Anda di halaman 1dari 49

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA

Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan
dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Adapun sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan LOGIKA.
Sarana untuk meningkatkan dan memelihara pola perilaku dan mutu kesenian adalah ETIKA dan
ESTETIKA.

Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang
berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja
namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya.

Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa Sansakerta budhayah (jamak), budhi = budi/akal.
Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan . EB. Taylor
mengartikan kebudayaan sebagai : keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan serta yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala
sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui akal. Budaya itu tidak
diwariskan secara generative (biologis) tapi melalui belajar.

Menurut Koentjaraningrat : kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap,
makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek
materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula kehidupan. Pola kehidupan inilah yang
menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir
dan gerak social. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya, manusia
bias mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Kebudayaan perlu dikaji agar kita bias mengembangkan kepribadian dan wawasan berfikir.
Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya. Dalam proses

perkembangan kebudayaan terjadi pula penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan yang
disebut MASALAH KEBUDAYAAN. Masalah kebudayaan adalah segala system/tata nilai, sikap
mental, pola berfikir pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan
bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus
kemasyarakatan antara lain : DEHUMANISASI, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang.
Jadi kita melihat Dehumanisasi terjadi akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari
penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan. Untuk mengantisipasi hal itu, manusia harus
dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat bias memaknai tentang
etika, estetika dan logika

Jadi melalui kajian pengetahuan budaya, kita ingin menciptakan atau penertiban dan pengolahan
nilaii-nilai insane sebagai usaha memanusiakan diri dalam alam lingkungannya baik secara fisik
maupun mental. Manusia memanusiakan dirinya dan lingkungannya, artinya manusia
membudayakan alam, memanusiakan hidup dan menyempurnakan hubungan insane.

Adapun wujud dari kebudayaan adalah :


IDE (gagasan), adalah konsep pikiran manusia yang menjadi system budaya yang jadi adat istiadat
ACTIVITY, yaitu kompleks aktivitas yang saling berinteraksi yang kemudian menjadi system social
atau pola aktivitas.
BENDA BUDAYA, sebagai hasil aktivitas yang menjadi unsur kebudayaan adalah : bahasa, system
teknologi, mata pencaharian, organisasi soail, system pengetahuan, religi dan kesenian..

sumber : parni-parnisuginipknb,

Etika dan Estetika budaya

Secara historis perkembangan zaman boleh saja mengalami perubahan yang dahsyatmun, peran
kesenian tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia. Sebab, melalui media
kesenian, makna harkat menjadi citra manusia berbudaya semakin jelas dan nyata

Bagi manusia Indonesia telanjur memiliki meterai sebagai bangsa yang berbudaya. Semua itu
dikarenakan kekayaan dari keragaman kesenian daerah dari Sabang sampai Merauke yang tidak
banyak dimiliki bangsa lain. Namun, dalam sekejap, pandangan terhadap bangsa kita menjadi
aneh di mata dunia. Apalagi dengan mencuatnya berbagai peristiwa kerusuhan, dan terjadinya
pelanggaran HAM yang menonjol makin memojokkan nilai-nilai kemanusiaan dalam potret
kepribadian bangsa.
Padahal, secara substansial bangsa kita dikenal sangat ramah, sopan, santun dan sangat
menghargai perbedaan sebagai aset kekayaan dalam dinamika hidup keseharian. Transparansi
potret perilaku ini adalah cermin yang tak bisa disangkal. Bahkan, relung kehidupan terhadap nilainilai etika, moral dan budaya menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun, kenyataannya kini

semuanya telah tercerabut dan nyaris terlupakan.


Barangkali ada benarnya, dalam potret kehidupan bangsa yang amburadul ini, kita masih memiliki
wadah BKKNI (Badan Koordinasi Kebudayaan Nasional Indonesia) yang mengubah haluan dalam
transformasi sosial, menjadi BKKI (Badan Kerja sama Kesenian Indonesia) pada Februari lalu.
Barangkali dengan baju dan bendera baru ini, H. Soeparmo yang terpilih sebagai bidannya dapat
membawa reformasi struktural dan sekaligus dapat memobilisasi aktivitas kesenian sebagaimana
kebutuhan bangsa kita. Sebab, salah satu tugas dalam peran berkesenian adalah membawa
kemerdekaan dan kebebasan kreativitas bagi umat manusia sebagai dasar utama.

Tulang Punggung
Suatu dimensi baru, jika dalam pola kebijakan untuk meraih citra sebagai manusia Indonesia dapat
diwujudkan. Untuk hal tersebut, kebijakan menjadi bagian yang substansial sifatnya. Bukan
memberi penekanan pada konsep keorganisasian, sebagai bendera baru dalam praktik kebebasan.
Melainkan, bercermin pada kebutuhan manusia terhadap kebenaran, dan nilai-nilai keadilan.
Sehingga, kesenian dapat menjadi tulang punggung mempererat kehidupan yang lebih tenang,
teduh dan harmonis.
Dalam koridor menjalin kesatuan dan persatuan bangsa, dan mengangkat citra kehidupan manusia
Indonesia di mata dunia, perlu adanya upaya yang tangguh dan kokoh. Sebab, tanpa upaya
tersebut niscaya kita hanya mengenang masa silam dan mengubur masa depan dari lahirnya
sebuah peradaban. Dalam hal ini kita sebagai bangsa yang dikenal sangat menjunjung tinggi nilainilai budaya, tentu tidak akan rela.
Namun demikian, gradasi budaya itu menukik tajam, dan dapat dirasakan sejak jatuhnya rezim
Soeharto. Meskipun, pada rezim kekuasaan Orde Baru bukan berarti tidak ada sama sekali
pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, justru karena terselubung dengan rapi maka
borok kemerosotan moral itu tidak begitu tampak. Tetapi, kini semuanya menjadi serba terbuka
dan menganga. Siapa pun punya hak dan kewajiban untuk menjadi pelaku reformasi, tidak
sekadar jadi penonton. Itu sebabnya, tidaklah salah jika dalam memperbaiki kondisi bangsa, kita
juga proaktif dalam menyikapinya.
Tak dapat disangkal, jika kesenian merupakan kebutuhan dasar manusia secara kodrati dan unsur
pokok dalam pembangunan manusia Indonesia. Tanpa kesenian, manusia akan menjadi kehilangan
jati diri dan akal sehat. Sebab, kebutuhan manusia itu bukan hanya melangsungkan hajat hidup
semata, tetapi juga harus mengedepankan nilai-nilai etika dan estetika. Untuk wujudkan manusia
dewasa yang sadar akan arti pentingnya manusia berbudaya, obat penawar itu barangkali adalah
kesenian.
Unsur penciptaan manusia sebagai proses adalah konteks budaya. Dalam hal ini, apa yang
diimpikan Konosuke Matsushita dalam bukunya Pikiran Tentang Manusia menjadi dasar pijakan kita,
jika ingin menjadi manusia seutuhnya. Sebab, pada dasarnya manusia membawa kebahagiaan dan
mengajarkan pergaulan yang baik dan jika perlu memaafkan sesamanya. Karena, dari sinilah dapat
berkembang kesenian, kesusastraan, musik dan nilai-nilai moral. Sehingga, pikiran manusia
menjadi cerah dan jiwanya menjadi kaya.
Bertalian dengan konteks itu, Soeparmo dalam ceramahnya di depan pengurus daerah juga

mengatakan hal yang sama. Artinya, jika manusia sudah tidak mampu menjalankan tugas
kreativitasnya, maka manusia itu menjadi mandek dan mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kondisi Semrawut
Carut marut kehidupan saat ini, semakin tumpang tindih. Persoalan bangsa menjadi bara api yang
sulit untuk dipadamkan. Kondisi sosial yang tidak lagi bersahabat, menjadikan manusia makin
kehilangan jati dirinya. Bahkan berbagai ramalan menatap masa depan bangsa, hanya berisi
pesimistis dan sinis. Jika kearifan yang dimiliki manusia semakin sempit dan terbatas, barangkali
kegelisahan sebagai anak bangsa semakin beralasan.
Potret sosial yang kini menjadi skenario massal masih menjadi tekanan dalam konteks berpolitik.
Akibatnya, pertarungan yang tidak pernah akan menyelesaikan masalah terus berjalan tanpa ada
rem nya. Dan itu dapat kita lihat secara kasat mata, pertunjukan dagelan yang hanya untuk
memuaskan nafsu kekuasaan dan ingin menunjukkan kekuatan dalam menggalang massa.
Padahal, tugas sebagai manusia yang berbudaya senantiasa mengulurkan cinta kasih, perdamaian
dan menjaga harmoni kehidupan. Tetapi, kenyataannya sikap dan perilaku dalam potret masa kini,
nilai-nilai etika, norma-norma sosial, dan hukum moral menjadi haram untuk dijadikan landasan
berpikir yang sehat. Bahkan, upaya untuk berani membohongi diri sendiri, adalah ciri-ciri lenturnya
nilai-nilai budaya.
Dimensi sosial semacam ini, Indonesia di mata dunia semakin menjadi bahan lelucon. Apalagi yang
harus dijadikan komoditi bangsa dari berbagai aspek kehidupan.

