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan
dan Pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Namun terjadi
potensi adanya kekosongan hukum, karena di kota Tegal belum terbentukknya
Peraturan daerah, dimana dalam Bab IX UU No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 63 ayat (3) pemerintah
kabupaten/kota
mempunyai
tugas
dan
wewenang
menetapkan
dan
membentuk
Peraturan
Daerah
tentang
Perlindungan
dan
untuk
mengatur
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
berkaitan
dengan
sumber
daya
alam
pemanfaatannya
harus
mempunyai
tugas
dan
wewenang
untuk
menetapkan
kebijakan,
khas
masing-masing
daerah.
Dengan
demikian
berkitan
dengan
perlindungan an pengelolaan lingkungan hidup yang berdasarkan UndangUndang No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
dalam
Bab
IX
merupakan
kewenangan
pemerintah
daerah
57
lingkungan hidup.
RPPLH
kabupaten/kota;
d menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai amdal dan UKLUPL;
e menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah
kaca padatingkat kabupaten/kota;
f mengembangkan dan melaksanakankerja sama dan kemitraan;
g mengembangkan dan menerapkaninstrumen lingkungan hidup;
h memfasilitasi penyelesaian sengketa;
58
59
Tegal
enataan
ruang
berprinsip
aman,
nyaman,
produktif
dan
dan
rencana
penetapan
kawasan
strategis
dirumuskan
dengan
60
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
1 Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan nilai-nilai moral atau etika dari bangsa
Indonesia. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai yang baik,
merupakan pandangan dan cita hukum
bangsa
Indonesia
berakar
pada
pembentukan
perubahan suatu peraturan perundang-undangan di Indonesia. Undangundang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal
norm)
oleh
bermasyarakat
suatu
masyarakat
dan bernegara
menuju
yang
cita-cita
hendak
luhur
diarahkan.
kehidupan
Karena
itu,
luhur
dan bangsa
Indonesia
mengakui
bahwa
kelangsungan
hidupnya
dan
spesies
lainnya
prinsip
perlindungan
lingkungan sebagai
bagian
hak asasi
tersebut
dan rnelakukan
kepentingan
mendapatkan lingkungan
diperlakukan
seimbang
hidup
setiap
yang
warga
negara
untuk
sehat diperhatikan
dan
maka
perlu
melaksanakan
perlindungan
dan
pengelolaan
akan
tercapai
jika
didasarkan atas
alam,
dan memanfaatkan
geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Hal ini membawa
konsekuensi
bahwa
lingkungan
hidup
serta
penataan
ruang.
Keadaan
tersebut
memerlukan
dan
daya
tampung
lingkungan
hidup
untuk
ketahanan
subsistem
itu
sendiri.
yang
meningkatkan
berarti juga
Pembinaan
dan
pada
akhirnya
akan
mempengaruhi
ketahanan
ekosistem
secara
ciri
utama.
baik
wilayah negara
Lingkungan
yang
dimaksud
adalah
pengaturan hukum
pada
atas
hukum
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4)
Nomor 2043);
Undang-Undang
Nomor
Tahun
1984
tentang
Perindustrian
67
Undang-Undang
Nomor
41
Tahun
1999
tentang
Kehutanan
Undang-Undang
Undang-
(Lembaran
Negara
Republik
lndonesia
68
10
11
12
13
Lingkungan
Hidup
(Lembaran
Negara
Republik
15
5025).
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan
Perundang-undangan
(Lembaran
Negara
Republik
18
19
21
22
Nomor 3853);
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar
Pengadilan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
23
3982);
Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 267, Tambahan Lembaran
24
Berbahaya
dan
Beracun
(Lembaran
Negara
Republik
26
27
28
Nomor
27
Lingkungan
Negara
Republik
(Lembaran
Tahun
2012
tentang
IndonesiaTahun
Izin
2012
5285);
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
30
Kawasan Lindung;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun 2004
tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup
31
Daerah;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009
32
33
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
Oleh
Pemerintah Daerah;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2011
tentang Pedoman Materi Muatan rancangan Peraturan Daerah di
34
72
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
A KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum merupakan satu ketentuan yang berisi :
a Batasan pengertian atau definisi
b Singkatan atau akronim yang digunakan dalam pertauran daerah
c Hal-hal
lain
yang
bersifat
umum
yang
berlaku
bagi
pasal-pasal
73
pemanfaatan SDA yang ada dapat berjalan sebagaiman fungsinya dan tidak
merugikan orang lain.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam rancangan Peraturan
Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, substansi
ketentuan umum antara lain meliputi :
1 Daerah adalah Kota Tegal;
2 Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Kota Tegal.
3 Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4 Walikota adalah Walikota Tegal.
5 DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal.
6 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tegal yang selanjutnya
disebut
BPLH
adalah
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
yang
yang
menyelenggarakan
UrusanPemerintahan
di
bidang
74
keselamatan,
kemampuan,
kesejahteraan,
dan
mutu
hidup
utuh-menyeluruh
dan
saling
mempengaruhi
dalam
Lingkungan
Hidup
adalah
upaya
terpadu
untuk
15 Penaatan
Hukum
Lingkungan
adalah
upaya
untuk
mendorong
disebut KLHS
telah
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Lingkungan
yang
Hidup
selanjutnya
dan
Upaya
disebut
Pemantauan
UKL-UPL
adalah
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan
usahadan/atau kegiatan.
27 Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan hidup
adalah Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut SPPL, adalah pernyataan
77
kesanggupan
dari
penanggung
jawab
usaha
dan/atau
kegiatan
pencemar
yang
ditenggang
keberadaannya
dalam
suatu
dan/atau
komponen
lain
yang
karena
sifat,
konsentrasi,
78
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
yang
pencemaran
pencemaran
air
dan
adalah
pemulihan
upaya
kualitas
pencegahan,
air
untuk
41 Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
42 Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air.
43 Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
44 Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadarunsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari
suatu usaha dan atau kegiatan.
