“UNTUK KEADILAN”
SURAT TUNTUTAN
No. Reg. Perkara PDM-44/Epp.1/MLG/VI/2022
I. PENDAHULUAN
Pertama-tama, mari kita panjatkan rasa puji dan syukur ke Tuhan Yang Maha
Esa karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga hari ini
dapat mengikuti persidangan dalam kondisi sehat.
A. IDENTITAS TERDAKWA
Nama : ADITYA RAHMAN
Tempat lahir : Semarang
Umur / tgl. Lahir : 38 Tahun / 06 September 1983
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Salam 10, RT 02/RW 01, Desa Punten, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu (sesuai KTP) / Jalan Salman
Tegalweru, RT 04, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : Akademi/Diploma
B. RIWAYAT PENAHANAN
- Oleh Penyidik : TERDAKWA ditahan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I, Jalan Asahan, Bunulrejo, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, sejak tanggal 26
Mei 2022 sampai dengan tanggal 13 Juni 2022;
- Oleh Penuntut Umum : TERDAKWA ditahan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I, Jalan Asahan, Bunulrejo, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, sejak tanggal 14
Juni 2022 sampai dengan tanggal 3 Juli 2022;
- Oleh Hakim Pengadilan : TERDAKWA ditahan sejak tanggal 4 Juli 2022
Negeri Malang sampai tanggal 1 Agustus 2022.
- Perpanjangan oleh Ketua : Perpanjangan penahanan TERDAKWA sejak tanggal
Pengadilan Negeri Malang 2 Agustus 2022 sampai dengan 30 September 2022;
Agar tuntutan pidana ini dapat lebih mudah diikuti dan dimengerti, maka
penyusunannya dibuat dengan sistematika:
I. PENDAHULUAN
II. SURAT DAKWAAN
III. FAKTA-FAKTA
IV. ANALISIS HUKUM
V. KESIMPULAN DAN TUNTUTAN PIDANA
PERTAMA
-------- Bahwa TERDAKWA ADITYA RAHMAN yang selanjutnya disebut
“TERDAKWA”, pada sekitar bulan Mei tahun 2019 atau setidak-tidaknya masih dalam
tahun 2019, bertempat di rumah SHAFIRA ADELIA yang terletak di Jalan Pisang Kipas
Nomor 16, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat
lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara ini, telah “dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang
maupun menghapuskan piutang”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh TERDAKWA dengan
cara sebagai berikut:
● Bermula ketika SHAFIRA ADELIA membutuhkan pinjaman sejumlah uang, lalu
SHAFIRA ADELIA menceritakan hal tersebut kepada SHELLY OCTAVIA.
Selanjutnya, karena SHELLY OCTAVIA telah mengenal TERDAKWA dan
mengetahui jika TERDAKWA bisa meminjamkan uang kepada orang yang
membutuhkan pinjaman, maka SHELLY OCTAVIA memberitahukan hal tersebut
kepada SHAFIRA ADELIA dan pada saat itu SHELLY OCTAVIA memberikan
nomor telepon SHAFIRA ADELIA kepada TERDAKWA;
● Bahwa didapati sebuah percakapan melalui panggilan atau telepon antara
TERDAKWA dan SHARIFA ADELIA yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Pusat
Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dengan nomor:
180-V-2022-CYBER-01 terhadap Handphone milik TERDAKWA yang diperiksa
oleh Winan Hilmi, S.Kom. pada tanggal 29 Mei 2022, diketahui bahwa pada tanggal
20 Mei 2019 pukul 16.20 WIB TERDAKWA menghubungi SHAFIRA ADELIA
melalui nomor telepon SHAFIRA ADELIA yang telah dimiliki TERDAKWA
dengan tujuan untuk memperkenalkan dirinya sekaligus menawarkan pengurusan
pinjaman, lalu SHAFIRA ADELIA menyatakan bahwa dirinya membutuhkan uang
dan meminta untuk diuruskan pencarian pinjaman melalui jaminan Sertifikat Hak
Milik (“SHM”) milik SHAFIRA ADELIA dan JIHAN SANIA selaku saudara
kandung SHAFIRA ADELIA, dengan hal tersebut TERDAKWA bersedia mengurus
pencarian pinjaman ke perorangan dan menjamin bahwa jaminan tersebut akan aman
karena dijaminkan ke koperasi, selanjutnya TERDAKWA meminta SHAFIRA
ADELIA untuk menyiapkan data-data dan SHM tersebut agar dapat diambil oleh
TERDAKWA untuk dicarikan pinjaman;
● Bahwa selanjutnya, karena SHAFIRA ADELIA percaya dengan kata-kata yang
diucapkan oleh TERDAKWA tersebut, maka SHAFIRA ADELIA akhirnya
menyerahkan SHM No. 02507 kepada TERDAKWA sebagai jaminan dari pinjaman
uang tersebut pada 13 Juni 2019 sekira pukul 16.00 WIB di rumah SHAFIRA
ADELIA yang terletak di Jalan Pisang Kipas No. 16, RT 05, RW 04, Kel. Jatimulyo,
Kec. Lowokwaru, Kota Malang;
● Bahwa setelah SHM tersebut berada di dalam penguasaan TERDAKWA,
TERDAKWA menjaminkan SHM tersebut kepada Koperasi Jaya Makmur Bersama
(“Koperasi JMB”) sesuai dengan yang dikatakan TERDAKWA kepada SHAFIRA
ADELIA dan mendapati pinjaman senilai Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
● Bahwa selanjutnya pada tanggal 25 Juni 2019, TERDAKWA menyerahkan uang
sebesar Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta) kepada SHAFIRA ADELIA yang
diberikan secara bertahap, dengan potongan dari TERDAKWA sebesar
Rp21.250.000,- (dua puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka
SHAFIRA ADELIA hanya menerima uang sebesar Rp128.750.000,- (seratus dua
puluh delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);
● Bahwa sekitar bulan Januari 2020 TERDAKWA berupaya mengalihkan SHM
tersebut kepada orang lain dengan cara menawarkan tanah tersebut kepada TRI
SULISTIYANTO. Selanjutnya TRI SULISTIYANTO menawarkan kepada HERY
SANTOSA dan oleh HERY SANTOSA ditawarkan ke ACHMAD ZAKKY,
dimana sebelumnya telah ada komunikasi antara TRI SULISTIYANTO, HERY
SANTOSA, dan TERDAKWA jika tanah tersebut dijual dengan harga
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tetapi untuk SHM tanah tersebut masih ada
di koperasi karena dijadikan jaminan, sehingga perlu ditebus terlebih dahulu sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
● Bahwa pada 13 Januari 2020 hal tersebut, ACHMAD ZAKKY bersedia membeli
tanah yang ditawarkan TERDAKWA, lalu menyerahkan uang sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) kepada HERY SANTOSA selaku perantara.
