Referat Trans
Referat Trans
PENDAHULUAN
diberikan ke remaja, maka remaja tersebut akan masuk kedalam keadaan trans. Sama
halnya dalam keadaan hipnosis, individu mendapatkan anchor dari pihak kedua, sehingga
masuk ke keadaan trans.
Pada dasarnya, orang yang mengalami kesurupan masuk kedalam keadaan trans
dimana dirinya berada dalam level ketidaksadaran bukan pada kesadaran. Dalam level
ketidaksadaran, seseorang secara spontan merespons segala sesuatu stimulus yang
muncul di sekitarnya. Dalam masa ini fungsi otak yang berperan adalah hipotalamus.
Pergerakan otak dilakukan secara instingtif dan refleks. Dalam keadaan kesurupan,
simtom-simtom bawah sadar yang pernah ditekan dalam-dalam naik kesadaran dan
menjadi ide-ide yang irasional dalam bentuk simbolisme. Bisa saja simtom ibu
dimanifeskan dalam simbol rumah atau simtom musuh dimanifestasikan dalam simbol
hantu, dan sebagainya. Pembahasan mengenai dunia bawah sadar telah lama
dipersandingkan dengan fenomena ghaib dalam keyakinan masyarakat Indonesia. Tidak
dapat dipungkiri masyarakat kita masih banyak yang lebih percaya bahwa kesurupan
merupakan peristiwa ghaib daripada ilmiah (Calvin, 2001). Dalam keadaan kesurupan
saat simtom-simtom naik ke kesadaran muncullah ide-ide bawah sadar dalam simbolsimbol. Hal ini yang menjelaskan pada saat seseorang mengalami kesurupan
memungkinkan menggumam hal-hal yang aneh. Perilaku aneh yang muncul merupakan
manifes trauma yang ditekan oleh ego dalam bawah sadar seseorang. Mungkin itulah
penjelasan yang pantas untuk menjelaskan fenomena kesurupan yang akhir-akhir ini
merebak di masyarakat Indonesia.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2
2.1 Definisi
Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai dengan
adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di bawah kendali
kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera, serta
kontrol terhadap gerakan tubuh.
Trans yang disebut juga twilight state adalah suatu keadaan yang ditandai
oleh perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas diri dengan atau
tanpa suatu identitas alternatif. (DSM IV TR).
Trans adalah suatu perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan
responsivitas terhadap stimulus lingkungan (Kaplan, 1994).
Menurut Hinsie dan Campbel (1970), mempunyai persamaan arti dengan
hipnosis, katalepsi dan keadaan ekstasi atau kekaguman dapat juga diartikan terlena.
Trans adalah suatu bentuk kesadaran transaksional yang dibangkitkan untuk tujuan
transformasi (Hukom, 1977)
2.2 Sejarah
Trans sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan digunakan sebagai suatu cara
pengobatan penyakit fisik dan mental.
Pada masyarakat Mesir Kuno terdapat kuil lelap (temple sleep) tempat orang
meminta kesembuhan dengan cara memasuki keadaan trans yang dibimbing oleh para
imam. Kuil ini juga terdapat di Yunani yang terdapat di Delphi. Pada masyarakat modern
identifikasikan sebagai hipnosis pertama kali oleh Anton Mesmer (abad 18) dikenal
dengan sebutan magnetisme dan Mesmerisme. Istilah hipnosis diperkenalkan
pertama kali oleh James Braid dan digunakan dalam pengobatan gangguan psikosomatik.
Disosiasi adalah terpecahnya aktivitas mental yang spesifik dari sisa kesadaran
normal, seperti terpecahnya pikiran atau perasaan dari perilaku (misal, ketika kita bosan
mengikuti kuliah, kita melamun dan ketika kuliah usai ternyata catatan kuliah tetap
lengkap-tanpa menyadari bahwa kita telah melakukan hal itu). Disosiasi minor
3
sangat mengagumkan
dan menarik
namun
membingungkan.
Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial
di masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya
sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering
kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang
mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar
akan apa yang ia perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang
ada, diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.
Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada
awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal
dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan
individual yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh
individu sebelum proses kesurupan itu terjadi. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari
adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan
hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang
disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.
2.4 Etiologi
Pada seseorang dengan gangguan amnesia disosiatif terdapat kompleksitas
pembentukan dan pengumpulan ingatan. Pendekatan psikoanalitik menyatakan amnesia
5
emosional,
Berbagai stressor dan faktor pribadi, seperti finansial, perkawinan, pekerjaan, dan
peperangan,
Depresi,
Usaha bunuh diri,
Gangguan organik (khususnya epilepsi),
Riwayat penyalahgunaan zat.