45 Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkanya
makhluk
hidup,
zat,
energi
dan/atau
komponen
lain
ke
dalam
lingkungan
akreditasi
adalah
laboratorium
laboratorium
pengujian
yang
mempunyai
parameter
kualitas
49 Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan;
50 Kerusakan laut adalah perubahan fisik dan/atau hayati laut yang
melewati kriteria baku kerusakan laut;
51 Kriteria Baku Kerusakan Laut adalah ukuran batas perubahan sifat fisik
dan/atau hayati lingkungan laut yang dapat ditenggang;
52 Status mutu laut adalah tingkatan mutu laut pada lokasi dan waktu
tertentu yang dinilai berdasarkan baku mutu air laut dan/atau kriteria
baku kerusakan laut;
53 Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut;
54 Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalam
suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya kedalam udara
ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar;
55 Gas Rumah Kaca selanjutnya disebut GRK adalah gas yang terkandung
dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik, yangmenyerap dan
memancarkan kembali radiasi inframerah;
56 Emisi Gas Rumah Kaca adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu
area tertentu dalam jangka waktu tertentu;
57 Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat
dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah;
81
daun,
ranting,
batang,dan
akar,
termasuk
tanaman
yang
perubahan
terhadap
rona
lingkungan
hidup
serta
jawab
jawab
usaha
atas
dan/atau
suatu
kegiatan
usaha
adalah
dan/atau
orang yang
kegiatan
yang
dilaksanakan;
63 Pengumpulan
limbah
B3
skala
kabupaten
adalah
kegiatan
BAB I
: KETENTUAN UMUM
BAB II
BAB III
PERENCANAAN
Rencana pengelolaan lingkungan hidup disusun secara terpadu dan
sistematis
konservasi sumberdaya
alam
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
dan
Rencana
83
Pemanfaatan sumber
daya
alam
dilakukan
dengan memperhatikan
kerusakan
lingkungan hidup
antara
kriteria
lain
baku
Amdal,
Upaya
Pengelolaan
dapat
kegiatan.
84
menimbulkan
mencantumkan
ketidak benaran,
atau
pemalsuan data,
hijau,
dan
pengembalian,
85
terjadi
penanggung jawab
pencemaran
usaha dan/atau
kegiatan, Pemerintah sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masingmasing sesegera mungkin melakukan penanggulangan;
Pemulihan
Tindakan pemulihan dilakukan apabila terjadi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan
terjadi
menjamin
pemenuhan
tanggung
jawab
hukum
cara
dan
kewajiban,
penjaminan
guna
pemeliharaan
lingkungan
hidup
dilakukan upaya
86
mengedarkan,
dan/atau
menimbun
menyimpan,
bahan
menggunakan,
berbahaya
dan
membuang,
beracun
wajib
yang
bersangkutan
wajib
dari
lingkungan
pejabat
yang
yang
harus
berwenang
dipenuhi
serta
mencantumkan
persyaratan
pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun dalam izin. Keputusan izin
wajib diumumkan.
C Dumping Bahan Berbahaya dan Beracun
87
Setiap
beracun
orang
dan/atau
lingkungan
dilarang
limbah
melakukan dumping
bahan berbahaya
dan
media
bahan dilakukan
BAB IV
: LABORATORIUM LINGKUNGAN
BAB V
masyarakat
meningkatkan
kepedulian
memberikan penghargaan
dan
kepada
peran
masyarakat,
masyarakat yang
Pemerintah
berjasa
dalam
BAB VI
pelaksanaan
hidup dengan
dan
pengembangan
memperhatikan
kebijakan
keragaman
pengelolaan
karakter
ekologis,
A Hak
1 Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
2 Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3 Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup.
89
4 Setiap
orang
berhak
untuk
berperan
dalam
perlindungan
dan
Setiap
orang
berkewajiban
memelihara
kelestarian
fungsi
pengendalian
pencemaran
lingkungan hidup;
2 memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan
hidup secara benar, akurat dan tepat waktu;
3 menjaga keberlanjutan lingkungan hidup;
4 menaati daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
C Larangan
Memuat larangan yang dilakukan oleh setian orang/organisasi/badan
usaha :
1) melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
2) membuang limbah ke media lingkungan hidup;
3) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
90
informasi
palsu,
menyesatkan,
menghilangkan
BAB VII
: PEMBIAYAAN
BAB VIII
: PEMBINAAN
BAB IX
: KETENTUAN PERALIHAN
berlakunya
Perautan
Daerah
ini
sepanjang
materinya
tidak
BAB X
: KETENTUAN PENUTUP
tindakan
hukum
atau
hungan
hukum
yang
sudah
ada
92
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang disajikan dalam naskah akademik ini dapat disimpulkan
dan pemanfaatan
Landasan Filosofis:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28 H
ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Negara bertanggungjawab melindungi segenap bangsa Indonesia
melalui penyelenggaraan kebutuhan dasar berupa penyediaan lingkungan
hidup yang baik yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup
sejalan dengan semangat demikrasi, ekonomi, otonomi daerah, dan
93
dan
bangsa
kemampuannya
agar
dapat
penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup
lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Secara ekologis makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya berada
dalam hubungan saling ketergantungan dan saling keterkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
hidup
dituntut
pengelolaan
perlindungan yang sama terhadap hak yang sama untuk hidup dan
berkembang yang tidak hanya berlaku bagi semua makhluk hayati tetapi
juga bagi yang non hayati. Hak semua bentuk kehidupan untuk hidup
adalah
sebuah
sebagai
salah
hak
satu
universal
spesies
yang
tidak
bisa diabaikan.
Manusia
Landasan Yuridis
Dalam sebuah Negara hukum pada asasnya setiap tindakan pemerintah
harus dilakukan berdasrkan kewenangan yang diberikan oleh hukum.
Suatu tindakan pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan
adalah berakibat batal demi hukum. Dalam melaksanakan salah satu
fungsi
pemerintahan,
yaitu
membentuk
peraturan
daerah
tentang
maka
perlu
melaksanakan
perlindungan
dan
pengelolaan
kepada
pemerintah
kabupaten/kota
untuk
segera
dan
pengelolaan
Berdasarkan
ketentuan
lingkungan
tersebut,
maka
hidup
di
pemerintah
tiap-tiap
kota
daerah.
Tegal
segera
Saran
Agar pelaksanaan penyusunan Peraturan Daerah tentang Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
dapat
dilaksanakan
secara
baik,
96
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni,
dan
Susilawardani.
2002. Pembangunan
yang
tidak
Kimia
dalam
Pencemaran
Air
dan
S. 2009.
Saing
dan
Berotonomi:
Arah
Kebijakan,
Pelaksanaan,
dan
97
Permasalahan,
98
99
LAMPIRAN
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
NOMOR . TAHUN .
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TEGAL,
Menimbang : a. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
mengamanatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup menjadi bagian dari kewenangan wajib pemerintah
daerah;
b. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun
telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan;
c. bahwa lingkungan hidup Kota Tegal perlu dikelola secara
baik dan bertanggungjawab agar tetap lestari untuk
100
menjamin kelestarian
fungsi lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan maka perlu melaksanakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan
hidup yang serasi, selaras dan seimbang;
d.