Selanjutnya, HERY SANTOSA, TRI SULISTIYANTO, dan TERDAKWA
bersama-sama menggunakan mobil menuju Koperasi JMB yang dimaksud
TERDAKWA tersebut yang berada di daerah Sukun, Kota Malang untuk menebus
SHM tersebut, hanya TERDAKWA yang turun dengan membawa uang sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sedangkan HERY SANTOSA dan TRI
SULISTIYANTO menunggu di dalam mobil. Pada hari yang sama, TERDAKWA
mendapatkan SHM tersebut kemudian diberikan kepada HERY SANTOSA dan oleh
HERY SANTOSA diserahkan kepada ACHMAD ZAKKY untuk dilakukan
pengecekan di Badan Pertanahan Nasional (BPN);
● Bahwa pada tanggal 20 Januari 2020, ACHMAD ZAKKY melakukan sisa
pembayaran tanah yang dibelinya, yakni sebesar Rp300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah), dengan rincian Rp247.000.000,- (dua ratus empat puluh tujuh juta rupiah)
dibayar secara tunai kepada TERDAKWA, sedangkan Rp53.000.000,- (lima puluh
tiga juta rupiah) dibayar secara transfer ke rekening BRI an. JIHAN SANIA;
● Bahwa selanjutnya setelah kurun waktu 12 (dua belas) bulan sejak uang pinjaman
diterima SHAFIRA ADELIA, SHAFIRA ADELIA tidak mendapat kabar dari
TERDAKWA terkait pengembalian jaminan karena pinjaman SHAFIRA ADELIA
telah lunas terbayarkan, maka SHAFIRA ADELIA mencoba menghubungi
TERDAKWA, tetapi tidak ada jawaban dari TERDAKWA;
● Bahwa pada bulan Januari 2021, SHAFIRA ADELIA mendapat informasi dari
JIHAN SANIA jika SHM No. 02507 yang SHAFIRA ADELIA serahkan kepada
TERDAKWA untuk dijadikan sebagai jaminan utang tersebut telah beralih kepada
orang lain an. ACHMAD ZAKKY tanpa seizin dan sepengetahuan dari SHAFIRA
ADELIA, sehingga atas hal tersebut TERDAKWA dilaporkan ke Pihak Kepolisian
Polres Batu untuk diproses lebih lanjut;
------ Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana dengan Pidana Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). -------------------------------------------------
ATAU
KEDUA
Bahwa TERDAKWA ADITYA RAHMAN yang selanjutnya disebut “TERDAKWA”, pada
hari Senin tanggal 11 Juni 2019 sekitar pukul 09.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu
lain dalam bulan Juni tahun 2019, atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 2019, bertempat
di sebuah rumah yang terletak di Perumahan Casablanka, Kelurahan Cemorokandang,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang
masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang memeriksa
dan mengadili perkara ini, telah “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh
TERDAKWA dengan cara sebagai berikut:
● Bermula ketika SHAFIRA ADELIA membutuhkan pinjaman sejumlah uang, lalu
SHAFIRA ADELIA menceritakan hal tersebut kepada SHELLY OCTAVIA.
Selanjutnya, karena SHELLY OCTAVIA telah mengenal TERDAKWA dan
mengetahui jika TERDAKWA bisa meminjamkan uang kepada orang yang
membutuhkan pinjaman, maka SHELLY OCTAVIA memberitahukan hal tersebut
kepada SHAFIRA ADELIA dan pada saat itu SHELLY OCTAVIA memberikan
nomor Handphone SHAFIRA ADELIA kepada TERDAKWA;
● Bahwa didapati sebuah percakapan melalui panggilan atau telepon antara
TERDAKWA dan SHARIFA ADELIA yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Pusat
Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dengan nomor:
180-V-2022-CYBER-01 terhadap Handphone milik TERDAKWA yang diperiksa
oleh Winan Hilmi, S.Kom. pada tanggal 29 Mei 2022, diketahui bahwa pada tanggal
20 Mei 2019 pukul 16.20 WIB, TERDAKWA menghubungi SHAFIRA ADELIA
melalui nomor telepon SHAFIRA ADELIA yang telah dimiliki TERDAKWA
dengan tujuan untuk memperkenalkan dirinya sekaligus menawarkan pengurusan
pinjaman, lalu SHAFIRA ADELIA menyatakan bahwa dirinya membutuhkan uang
dan meminta untuk diuruskan pencarian pinjaman melalui jaminan Sertifikat Hak
Milik (“SHM”) milik SHAFIRA ADELIA dan JIHAN SANIA selaku saudara
kandung SHAFIRA ADELIA, dengan hal tersebut TERDAKWA bersedia mengurus
pencarian pinjaman ke perorangan dan menjamin bahwa jaminan tersebut akan aman
karena dijaminkan ke koperasi, selanjutnya TERDAKWA meminta SHAFIRA
ADELIA untuk menyiapkan data-data dan SHM tersebut agar dapat diambil oleh
TERDAKWA untuk dicarikan pinjaman;
● Bahwa selanjutnya sekira awal bulan Juni 2019, SHAFIRA ADELIA menyiapkan
syarat-syarat berupa data-data dan SHM asli untuk menjaminkan SHM tersebut, lalu
SHAFIRA ADELIA telah menyerahkan syarat-syarat tersebut kepada
TERDAKWA;
● Bahwa pada 13 Juni 2019 bertempat di Jalan Pisang Kipas Nomor 16, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang, TERDAKWA mengatakan kepada SHAFIRA ADELIA
jika TERDAKWA telah menemukan pendana dan lalu TERDAKWA menyerahkan
uang sebesar Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta) kepada SHAFIRA ADELIA
yang diberikan secara bertahap, tetapi ada pemotongan dari TERDAKWA sebesar
Rp21.250.000,- (dua puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk keperluan
administrasi, sehingga total uang yang SHAFIRA ADELIA terima adalah sebesar
Rp128.750.000,- (seratus dua puluh delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);
● Bahwa sekitar bulan Januari 2020 TERDAKWA berupaya mengalihkan SHM
tersebut kepada orang lain dengan cara menawarkan tanah tersebut kepada TRI
SULISTIYANTO. Selanjutnya TRI SULISTIYANTO menawarkan kepada HERY
SANTOSA dan oleh HERY SANTOSA ditawarkan ke ACHMAD ZAKKY,
dimana sebelumnya telah ada komunikasi antara TRI SULISTIYANTO, HERY
SANTOSA, dan TERDAKWA jika tanah tersebut dijual dengan harga
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tetapi untuk SHM tanah tersebut masih ada
di koperasi karena dijadikan jaminan, sehingga perlu ditebus terlebih dahulu sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
● Bahwa pada 13 Januari 2020 hal tersebut, ACHMAD ZAKKY bersedia membeli
tanah yang ditawarkan TERDAKWA, lalu menyerahkan uang sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) kepada HERY SANTOSA selaku perantara.