2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan kesehatan mental, seseorang memiliki perasaan diri (sense of self)
yang utuh sebagai manusia dengan kepribadian dasar yang tunggal. Kesehatan mental
merupakan modal utama kehidupan seorang manusia. Tanpa mental yang sehat, seorang
manusia tidak dapat melaksanakan tugas kemanusiaannya dengan baik. Manusia yang
sehat tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis. Bebas dari gangguan
adalah indikasi manusia yang bermental sehat. Ada berbagai macam gangguan mental
(mental disorder), salah satunya adalah gangguan trans disosiatif (dissociative trance
disorder). Dalam masyarakat fenomena disosiatif dikenal dengan istilah kesurupan.
Kesurupan dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu keadaan yang terjadi bila roh
yang lain memasuki seseorang dan menguasainya sehingga orang itu menjadi lain dalam
hal bicara, perilaku dan sifatnya. Perilakunya menjadi seperti ada kepribadian lain yang
memasukinya. Maramis (1994:418) menyebutnya sebagai suatu mekanisme disosiasi
yang dapat menimbulkan kepribadian ganda (multiple personality) dan gangguan
identitas disosiasi (dissociative identity disorder). Kaplan & Sadock (1997:100)
menyatakan bahwa disfungsi utama pada disosiatif adalah kehilangan keutuhan keadaan
kesadaran sehingga orang merasa tidak memiliki identitas atau mengalami kebingungan
terhadap identitasnya sendiri atau memiliki identitas berganda.
Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem
limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat
luas dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi
dan beratnya tekanan akibat kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan
memengaruhi sistem limbic. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang
saraf atau neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar mungkin
norepinephrin atau juga serotonin yang menyebabkan perubahan perilaku atau
sebaliknya.
Masyarakat memandang bahwa kesurupan itu terjadi karena seseorang telah
kemasukan jin atau roh halus sehingga membuat perilakunya aneh di luar kesadarannya.
Dan pengobatan menurut masyarakat umum dengan meminta pertolongan pada orang
pintar, paranormal, ahli agama, dan orangorang yang dianggap ahli menanganinya.
Jarang sekali penderita disosiasi dibawa ke dokter. Kesurupan dalam psikologi dikenal
dengan istilah fenomena disosiatif yang diartikan sebagai keadaan psikologis yang terjadi
karena suatu perubahan dalam fungsi self (identitas, memori atau kesadaran) (Nevid,
Rathus & Greene, 1997:236).
Kondisi ini bisa terjadi secara tibatiba atau secara bertahap, bersifat sementara
atau kronis. Fenomena disosiasi ini mengacu pada kondisi trans disosiatif. Trans
disosiatif adalah perubahan yang bersifat temporer dalam hal kesadarannya atau
lemah/hilangnya perasaan identitas diri (sense of personal identity) tanpa kemunculan
identitas baru (Suryaningrum, 2006). Dalam kondisi trans, hilangnya identitas tidak
berhubungan dengan munculnya identitas baru dan tindakan yang dimunculkan selama
kondisi trans umumnya tidak kompleks (misalnya kejangkejang, bergulingguling,
terjatuh).
Menurut Hawari (2006), kesurupan adalah reaksi kejiwaaan yang dinamakan
reaksi disosiasi (dissociative reactions). Reaksi itu mengakibatkan hilangnya kemampuan
untuk menyadari realitas sekitarnya, disebabkan tekanan fisik maupun mental. Reaksi
disosiasi ini menimpa mereka yang jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang
7
kebudayaan, maka dinamakan kesurupan. Tidak jarang kedua keadaan ini secara ilmiah
sukar dibedakan karena kepercayaan dan kebudayaan juga dapat menimbulkan konflik
dan stress.
Biasanya kesurupan didahului oleh periode meditasi disertai upacara sesuai
dengan kepercayaan dan kebudayaan setempat dan atas kehendak orang itu sendiri. Pada
orang yang lain kesurupan terjadi secara spontan. Banyak sekali contoh tentang
kesurupan, kiranya pembaca sudah pernah melihat atau mendengar cerita tentang itu.
Orang dengan kesurupan jarang dibawa ke dokter. Biasanya kesurupan itu
berhenti sesuai dengan upacara atau yang timbul spontan menghilang sendiri atau dengan
pertolongan dukun. Bila ia dibawa kepada dokter, maka dapat diberi tranquilaizer
intramuscular dan bila perlu dapat juga diberi transquilaizer atau pentotal intravena.