Mengingat :
1 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), Pasal 33 ayat (3) dan
ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3 Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1984
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
1990
Nomor
49,
Daerah
32
Tahun
(Lembaran
2004
Negara
tentang
Republik
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Daerah
(Lembaran
tentang
Negara
Republik
Penetapan
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
tentang
Republik
lndonesia
Tahun
2015
Nomor
24,
102
Nomor
27
Tahun
2007
tentang
dan
32
Tahun
Pengelolaan
2009
Lingkungan
tentang
Hidup
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2011
Nomor
82,
Republik
Indonesia
Tahun
1999
Nomor
15,
Pencemaran
Udara
(Lembaran
Negara
104
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
32
Tahun
1990
tentang
2009
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Kajian
2009
tentang
Tata
Laksana
Perizinan
dan
106
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Definisi
Pasal I
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1 Daerah adalah Kota Tegal;
2 Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Kota Tegal.
3 Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4 Walikota adalah Walikota Tegal.
5 DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal.
6 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tegal yang selanjutnya
disebut BPLH adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Kota Tegal.
7 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kota Tegal yang
selanjutnya disebut BPMPT Kota Tegal adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menyelenggarakan UrusanPemerintahan di bidang
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu.
8 Orang adalah orang perseorangan dan/atau kelompok orang
dan/atau badan hukum.
9 Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
10 Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semuabenda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
107
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43 Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
44 Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadarunsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
45 Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkanya
makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup olehj kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
46 Laboratorium lingkungan adalah laboratorium yang mempunyai
sertifikat akreditasi laboratorium pengujian parameter kualitas
lingkungan dan mempunyai identitas registrasi.
47 Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
48 Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKLUPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan;
49 Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh
instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan;
50 Kerusakan laut adalah perubahan fisik dan/atau hayati laut yang
melewati kriteria baku kerusakan laut;
51 Kriteria Baku Kerusakan Laut adalah ukuran batas perubahan sifat
fisik dan/atau hayati lingkungan laut yang dapat ditenggang;
52 Status mutu laut adalah tingkatan mutu laut pada lokasi dan waktu
tertentu yang dinilai berdasarkan baku mutu air laut dan/atau
kriteria baku kerusakan laut;
53 Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut;
54 Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan
dalam suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya kedalam
udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi
sebagai unsur pencemar;
55 Gas Rumah Kaca selanjutnya disebut GRK adalah gas yang
terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik,
yangmenyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah;
111
56 Emisi Gas Rumah Kaca adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu
area tertentu dalam jangka waktu tertentu;
57 Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat
dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah;
58 Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji,
buah, daun, ranting, batang,dan akar, termasuk tanaman yang
dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman;
59 Produksi biomassa adalah bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya
tanah untuk menghasilkan biomassa;
60 Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada
suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemaran
tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar;
61 Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta
menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup;
62 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan adalah orang yang
bertanggung jawab atas suatu usaha dan/atau kegiatan yang
dilaksanakan;
63 Pengumpulan limbah B3 skala Kota adalah kegiatan mengumpulkan
limbah B3 dari penghasil limbah B3 yang sumbernya berada dalam 1
(satu) Kota Tegal.
Bagian Kedua
Asas
Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas:
a
b
c
d
e
f
g
h
tanggungjawab Daerah;
kelestarian dan keberlanjutan;
keserasian dan keseimbangan;
keterpaduan;
manfaat;
kehatian-hatian;
keadilan;
ekoregion;
112
i
j
k
l
m
keanekaragaman hayati;
pencemar membayar;
partisipatif;
kearifan lokal;
tata kelola pemerintahan yang baik.
Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 3
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk:
a mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup dalam rangka pembangunan masyarakat Tegal seutuhnya yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dan/atau
kegiatan untuk menaati hukum lingkungan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
c mencegah dan menanggulangi perilaku masyarakat dan pelaku usaha
dan/atau kegiatan terhadap tindakan atau kegiatan yang berdampak
negatif pada kelestarian lingkungan hidup;
d membina dan meningkatkan kemampuan, keahlian, dan keterampilan
aparat Pemerintah Daerah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
e mendukung, membina dan mengawasi upaya-upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh masyarakat, pelaku
usaha dan/atau kegiatan;
f
113
Bagian Kempat
Kedudukan
Pasal 4
Pengaturan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
berkedudukan sebagai :
a acuan dalam penetapan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan;
b pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan; dan
c pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan evaluasi kegiatan
pembangunan.
Bagian Kelima
Ruang Lingkup
Pasal 5
Ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini meliputi:
a kebijakan;
b kewenangan;
c perencanaan;
d pemanfaatan;
e pengendalian;
f pemeliharaan;
g pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
h hak, kewajiban dan larangan;
i peran serta masyarakat;
j perizinan;
k pemantauan dan pengawasan;
l sanksi administratif;
m penyelesaian sengketa lingkungan hidup;
n penyidikan; dan
o ketentuan pidana.
BAB II
TUGAS DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 6
114
g mengembangkan
hidup;
kebijakan
sistem
informasi
perlindungan
dan
115
116
Paragraf 2
Inventarisasi Lingkungan Hidup
Pasal 8
1 Pemerintah Daerah wajib melakukan inventarisasi lingkungan hidup sebagai
dasar untuk:
a penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
daerah;
b penetapan status lingkungan hidup berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup; dan
c memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam.
2 Ruang lingkup inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a potensi dan ketersediaan sumber daya alam;
b jenis sumber daya alam yang dimanfaatkan;
c bentuk penguasaan sumber daya alam;
d pengetahuan pengelolaan sumber daya alam;
e bentuk kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup; dan
f konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
117
1
2
Paragraf 3
Penyusunan dan Penetapan RPPLH
Pasal 9
Pemerintah Daerah wajib menyusun perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
RPPLH Kota disusun berdasarkan:
a RPPLH Provinsi;
b inventarisasi lingkungan hidup.
Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
dengan memperhatikan:
a keanekaragaman karakter dan fungsi ekologis;
b sebaran penduduk;
c sebaran potensi sumberdaya alam;
d kearifan lokal; dan
e perubahan iklim.
RPPLH paling kurang memuat rencana tentang:
a kerangka hukum pengelolaan lingkungan hidup;
b nilai ekonomi sumberdaya alam;
c pemanfaatan lahan kaitannya dengan tata ruang dan kualitas
lingkungan hidup;
d pengelolaan sumberdaya air permukaan;
e pengelolaan sumberdaya air tanah dan hidrogeologi;
f pengelolaan sumberdaya hutan, perkebunan dan pertanian;
g pengelolaan keanekaragaman hayati;
h pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir;
i pengelolaan sumberdaya pertambangan mineral, serta minyak dan gas;
j rumusan strategi pengelolaan kualitas air;
k rumusan strategi pengelolaan kualitas udara;
l rumusan strategi pengelolaan sampah;
m rumusan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
118
1
2
Pasal 10
RPPLH ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
RPPLH dapat ditinjau kembali paling lambat 5 (lima)tahun 1 (satu) kali.