Bicara soal ekonomi, bangsa Indonesia sudah menggadaikan diri nasibnya pada IMF. Soal politik,
dianggap ludrukan karena hanya sekadar entertainment. Dan lebih mengerikan lagi, pelanggaran
hak asasi manusia yang terjadi di daerah-daerah membuat bingkai kemanusiaan semakin tidak
memiliki harga diri. Dan masih banyak persoalan seputar kita yang semakin semrawut dan
kehilangan konteks dalam pijakan untuk membangun manusia seutuhnya.
Jalan pintas melalui kesenian, barangkali masih bisa menjadi mediasi silahturahmi di mata dunia.
Karena dalam pendekatan kesenian, estika, etika, dan hukum moral merupakan ekspresi yang
tidak pernah bicara soal kalah menang. Melainkan, dalam korelasi budaya pintu melalui kesenian
masih bisa dijadikan komoditi yang bisa dijadikan akses kepercayaan.
Apalagi dengan diberikannya kebebasan terhadap otonomi daerah, melalui undang-undang
No.22/1999 harus dipandang sebagai suatu masa pencerahan dalam pembangunan manusia
seutuhnya. Karena dengan otoritas yang ada, daerah dapat membangun wilayahnya dan
pengembangan terhadap kesenian tidak lagi dijadikan proyek yang sentralistik di pusat, Jakarta.
Kebebasan akan hal ini, harus dijadikan peluang untuk membangun potensi yang ada.
Karena itu makna pembangunan, jangan hanya dilihat dari sukses dan tidaknya sarana jalan tol,
pasar swalayan, mal-mal atau bahkan tempat-tempat hiburan yang kini sedang menggoda mata
budaya. Padahal ada hal yang lebih penting dari pesan Eric From dalam bukunya Manusia Bagi
Dirinya bahwa, Ketidakharmonisan eksistensi, manusia menimbulkan kebutuhan yang jauh
melebihi kebutuhan asli kebinatangannya. Kebutuhan-kebutuhan ini menimbulkan dorongan yang
memaksa untuk memperbaiki sebuah kesatuan dan keseimbangan antara dirinya dan bagian
alam.

Jika demikian masalahnya, masihkah kita men-dewa-kan pembangunan dalam arti yang harafiah
sebagai lingkup keberadaan manusia. Sebab masih ada yang lebih substansial, pembangunan
manusia seutuhnya lewat kesenian adalah cermin bagi kepribadian bangsa. Ironis, selama ini kita
hanya terlena dalam memikirkan nasib bangsa dari sisi pembangunan perut semata. Akibatnya,
dari waktu ke waktu, kita hanya bisa merenungi peradaban baru yang membawa bangsa ini
semakin bodoh.

Negara Berkebudayaan

KEBUDAYAAN dapat dilihat bagaimana warga berbuat sesuatu yang bermakna (sebagai proses)
dan hasil perbuatan (produk). Manakala perbuatan dan hasilnya ini dicitrakan melekat pada
kolektivitas suatu bangsa, maka disebut sebagai kebudayaan bangsa (nasional). Persoalan
kebudayaan nasional perlu ditempatkan dalam arus besar kebudayaan global yang didorong oleh
spirit neoliberalisme. Pengadopsian budaya global tidak terelakkan. Umumnya rezim negara yang
korup didukung oleh kekuatan global, sepanjang negara terjamin menjadi pasar. Bagi kebanyakan
penguasa, keadaan ini lebih menguntungkan sebab tanpa perlu membangun budaya bangsa, toh,
dapat menjadi konsumen baik budaya warisan (heritage) maupun global.

Kebudayaan memang praktik warga sehari-hari. Namun, peranan penyelenggara negara sangat
penting mengingat proses menyiapkan warga agar dapat berpraktik budaya (berbudaya)
merupakan tugas utama negara. Makna kebudayaan yang pada hakikatnya mengandung nilai
positif bagi kehidupan dikembangkan dalam tiga dimensi, yaitu keilmuan, etika, dan estetika.
Dimensi keilmuan dilihat dari capaian-capaian pengetahuan dan teknologi, etika dengan
penghayatan kebaikan universal dan multikultural dalam kehidupan nasional, serta estetika
dengan apresiasi keindahan yang meningkatkan harkat kehidupan.

Begitulah kegiatan budaya pada hakikatnya bagaimana warga berkiprah dan menghasilkan
sesuatu yang bermakna dalam ketiga dimensi tersebut. Maka, persoalan kebudayaan adalah
bagaimana menghadirkan warga dengan kapasitas tertentu untuk dapat terlibat di dalamnya.
Penyiapan warga inilah disebut sebagai proses pendidikan.

Menempatkan kebudayaan sebagai ranah yang terpisah dari proses pendidikan, sebagaimana
dianut pemerintahan Megawati, boleh jadi karena mendefinisikan kebudayaan sebagai produk,
bukan sebagai proses. Produk memang lebih mudah dan berharga untuk dijual, apalagi jika berasal
dari warisan. Namun, pemerintah dapat terjebak dalam dimensi tunggal, pendidikan dipandang
hanya melalui satu departemen, sehingga melalaikan masalah yang paling mendasar, yaitu
pendidikan sebagai proses menyiapkan warga berbudaya.

Kata kunci bagi warga berbudaya adalah kecerdasan. Karena itu, sungguh jenial gagasan pendiri
(founding fathers) Republik Indonesia yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai: .
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia Dengan empat tujuan membentuk
pemerintahan semacam itu ada guyonan bahwa kabinet yang diperlukan hanyalah bidang
politik dalam negeri yang dapat melindungi warga dan wilayah, kesra yang dapat menciptakan
peluang-peluang bagi kesejahteraan warga, kebudayaan yang dapat mencerdaskan warga, dan
politik luar negeri.

Definisi mencerdaskan kehidupan bangsa ini setelah hampir 60 tahun merdeka diartikan dalam
kerangka sempit sebagaimana pemikiran tahun 1940-an. Bukalah Bab Pendidikan, Pasal 31: 1.
Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; 2. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang.
Pendidikan diartikan sebagai pengajaran, sedang kebudayaan, dalam Pasal 32: Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Dalam penjelasan tercermin kebudayaan dilihat
sebagai produk.

CARA pandang yang mempersempit pendidikan sebagai pengajaran, dan kebudayaan sebagai
produk, menjadi pangkal dari pengabaian suatu strategi kebudayaan dalam kehidupan negara.
Strategi kebudayaan menyangkut pengembangan budaya melalui berbagai institusi negara dan
masyarakat. Untuk itu dilihat dalam dua cara, pertama, institusi yang perlu memiliki budaya yang
menggerakkannya secara internal. Ini berlaku untuk institusi yang berkaitan dengan kehidupan
publik, baik institusi negara maupun korporasi bisnis dan organisasi masyarakat sipil. Kedua,
institusi yang secara eksternal memiliki fungsi dalam penumbuh kembang budaya warga, yaitu
institusi pendidikan (persekolahan) dan media massa.

Pengabaian aspek pertama tercermin dari anomali dalam berbagai penyelenggaraan kehidupan
publik. Birokrasi negara sepanjang Orde Baru mengadopsi tata cara dan etiket bertindak, termasuk
istilah-istilah dari produk budaya Jawa, tetapi tidak berusaha mengembangkan budaya birokrasi
untuk menggerakkan institusi ini. Pasca-Orde Baru, anomali ditunjukkan melalui perbuatan
menyimpang yang meluas oleh anggota parlemen daerah.

Begitu pula pada aspek kedua, ketiadaan strategi kebudayaan ini tercermin dari institusi
pendidikan yang berjalan sendiri-sendiri. Jutaan generasi muda (Islam) belajar di sekolah- sekolah
yang sekaligus belajar agama dan keilmuan, berada di bawah naungan Departemen Agama yang
disibuki mengurus jemaah haji setiap tahun. Padahal, anak-anak yang sekolah di madrasah dan
pesantren berhak mendapat pendidikan yang sejajar dengan sekolah keilmuan umum yang berada
di bawah Departemen Pendidikan.

Fungsi dari institusi pendidikan sekolah adalah memproses warga agar memiliki kemampuan
berpraktik kebudayaan, dengan orientasi utama untuk dimensi keilmuan, disusul kemudian
dimensi etika dan estetika. Dengan begitu, beban dosa dari institusi pendidikan secara
keseluruhan adalah melalui kemunduran kebudayaan yang ditunjukkan melalui urutan: Pertama,

rendahnya kegiatan dan hasil keilmuan dari suatu bangsa. Kedua, orientasi etika dalam proses
pendidikan yang menghasilkan sikap eksklusif dan sektarian di tengah masyarakat majemuk dan
global. Ketiga, selera estetika warga masyarakat yang semakin rendah.

Oleh karena itu perlu strategi kebudayaan yang dijalankan untuk menggerakkan seluruh institusi
pendidikan untuk tujuan yang sama, baik yang berbasis umum maupun keagamaan. Langkah
raksasa yang mendesak adalah memprioritaskan pembangunan institusi pendidikan berbasis
agama Islam (madrasah dan pesantren) yang termarjinalisasi. Jika secara sosiologis mayoritas
warga beragama Islam, maka bagian terbesar biaya pendidikan tentunya harus ke sini. Fasilitas
untuk pendidikan ganda (dual education) dengan sendirinya memerlukan dukungan pembiayaan
negara yang lebih besar.

Institusi pendidikan lainnya dalam proses kebudayaan adalah media massa. Fungsinya biasa dilihat
dengan dua cara, secara negatif adalah terjaga independensinya agar kekuasaan negara tak
melakukan dominasi informasi dan hegemoni alam pikiran warga. Dengan kata lain, penguasa
negara haram hukumnya melakukan propaganda melalui media yang dikuasainya.