Selanjutnya, HERY SANTOSA, TRI SULISTIYANTO, dan TERDAKWA
bersama-sama menggunakan mobil menuju Koperasi JMB yang dimaksud
TERDAKWA tersebut yang berada di daerah Sukun, Kota Malang untuk menebus
SHM tersebut, hanya TERDAKWA yang turun dengan membawa uang sebesar
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sedangkan HERY SANTOSA dan TRI
SULISTIYANTO menunggu di dalam mobil. Pada hari yang sama, TERDAKWA
mendapatkan SHM tersebut kemudian diberikan kepada HERY SANTOSA dan oleh
HERY SANTOSA diserahkan kepada ACHMAD ZAKKY untuk dilakukan
pengecekan di Badan Pertanahan Nasional (BPN);
● Kemudian pada 20 Januari 2020 bertempat di perumahan Casablanka Kec.
Kedungkandang, Kota Malang, ACHMAD ZAKKY melakukan sisa pembayaran
tanah yang dibelinya, yakni sebesar Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), dengan
rincian Rp247.000.000,- (dua ratus empat puluh tujuh juta rupiah) dibayar secara
tunai kepada TERDAKWA, sedangkan Rp53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah)
dibayar secara transfer ke rekening BRI an. JIHAN SANIA;
● Bahwa selanjutnya setelah kurun waktu 12 (dua belas) bulan sejak uang pinjaman
diterima SHAFIRA ADELIA, SHAFIRA ADELIA tidak mendapat kabar dari
TERDAKWA terkait pengembalian jaminan karena pinjaman SHAFIRA ADELIA
telah lunas terbayarkan, maka SHAFIRA ADELIA mencoba menghubungi
TERDAKWA, tetapi tidak ada jawaban dari TERDAKWA;
● Bahwa pada bulan Januari 2021, SHAFIRA ADELIA mendapat informasi dari
JIHAN SANIA jika SHM No. 02507 yang SHAFIRA ADWELIA serahkan kepada
TERDAKWA untuk dijadikan sebagai jaminan utang tersebut telah beralih kepada
orang lain an. ACHMAD ZAKKY tanpa seizin dan sepengetahuan dari SHAFIRA
ADELIA, sehingga atas hal tersebut TERDAKWA dilaporkan ke Pihak Kepolisian
Polres Batu untuk diproses lebih lanjut;
------ Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana dengan Pidana Pasal
372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). -------------------------------------------------
-------- Terdakwa menolak pernyataan Saksi yang mana Terdakwa menyatakan bahwa
Ia sulit dihubungi karena sedang di luar kota dan sedang tidak berada di rumah.
2. Saksi II, bernama Achmad Zakky lahir di Malang 12 Februari 1998 berjenis kelamin
laki-laki, kebangsaan Indonesia, agama islam, pekerjaan wirausaha, Pendidikan
terakhir S-1, dan beralamat di Jalan Sigura-gura, Kelurahan Karangbesuki,
Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Dalam kesaksiannya Shafira bersaksi
sebagai berikut:
- Bahwa Saksi tidak ada hubungan Terdakwa yang mana Saksi hanya sebatas
hubungan penjual dan pembeli saja
- Bahwa Saksi mendapatkan informasi tanah dan bangunan tidak dari Terdakwa
langsung melainkan dari teman Terdakwa yang menawarkan tanah dan
bangunan tersebut
- Bahwa Saksi menjelaskan bahwa tanah dan bangunan tersebut milik
saudaranya tapi Terdakwa tidak memberi tahu siapa nama pemilik SHM
tersebut
- Bahwa Saksi membeli tanah dan bangunan tersebut karena sedang mencari
tanah untuk dijadikan rumah dan Saksi pun membeli tanah dan bangunan
tersebut karena merasa cocok harganya
- Bahwa saksi tidak menaruh kecurigaan terhadap Terdakwa karena Saksi sudah
survei langsung ke lokasi
- Bahwa Terdakwa menolak keterangan Saksi
3. Saksi III, Rifky bernama lengkap Rifky Fitra Fauzan lahir di Malang, 25 Juni 1979 ,
berjenis kelamin laki-laki, kebangsaan Indonesia, agama kristen, pekerjaan kepala
koperasi, Pendidikan terakhir diploma, dan beralamat di Jalan Candi Brahu Nomor
14, Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Dalam kesaksiannya Shafira
bersaksi sebagai berikut:
- Bahwa Saksi menyatakan bahwa Terdakwa meminjam uang tersebut untuk
membeli kendaraan untuk keperluan pribadi.