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 11
Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan berdasarkan RPPLH.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Kota dan ekoregion
tingkat Kota ditetapkan oleh Walikota,dengan terlebih dahulu berkoordinasi
kepada Gubernur.
119
Bagian Ketiga
Pengendalian
Paragraf 1
Umum
Pasal 12
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
lingkungan
hidup
Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a pencegahan;
b penanggulangan; dan
c pemulihan.
hidup
1
2
3
4
Pasal 15
1Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana dan prasarana instalasi
pengolahan air limbah terpadu untuk kegiatan domestik.
2Pemerintah Daerah dapat mengoperasikan sarana dan prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk kegiatan industri.
Paragraf 3
Pengendalian Pencemaran Udara
Pasal 16
Pengendalian pencemaran udara meliputi:
121
Pasal 17
Dalam rangka pengendalian pencemaran udara, Walikota berwenang untuk:
a melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar;
b melakukan pemantauan kualitas udara ambien, kualitas udara dalam
ruangan, emisi sumber bergerak, emisi sumber tidak bergerak dan
tingkat gangguan lain skala Kota ;
c melakukan pengujian emisi gas buang dan kebisingan
kendaraan
bermotor lama secara berkala;
d melakukan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas udara
skala Kota ;
e melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinyapencemaran
udara dari sumber bergerak dan tidak bergerak skala Kota .
Pasal 18
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatanyang mengeluarkan
emisi dan/atau gangguan ke udara ambien, wajib:
a menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi dan baku tingkat
gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukannya;
b melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
c memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam
rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha
dan/atau kegiatannya.
Pasal 19
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatanyang mengeluarkan
emisi dari sumber tidak bergerak, wajib:
122
a
b
c
d
Pasal 20
1 Setiap orang yang menyebabkan terjadinya pencemaranudara, wajib
melakukan upaya penanggulangan dan pemulihan, termasuk dalam
keadaan darurat.
2 Pedoman teknis upaya penanggulangan dan pemulihan pencemaran udara
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
3 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dilarang membuang mutu emisi melampaui
ketentuan yang telah ditetapkan baginya dalam izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan.
Paragraf 4
Pengendalian Pencemaran Limbah B3
Pasal 21
1 Pengelolaan limbah B3 ditujukan untuk mencegah dan
menanggulangi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yangdiakibatkan oleh
limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar.
2 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatanyang menghasilkan
limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara
langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
3 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkannya.
4 Dalam hal penghasil limbah B3 tidak mampu melakukansendiri pengelolaan
limbah B3, maka pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain yang
berizin.
5 Setiap kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 wajib mendapat izin dari
Walikota.
123
Paragraf 5
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut
Pasal 24
1Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut bertujuan
untuk mencegah atau mengurangi turunnya mutu pesisir dan laut
dan/atau rusaknya sumberdaya pesisir dan laut.
124
Paragraf 7
Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Akibat
Kegiatan Pertambangan
Pasal 28
1 Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang
ditetapkan oleh Walikota.
2 Walikota dapat menetapkan kriteria kerusakan lingkungan dan baku mutu
limbah akibat kegiatan pertambangan.
3 Walikota melakukan pemantauan terhadap pencemaran dan kerusakan
lingkungan akibat kegiatan pertambangan.
Paragraf 8
Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Tanah Untuk Kegiatan
Produksi Biomassa
Pasal 29
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk produksi
biomassa bertujuan mencegah terjadinya kerusakan tanah yang dapat
mengganggu kegiatan produksi biomassa.
Pasal 30
1 Dalam rangka pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk
kegiatan produksi biomassa, Walikota berwenang untuk :
a Penetapan kriteria baku kerusakan lahan dan/atau tanah;
b Penetapan kondisi dan status kerusakan lahan dan/atau tanah;
c Pelaksanaan pengawasan usaha dan/atau kegiatan yangmengakibatkan
kerusakan tanah sehingga dapat mengganggu kegiatan produksi
biomassa.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanggulangan kerusakan dan
pemulihan tanah berdasarkan perundangan-undangan.
Paragraf 9
Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana
Alam
Pasal 31
126
Pasal 33
Walikota wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
KLHS wajib dilaksanakan dalam penyusunan dan evaluasi :
a Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota , Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota
dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD); dan
b Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Penyelenggaraan KLHS untuk RTRW Kota , RPJP Kota , RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 34
127
f
g
1
2
3
Pasal 37
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup, wajib memiliki Amdal.
Amdal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh Pemrakarsa pada
tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat,
berdasarkan prinsip pemberian informasiyang transparan dan lengkap
serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi :
a yang terkena dampak;
b pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalamproses Amdal.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Amdal berikut tatacara penyusunannya, berpedoman
pada ketentuan perundang-undangan.
1
2
Pasal 38
Walikota membentuk Komisi Penilai Amdal Kota .
Pemerintah Daerah berwenang melaksanakan penilaian Amdal bagi jenis
usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan hidup di daerah, sesuai dengan ketentuanperundang-undangan.
Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan wajib
dikembalikan kepada pemrakarsa.
Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menilai
dokumen Amdal untuk usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
129
6
7
Pasal 39
1 Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan berkewajiban menyampaikan pelaporan
pelaksanaan RKL-RPL kepada Walikota setiap 6 (enam) bulan.
2 Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakanpengawasan
terhadap implementasi RKL-RPL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi Amdal di Daerah.
Pasal 40
1Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib
Amdal, wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL.
2Walikota menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan UKL-UPL atau SPPL sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
3Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan rekomendasi UKL-UPL dilakukan oleh
BPLH.
4Pemeriksaan SPPL dan pemberian persetujuan SPPL dilakukan oleh BPLH.
5Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakanpengawasan
terhadap pelaksanaan UKL-UPL dan SPPL di Daerah.
6Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3), digunakan
sebagai dasar untuk:
a memperoleh izin lingkungan; dan
b melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
7Persetujuan SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (4), digunakan sebagai
dasar untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 41
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan, sesuai ketentuan perundang-undangan.
130
Pasal 42
Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah Daerah
mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup,
meliputi:
a perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
b pendanaan lingkungan hidup.
131
Pasal 43
Setiap penyusunan ketentuan perundang-undangan di Daerah wajib
memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup
dan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 11
Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 44
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal wajib
mengalokasikan anggaran yang memadaiuntuk membiayai:
a kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup; dan
c pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnyatelah mengalami
pencemaran dan/atau kerusakan.