Sementara dari fungsi secara positif, media massa dibedakan, pertama, media pers yang
membawa khalayak ke ruang publik (public sphere); dan kedua, media hiburan yang memberikan
kesenangan psikis. Masing-masing membawa beban budaya, yaitu pertama menumbuhkan
rasionalitas dalam menghadapi fakta di ruang publik, sedangkan yang kedua menumbuhkan
penghayatan etika dan estetika dalam kehidupan warga.

Kedua fungsi ini biasanya tidak dapat berjalan secara optimal akibat dorongan komersial. Dari
sinilah muncul tuntutan adanya media publik, yaitu institusi yang sepenuhnya diorientasikan untuk
menumbuhkan rasionalitas warga di ruang publik serta orientasi etika dan estetika dalam fungsi
psikis bagi publik. Media semacam ini jauh dari modal komersial, sepenuhnya digerakkan modal
sosial ataupun pembiayaan negara.

Di tengah masyarakat majemuk, keberadaan media publik ini semakin dirasakan penting untuk
menjalankan orientasi multikultural dan menumbuhkan masyarakat terbuka. Kalau saat ini di
antara media publik yang disebut dalam UU Penyiaran adalah TVRI, sementara pemerintah malah
menjadikannya sebagai korporasi pesero, sudah selayaknya langkah ini dikoreksi.

SUMBER ; erikson-lorenzo

Problematika Kebudayaan

Adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan yang merupakan harta yang turun temurun dari nenek
moyang kita, dapat kita pertahankan kelestariannya. Tapi perkembangan jaman tidak dapat
dibendung, seiring dengan berjalanya waktu, maka kelestarian kebudayaan tersebut harus dijaga
karena kebudayaan hanyalah identitas diri dan merupakan identitas bangsa. Bangsa yang memiliki
identitas akan menjadi bangsa yang kuat dan menjadi bangsa yang tidak mudah untuk dijajah oleh
bangsa lain. Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan
merupkan jati diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan
dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus mempertahankan
identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan mencintai kebudayaan daerah, dan
serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.

Adapun problematika kebudayaan antara lain ;

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.

Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup
dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok orang
dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau menerima
pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik daripada pemikiran
mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau meninggalkan kampung
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.

2 Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat terjadi
antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat banyak
masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah yang salah satu
tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena masyarakat
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

3.Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.

Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang
lama.

4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.

Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat
luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup untuk
menerima program-program pembangunan.

5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga menganggap
hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turuntemurun.

6. Sikap etnosentrisme.

Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap
rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya pertentanganpertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka ragam yang
berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap etnosentris yang
dapat menimbulkan perpecahan.

7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh manusia,
sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam
penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.

8. Pewarisan kebudayaan.

Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya budaya
warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi penerima
terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan
budaya warisan.

Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh
pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut,
bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya yang baru diterima sekarang ini.

9. Perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress (kemajuan),
perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi,
berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.

10. Penyebaran kebudayaan.

Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah, masyarakat penerima akan


kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh
globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya
nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian masyarakat
Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan induvidualistik. Akibatnya
nilai-nilai asli kebudayaan bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bisa
hilang dari masyarakat Indonesia.

sumber : puturistik, liyazafira

MANAKAH YANG BENAR KEBUDAYAAN ADALAH PRODUK MANUSIA ATA MANUSIA PRODUK
KEBUDAYAAN

Kalau tidak ada manusia di muka bumi ini tidak akan tercipta yg namanya budaya.
Budaya di ciptakan manusia seiring perkembangan zaman

Awal terjadinya adalah manusia menciptakan budaya (dengan sadar atau tidak sadar) dari
aktivitas yang dilakukannya, dari kebiasaan yang cenderung terus menerus itulah terciptanya
suatu budaya,
setelah budaya tercipta, maka ada komitmen untuk mentaati kebiasaan atau budaya tersebut,
bahkan di patenkan, sehingga kedepannya tercipta manusia-manusia yang berbudaya.
jadi awal yang benar adalah budaya adalah produk manusia, yang nantinya budaya yang sudah
terbentuk itu sendiri akan membentuk manusia-manusia yang tidak berbudaya (itu) menjadi
manusia yang berbudaya.

http://fandhy20.wordpress.com/2012/10/22/manusia-sebagai-makhluk-budaya/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Tuhan di muka
bumi ini karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat berkembang. Hal inilah yang
menjadi kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk lain yang diciptakan Tuhan di
muka bumi. Namun, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda berdasarkan lingkungan tempat
tinggalnya dan akhirnya manusia memiliki kebutuhan yang sama akan terbentuk menjadi satu
kelompok dengan sendirinya, karena sifat akal manusia yang unik maka akhirnya setiap
kelompok akan membuat suatu ciri khas tersendiri dan akhirnya berbagai macam budaya pun
terbentuk.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk berbudaya?
2.
Apakah kaitan antara manusia dengan kebudayaan ?
3.
Apakah perwujudan kebudayaan dalam kehidupan manusia?
4.
Apakah yang menyebabkan manusia disebut makhluk yang berbudaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur.
Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya berdasarkan para ahli:

E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Koentjaraningrat: 1979 yang mengartikan budaya dengan: Keseluruhan sistem


gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Manusia sebagai Makhluk Berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki
kelebihan dari makhluk makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia
memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus menguasai
segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping
tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran,
keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus
mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di
muka bumi ini.
B. Kaitan Antara Manusia dengan Kebudayaan
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa Budaya berupa
rancangan hidup maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi
melalui proses belajar dan menjadi sikap perilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai
nilai budaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kaitan antara manusia dan kebudayaan manusia adalah
kebudayaan adalah hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun abstrak dan juga
sebagai rancangan hidup masa depan.. Jadi dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi tingkat
kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tingkat pemikiran manusia tersebut. Dan
kebudayaan itu digunakan untuk melangsungkan kehidupan bermasyarakat antar manusia
karena sifat manusia yaitu makhluk sosial yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan
harus hidup dengan manusia lainnya.

C. Perwujudan kebudayaan
JJ. Hogman dalam bukunya The World of Man membagi budaya dalam tiga wujud
yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku Pengantar
Antropologi menggolongkan wujud budaya menjadi:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan bentuknya, budaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu budaya yang bersifat
abstrak dan budaya yang bersifat konkret atau nyata:
o Budaya yang bersifat abstrak: budaya yang tidak dapat dilihat secara kasat mata karena
bearada dalam pemikiran manusia. Contohnya yaitu ide, gagasan, cita-cita dan lain
sebagainya.
o Budaya yang bersifat konkret: budaya yang berpola dari tindakan atau peraturan dan
aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau
diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang
terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku
manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Ada pula yang berpendapat bahwa bahasa adalah suatu
perjanjian tidak tertulis yang telah kita tandatangani dan berlaku seumur hidup. Dengan
bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga manusia dapat saling bertukar
pikiran sehingga hasil dari pertukaran tersebut adalah budaya yang semakin kaya dan
kebudayaan yang berkembang dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman.
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya
pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi. Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem
pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa manusia dan budaya tidak dapat
dipisahkan. Budaya merupakan perwujudan dari ide dan gagasan manusia. Sedangkan
kebudayaan adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia. Sehingga tingkat
kebudayaan suatu bangsa akan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan peradaban

bangsa tersebut. Karena manusia juga merupakan khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini,
manusia harus menguasai segala sesuatu untuk memimpin bumi ini kearah yang lebih baik.
Di sinilah peran kebudayaan sebagai hasil atau perwujudan dari berbagai gagasan manusia di
bumi ini dalam tugasnya sebagai seorang pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA
http://tugas-mrhanz25.blogspot.com/2011/02/manusia-sebagai-makhluk-budaya.html
http://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/manusia-sebagai-makhluk-budaya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
http://looking4funny.blogspot.com/2012/06/makalah-manusia-sebagai-makhluk-yang.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu
berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar
manusia berbudaya.
Manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya, manusia juga
mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar yang terusmenerus. Oleh karena itu manusia harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan
pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan
kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar
hasil dari pendidikan, yakni kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai motivator terwujudnya
kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap

kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi
akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu
bangsa.
1.2.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar


Untuk mengetahui mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya

Untuk mengetahui perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang berbudaya.

1.3.

1.
2.
3.

Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah:
Mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya?
Apakan definisi manusia dan budaya?
Bagaimanakah perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang berbudaya?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu
berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar
manusia berbudaya.
Manusia juga akan mulai berpikir tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau
binatang untuk lebih memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam kaitannya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai hasrat yang tinggi
apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk selalu menambah hasil
usahanya guna mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan perekonomian dalam
lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat disertai rasa keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat

akan mengatur kedudukannya dalam alam sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam yang
beraneka ragam bentuknya dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia
yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.
Ada hakekatnya kebudayaan mempunyai dua segi, bagian yang tidak dapat dilepaskan
hubungannya satu sama lain yaitu segi kebendaan dan segi kerohanian. Segi kebendaan yaitu
meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya, serta bisa diraba. Segi
kerohanian terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur. Keduanya tidak
bisa diraba.