Sesudah itu dilakukan psikoterapi suportif.
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat,
badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk.
Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak
mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di
antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya
lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada
yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak
menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan
yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu
merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan,
teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa
lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.
Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan, antara lain
sebagai berikut:
Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang
dirasakan pada tubuhnya.
9
Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada
sebagian yang dialaminya disadarinya.
individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat,
atau kekuatan lain. Hanya gangguan trans yang involunter (diluar kemauan
individu)dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan
keagamaan ataupun budaya yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini. Tidak ada
penyebab organik (epilepsi, cedera kepala, intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian
dari gangguan jiwa tertentu (skizofrenia, gangguan kepribadian multiple).
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila tidak
ditemukan kelainan fisik/neurologik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan
pendekatan psikologik terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.
Terapi kesurupan terbagi menjadi tiga, yakni terapi farmakologik, terapi
psikoterapi, dan terapi hypnosis. Pada terapi farmakologi dapat digunakan barbiturat
kerja sedang dan kerja singkat, seperti thiopental dan natrium amobarbital diberikan
secara intravena, dan benzodiazepine dapat berguna untuk memulihkan ingatannya yang
hilang.
Pengobatan terpilih untuk gangguan disosiatif adalah psikoterapi psikodinamika
suportif-ekspresif. Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk masalah yang
berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua
kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan
istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu
antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan
klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan
membantu
klien
mengatasi
keluhan
secara
profesional
dan
legal.
Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai dengan
adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di bawah kendali
kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera, serta
kontrol terhadap gerakan tubuh. Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak
dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia,
kesurupan atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi
yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 4% dari populasi
umum. Etiologi dari gangguan disosiasi ini antara lain: Keinginan untuk menarik diri dari
pengalaman yang menyakitkan secara emosional, Berbagai stressor dan faktor pribadi,
seperti finansial, perkawinan, pekerjaan, dan peperangan, Depresi, Usaha bunuh diri,
Gangguan organik (khususnya epilepsi), dan Riwayat penyalahgunaan zat. Ada tiga
stadium yang dialami orang kesurupan, yaitu irradiation (subjek tetap menyadari dirinya
tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya), being diside (subjek berada dalam
dua keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya), dan
incorporation (subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan
yang dialami tidak diingatnya). Kriteria diagnosis kesurupan atau trans menurut PPDGJ
III adalah adanya kehilangan sementara penghayatan identitas diri dan kesadaran
terhadap lingkungannya, individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain,
kekuatan gaib, malaikat, atau kekuatan lain. Hanya gangguan trans yang involunter
(diluar kemauan individu)dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan
merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya yang boleh dimasukkan dalam
pengertian ini. Tidak ada penyebab organik (epilepsi, cedera kepala, intoksikasi zat
psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (skizofrenia, gangguan
kepribadian multiple). Penatalaksanaan terbagi menjadi tiga yaitu terapi farmakologik,
terapi psikoterapi, dan terapi hypnosis. Pengobatan terpilih untuk gangguan disosiatif
adalah psikoterapi psikodinamika suportif-ekspresif.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Setyonegoro RK. Budaya dan Gangguan Jiwa, Jiwa 1995; XXVIII (1): 1
2. Joyanna Silberg. Guidelines for the Evaluation and Treatment of Dissociative
Symptoms in Children and Adolescents. Journal of Trauma & Dissociation, Vol. 5(3)
2004.
3. Suryani LK. Adnjana TAK. Kesurupan suatu fenomena masyarakat Hindu Bali. Jiwa
1996. XXIX (2): 57.
4. Maramis WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, Airlangga University Press, 1980:
418.
5. Ingwantoro S. Penelaahan Trans Dan Hubungannya Dengan Hipnosis Serta
Manfaatnya Dalam Psikiatri. Jiwa 2000;XXXIII (2); 185-193.
6. Kaplan HI, Sadock BJ. Synopsis of Psychiatry. seventh edition, Baltimore;Williams
& Wilkins 1994:651
7. Cameron N. Personality Development and Psychopathology; Boston; Mifflin
Company 1963; 338-372
8. Rob McNeilly. Hypnosis, Dissociation and Spontaneous Trance. Australian Society of
Hypnosis 19th National Congress 2nd 7th September, 1989 Sydney, Australia.
15