Paragraf 12
Analisis Risiko Lingkungan Hidup
Pasal 45
1 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan
kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib
melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
2 Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
132
a pengkajian risiko;
b pengelolaan risiko; dan/atau
c komunikasi risiko.
Paragraf 13
Audit Lingkungan Hidup
2
3
1
2
Pasal 46
Pemerintah Daerah mendorong penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
untuk melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan
kinerja lingkungan hidup.
Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara berkala.
Ketentuan mengenai audit lingkungan hidup mengacu kepada peraturan
perundangan-undangan.
Paragraf 14
Penanggulangan
Pasal 47
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup, wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a
pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat;
b
pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c
penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup; dan/atau
d
cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Paragraf 15
Pemulihan
Pasal 48
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tahapan:
133
a
b
c
d
e
4
5
5
6
Bagian Keempat
Pemeliharaan
Pasal 49
Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya:
a konservasi sumberdaya alam;
b pencadangan sumberdaya alam; dan/atau
c pelestarian fungsi atmosfer.
Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi kegiatan:
a perlindungan sumberdaya alam;
b pengawetan sumberdaya alam; dan
c pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam.
Pencadangan sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat dikelola dalam jangka
waktu tertentu.
Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi :
a upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c upaya perlindungan terhadap hujan asam.
Upaya yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
dilaksanakan dengan cara melakukan penanaman pohon menahun.
Konservasi, pencadangan sumber daya alam serta pelestarian fungsi
atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
134
Bagian Kelima
Pengawasan
Paragraf 1
Pemerintah Daerah
Pasal 50
1 Walikota melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungandan pengelolaan lingkungan
hidup, meliputi:
a
pengawasan terhadap penaatan persyaratan yang tercantum dalam izin
lingkungan;
b
pengawasan terhadap pengendalian pencemaran air;
c
pengawasan terhadap penaatan penanggungjawab usaha
dan/atau
kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran udara;
d
pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah B3;
e
pengawasan terhadap pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran
limbah B3;
f
pengawasan terhadap pelaksanaan sistem tanggap darurat limbah B3;
g
pengawasan terhadap penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah
B3;
h pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal dan UKL-UPL;
i
pengawasan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan.
2 Walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan
kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3 Dalam pengawasannya, pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berhak melakukan
inspeksi mendadak terhadap suatu kegiatanyang diduga mencemari
lingkungan, meliputi:
a
melakukan pemantauan;
b
meminta keterangan;
c
membuat salinan dan dokumen; dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
d
memasuki tempat tertentu;
e
memotret;
f
membuat rekaman audio visual;
g
mengambil sampel;
135
h memeriksa peralatan;
i
memeriksa instalasi dan/ atau alat transportasi; dan/atau
j
menghentikan pelanggaran tertentu.
4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3),
Walikota dapat menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang
merupakan pejabat fungsional.
5 Walikota wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan.
Pasal 51
BPLH berkewajiban :
a menyusun dan menetapkan kebijakan pengawasan terhadap pelaku
usaha dan/atau kegiatan;
b melakukan pemantauan, evaluasi hasil pengawasan lingkungan hidup;
c menindaklanjuti hasil pengawasan lingkungan hidup; dan
d mengkoordinasikan pengawasan yang dilakukan dengan satuan kerja
perangkat daerah.
Paragraf 2
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
Pasal 52
1Walikota menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah sebagai
pejabat fungsional di lingkungan BPLH.
2PNS yang akan diangkat menjadi Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a telah lulus diklat dasar-dasar pengawasan lingkungan hidup;
b memenuhi persyaratan lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3Dalam melakukan pengawasan, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
berwenang melakukan tindakan-tindakan tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungandan pengelolaan lingkungan
hidup.
4Pelaksanaan pengawasan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a pemantauan kelengkapan izin lingkungan dan ketaatan terhadap
ketentuan yang dipersyaratkan dalam izin lingkungan;
b pelaksanaan tindakan-tindakan pengawasan sesuai dengan kewenangan
pejabat pengawas lingkungan hidup;
c pelaporan hasil pengawasan kepada Kepala Badan; dan
136
3
4
2
3
4
Paragraf 3
Pengawasan Masyarakat
Pasal 54
Masyarakat berhak melakukan pengawasan sosial, berupa pemantauan
terhadap dampak lingkungan hidup akibat pelaksanaanusaha dan/atau
kegiatan.
Hasil pengawasan sosial masyarakat dapat disampaikan kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BPLH wajib membentuk pos pengaduan dan tata cara penanganan pengaduan
masyarakat.
Pos pengaduan dan tata cara penanganan pengaduan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
137
Pasal 55
Kepala BPLH menugaskan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan/atau
pejabat yang ditunjuk untuk memverifikasi kebenaran informasi pelanggaran
izin lingkungan yang berasal dari masyarakat baik langsung maupun tidak
langsung melalui pos pengaduan.
Bagian Keenam
Penaatan Hukum
Paragraf 1
Sanksi Administratif
Pasal 56
1Walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang berada di wilayah Kota
Tegal, jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
2Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berasal dari hasil
kerja pengawasan lingkungan hidup dan/atau informasi masyarakat.
Pasal 57
1 Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56,
Walikota memberikan sanksi administratif, yang terdiri dari:
a teguran tertulis;
b paksaan pemerintah;
c pembekuan izin lingkungan; atau
d pencabutan izin lingkungan.
2 Dalam hal pemberian sanksi administratif berupa teguran tertulis dan
paksaan pemerintah dilaksanakan oleh instansi yang
membidangi
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3 Penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (1), tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung
jawab pemulihan dan pidana.
Pasal 58
1 Penerapan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan dilakukan apabila penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
tidak melaksanakan paksaan pemerintah.
2 Bentuk-bentuk paksaan pemerintah diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungandan pengelolaan
lingkungan hidup.
138
2
3
4
Paragraf 2
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 60
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan untuk
mencapai kesepakatan mengenai:
a bentuk dan besarnya ganti rugi;
b tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan; dan/atau
d tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat digunakan jasa
mediator dan/atau arbiter untuk membantu sengketa lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana
lingkungan hidup.
Lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 61
139
2
3
Pasal 62
1 Kepala BPLH bertindak sebagai mediator, dalam hal para pihak memutuskan
untuk menempuh penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
2 Apabila hasil mediasi tidak dapat diterima, salah satu atau kedua belah pihak
yang bersengketa dapat menempuh cara penyelesaian sengketa lingkungan
hidup lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Penegakan Hukum Lingkungan di Dalam Pengadilan
Pasal 63
1Pemerintah Daerah memiliki hak mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan
tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yangmengakibatkan
kerugian lingkungan hidup.