2.2

Pengertian Manusia dan Budaya


Manusia (Human)
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan
istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo

sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamaliayang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalamagama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya,
organisasi
mereka
dalam
masyarakatmajemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk
kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan
menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang. Selaras dan
seimbang dalam arti kebutuhan-kebutuhan jasmaniah/hewaniah dipenuhi dengan pertimbanganpertimbangan benar dan salah, indah dan tidak indah, baik dan buruk. Dengan demikian
pemenuhan kebutuhan ini dilaksanakan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut sehingga
diharapkan orang dapat terpenuhi kebutuhan jasmaniahnya tanpa meninggalkan pertimbanganpertimbangan baik atau buruknya dalam memperoleh sesuatu untuk kepentingan jasmaniah
tersebut.
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling menghargai dan
menghormati, saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan oleh
kelompok
sebagaimana
dia
memperlakukan
kelompoknya.
Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi
kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan kelompok
dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam hubungannya dengan orang
lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh kelompoknya
demikian juga kelompok yang punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh individu. Jadi
kebutuhan-kebutuhan itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi secara selaras dan seimbang
baik individu maupun kelompoknya.

Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan
Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa-apa yang direncanakan ataupun
yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut
menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia dalam berusaha
untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada Tuhan. Jadi manusia harus taqwa
pada Tuhan.
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan suatu kesatuan dari
tujuh unsur/ dimensi yang merupakan kesatuan yang saling terkait dan bekerja sama dalam
mencapai tujuan (hidup). Ketujuh unsur tersebut dapat dirunut sebagai berikut: Manusia sebagai
makhluk yang berdimensi raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan
karsa. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi individu dan berdimensi sosial. Manusia sebagai
makhluk yang berdimensi pribadi dan makhluk Tuhan. Ketujuh dimensi tersebut disebut sebagai
dimensi hakekat manusia.
Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang

lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala
kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah
satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam
sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi
7 unsur, yaitu :
1. Unsur religius;
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
Berdasarkan unsur diatas, maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud, antara lain:
Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini
merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya dalam pikiran masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup.
Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.

2.3

Perwujudan di Masyarakat sebagai Makhluk yang Berbudaya

3.1

Menurut JJ. Hogman dalam bukunya The World of Man membagi budaya dalam tiga wujud
yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku Pengantar
Antropologi menggolongkan wujud budaya menjadi:
Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya
Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan bentuknya, budaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu budaya yang bersifat abstrak
dan budaya yang bersifat konkret atau nyata:
Budaya yang bersifat abstrak adalah budaya yang tidak dapat dilihat secara kasat mata

karena bearada dalam pemikiran manusia. Contohnya yaitu ide, gagasan, cita-cita dan lain
sebagainya.
Budaya yang bersifat konkret adalah budaya yang berpola dari tindakan atau peraturan dan
aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau
diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang
terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.

Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia
dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.
Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap
dengan telinga (auditory). Ada pula yang berpendapat bahwa bahasa adalah suatu perjanjian tidak
tertulis yang telah kita tandatangani dan berlaku seumur hidup. Dengan bahasa, manusia dapat
berkomunikasi satu sama lain sehingga manusia dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil dari
pertukaran tersebut adalah budaya yang semakin kaya dan kebudayaan yang berkembang dan
semakin maju seiring dengan perkembangan zaman.
Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian,
perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.
Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan,
persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan
pandangan hidup.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

3.2

Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik kesimpulan
sebagai berikut:
Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu
yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika
moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar
bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.
Selain mampunyai sebagaimanaa makhluk hidup lainnya, manusia juga mempunyai akal
yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar yang terus-menerus. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok atau seorang individu.
Kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat diberikan menyangkut
dengan topik Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya, antara lain:

Sebagai manusia yang diberikan akal dan kemampuan berpikir oleh Tuhan, seharusnya kita bisa
memanfaatkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada di negara kita.

Sebagai negara yang paling kaya akan budayanya, kita harus menjaga budaya-budaya yang sudah
ada di Indonesia, jangan sampai di klaim oleh negara lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
http://ratrismart.blogspot.com/2010/04/pengertian-manusia.html
http://images.totogarawangi.multiply.multiplycontent.com
http://febrinarhm.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
http://citradewiriska.blogspot.com/2012/05/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan
hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang
selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya,
manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang diterapkan di
lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab
yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orang yang tidak menjalankan
atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia yang biadab. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan
beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya.

1.

Rumusan Masalah
A. Apa hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab?
B. Apa yang dimaksud manusia yang beradab dan biadab?
C. Apa saja problematika manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab?

1.

Tujuan
A. Mengetahui lebih dalam hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab.
B. Mengetahui perkembangan manusia sebagai makhluk yang beradab.
C. Mengetahui problematika yang bergulir berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab.
D. Mengetahui dan merancang solusi dari problematika yang timbul berkaitan dengan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pengertian Manusia

Secara bahasa, manusia berasal dari katamanu (Sansekerta), mens (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah, manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang
berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik,
fisik, sosial), maupun kesejarahan.

1.

Pengertian Budaya dan Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta Buddhayah , yang merupakan bentuk jamak dari
kata Buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal. Daya dari budi yang berupa cipta,
karsa dan rasa.
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari
kata latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari
asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan merubah alam. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan
karsa.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Adapun pengertian kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski : mengemukakan bahwa segala


sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits : memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, : kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai


sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor : kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi : kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

1.

Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk yang
paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika
moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar
bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk
menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan
Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya.
Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat
berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak
terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia
berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara
manusia dan binatang .

Ketidakmampuan manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni
kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik.
Kemampuan untuk belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir
simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan, dengan pikiran,
kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberi
penilaian terhadap obyek dan kejadian.

Hakikat kodrat manusia itu adalah :


1)

sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).

2)

sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial, ekonomi,

politik, budaya dan alam), dan


3)

sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan dan

sesuai dengan hakikat kodratinya.

Manusia dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik
bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk lain. Manusia
adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena
sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia mampu
berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan berbudaya
(homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus), serta manusia
berkepercayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas
dan benda mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam
suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang
berlandaskan ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai
motivator terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan
kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi
manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Kebudayaan yang diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia sebagai
mahluk ciptaan yang paling sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus
berkembang di kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa
berbudayanya masyarakat di dalam suatu Negara.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi
akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan
suatu bangsa.

1.

Nilai-Nilai Kebudayaan

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
1.

Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan atau
akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik . Kebudayaan
merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup
bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis
dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan
kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan
dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti
dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta
pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun
nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-pihak yang
memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai akomodasi.
Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada
makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi
kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa
bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan
akustik(instrumental).
Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan fungsifungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan prosesproses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah
Pengantar.hal-3).

1.

Estetika

Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu
mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan
menggunakan penilaian perasaan
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia
2001, 1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan
intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada
abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian
estetik.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang
bisa merasakannya .
Manfaat nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari
bahwa mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus
diletakkan di paling awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk menempuh
kehidupan masa depan masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi
pada berbagai dinamika zaman. Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan
tetap memprioritaskan kebudayaan asal mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya
dikarenakan adanya budaya baru yang kita anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri
dan agar menjadi masyarakat yang berbudaya.

1.

Moral

Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang samasama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya
etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam
proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia,
tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal.
Nilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui jalan
ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu;
penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya;

penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya
suku bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari nilai-nilai
budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal
pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara
nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar.
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan
baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan
dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia
yang berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan bhineka tunggal ika
yang diartikan walaupun berbeda beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat
istiadat yang berbeda beda pula, itulah yang membedakan aturan aturan di tiap daerah .
seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang menggunakan
koteka dan bahkan penduduknya ada juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di
langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di daerah Jakarta sudah
dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum yang berlaku . Seperti itulah mengapa
peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia sangat kuat
karena adanya budaya yang turun temurun dari nenek moyang hingga sekarang . dan masih
banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya masing masing daerah .
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, normanorma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan
sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak
menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa
norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya
bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang
dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut
sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga manusia
yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia
manusia yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan
yang melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu
semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka
tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani
kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang

berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang memiliki
jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.

1.

Problematika Kebudayaan

Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan
menerapkan pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke
kebudayan kita sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.

Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup
dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok orang
dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau
menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik daripada
pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau meninggalkan
kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya
miskin.
1.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah yang
salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena masyarakat
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
1.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.

Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang
lama.
1.

Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.

Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat
luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup untuk
menerima program-program pembangunan.
1.

Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga


menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
1.

Sikap etnosentrisme.

Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka
ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap
etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.
1.

Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk kesehatan tetapi
dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.

2.

Pewarisan kebudayaan.

Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya budaya
warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi penerima
terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan
budaya warisan.
Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh
pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi
tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya yang baru diterima
sekarang ini.
1.

Perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress
(kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui
revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
1.

Penyebaran kebudayaan.

Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah, masyarakat penerima akan


kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh
globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah
masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian
masyarakat Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan
induvidualistik. Akibatnya nilai-nilai asli kebudayaan bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.

1.

Manusia Sebagai Makhluk Beradab

Pengertian adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti dan
akhlak. Adapun menurut M. Sastra Praja, adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau

kemuliaan kebudayaan manusia. Sedangkan menurut istilah, adab ialah Adab ialah suatu
ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah.
Manusia beradab adalah yang berpendidikan, sopan, dan berbudaya yang berahlak,
berkesopanan dan berbudi pekerti halus. Peradaban berasal dari kata adab yang berarti
kesopanan, kehormatan, budi bahasa dan etiket. Peradaban dapat diartikan pula hasil
perkembangan budaya yang ciri khas milik sesuatu masyarakat, tahapan yang tinggi pada skala
evolusi budaya mengacu pada perbedaan antara manusia beradab terhadap mereka yang
biadab. Istilah peradaban juga digunakan untuk menyebut kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, system kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.
Manusia beradab karena dalam jiwanya dilengkapi dengan akal, nurani, dan kehendak.
1.