- Bahwa Saksi menyatakan bahwa Terdakwa meminjam uang sejumlah
Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan jaminan SHM atas nama
Shafira
- Bahwa Saksi yakin bahwa SHM tersebut milik Shafira karena telah
mencocokan dengan identitas yang ada di dalam SHM
- Bahwa Terdakwa meminjam uang pada 25 Juni 2019 dan ia akan melunasi
utang tersebut pada 13 Januari 2020
- Saksi menyatakan bahwa pengangsuran dilakukan 1 bulan sekali berdasarkan
kemampuan Terdakwa
- Bahwa Saksi menyatakan bahwa angsuran Terdakwa beberapa kali kerap
terlambat, namun Terdakwa melunasi angsuran tersisa dengan alasan
Terdakwa berhasil menjual tanah warisan dari orang tua Terdakwa
- Bahwa Saksi dalam jabatan yang diembannya bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang berhubungan dengan koperasi.
- Bahwa Saksi sudah memeriksa SHM tersebut yang dijaminkan atas nama
Shafira yang didukung dengan lampiran KTP Terdakwa yang juga dilengkapi
dengan surat kuasa di bawah tangan atas nama Shafira
- Bahwa Saksi menerima penjaminan SHM bukan atas nama Terdakwa karena
hal tersebut menurut peraturan koperasi merupakan suatu hal yang dapat
dilakukan dengan melampirkan KTP dan surat kuasa di bawah tangan
- Terdakwa menolak kesaksian Saksi yang mana Terdakwa menyatakan Saksi
telah berbohong terkait alasan meminjam uang
Saksi a de charge
1. Saksi IV, Shelly bernama lengkap Shelly Octavia Liberty lahir di Malang 13 Januari
1993 berjenis kelamin Laki-laki, kebangsaan Indonesia, agama Buddha, pekerjaan
Kontraktor, Pendidikan terakhir SMA, beralamat di Jalan Candi Badut, Mojolangu,
Kecamatan Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Dalam kesaksiannya Saksi menyatakan
hal sebagai berikut:
- Bahwa Saksi pernah meminjam uang kepada Terdakwa;
- Bahwa Saksi menyatakan Terdakwa meminta jaminan hutang piutang kepada
saya berupa SHM, KTP, dan KK sebagai identitas pada saat saksi meminjam
uang;
- Bahwa Saksi menyatakan Terdakwa beritikad baik saat Saksi selesai melunasi
utang dan pada saat itu pula Terdakwa mengembalikan jaminan yang telah
disepakati;
- Bahwa Saksi menyatakan semua berkas baik asli maupun fotokopi
dikembalikan seperti semula;
- Bahwa selama Saksi meminjam uang kepada Terdakwa, Saksi tidak merasa
adanya kejanggalan hal ini karena Saksi mengira Terdakwa merupakan orang
yang dipandang di kantornya dan Terdakwa selalu bersikap baik selama proses
pinjam meminjam uang dan selalu menagih dengan cara yang baik;
- Bahwa Saksi mengetahui Terdakwa sering meminjamkan uang kepada selain
Saksi;
- Bahwa Saksi merekomendasikan Terdakwa kepada Korban karena Korban
menanyakan kepada Saksi membutuhkan uang secara cepat;
2. Saksi Ahli II bernama lengkap Sophie Dyah, S.H., M.Kn. berjenis kelamin
Perempuan, Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, pekerjaan Notaris, Pendidikan
terakhir Strata-2, lahir 24 September 1985 yang beralamat di Jl. Tugu, No 20,
Kecamatan Klojen, Malang, Jawa Timur. Bahwa dalam pengetahuannya, Ahli
menyatakan hal sebagai berikut:
- Ahli menyatakan perkara pidana dapat juga meliputi urusan keperdataan
apabila objek dalam perkara pidana tersebut berhubungan dengan urusan
keperdataan seperti surat-surat berharga yang merupakan objek perjanjian
- Bahwa Ahli menyatakan pada umumnya perkara perdata yang bersinggungan
dengan pidana terletak pada perjanjian, tindak penipuan, penggelapan, atau
penadahan
- Bahwa Ahli menyatakan apabila telah terjadi kesepakatan terkait pinjam
meminjam maka kedua pihak tersebut telah melakukan perjanjian hutang
piutang
- Bahwa Ahli menyatakan Perjanjian Utang Piutang sama dengan perjanjian
pinjam meminjam, telah diatur dan ditentukan dalam Bab Ketiga Belas Buku
Ketiga KUHPerdata, dalam Pasal 1754 KUHPerdata
- Bahwa Ahli menyatakan jika Jika salah satu pihak sama sekali tidak
memenuhi prestasi, prestasi yang dilakukan tidak sempurna, terlambat
memenuhi prestasi, dan/atau melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang
untuk dilakukan, maka pihak tersebut telah lalai atau melakukan wanprestasi.
- Bahwa Ahli menyatakan penyelesaian perkara pidana yang memiliki unsur
keperdataan diselesaikan perkara perdata sebelum memutus perkara pidana hal
ini disebutkan sesuai dengan Pasal 1 Perma No 1 Tahun 1956 yang
menyatakan bahwa “Apabila pemeriksaan perkara pidana harus diputuskan hal
adanya suatu hal perdata atas suatu barang atau tentang suatu hubungan
hukum antara dua pihak tertentu, maka pemeriksaan perkara pidana dapat
dipertangguhkan untuk menunggu suatu putusan Pengadilan dalam
pemeriksaan perkara perdata tentang adanya atau tidak adanya hak perdata
itu.”