2Hak mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Walikota.
3
4
Pasal 64
Pertimbangan untuk menggunakan hak gugat PemerintahDaerah didasarkan
pada hasil verifikasi lapangan oleh pejabat pengawas lingkungan hidup
dan/atau pejabat yang ditunjuk.
Hak gugat Pemerintah Daerah hanya digunakan apabilahasil verifikasi
lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menunjukkan telah terjadi
perusakan lingkungan hidup.
Dalam hal hak gugat Pemerintah Daerah digunakan, Walikota dapat menunjuk
kuasa hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Biaya yang timbul dalam penggunaan hak gugat Pemerintah Daerah,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 65
1 Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
140
a
b
c
Paragraf 4
Larangan
Pasal 67
Setiap orang dan/atau pelaku usaha dilarang :
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
melakukan pembuangan air limbah ke lingkungan melampaui baku mutu air
limbah yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
melakukan pembuangan sampah atau limbah padat non B3 pada sumbersumber air, dan tempat-tempat lain yang tidak diperuntukkan sebagai
tempat pembuangan sampah;
melakukan
reduksi,
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah bahan berbahaya dan
beracun tanpa memiliki izin sesuai dengan peraaturan perundangundangan yang berlaku;
141
Paragraf 5
Penegakan Hukum Terpadu
Pasal 68
Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana lingkungan
hidup, dibentuk Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu yang
keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Kejaksaan Negeri
Tegal, Kepolisian Resort Tegal.
Pembentukan Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan KeputusanBersama Walikota
Tegal, Kepala Kejaksaan Negeri Tegal, Kepala Kepolisian Resort Tegal.
Paragraf 6
Penyidikan
Pasal 69
Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia (Penyidik Polri),
Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang lingkup
142
143
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Dunia Usaha
Pasal 72
Peran serta dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut :
a memberikan kontribusi terhadap pengelolaan lingkungan hidup di
Daerah;
b bermitra usaha dengan Pemerintah dan/atau masyarakat setempat
dalam pengelolaan lingkungan hidup di Daerah;
c meningkatkan nilai ekonomis wilayah yang berfungsi ekologis; dan
d menerapkan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Bagian Kedua
Masyarakat
Pasal 73
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkunganhidup adalah sebagai
144
berikut :
a memberikan kontribusi terhadap pengelolaan lingkungan hidup di
daerah;
b menjadi pelaku dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah;
c menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan hidup; dan
d melaksanakan pemantauan dan pengawasan sosial dalam rangka
peningkatan kualitas lingkungan hidup;
e memberikan saran, informasi, laporan dan pengaduan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
BAB VI
SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 74
1 Dalam rangka publikasi sistem informasi lingkungan
hidup, Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup melakukan pengembangan sistem informasi
lingkungan hidup.
2 Sistem informasi lingkungan hidup dilakukan secara
terpadu dan
terkoordinasi serta wajib dipublikasikan kepada masyarakat.
3 Sistem informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari :
a status lingkungan hidup;
b peta rawan lingkungan hidup; dan
c informasi lingkungan hidup lain, meliputi :
1 izin lingkungan;
2 laporan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup;
3 peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup pada
tingkat nasional, provinsi dan Kota ; dan
4 kebijakan lingkungan hidup Pemerintah Daerah.
Pasal 75
1 Untuk mengembangkan Sistem Informasi Lingkungan Hidup skala Kota , BPLH
berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait.
2 Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa permintaan data dan
informasi lingkungan hidup.
3 BPLH wajib melakukan pemutahiran data dan informasi lingkungan hidup
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
BAB VII
PEMBIAYAAN
145
Pasal 76
Pembiayaan yang diperlukan untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tegal
serta sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundaundangan yang berlaku.
BAB VIII
PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 77
Bagian Kedua
Sosialisasi
Pasal 78
Sosialisasi informasi lingkungan hidup dilaksanakan melalui kegiatan:
a publikasi sistem informasi;
b penyuluhan; dan
c konsultasi.
2
3
4
Bagian Ketiga
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 79
Pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup diselenggarakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yang meliputi :
a pendidikan dan pelatihan teknis; dan
b pendidikan dan pelatihan fungsional.
Pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan melalui jalur pendidikan
formal dan non formal.
pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan sebagai muatan lokal pada
pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar danmenengah di Daerah.
Pemerintah daerah menyusun dan mengembangkan materi ajar tambahan
dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup, yang wajib
diberikan pada setiap jenis pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup,
meliputi:
146
Bagian Keempat
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pasal 80
1 Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2 Pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal dan jalur informal.
3 Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan
hidup dalam rangka mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karya untuk
memelihara, memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
sekolah dan lingkungan sekitar, pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan
sebagai muatan lokal pada pendidikan formal pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah di daerah.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 81
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh pelaksanaan yang
berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang telah
ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 82
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di daerah yang telah
dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dapat terus
dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup;
b kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah ada dan berdampak
pada penurunan fungsi konservasi, harus melakukan rekayasa teknik
dan/atau rekayasa vegetatif untuk memulihkan fungsilingkungan hidup;
c perizinan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang telah
diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku
sampai dengan habis masa berlakunya perizinan tersebut.
147
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 83
Peraturan pelaksanaan yang diperintahkan Peraturan Daerah ini, ditetapkan
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 84
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Pasal 85
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tegal.
Ditetapkan di Tegal
pada tanggal .
WALIKOTA TEGAL,
ttd
SITI MASITHA SOEPARNO
Diundangkan di Tegal
pada tanggal .................
SEKRETARIS DAERAH
KOTA TEGAL,
ttd
148
149
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
NOMOR TAHUN .
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
I.
UMUM
1 Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dan telah diatur
pemanfaatan dan pengelolaannya dalam pasal 33 ayat (3), UndangUndang Dasar 1945: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat. Sumber daya alam tersebut menjdi modal
dasar
bagi
pembangunan
bangsa
untuk
mensejahterakan
masyarakat, tak hanya bagi generasi sekarang tetapi juga generasi
secara
berkelanjutan.
Lingkungan
Hidup
Indonesia
yang
dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa
Indonesia merupakan karunia dan rahmatNya yang wajib dilindungi,
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap
menjadi sumber dan penunjang bagi rakyat dan bangsa Indonesia
serta mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan
kualitas hidup itu sendiri.
2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945
menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh
pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk
hidup lain.
150
151
kehidupan masyarakat.