Akal berfungsi sebagai alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.

Nurani berfungsi sebagai alat merasa, menentukan kata hati dan sumber kesenian.

3.

Kehendak berfungsi sebagai alat memutus, menentukan kebutuhan, dan sumber


kegunaan.
Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang mempunyai

sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Atau dapat pula diartikan sebagai masyarakat yang
santun dan telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya. Segala sesuatu yang dinilai maju dalam
aspek kehidupan lahir batin suatu masyarakat perlu selalu dipelihara dan dikembangkan,
walaupun perlu dipahami bahwa beberapa nilai yang dianut masyarakat selalu berubah atau
berkembang. Dalam proses estafet antar generasi selalu terdapat friksi, disamping adanya
pengaruh globalisasi atau segala aspek kehidupan yang padat menimbulkan gangguan dan
peluang untuk mangembangkan peradaban masyarakat. Tingkat peradaban suatu masyarakat
bangsa dapat diukur atau diklasi fikasikan dengan berbagai cara. Pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan sosial, ekonomi, meliputi berbagai fasetnya
dengan menggunakan indikator-indikator sosial dan ekonomi.
Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
Orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak mempedulikan adab (kesopanan). Orang
yang bertingkah laku, bertutur kata, dan berpakaian yang tidak sesuai dengan norma
masyarakat maupun norma agama, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang
tidak beradab. Kehilangan tata karma dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan keinginan
nafsu, tak bisa memimpin diri sendiri, tak beretika, dan membiarkan diri tetap terpuruk dalam
kekurangajaran. Manusia tak beradab, berpendidikan tinggi, namun tak punya kuasa untuk
menyetir akal, dan hanya bisa menjadi budak hawa nafsu. Mengetahui perihal yang baik namun
lebih memilih untuk menjadi manusia yang hina. Harga diri dipertaruhkan hanya untuk
memuaskan nafsu, harga diri bukan lagi menjadi barang mahal, harga diri dalam kesendirian

maupun di ruang publik tidak ada lagi perbedaannya. Semua adalah tempat untuk pemuasan
nafsu.
Manusia tak beradab, berada di tengah ketinggian peradaban, namun moral jahiliyah, moral
yang lebih hina dari masyarakat jahiliyah. Manusia tak beradab, orang yang mempunyai ilmu
yang banyak, wawasan yang luas, tapi tetap tak beradab, hanya menjadi tunggangan hawa
nafsu.
Peradaban adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur
kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju. Konsep kebudayaan adalah perkembagan
kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual,
keindahan, teknologi, spiritual yang terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan bersifat dinamis.
Oleh sebab itu ia dapat mengalami perubahan atau pergeseran. Faktor utama dalam perubahan
ini adalah adanya globalisasi.

1.

Globalisasi Sebagai Fenomena dalam Peradaban

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sebagai fenomena abad sekarang memberi implikasi yang luas bagi semua bangsa
dan masyarakat internasional. Dengan didukung teknologi komunikasi dan transportasi yang
canggih, dampak globalisasi akan sangat luas dan kompleks. Akibatnya, akn mengubah pola
pikir, sikap, dan tingkah laku manusia. Hal seperti ini kemungkinan dapat mengakubatkan
perubahan aspek kehidupan yang lain, seperti hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan,
kebangsaan, atau secara umum berpengaruh pada sistem budaya bangsa.
Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik adalah akan
semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara berkembang
yang ditandai menguatnya ide kebebaan dan demokrasi. Pengaruh globalisasi dibidang politik,
antara lain membawa internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta nilai-nilai demokratis
termasuk didalamnya hak asasi manusia.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapitalisme dan pasar bebas.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional yang
beroperasi tanp mengenal batas-batas negara. Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi

pasar yang lebih bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi modal,
membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional.
Pengaruh globalisasi terhadap sosila budaya akan masuknya nilai-nilai dari peradaban lain. Hal
ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa yang menjadi jati dirinya.
Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya media informasi dan komunikasi, seperti televisi,
komputer, satelit, internet, dan sebagainya.
Globalisasi juga memeberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan negara.
Menyebarnya perdagangan dan industri di seluruh dunia akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan dan dapat mengganggu keamanan bangsa.

1.

Peradaban Di Indonesia

Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat
dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan
teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita.
Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang
perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini,
kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin
lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan televisi,masyarakat
bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai
belahan bumi.
Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini
tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang
merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesanpesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik.. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami mati suri. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil
dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Kehidupan sosial juga merupakan salah satu unsur pembentuk peradaban yang banyak
dipengaruhi oleh globalisasi. Dimensi nilai dalam kehidupan yang sebelumnya berdasarkan pada
konsep kolektifisme kini berubah menjadi individualisme. Manusia tidak lagi merasa senasib,
sepenanggungan dengan manusia lainnya (seperti pada zaman perjuangan) dikarenakan
perkembangan teknologi dan informasi menuntut mereka untuk saling berkompetisi dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Hal ini juga berdampak pada
berkurangnya kontak sosial antara sesama manusia dalam konteks hubungan kemasyarakatan.

Contoh lain adalah kenyataan bahwa kebutuhan ekonomi semakin meningkat, atau dengan kata
lain masyarakat menjadi lebih konsumtif dan cenderung memiliki gaya hidup hedonis yang lebih
suka bersenang-senang.
Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan punahnya suatu
bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah terkontaminasi oleh pengaruh
globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini sering
kali kita temukan percampuran bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak muda
di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan seharihari (kama lu?, gak tau gua do,dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi bahasa di
suatu daerah.

1.

Wujud dan Perkembangan Peradaban

Tiga Periodisasi Peradaban (Alvin Tofler) yaitu gelombang perubahan dari meramu (food
gathering) menjadi budaya cocok tanam (peradaban pertanian) kehidupan manusia menjadi
menetap, peradaban industri, peradaban informasi. Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.

Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan


baru dari budaya meramu ke bercocok tanam. ( revolusi agraris). Mengalami
perkembangan pesat yang disebut evolusi hijau (green revolution). Pada masa ini terjadi
perkembangan teknologi pertanian (dikembangkannya bibit unggul, pemupukan,
pembasmian hama dan mekanisasi)

Pada masa ini terjadi perubahan kehidupan manusia yang berarti dengan ditemukannya
berbagai alat dan pesawat 1769 James Watt mesin uapnya, Thomas Alpha Edison lampu
pijarnya. Kondisi tadi menjembatani untuk masuk ke gelombang kedua peradaban industry
yang menguasai dunia barat dan jepang menyusul 4 negara asia (the four tiger) : Korea Selatan,
Taiwan, Singapore, Hongkong.
1.

Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi
listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang.(revolusi industri). Perkembangan IPTEK
industri sangat berpengaruh pada perkembangan bidang elektronik . Kemajuan media
elektronik berpengaruh pada penyebaran informasi yg cepat di seluruh dunia. Perkembangan
microchip membawa teknologi dunia.

Kehidupan budaya memasuki era revolusi

komunikasi, revolusi informasi.


2.

Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan TI dan komunikasi


dengan komputer atau alat komunikasi digital. Jepang sudah sampai pada level the age
high mass consumption, Komputer, internet, satelit . Hal yang menarik dikenal Budaya
kegagalan adalah aib. Pada era ini, kerja pikiran menjadi tuntutan dalam rangka membuat
program dan memanfaatkan program baik untuk mencapai informasi, menyimpan maupun
untuk menyebarkan informasi tersebut.

Wujud dari peradaban dapat berupa :


1.

Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.

2.

Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu
benar atau salah, baik atau buruk.

3.

Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi
pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan
santun.

4.

Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,


mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).

1.

Problematika Peradaban
A. Kemajuan IPTEK Bagi Peradaban Manusia
Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi

sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia
dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau
membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap
bidang kegiatan manusiaPengertian teknologi secara umum adalah:
1.

Proses yang meningkatkan nilai tambah

2.

Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja

3.

Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan
digunakan
Sedangkan dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu. Jadi dampak

teknologi adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa juga akibat
buruk dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam
bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi
yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya
diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan
untuk hal negatif. Karena itu pada makalah ini kami membuat dampak-dampak positif dan
negatif dari kemajuan teknologi dalam kehidupan manusia

2. Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia


1.

Dampak Positif
A. Perubahan Tata Nilai dan Sikap adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikapmasyarakat yang semua irasional menjadi
rasional
B. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya
ilmupengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan
mendorong untuk berpikir lebih maju.
C. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat
komunikasi dan transportasi yang canggihmerupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

1.

Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasidanglobalisasiadalah sebagai berikut.

1.

Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan


masyarakatmelimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada.
1.

Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagimembutuhkanorang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah
makhluk sosial
1.

Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budayanegatif yang
mulaimenggeser budayaasli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebasremaja,dan lain-lain.
1.

Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitasmasyarakathanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individudengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangansosial

BAB III
PENUTUP

1.

Kesimpulan

Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Problematika kebudayaan dan peradaban timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat
dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan
teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia.

1.