- Bahwa Ahli menyatakan batas pembeda antara wanprestasi dan penipuan
terletak pada tempus delicti ketika kontrak itu ditutup/ditandatangani. Apabila
setelah (post factum) kontrak ditutup, diketahui adanya tipu muslihat, keadaan
palsu atau rangkaian kata bohong dari salah satu pihak, maka perbuatan itu
merupakan wanprestasi
- Bahwa Ahli menyatakan seseorang dikatakan wanprestasi jika melanggar
suatu perjanjian yang telah disepakati dengan pihak lain sedangkan seseorang
dikatakan melakukan perbuatan melawan hukum jika perbuatannya
bertentangan dengan hak orang lain atau dengan kewajiban hukumnya sendiri
atau bertentangan dengan kesusilaan.
- Bahwa Ahli menyatakan bahwa tindakan seseorang yang menjual surat
berharga yang menjadi objek jaminan bukan merupakan bentuk wanprestasi
melainkan perbuatan melawan hukum hal ini karena tidak adanya kesepakatan
yang mendahului hal tersebut.
C. Keterangan Terdakwa
- Bahwa Terdakwa dalam keadaan sehat;
- Bahwa Terdakwa pada awalnya diberitahu oleh Saudara Shelly bahwa ada
temannya yaitu saudara Shafira yang membutuhkan pinjaman sejumlah uang
lalu saya diberi nomor HP saudara Shafira oleh saudara Shelly;
- Bahwa pada sekitar bulan Mei 2019, saya menghubungi saudara Shafira
perihal menanyakan perihal keinginannya untuk meminjam sejumlah uang.
Saudara Shafira ingin meminjam uang sebesar 150 Juta Rupiah dan
Peminjaman uang tersebut dengan jaminan SHM beserta syarat-syarat
datanya;
- Bahwa Terdakwa menyatakan Saudara Shafira menyerahkan SHM yang
terletak di JL. Pisang Kipas No. 16 RT. 05 RW. 04 Kel. JatiMulyo Kec.
Lowokwaru Kota Malang tersebut kepada Saya sebagai jaminan atas
peminjaman uang dan Saya serahkan uang tersebut. Kemudian SHM Tersebut
saya jaminkan kepada Koperasi Simpan Pinjam Jaya Makmur Bersama untuk
mencairkan uang pinjaman tersebut;
- Bahwa saudara Shafira Adelia pernah terlambat membayar angsuran
pinjaman;
- Bahwa Terdakwa melakukan eksekusi terhadap jaminan utang berupa SHM
yang dijaminkan kepadanya;
- Bahwa SHM tersebut saya tawarkan kepada Saudara Achmad Zakky yang
sedang mencari dan berminat mengenai tanah tersebut senilai Rp500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) namun Terdakwa menyatakan kepada Achmad Zakky
bahwa SHM tanah tersebut masih ada di koperasi karena dijadikan jaminkan,
sehingga perlu ditebus terlebih dahulu sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah).
- Bahwa berdasarkan hal tersebut saudara Achmad bersedia membeli tanah
tersebut dan lalu menyerahkan uang terlebih dahulu sebesar Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah)
- Bahwa atas penerimaan uang tersebut terdakwa dengan saudara Achmad
menuju ke koperasi simpan pinjam Jaya Makmur Bersama tersebut yang
berada di Sukun Kota Malang untuk menebus SHM, dimana pada saat itu
hanya Terdakwa yang turun dengan membawa uang sebesar Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah)
- Bahwa setelah mendapatkan SHM tersebut, Terdakwa langsung menyerahkan
SHM kepada saudara Achmad dan saudara Achmad setelah menerima SHM
melakukan sisa pembayaran jual-beli tersebut.
- Bahwa Terdakwa menyatakan mengenal saudara Shafira karena Shafira adalah
orang yang meminjam uang kepada terdakwa dan terdakwa mengetahui
saudara Shafira setelah diberitahu oleh saudara Shelly.
- Bahwa Terdakwa meminjamkan uang kepada saudara Shafira dikarenakan
berniat membantu atas alasan kemanusiaan, bahwa Shafira sedang butuh cepat
pinjaman untuk kebutuhan mendesak tetapi tetapi hanya mempunyai jaminan
sebuah SHM tanah.
- Bahwa Terdakwa tidak baru sekali meminjamkan uang kepada orang lain
namun juga pernah kepada saudara Shelly dengan jaminan SHM.
- Bahwa atas transaksi pinjam meminjam yang dilakukan Terdakwa dengan
saudara Shelly maupun debitur lain dapat dilaksanakan secara aman dan
debitur merasa puas karena Terdakwa memberikan uang sesuai dengan
perjanjian dan semua berjalan lancar dan baik.
- Bahwa Terdakwa secara sadar melakukan transaksi dan menyatakan tidak
mengetahui bahwa ikatan yang dilakukan menghadap Notaris merupakan
ikatan jual-beli.
- Bahwa berdasarkan alat bukti yang ditampilkan oleh JPU dalam persidangan
menampilkan hasil forensik tanda tangan pada Akta Jual Beli atas nama
Achmad Zakky, Shafira Adelia dan Jihan Sania. Terdakwa menyatakan tidak
mengetahui keaslian dari tanda tangan tersebut.
- Bahwa Terdakwa melakukan transaksi jual beli tersebut secara sadar dengan
Achmad Zakky dikarenakan Terdakwa memang membutuhkan uang dengan
segera karena saudara Shafira tidak segera membayar angsuran pinjamannya.
- Bahwa Terdakwa atas pernyataan Shafira yang menyatakan Terdakwa sulit
dihubungi itu tidak benar, karena Terdakwa sebelumnya sudah meminta izin
menyampaikan kepada Saudara Shafira saya akan ada diluar kota dan tidak
ada dirumah yang mungkin akan sulit dihubungi tapi setelah itu pun saya tetap
menghubungi Shafira mengenai kejelasan tentang SHM tersebut melalui
telepon dan akan membahasnya kembali nanti setelah saya pulang dari luar
kota dan Saudara Shafira pun mengatakan tidak apa-apa saya tunggu
kabarnya.