Huruf m
Yang dimaksud dengan asas tata kelola pemerintahanyang
baik adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
Pasal 3
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Huruf e
Cukup
Huruf f
Cukup
Huruf g
Cukup
Huruf h
Cukup
Huruf i
Cukup
Pasal 4
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Pasal 5
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
154
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Huruf e
Cukup
Huruf f
Cukup
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Pasal 6
Kewenangan Pemerintah Daerah ini merupakan kewenangan yang
diberikan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, serta peraturan perundang-undangan teknis di
bidang lingkungan hidup.
Pasal 7
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Ayat (2)
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
155
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Ayat (3)
Pasal 9
Ayat (1)
Ayat (2)
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Cukup Jelas
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan kearifan lokal termasuk hak ulayat yang
diakui masyarakat.
Huruf e
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
156
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Huruf e
Cukup
Huruf f
Cukup
Huruf g
Cukup
Huruf h
Cukup
Huruf i
Cukup
Huruf j
Cukup
Huruf k
Cukup
Huruf l
Cukup
Huruf m
Cukup
Huruf n
Cukup
Huruf o
Cukup
Huruf p
Cukup
Ayat (5)
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Huruf e
Cukup
Ayat (6)
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
157
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
158
Cukup Jelas
Huruf f
Pencemaran lingkungan akibat pertambangan timbul
sebagai akibat dari penggunaan zat kimia dalam proses
pertambangan, kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari
tidak dilakukannya reklamasi atau tidak diterapkannya
tata cara/aturan penambangan yang baik dan benar.
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan, penanggulangan pencemaran dan
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
159
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Huruf e
Cukup
Huruf f
Cukup
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Pasal 14
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan sumber air adalah wadah air yang
terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,
situ, waduk, dan muara.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan udara ambien adalah udara bebas
di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan emisi adalah zat, energi dan/atau
komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien
yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi
160
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Pasal 18
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
161
Cukup Jelas
Pasal 19
Huruf a
Cukup
Huruf b
Cukup
Huruf c
Cukup
Huruf d
Cukup
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1):
Yang dimaksud dengan pengelolaan limbah B3 adalah
pengelolaan seluruh jenis limbah B3 berdasarkan
karakteristiknya yang bersifat mudah meledak, mudahterbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, danbersifat
korosi. Limbah medis yang salah satunya bersifat infeksius
termasuk kategori limbah B3 dengan kode limbah D227, berasal
dari kegiatan pelayanan kesehatan dan terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4) :
Kegiatan pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan
162
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan rekomendasi
dan
pertimbangan teknis pengelolaan limbah B3 melalui instansi teknis
yang membidangi pengelolaan limbah B3 kepada instansi pemberi
izin.
Hal ini dilakukan agar pengelolaan Limbah B3 di wilayah Kota
Tegal dapat terukur secara kualitatif dan kuantitatif sehingga
dapat dilakukan upaya pengendalian terhadap kemungkinan
dampak yang ditimbulkannya
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 25
Kewenangan dalam rangka pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan pesisir dan laut ini didasarkan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, serta peraturan perundang-undangan teknis di
bidang lingkungan hidup.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
164
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1) :
Kewenangan dalam rangka pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa ini
didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta
peraturan perundang-undangan teknis di bidang lingkungan
hidup.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan dampak dan/atau risiko
165
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a :
Yang dimaksud dengan baku mutu air adalah ukuran
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada, dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan baku mutu air limbah adalah
ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk
dimasukkan ke media air.
Huruf c :
166
untuk
167
Cukup jelas
Ayat (5) :
Cukup jelas
Ayat (6) :
Huruf a :
Syarat untuk memperoleh izin lingkungan adalah adanya
dokumen AMDAL atau/ UKL-UPL yang telah mendapatkan
persetujuan dari instansi yang berwenang.
Huruf b :
Cukup Jelas
Ayat (7) :
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Termasuk dalam pengertian izin usaha dan/atau kegiatan, yaitu
izin operasi dan izin konstruksi.
Ayat (4) :
Huruf a :
Cukup Jelas
Huruf b :
Cukup Jelas
Huruf c :
Cukup Jelas
Ayat (5) :
Ketentuan ini merupakan upaya harmonisasi antara masa
berlakunya izin usaha yang disesuaikan dengan masa berlaku
izin lingkungan, karena izin lingkungan merupakan persyaratan
mutlak untuk memperoleh izin usaha.
Ayat (6) :
Amdal atau UKL-UPL merupakan syarat mutlak dalam izin
lingkungan, sehingga permohonan izin lingkungan yang tidak
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL, wajib ditolak.
Ayat (7) :
Huruf a :
171
Cukup Jelas
Huruf b :
Komisi adalah Komisi Penilai Amdal Kota Tegal
Huruf c :
Cukup Jelas
Selain ketentuan pembatalan izin lingkungan yang diatur dalam
ayat ini, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui putusan
pengadilan tata usaha negara.
Ayat (8) :
Ketentuan ini menegaskan ketentuan ayat (4), dimana masa berlaku
izin lingkungan identik dengan masa berlaku izin usaha.
Ayat (9) :
Perubahan dapat terjadi karena peralihan kepemilikan,perubahan
teknologi, penambahan atau pengurangan kapasitas produksi atau
berpindahnya lokasi
usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (10) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari komitmen Pemerintah
Daerah untuk melakukan reformasi di bidang perizinan melalui
peningkatan peran Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.
Pasal 42
Ayat (1) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan instrumen ekonomi dalam perencanaan
pembangunan adalah upaya internalisasi aspek lingkungan hidup
ke dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan dan
kegiatan ekonomi.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pendanaan lingkungan hidup adalah suatu
sistem dan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang
digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dari berbagai
sumber,
misalnya pungutan, hibah, dan lainnya.
Ayat (2) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan neraca sumber daya alam adalah
gambaran mengenai cadangan sumberdaya alam dan
172
Huruf c :
Pembiayaan untuk pemulihan kondisi lingkungan yang kualitasnya
telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan yang diakibatkan
oleh bencana atau keadaan force majeure, dapat dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah.
Pasal 45
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan analisis risiko lingkungan adalah prosedur
yang antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan dan
peredaran produk rekayasa genetik dan pembersihan (clean up)
limbah B3.
Ayat (2) :
Huruf a :
Dalam ketentuan ini pengkajian risiko meliputi seluruh proses
mulai dari identifikasi bahaya, penaksiran besarnya
konsekuensi atau akibat, dan
penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang tidak
diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia
maupun lingkungan hidup.