Saran

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Definisi Budaya- Pengertian Kebudayaan. Diakses


darihttp://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html

Anonim.2011.Manusia Berbudaya. Diakses


darihttp://mediaamirulindonesia.blogspot.com/2011/03/manusia-berbudaya.html
Anonim.2011.Makalah Problematika Peradaban. Diakses
darihttp://akuinginselalubersamamu.blogspot.com/2011/10/makalah-problematikaperadaban.html
Ika Putri Nadilla.2012.Hakekat Manusia sebagai Makhluk Budaya. Diakses dari
http://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/10/21/manusia-sebagai-makhluk-budaya-3/
Suci Fitri Mentar. 2012. Manusia Beradab. Diakses
darihttp://sucimentari.blogspot.com/2012/01/manusia-beradab-manusia-beradab-adalah.html
Sulung Dimas.2012.Manusia sebagai Makhluk Berbudaya. Diakses dari
http://dimasreddevil.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html

Manusia Sebagai
Makhluk Berbudaya
23

Jun

Manusia disebut sebagai mahluk berbudaya karena manusia memiliki akal dan budi atau
pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi manusia berusaha terus menciptakan
benda-benda baru untuk memenuhi tuntutan jasmani dan rohani yang akhirnya
menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi manusia sesuatu yang baik, benar dan
adil.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka
hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan manusia yang membedakannya dari mahluk
lain. Manusia dilahirkan dalam suatu budaya tertentu yang mempengaruhi
kepribadiannya. Pada umumnya manusia sangat peka terhadap budaya yang mendasari
sikap dan perilakunya.
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia
dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur
kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan.
Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa
menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga
tata aturan hidup. Selain didasarkan pada etika, berbudaya juga terkandung estetika di
dalamnya. Jika etika menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,

baik, buruk, dan tanggung jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa
terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya .
Sumber :
http://juliansyah-dhika.blogspot.com/2012/07/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
http://zoombosscoot.blogspot.com/2012/04/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html

A. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budiatau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu
oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,
sosial), maupun kesejarahan.
B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa,
dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata
kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayahyaitu bentuk jamak
dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa
Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah
kelompok
orang
dan
diwariskan
dari
generasi
ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk
lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh
karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus
dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar
bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal
budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.
ManusiaSebagaiMakhlukyangBerbudaya
1.1PengertianManusia
DiantaramakhlukciptaanTuhan yanglainmanusiamerupakanmakhlukciptaan
Tuhanyangpalingsempurna.ManusiadisebutsebagaimakhlukTuhanyangpalingsempurna
karenamanusiamempunyaiakalbudiyangdiberikanolehTuhanagarmampumembedakan
manayangbenardanmanayangtidakbenar,jugamampuuntukberkaryadimukabumiini
dansecarahakikatnyamenjadipemimpindimukabumiini.Manusiaberasaldaribahasa
sansekertakatamanudanbahasaLatinmensyangberartiberakalbudiatauberpikir.
Secaraistilahmanusiadapatdiartikansebuahkonsepatausebuahfakta,sebuahgagasanatau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia dapat diartikan dari
berbagaisegi,jikadalamsegibiologismanusiadiartikansebagaiHomoSapiensyangberarti
manusiayangtahu,spesiesprimatadarigolonganmamaliayangdilengkapiotakkemampuan
tinggi. Dalam segi kerohanian ini menggunakan konsep jiwa yang dimengerti dalam
hubungannyadengankekuatanketuhananataumakhlukhidup.Makhlukyangmemilikitenga
dalamyangdapatmenggerakkanhidupnyauntukmemenuhikebutuhankebutuhannya.
Penggolongan manusia yang paling utama berdasarkan dari jenis kelamin. Jenis
kelamintersebutadalahLakilakiatauperempuan.Sebutanuntukanakmudalakilakiadalah
putra,jikasebutanuntukmanusiadewasalakilakiadalahpria.Sebaliknya,sebutanuntuk
anakmudaperempuanadalahputradansebutanuntukmanusiadewasaperempuanadalah
wanita.
Manusiayangseringkitakenaljugasebagaimahluksosialyaitudimanamanusia
tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup berdampingan antara individu satu dengan
individuyanglaindanjugamerupakanmahlukyangberbudayakarenamanusiamemiliki
ragam macam budaya itu sendiri. Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari
interaksi antara manusiadengansegalaisiyangadadiduniaini.Selainmemiliki ragam
macam budaya manusia sebagai mahluk berbudaya di kenal juga karena sifatnya yang
mencerminkanmahlukyangberbudaya.Manusiasebagaimakhlukyangberbudayatidaklain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan,karenayangmembahagiakanhidupmanusiaituhakikatnyasesuatuyangbaik,
benardanadil,makahanyamanusiayangselaluberusahamenciptakankebaikan,kebenaran
dankeadilansajalahyangberhakmenyandanggelarmanusiaberbudaya.

Manusiasebagaimahlukyangberbudayadikenalsebagaimanusiayangcintaakan
budayadantidaklepasdaribudayaitusendiridarikehidupanseharihari.Diaakanterus
melestarikanbudayaitusebagaibagiandarikehidupannyakarenadenganbudayakitadapat
mempererattalipersaudaraandiantaramanusiadansalingmengenalsatusamalainserta
salingmenjagakelestarianbudayaitusendiri.

1.2PengertianBudaya
Katabudayamerupakanbentukmajemukkatabudidayayangberarticipta,karsa,
danrasa.Sebenarnyakatabudayahanyadipakaisebagaisingkatankatakebudayaan,yang
berasaldariBahasaSangsekertabudhayahyaitubentukjamakdaribudhiyangberartibudi
atauakal.BudayaataukebudayaandalamBahasaBelandadiistilahkandengankataculturur.
DalambahasaInggrisculture.SedangkandalambahasaLatindarikatacolera.Coleraberarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan,danmengembangkan tanah (bertani).Kebudayaan
BerasalDariKataSansekertaBUDDHAYAHyangmerupakanbentukjamakdari kata
BUDDHI yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan
sebagaihalhalyangbersangkutandenganbudhiatauakalCulture,merupakanistilahbahasa
asingyangsamaartinyadengankebudayaan,berasaldarikatalatincolereyangberarti
mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu
colere kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolahdanmerubahalam.
Budayaadalahsuatucarahidupyangberkembangdandimilikibersamaolehsebuah
kelompokorangdandiwariskandarigenerasikegenerasi.Budayaterbentukdaribanyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian,bangunan,dankaryaseni.Bahasa,sebagaimanajugabudaya,merupakanbagiantak
terpisahkandaridirimanusiasehinggabanyakorangcenderungmenganggapnyadiwariskan
secaragenetis.Ketikaseseorangberusahaberkomunikasidenganorangorangyangberbada
budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.Budayaadalahsuatupolahidupmenyeluruh.budayabersifatkompleks,abstrak,
danluas.Banyakaspekbudayaturutmenentukanperilakukomunikatif.Unsurunsursosio
budayainitersebardanmeliputibanyakkegiatansosialmanusia.Perwujudankebudayaan
adalahbendabendayangdiciptakanolehmanusiasebagaimakhlukyangberbudaya,berupa
perilakudanbendabendayangbersifatnyata,misalnyapolapolaperilaku,bahasa,peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainlain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantumanusiadalammelangsungkankehidupanbermasyarakat.
MenurutR.Lintonkebudayaanadalahkonfigurasidaritingkahlakudanhasillaku,
yang unsurunsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat
tertentu. Menurut Prof Dr. Koentjaraningrat: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikanmilikdirimanusiadengancarabelajar.MenurutE.B.Taylorberpendapatbahwa
budayaadalahSuatukeseluruhankompleksyangmeliputipengetahuan,kepercayaan,seni,
kesusilaan,hukum,adatistiadat,sertakesanggupandankebiasaanlainnyayangdipelajari
manusia sebagai anggota masyarakat. Dari pendapatpendapat diatas tampak jelas yang
menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses
belajaryangmerupakankegiatanintidalamduniapendidikan.

Diatastelahdijelaskanbahwakebudayaanmerupakankeseluruhansistemgagasan,
tindakandanhasilkaryamanusiauntukmemenuhikehidupannyadengancarabelajar,yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dan dapat dirinci bahwa kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia. Karena itu kebudayaan
meliputimaterial(bersifatjasmaniah),yangmeliputibendabendaciptaanmanusia.Laluada
kebudayaan nonmaterial(bersifatrohaniah),yaitusemuahalyangtidakdapatdilihatdan
diraba, misalnyareligi (walautidaksemuareligi ciptaan manusia).Kebudayaan itutidak
diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara
belajar.Kebudayaan itudiperolehmanusiasebagaianggotamasyarakat.Tanpamasyarakat
akansulitbagimanusiauntukmembentukkebudayaan.Sebaliknyatanpakebudayaantidak
mungkin manusia baik secara individual maupun masyarakat, dapat
mempertahankankehidupannya
Manusiadankebudayaanmerupakansalahsatuikatanyangtakbisadipisahkandalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaanmerekasendiridanmelestarikannyasecaraturunmenurun.Budayaterciptadari
kegiatansehariharidankebudayaanitubersifatabstrak.Namunkebudayaanjugadapatkita
nikmatidenganpancainderakita.Lagu,tari,danbahasadanarsitekturmerupakansalahsatu
bentukkebudayaanyangdapatkitarasakan.
Dalamkenyataankehidupanbermasyarakat,antarawujudkebudayaanyangsatutidak
bisadipisahkandariwujudkebudayaanyanglain.SepertimenurutJ.J.Hoenigman,wujud
kebudayaandibedakanmenjaditigayaitugagasan,aktivitas,danartefak.
1.Gagasanatauwujudidealkebudayaanadalahkebudayaanyangberbentukkumpulanide
ide,gagasan,nilainilai,normanorma,peraturan,dansebagainyayangsifatnyaabstrak,tidak
dapatdirabaataudisentuh.Wujudkebudayaaniniterletakdalamkepalakepalaataudialam
pemikiranwargamasyarakat.
2.Aktivitas(tindakan)adalahwujudkebudayaansebagaisuatutindakanberpoladarimanusia
dalammasyarakatitu.Sistemsosialiniterdiridariaktivitasaktivitasmanusiayangsaling
berinteraksi,mengadakankontak,sertabergauldenganmanusialainnyamenurutpolapola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
seharihari,dandapatdiamatidandidokumentasikan.
3.Artefak(karya)adalahwujudkebudayaanfisikyangberupahasildariaktivitas,perbuatan,
dankaryasemuamanusiadalammasyarakatberupabendabendaatauhalhalyangdapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam wujud Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuksaling berkomunikasi atau berhubungan,baiklewattulisan,lisan,ataupun
gerakan(bahasaisyarat),dengantujuanmenyampaikanmaksudhatiataukemauankepada
lawanbicaranyaatauoranglain.Melaluibahasa,manusiadapatmenyesuaikandiridengan
adatistiadat,tingkahlaku,tatakramamasyarakat,dansekaligusmudahmembaurkandirinya
dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi
menjadifungsiumumdanfungsikhusus.Fungsibahasasecaraumumadalahsebagaialat
untukberekspresi,berkomunikasi,danalatuntukmengadakanintegrasidanadaptasisosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulanseharihari,mewujudkanseni(sastra),mempelajarinaskahnaskahkuno,danuntuk
mengeksploitasiilmupengetahuandanteknologi.
1.3ContohManusiasebagaimakhlukyangberbudaya