- Bahwa Terdakwa mengenal Saudara Achmad yang merupakan pembeli SHM
milik Saudara Shafira.
- Bahwa berdasarkan pernyataan Saudara Achmad mengenai tanah yang
Terdakwa jual itu milik saudara Terdakwa adalah tidak benar dan Terdakwa
sudah memberitahu sebagaimana yang seharusnya. Bahwa Terdakwa sudah
memberikan informasi kepada Achmad mengenai nama-nama yang ada
didalam SHM tersebut sedari awal.
D. Surat-Surat
Bahwa berdasarkan pasal 187 Kitab Hukum Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) yang dimaksud dengan Surat sebagaimana tersebut dalam pasal 184
ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah :
1. Berita Acara dan Surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh Pejabat
Umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keteranganya itu.
2. Surat yang dibuat menurut Peraturan Perundang – Undangan atau Surat yang
dibuat oleh Pejabat mengenai hal yang termasuk dalam Tata Laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal
atau sesuatu keadaan.
3. Surat keterangan dari seseorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya.
4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubunganya dengan isi dan alat
pembuktian yang lain.
Dengan demikian yang dapat dijadikan sebagai alat bukti surat dalam perkara ini
adalah sebagai berikut:
1. 1 (satu) lembar print out rekening BRI 3123010004625061 an. Jihan Sania pada 20
Januari 2020 senilai Rp. 53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah);
2. 1 (satu) lembar tanda terima bermaterai 9000 tanggal 25 November 2019 yang
ditandatangani oleh Aditya Rahman sebagai tanda terima penyerahan SHM No.
02507 dari Shafira Adelia dan Jihan Sania dan disaksikan oleh Shelly;
3. 1 (satu) bundel fotocopy Sertifikat Hak Milik No. 02507 a.n. Shafira Adelia dan Jihan
Sania yang dilegalisir;
4. 1 (satu) bundel fotocopy Akta Jual Beli (AJB) Nomor 318/2020 tanggal 20 Januari
2020 yang dilegalisir;
5.
6. 1 (satu) bundel fotocopy Surat Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dengan Nomor 72447-FR-II-2022
terhadap Tanda Tangan pada Akta Jual Beli 318/2020, pada tanggal 24 Februari 2022
yang dilegalisir;
7. 1 (satu) bundel fotocopy Surat Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dengan nomor: 180-V-2022-CYBER-01
terhadap Handphone milik TERDAKWA yang diperiksa oleh Winan Hilmi, S.Kom.
pada tanggal 29 Mei 2022 yang dilegalisir;
8. 1 (satu) lembar tanda terima asli bermaterai 9000 tanggal 25 November 2019 yang
ditandatangani oleh Aditya Rahman sebagai tanda terima penyerahan SHM No.
02507 dari Shafira Adelia dan Jihan Sania pada Koperasi Simpan Pinjam Jaya
Makmur Bersama;
9. 1 (satu) lembar kwitansi asli tanggal 13 Januari 2020 tentang pelunasan pembelian
rumah di Kota Batu Desa Songgokerto sesuai SHM No. 02507 senilai Rp200.000.000
yang ditandatangani oleh Shafira Adelia dan Jihan Sania;
10. 1 (satu) lembar kwitansi asli tanggal 20 Januari 2020 tentang pelunasan pembelian
rumah di Kota Batu Desa Songgokerto sesuai SHM No. 02507 senilai Rp300.000.000
(tiga ratus juta rupiah) yang ditandatangani oleh Shafira Adelia dan Jihan Sania;
11. 1 (satu) Surat Perjanjian Utang Piutang asli bermaterai 6000 tanggal 08 Juni 2016
yang ditandatangani oleh Aditya Rahman dan Shelly;
12. 1 (satu) bundle Mutasi Rekening Bank BCA a.n Aditya Rahman dari tanggal 1
Desember 2019 - 1 Mei 2022;
13. 1 (satu) bundel fotocopy dokumen yang dilegalisir berisi:
- 1 (satu) lembar fotocopy KTP an. Shafira Adelia
- 1 (satu) lembar fotocopy NPWP an. Shafira Adelia
- 1 (satu) lembar foto copy Kartu Keluarga (KK) an. Eko Susilo/Shafira Adelia
- 1 (satu) lembar fotocopy KTP an. Achmad Zakky
- 1 (satu) lembar fotocopy NPWP an. Achmad Zakky
- 1 (satu) lembar foto copy Kartu Keluarga (KK) an. Achmad Zakky
E. Barang Bukti
Di dalam perkara ini terdapat barang bukti yaitu berupa:
1. 1 (satu) Kartu ATM BRI dengan nomor kartu 401000462238
2. 1 (satu) Buku Tabungan dengan nomor rekening 34364892032 an. Aditya Rahman
Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum karena itu dapat
digunakan untuk memperkuat bukti tersebut, baik kepada para saksi maupun terdakwa
dan yang bersangkutan juga telah membenarkannya.
V. ANALISIS YURIDIS
Setelah kami menguraikan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan TERDAKWA, serta
barang bukti yang telah diajukan dalam persidangan sebagaimana yang telah kami
uraikan diatas, maka tibalah kami Penuntut Umum untuk membuktikan unsur-unsur
dari pasal-pasal yang didakwakan kepada TERDAKWA sebagaimana yang terdapat
dalam dakwaan kami.
Sebelum kami sampai pada pembuktian unsur-unsur dalam dakwaan, terlebih
dahulu perlu kami kemukakan bahwa berhubung surat dakwaan kami berbentuk
ALTERNATIF , yaitu:
PERTAMA:
Melanggar Pasal 378 Kitab Undang - Undang Hukum Pidana tentang
Penipuan
ATAU
KEDUA:
Melanggar Pasal 372 Kitab Undang - Undang Hukum Pidana tentang
Penggelapan Penipuan.
Pembuktian Unsur-unsur :
1. Unsur “Barang Siapa”
Barangsiapa merupakan unsur pelaku atau subjek dari tindak pidana (delik).