Huruf b
Dalam ketentuan ini pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko
atau seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan, identifikasi
pilihan pengelolaan risiko,
pemilihan tindakan untuk pengelolaan, dan
pengimplementasian tindakan yang dipilih.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan komunikasi risiko adalah proses
interaktif dari pertukaran informasi dan pendapat di antara
individu, kelompok, dan institusi
yang berkenaan dengan risiko.
Pasal 46
Ayat (1) :
Audit lingkungan hidup merupakan kewenangan Pemerintah, namun
demikian dalam kerangka pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan, Pemerintah Daerah mendorong
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit
lingkungan hidup.
Ayat (2) :
174
Cukup Jelas
Ayat (3) :
Cukup Jelas
Pasal 47
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).
Ayat (2) :
Huruf a :
Cukup Jelas
Huruf b :
Cukup Jelas
Huruf c :
Cukup Jelas
Huruf d :
Cukup Jelas
Pasal 48
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).
Ayat (2) :
Huruf a :
Cukup Jelas
Huruf b :
Yang dimaksud dengan remediasi adalah upaya pemulihan
pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu
lingkungan hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya pemulihan
untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan
hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan,
memberikan perlindungan, dan memperbaiki ekosistem.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan restorasi adalah upaya pemulihan
untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya
berfungsi kembali sebagaimana semula.
Huruf e :
Cukup Jelas
175
Ayat (3) :
Ayat (4) :
Ayat (5) :
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 49
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pemeliharaan lingkungan hidup adalah
upaya yang dilakukan untuk menjaga pelestarian fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya penurunan atau
kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan
manusia.
Huruf a :
Konservasi sumberdaya alam meliputi, antara lain, konservasi
sumberdaya air, ekosistem hutan, ekosistem pesisir dan laut,
energi, ekosistem lahan gambut, dan ekosistem karst.
Huruf b :
Pencadangan sumberdaya alam meliputi sumber daya alam yang
dapat dikelola dalam jangka panjang dan waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Untuk melaksanakan pencadangan sumberdaya alam,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Pemerintah
Kabupaten/Kota dan perseorangan dapat membangun :
1 taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan;
2 ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari luasan
pulau/kepulauan; dan/atau
3 menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan,
khususnya tanaman langka.
Huruf c :
Cukup jelas.
Ayat (2) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pengawetan sumberdaya alam adalah
upaya untuk menjaga keutuhan dan keaslian sumberdaya alam
beserta ekosistemnya.
Huruf c :
176
Cukup jelas.
Ayat (3) :
Cukup jelas
Ayat (4) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan mitigasi perubahan iklim adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan
tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya
penanggulangan dampak perubahan iklim. Yang dimaksud
dengan adaptasi perubahan iklim adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk
keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi
kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan
konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.
Huruf b :
Cukup jelas.
Huruf c :
Cukup jelas.
Ayat (5) :
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup
Huruf b :
Cukup
Huruf c :
Cukup
Huruf d :
Cukup
Huruf e :
Cukup
Huruf f :
Cukup
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
177
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Cukup jelas.
Huruf c :
Cukup jelas.
Huruf d :
Cukup jelas.
Huruf e :
Cukup jelas.
Huruf f :
Cukup jelas.
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Huruf j :
Cukup jelas.
Ayat (4) :
Cukup jelas
Ayat (5) :
Cukup jelas
Pasal 51
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
178
Huruf c :
Cukup jelas
Huruf d :
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Cukup jelas.
Ayat (3) :
Cukup jelas
Ayat (4) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Cukup jelas.
Huruf c :
Cukup jelas.
Huruf d :
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup
Huruf b :
Cukup
Huruf c :
Cukup
Huruf d :
Cukup
Huruf e :
Cukup
Huruf f :
Cukup
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
179
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Huruf j :
Cukup jelas.
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Huruf d :
Cukup jelas.
Huruf e :
Cukup jelas.
Huruf f :
Cukup jelas.
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Huruf j :
Cukup jelas.
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Unit dan/atau tata cara pengelolaan keberatan, saran dan
pengaduan masyarakat dibentuk oleh Badan sebagai bentuk
180
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 59
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Pasal 60
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Cukup jelas.
Huruf c :
Cukup jelas.
Huruf d :
Cukup jelas.
Ayat (2) :
Mediator dan/atau arbiter yang ditunjuk oleh kedua belah pihak
dalam penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan
Ayat (3) :
Tindak pidana lingkungan hidup tidak dapat diselesaikan
melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Ayat (4) :
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1) :
182
Cukup jelas
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup
lainnya adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan
Pasal 63
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan kerugian lingkungan hidup adalah kerugian
yang timbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang bukan merupakan hak milik privat. Tindakan tertentu
merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan serta pemulihan fungsi lingkungan hidup guna
menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif
terhadap lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1) :
Cukup
Ayat (2) :
Cukup
Ayat (3) :
Cukup
Ayat (4) :
Cukup
jelas
jelas
jelas
jelas
Pasal 65
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 66
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
183
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
Pasal 68
Ayat (1) :
Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu merupakan tim yang
dibentuk untuk melaksanakan penegakan Hukum Lingkungan
dengan melibatkan aparatur penegak hukum di Daerah.
Ayat (2) :
184
Cukup jelas
Pasal 69
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Huruf a :
Cukup jelas.
Huruf b :
Cukup jelas.
Huruf c :
Cukup jelas.
Huruf d :
Cukup jelas.
Huruf e :
Cukup jelas.
Huruf f :
Cukup jelas.
Huruf g :
Cukup jelas.
Huruf h :
Cukup jelas.
Huruf i :
Cukup jelas.
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1) :
Yang
dimaksud
dengan
laboratorium
lingkungan
adalah
laboratorium yang mempunyai sertifikat akreditasi laboratorium
pengujian parameter kualitas lingkungan dan mempunyai identitas
registrasi.
Yang dimaksud dengan ruang lingkup pengujian laboratorium
lingkungan adalah untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan,
pemeriksaan status penaatan terhadap peraturan perundang185
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
186
Huruf e :
Cukup jelas
Pasal 74
Ayat (1) :
Sistem Informasi Lingkungan Hidup memuat antara lain, keragaman
karakter ekologis, sebaran penduduk, sebaran potensi sumberdaya
alam, dan kearifan lokal.
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 75
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Huruf c :
Cukup jelas
Pasal 78
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Huruf c :
Cukup jelas
187
Pasal 79
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Cukup jelas
Ayat (3) :
Cukup jelas
Ayat (4) :
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Huruf c :
Cukup jelas
Ayat (5) :
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Pendidikan formal diselenggarakan dengan berstatus negeri
atau swasta.
Yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang, dengan hasil pendidikan dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
Yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
188
Pasal 85
Cukup jelas
189