Di Indonesia sendiri banyak sekali contohcontoh manusia sebagai makhluk yang


berbudayayangmulailuntursepertibudayagotongroyong.Dalampengertianmanusiadiatas
kitatelahmembahasbahwamanusiaadalahmahluksosialyaitudimanamanusiatidakdapat
hidupsendirimelainkanhidupberdampinganantaraindividusatudenganindividuyanglain.
GotongroyongdiIndonesiasendirimerupakansuatuistilahyangberartibekerjabersama
samauntukmencapaisuatuhasilatautujuanyangsudahdirencanakan.Sikapgotongroyong
adalah bekerja bersamasama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersamasama
menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil, atau suatu usaha atau pekerjaan yang
dilakukan tanpa pamrih dan secara suka rela oleh semua warga menurut batas
kemampuannyamasingmasing.Pekerjaanjikadilakukandengancaragotongroyongakan
lebihmudahdanringan.Padadasarnyamanusiaitutergantungpadamanusialainnya,dan
bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan orang lain atau
lingkungansosial.Sifatgotongroyongdankekeluargaandidaerahpedesaanlebihmenonjol
dalam pola kehidupan mereka, seperti memperbaiki danmembersihkan jalan, masyarakat
desaadalahmasyarakatyangkehidupannyamasihbanyakdikuasaiolehadatistiadatlama.
Adatistiadatadalahsesuatuaturanyangsudahmantapdanmencakupsegalakonsepsisistem
budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup
bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifatsifat yang
hampir seragam. Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara
langsungataupuntidaklangsungketikabertemu/bergauldenganorangkotaadalahperasaan
mindernyayangcukupbesar.Biasanyamerekacenderunguntukdiam/tidakbanyakomong.
Masyarakat desa benarbenar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah
diterimanyasebagaipatokanuntukmembalasbudisebesarbesarnya.Balasbudiinitidak
selaludalamwujudmaterialtetapijugadalambentukpenghargaansosial.Ciriciriyangtelah
diungkapkan di atas yang seharusnya menjadi identitas mereka, di sebagian masyarakat
pedesaanhaltersebuttelahpudarbahkansebagianlagitelahhilangditelanzaman.Contoh
konkrit,gotongroyong.Masyarakatpedesaantempodulumenjadikangotongroyongsebagai
sebuahkearifanlokal.Bahkanmenjadisebuahgunjingandikalanganmasyarakatjikaada
seseorangyangtidakmauikutcampurdalamkegiatantersebut.Tapisekarang,halinitelah
dilupakandanterkesanindividualis,yangnotabenehidupindividualisadalahcirimasyarakat
perkotaandanperumahan.
Sedangkandiperkotaangotongroyongdapatdijumpaidalamkegiatankerjabaktidi
lingkunganrumah,disekolahdanbahkandikantorkantor,misalnyapadasaatmemperingati
hariharibesarnasionaldankeagamaan,merekabekerjatanpaimbalan jasa,karenademi
kepentinganbersama.Darisinitimbulahrasakebersamaan,kekeluargaan,tolongmenolong,
sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional, di bandingkan dengan cara
individualismeyangmementingkandirisendirimakaakanmemeperlambatpembangunandi
suatudaerah.Kesadaranuntukmemilikirasagotongroyongharuslahdiawalidaridirikita
masingmasing,memilikirasagotongroyongyangtinggiakanmembangunsolidaritasdan
kepedulian terhadap lingkungan juga bisa menurunkan rasa individualisme maupun
kelompok.Darikesadaranuntukmemilikirasatanggungjawabbersamaakanmenciptakan
kerukunanantarmasyarakat.Sehinggaideologiideologiekstrimismeatauradikalmaupun
sikapliardarimasyarakatyangakhirakhirinibermunculanakanbisaditanggulangiyang
akanmenciptakankarakterbangsasesuaifalsafatpancasila.
Nilainilai budaya asing mulai deras masuk dan menjadi bagian dari kehidupan
masyarakatIndonesia.Kehidupanperekonomianmasyarakatberangsurangsurberubahdari

agrariskeindustri,industriberkembangmajudanpadazamansekarangtatanankehidupan
lebihbanyakdidasarkanpadapertimbanganekonomi,sehinggabersifatmaterialistik.
Pembahasannilainilaibudayaasingyangmulaibanyakmasukdanmenjadibagiandi
masyarakatIndonesiamempunyaidampakpositifyaitumodernisasiyangterjadidiIndonesia
yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian
indonesiadanmencapaitatanankehidupanbermasyarakatyangadil,maju,danmakmur.Hal
tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin,
jasmanidanrohani.UntukdampaknegatifnyabudayayangmasukkeIndonesiaseperticara
berpakaian,etika,pergaulandanyanglainnyaseringmenimbulkanberbagaimasalahsosial
diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan
kenakalanremaja.

Berikutcarauntukantisipasidampakbudayaasingyaitumenyeleksidanmenyaring
nilainilaibudayaasing:
1.Nilainilai budaya asing yang sesuai dengan bangsa kita dapat diserap sehingga akan
memperkayanilaibudayabangsakita.
2.Mengantisipasi dampak negatifnya adalah dengan memelihara dan mengembangkan
kebudayaannasionalsebagaijatidiribangsadengancaramengirimkanmisikebudayaandan
keseniandarisuatudaerahkeluarnegeri.
3.Menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional melalui berbagai
media,mengadakanseminarmembahaskebudayaandaerahsebagaibudayanasional,serta
pelestarian dan pewarisan dan pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan
kesatuanbangsa

Makalah Manusia Sebagai Makhluk yang


Berbudaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan YME yang memiliki
akal,inilah yang menyebabkan manusia tidak pernah berhenti untuk membuat suatu inovasi
baru untuk memenuhi semua kebutuhannya.Namun,kebutuhan setiap manusia berbeda-beda
berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya dan akhirnya manusia yang memiliki kebutuhan yang
sama akan terbentuk menjadi suatu kelompok dengan sendirinya.Karena sifat akal manusia
yang unik maka akhirnya setiap kelompok akan membuat suatu cirri khas tersendiri dan akhirnya
berbagai macam budaya pun terbentuk.
1.2 Rumusan masalah

Apa pengertian dan fungsi kebudayaan ?

Apa yang menyebabkan manusia disebut makhluk yang berbudaya?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan pengertian dan fungsi kebudayaan
dan hubungannya dengan manusia sehingga setiap orang mampu mengerti mengapa manusia
disebut sebagai makhluk yang berbudaya.Akan sangat membantu untuk menyadarkan bahwa
kebudayaan adalah suatu aset yang sangat berharga dan ada sejak dahulu kala sebagai suatu
ciri khas suatu golongan dan kita sebagai warga Indonesia patut bangga dengan kebudayaan
yang kita miliki.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian dan Fungsi Kebudayaan
2.1.1

Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum, kebudayaan
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Makna ini kontras dengan pengertian kebudayaan sehari-hari yang hanya
merujuk pada bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian. Istilah
kebudayaan ini berasal dari bahasa latin Cultura dari kata dasar colere yang berarti berkembang
atau tumbuh.
Dalam ilmu-ilmu sosial istilah kebudayaan sesungguhnya memiliki makna bervariasi yang
sebagian diantaranya bersumber dari keragaman model yang mencoba menjelaskan hubungan
antara individu, masyarakat, dan kebudayaan.
Setiap individu menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan warisan sosial
atau kebudayaannya. Hal ini bukan semata-mata karena adanya sanksi tersebut, atau karena
mereka merasa menemukan unsur-unsur motivasional dan emosional yang memuaskan dengan
menekuni kegiatan-kegiatan dan keyakinan cultural tersebut.
Dalam rumusan ini , istilah warisan sosial disamakan dengan istilah kebudayaan. Lebih jauh,
model tersebut menyatakan bahwa kebudayaan atau warisan sosial lebih adaptif baik secara
sosial maupun individual, mudah dipelajari, mampu bertahan dalam waktu lama, normative dan
mampu menimbulkan motivasi. Namun tinjauan empiris terhadapnya memunculkan definisi
terbaru tentang kebudayaan seperti yang diberikan EB Taylor, Kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adab,
serta kemampuan dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat
Kebanyakan ilmuwan sosial membatasi definisi kebudayaan sehingga hanya mencakup aspek
tertentu dari warisan sosial. Biasanya pengertian kebudayaan dibatasi pada warisan sosial yang
bersifat mental atau non fisik. Sedangkan aspek fisik dan artefak sengaja disisihkan. Hanya saja
definisi yang terlanjur berkembang adalah definisi sebelumnya dimana kebudayaan diartikan
bukan sekedar istilah deskriptif bagi sekumpulan gagasan, tindakan dan obyek, melainkan juga
merujuk pada entitas-entitas mentalyang menjadi pijakan tindakan dan munculnya obyek

tertentu.
Consensus yang kini dianut oleh para ilmuwan sosial masih menyisihkan aspek emosional dan
motivasional dari istilah kebudayaan, dan mereka tetap terfokus maknanya sebagai himpunan
pengetahuan, pemahaman atau proposisi. Namun mereka mengakui bahwa, sebagian
proposisikultural membangkitkan emosi dan motivasi yang kuat. Dalam kasus ini proposisi
tersebut dikatakan telah terinternalisasi.
Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi pengertian istilah kebudayaan
tersebut hingga hanya mencakup bagian-bagian warisan sosial yang melibatkan representasi
atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk norma-norma atau pengethauan procedural
mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan (Schneider, 1968). Sementara itu ada pula yang
membatasi pegertian kebudayaan sebagai makna-makna simbolik yang mengandung muatan
representasi dan mengkomunikasikannya dengan peristiwa nyata. Geertz menggunakan makna
ini secara eksklusif sehingga ia tidak saja mengesampingkan aspek-aspek afektif, motivasional,
dan normative dari warisan sosial namun juga mempermasalahkan penerapan makna
kebudayaan dalam individu. Menurutnya, kebudayaan hanya berkaitan dengan makna-makna
public yang terus berlaku meskipun berada diluar jangkauan pengetahuan individu ; contohnya
mungkin adala lajabar yang dianggap selalu benar dan berlaku, meski sedikit saja orang yang
menguasainya.
Perselisihan mengenai definisi kebudayaan itu mengandung argumen-argumen implisit tentang
sebab-sebab atau asal mula warisan sosial. Misalnya saja ada kontroversi mengenai koheren
atau tidaknya kebudayaan itu sehingga lebih lanjut kita dapat mempertanyakan sifat alamiahnya.
Disisi lain para ilmuwan sosial memendang keragaman dan kontradiksi di seputar pengertian
atau definisi kebudayaan itu sebagai sesuatu yang wajar. Meskipun hamper setiap elemen
kebudayaan dapat ditemukan pada hubungan-hubungan natar elemen seperti yang ditunjukkan
oleh Malinowski dalam Argonauts of the Western Pacifis (1922). Tidak banyak bukti yang
mendukung dugaan akan adanya pola tunggal hubungan tersebut seperti yang dikemukakan
oleh Ruth Benedict dalam bukunya Pattern of Culture (1934).
Berbagai persoalan yang melingkupi upaya intergrasi definisi-definisi kebudayaan terkait dengan
masalah lain, yakni apakan kebudayaan itu merupakan suatu entitas padu atau tidak. Jika
kebudayaan dipandang sebagai suatu kumpulan elemen yang tidak memebentuk kesatuan
koheren, maka yang harus diperhitungkan adalah fakta bahwa warisan sosial senantiasa
melebur dalam suatu masyarakat. Sebaliknya jika kita menganggap kebudayaan itu sebagai
suatu kesatuan koheren, maka kumpulan elemen-elemennya bisa dipisahkan dan dibedakan
satu sama lain.
Kerancuan tersebut lebih jauh membangkitkan minat untuk menelaah koherensi dan integrasi
kebudayaan, mengingat dalam kenyataannya pengetahuan anggota masyarakattentang
kebudayaan mereka tidaklah sama. Hanya saja tidak ada metodeyang telah terbukti handal
untuk mengukur sejauh mana koherensi dan integrasi sebuah kebudayaan. Bahkan muncul
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa elemen-elemen budaya cenderung dapat digolongkan
menjadi dua bagian besar. Pertama adalah sejumlah kecil elemen yang hampir dipunyai oleh
semua anggota masyarakat sehingga diantara mereka dapat tercipta suatu hubungan yang
saling pengertian. (misalnya lampu merah berarti tanda berhenti), sedangkan yang keduaadalah
elemen-elemenkultural yang hanya diketahui oleh sebagian anggota masyarakat yang
menyandang status sosial tertentu.(misalnya, pelanggaran ketentuan kontrak tidak bisa
diterima).

Dibalik kerancuan definisi ini terdapat masalah-masalah penting lainnya yang juga harus
dipecahkan. Keragaman definisi kebudayaan itu sendiri dapat dipahami sebagai giatnya upaya
mengungkap hubungan kausalitas antara berbagai elemen warisan sosial. Sebagai contoh ,
dibalik pembatasan definisi kebudayaan pada aspek-aspek presentasional dari warisan sosial itu
terletak hipotesis yang menyatakan bahwa norma-norma, reaksi emosional, motivasi dan
sebagainya sangat ditentukan oleh kesepakatan awal tentang keberadaan, hakekat dan label
atas sesuatu hal. Misalnya saja norma kebersamaan dan perasaan terikat dalam kekerabatan
hanya akan tercipta jika ada system kategori yang membedakan kerabat dan non kerabat.
Demikian pula definisi cultural kerabat sebagai orang-orang yang memiliki hubungan darah
mengisyaratkan adanya kesamaan identitas yang memudahkan pembedaannya. Jika
representasi cultural memang memiliki hubugan kausalitas dengan norma-norma, sentiment dan
motif, maka pendefinisian kebudayaan sebagai representasi telah memusatkan perhatioan pada
apa yang paling penting. Hanya saja keuntungan dari focus yang tajam itu dipunahkan oleh
ketergantungan definisi itu terhadap asumsi-asumsi yang melandasinya, yang acap kali kelewat
sederhana.
Komponen utama kebudayaan :

Individu

Masyarakat

alam

Dari catatan Supartono, 1992, terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan terakhir Rafael Raga
Manan ada 300 buah, beberapa diantaranya :

Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Robert H Lowie

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat
melalui pendidikan formal atau informal.

Keesing

Kebudayaan adalah totalitas pengetahuan manusia, pengalaman yang terakumulasi dan yang
ditransmisikan secara sosial.

Koentjaraningrat

Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan

belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya

Rafael Raga Manan

Kebudayaan adalah cara khas manusia beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia
membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya, yang dilihat
sebagai proses humanisasi.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah.
2.1.2

Fungsi kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam,
maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk mempertahankan
kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik dibidang materiil
maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas, untuk sebagian besar dipenuhi oelh
kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat menghasikan
teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi
masyarakat terhadap lingkungan. Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya lebih tinggi,
teknologi memungkinkan untuk pemanfaatan hasil alam bahkan munghkin untuk menguasai
alam. Di sisi lain karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu
untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya.
Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diriterhadap alam, mengatur hubungan
antar manusia, dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan akan
mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan,
menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih
baik, manusiawi, dan berperi-kemanusiaan.
2.2

Hubungan antara manusia dengan budaya

Manusia mempunyai hubungan yang erat dengan budaya tanpa disadari seiring dengan
kehidupan manusia itu sendiri dan menjadi suatu kebiasaan turun-temurun hingga beberapa
generasi.Untuk melengkapi fakta bahwa manusia memiliki hubungan erat dengan budaya dapat
dilihat melalui komponen-komponen budaya yang dijabarkan oleh para ahli,beberapa
diantaranya adalah:
1.

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

alat-alat teknologi.

sistem ekonomi.

keluarga.

kekuasaan politik.

2.

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

organisasi ekonomi.

alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah


lembaga pendidikan utama).

organisasi kekuatan (politik).

Berdasarkan komponen di atas dapat dipastikan bahwa hanya manusia dapat menciptakan
suatu kebudayaan dan berhubungan erat sampai saat ini itulah mengapa manusia dapat disebut
sebagai makhluk yang berbudaya.Akal dan budi yang dimiliki manusia yang telah membuat
manusia sebagai makhluk yang berbeda.
Manusia pun akhirnya melahirkan beberapa komponen utama pada budaya,antara lain adalah :
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang
lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata
krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk
masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus
adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra),
mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang
mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan
mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup
bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.

Makhluk yang setiap harinya memakai pakaian untuk menutupi tubuhnya,makan dan minum
dengan tertata dengan baik,beribadah dan juga berkomunikasi dengan berbagai bahasa,itu
adalah budaya yang membedakan manusia dengan hewan atau tumbuhan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat melakukan semua ini,dan hanya manusia
yang patut memiliki gelar sebagai makhluk yang berbudaya.
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Manusia memiliki akal dan budi yang tidak dimiliki hewan,dan ini menjadi suatu faktor penting
yang membuat manusia bersifat unik,keunikan inilah yang menciptakan suatu budaya yang
membedakan manusia dengan hewan.Dan budaya ini telah hidup bersama manusia dari zaman
ke zaman hingga saat ini sebagai suatu kebiasaan yang dapat berubah oleh faktor tertentu.

Anda mungkin juga menyukai