Dengan menggunakan kata “barangsiapa” berarti pelakunya adalah dapat siapa saja,
siapapun dapat menjadi pelaku. Hal ini dengan mengingat bahwa dalam sistem KUHP
yang dapat menjadi subjek tindak pidana (pelaku) hanya manusia saja, sebagaimana
yang dikatakan oleh Mahrus Ali bahwa, “subjek perbuatan pidana yang diakui oleh
KUHP adalah manusia (natuurlijk person)”. Jadi, badan hukum (rechtspersoon) juga
korporasi (berbadan hukum atau tidak berbadan hukum) belum diakui sebagai subjek
tindak pidana (pelaku) dalam KUHP. Pengecualiannya hanyalah untuk beberapa
undang-undang di luar KUHP yang telah menerima korporasi sebagai subjek tindak
pidana, misalnya Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” disini adalah untuk menentukan
siapa pelaku tindak pidana sebagai subjek hukum yang telah melakukan tindak pidana
tersebut dan memiliki kemampuan mempertanggung jawabkan perbuatannya itu.
Subjek hukum yang memiliki kemampuan bertanggung jawab adalah didasarkan
kepada keadaan dan kemampuan jiwanya (geestelijke vermorgens), yang dalam
doktrin hukum pidana ditafsirkan “sebagai dalam keadaan sadar“.
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa sendiri di
persidangan didapati fakta bahwa dalam perkara ini yang diajukan di persidangan
sebagai Terdakwa adalah : ADITYA RAHMAN dan bukan orang lain sesuai dengan
identitas yang diuraikan dalam surat dakwaan, dimana Terdakwa telah membenarkan
identitasnya seperti yang tersebut di dalam surat dakwaan, dan berdasarkan
keterangan saksi-saksi bahwa benar identitas Terdakwa. Disamping itu dalam
persidangan Terdakwa mampu menjawab seluruh pertanyaan Hakim dan Penuntut
Umum dengan baik dan lancar, maka hal tersebut menunjukkan Terdakwa saat
melakukan perbuatan maupun saat memberikan keterangan di muka persidangan
berada dalam kondisi sehat jasmani dan rohani serta tidak ditemukan adanya alasan
pembenar atau pemaaf sehingga Terdakwa dipandang mampu bertanggung jawab atas
perbuatan pidana yang telah dilakukannya.
Oleh karena unsur “barangsiapa” telah tepat dituduhkan terhadap Terdakwa
karena Terdakwa telah memenuhi unsur “setiap orang” yakni merupakan subjek
hukum Naturlijk Persoon dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya maka
Terdakwa secara sah dan meyakinkan terbukti memenuhi unsur “barangsiapa” dalam
Pasal 372 KUHP.
Dengan demikian unsur ”barangsiapa” telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
Ad. 4 Unsur Tetapi Yang Ada Dalam Kekuasaannya Bukan Karena Kejahatan;
Hal pertama yang harus dibahas dalam unsur ini adalah maksud dari
menguasai. Dalam tindak pidana pencurian, menguasai termasuk sebagai unsur
subjektif sedangkan dalam penggelapan, hal ini termasuk unsur objektif. Dalam
pencurian, menguasai merupakan tujuan dari pelakunya sehingga unsur menguasai
tidak perlu terlaksana pada saat perbuatan yang dilarang. Dalam hal ini, maksud
pelakulah yang harus dibuktikan. Sedangkan dalam penggelapan, menguasai bukan
merupakan tujuan pelaku sehingga perbuatan menguasai dalam penggelapan harus
ada pada pelaku. Dalam tindak pidana penggelapan, perbuatan menguasai bukan
karena kejahatan, bukan merupakan ciri pokok. Unsur ini merupakan pembeda
dengan pidana pencurian. Sebagaimana diketahui bahwa suatu barang dapat berada
dalam kekuasaan orang, tidaklah harus terkena tindak pidana. Penguasaan barang oleh
seseorang dapat terjadi karena perjanjian sewa-menyewa, jual beli, pinjam meminjam
dan sebagainya. Apabila suatu barang berada dalam kekuasaan orang bukan karena
kejahatan tetapi karena perbuatan yang sah, kemudian orang yang diberi kepercayaan
untuk menyimpan dan sebagainya itu menguasai barang tersebut untuk kepentingan
diri sendiri secara melawan hukum, maka orang tersebut berarti melakukan
penggelapan. Mengenai perbuatan menguasai tidak hanya terbatas pada menguasai
secara melawan hukum benda-benda tersebut secara nyata barulah dapat dikatakan
sebagai penggelapan bahkan dapat pula dikatakan sebagai penggelapan terhadap
perbuatan menguasai secara melawan hukum terhadap benda-benda yang secara nyata
tidak langsung dikuasai oleh orang tersebut. Mengenai perbuatan menguasai
benda-benda yang secara tidak langsung dikuasai P.A.F. Lamintang, mengatakan:
“Untuk dapat disebut yang ada padanya itu tidak perlu bahwa orang harus menguasai
sendiri benda tersebut secara nyata. Dapat saja orang mendapat penguasaan sendiri
benda tersebut secara nyata. Dapat saja orang mendapat penguasaan atas suatu benda
melalui orang lain. Barangsiapa harus menyimpan suatu benda, ia dapat
menyerahkannya kepada orang lain untuk menyimpan benda tersebut. Jika ia
kemudian telah memerintahkan orang lain untuk menjualnya, maka ia telah
melakukan suatu penggelapan”.
Bahwa, untuk menentukan terpenuhinya unsur ini, maka pelaku (dader) yang
diduga telah melakukan tindak pidana (straf maatregel) penggelapan (verduistering)
harus menguasai barang tersebut bukan dengan jalan kejahatan.
Bahwa Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dihubungkan dengan
keterangan Terdakwa, telah diperoleh fakta hukum sebagai berikut bahwa benar
Sertifikat Hak Milik No. 02507 ada dalam penguasaan terdakwa karena awalnya saksi
Shafira Adelia pernah meminta dicarikan pinjaman uang sejumlah Rp. 150.000.000,-
(seratus lima puluh juta rupiah) kepada Terdakwa dan pada saat itu saksi Shafira
Adelia menyerahkan SHM tersebut kepada Terdakwa sebagai jaminan atas pinjaman
tersebut. Bahwa berdasarkan hal tersebut perbuatan TERDAKWA dalam melakukan
penggelapan terhadap SHM milik saksi Shafira Adelia, sehingga menyebabkan
kerugian terhadap saksi Shafira Adelia SHM yang dijaminkan dijual oleh Terdakwa
ke orang lain tanpa sepengetahuan pemilik asli SHM tersebut.
Bahwa berdasarkan uraian diatas dengan demikian unsur ini telah terbukti
secara sah dan meyakinkan.
Menurut Kami Penuntut Umum unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 372
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang tindakan Penggelapan, Penipuan dalam
keadaan memberatkan telah terpenuhi sehingga unsur yang terdapat dalam Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak perlu kami buktikan lagi. Berdasarkan
unsur-unsur tersebut kami berkesimpulan bahwa Terdakwa ADITYA RAHMAN telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah "Dengan sengaja dan melawan hukum
memiliki barang sesuatu; Yang seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang
lain; Tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan;"
Memperhatikan keterangan Terdakwa tersebut diberikan secara bebas tanpa
paksaan sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau alami sendiri, sehingga telah
memenuhi ketentuan Pasal 153 ayat (2) huruf b, Pasal 189 (1) dan (3) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dengan demikian keterangan
Terdakwa tersebut sebagai alat bukti yang sah sebagaimana ditentukan dalam Pasal
184 ayat (1) huruf e Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana.
Memperhatikan selama persidangan terhadap diri para Terdakwa tidak
ditemukan adanya alasan pemaaf dan pembenar yang dapat melepaskan dirinya dari
pertanggungjawaban secara pidana, maka terhadap para Terdakwa dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Sebelum kami sampai pada tuntutan
pidana atas diri para Terdakwa, perkenankanlah kami mengemukakan hal-hal yang
kami jadikan pertimbangan mengajukan tuntutan pidana, yaitu:
HAL- HAL YANG MEMBERATKAN:
- Bahwa perbuatan Terdakwa telah mengakibatkan kerugian bagi orang lain;
- Bahwa Terdakwa bersikap tidak kooperatif dalam memberikan keterangan;
- Bahwa Terdakwa berbelit-belit dalam memberikan keterangan di persidangan;
Berdasarkan uraian dimaksud kami Penuntut Umum dalam perkara ini dengan
memperhatikan Undang-Undang yang bersangkutan,
---------------------M E N U N T U T:---------------------
Supaya Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa dan
mengadili perkara ini memutuskan:
1. Menyatakan Terdakwa ADITYA RAHMAN bersalah melakukan tindak
pidana “Penggelapan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
372 KUHP dalam dakwaan alternatif Kedua penuntut umum;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 4
(empat) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan dengan
perintah agar Terdakwa tetap ditahan;
3. Menetapkan barang bukti berupa:
● 1 (satu) lembar print out rekening BRI 3123010004625061 an. Jihan
Sania pada 20 Januari 2020 senilai Rp. 53.000.000,- (lima puluh tiga
juta rupiah).
● 1 (satu) lembar tanda terima bermaterai 9000 tanggal 08 Juni 2018
yang ditandatangani oleh Aditya Rahman sebagai tanda terima
penyerahan SHM No. 02507 dari Shafira Adelia, dan Jihan Sania dan
disaksikan oleh Shelly.
● 1 (satu) Kartu ATM BRI dengan nomor kartu 401000462238
● 1 (satu) Buku Tabungan dengan nomor rekening 34364892032 an.
Aditya Rahman
Dikembalikan kepada saksi Shafira Adelia
● 1 (satu) bundel fotocopy Sertifikat Hak Milik No. 02507 a.n. Shafira
Adelia dan Jihan Sania yang dilegalisir
● 1 (satu) bundel fotocopy Akta Jual Beli (AJB) Nomor 318/2020
tanggal 20 Januari 2020 yang dilegalisir;
● 1 (satu) bundel fotocopy Surat Hasil Pemeriksaan Uji Laboratorium
Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia terhadap Tanda
Tangan pada Akta Jual Beli 318/2020 Nomor 72447-FR-II-2022, yang
dikeluarkan oleh Laboratorium Forensik Malang pada tanggal 24
Februari 2022 yang dilegalisir;
● 1 (satu) bundel fotocopy Surat Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium
Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dengan nomor:
180-V-2022-CYBER-01 terhadap Handphone milik TERDAKWA
yang diperiksa oleh Winan Hilmi, S.Kom. pada tanggal 29 Mei 2022
yang dilegalisir;
● 1 (satu) lembar tanda terima asli bermaterai 9000 tanggal 25 November
2019 yang ditandatangani oleh Aditya Rahman sebagai tanda terima
penyerahan SHM No. 02507 dari Shafira Adelia dan Jihan Sania pada
Koperasi Simpan Pinjam Jaya Makmur Bersama;
● 1 (satu) lembar kwitansi asli tanggal 13 Januari 2020 tentang pelunasan
pembelian rumah di Kota Batu Desa Songgokerto sesuai SHM No.
02507 senilai Rp200.000.000 yang ditandatangani oleh Shafira Adelia
dan Jihan Sania;
● 1 (satu) lembar kwitansi asli tanggal 20 Januari 2020 tentang pelunasan
pembelian rumah di Kota Batu Desa Songgokerto sesuai SHM No.
02507 senilai Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) yang
ditandatangani oleh Shafira Adelia dan Jihan Sania;
Dinyatakan tetap terlampir pada berkas perkara;
Demikian Tuntutan Pidana ini kami bacakan dan serahkan kepada Majelis Hakim
di persidangan Pengadilan Negeri Malang hari ini Kamis, tanggal 12 Agustus 2021.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan batin dan keteguhan iman
kepada Majelis Hakim dalam memutus perkara ini.
HORMAT KAMI