Aspirin
Aspirin
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGNAIK SINTESA
SINTESIS ASPIRIN
OLEH :
NAMA
: NURCHOLIS
STAMBUK
: H 511 05 025
GOL./KLP
MAKASSAR
2006
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien,
yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi. (1; 209)
Struktur kimia golongan salisilat ini dapat dilihat pada gambar di bawah
ini. Asam salisilat sangat iritatif, sehinga hanya digunakan sebagai obat luar.
Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dari asam
organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil, misalnya Asetosal.
COOH
COONa
OH
COONa
OH
COOCH3
OCOCH3
Asetosal
OH
Metil Salisilat
serius adalah kejang. Kejang Bronch hebat yang pada pasien asma, meski
dalam dosis kecil, dapat mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang
menderita cacar air / flu (salesma) sebaiknya jangan diberi asetosal (melainkan
parasetamol) karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya. Sindrom
ini berciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan konvulsi dan
adakalanya koma. (2;257)
Sintesis Asetosal
O
C
OH
+
OH
C
H3C
O
C
CH3
O
C
OH
O + H3C C
O C CH
3
O
OH
Walaupun jalur ini terlihat amat mudah, amatlah sulit untuk mengatur
reaksi sehingga didapat hasil yang optimal. Komponen utama yang mula-mula
terjadi adalah suatu ester asam karbonat, selama fase ini suhu tidak boleh
melampaui batas tertentu (sekitar 35C). Kemudian barulah pada suhu tinggi
(75C tekanan berlebih CO2) akan tersubtitusi. (4;109)
Asam salisilat dapat diperoleh menurut cara Kolbe-Schmitt dengan
hasil hampir kuantitatif melalui reaksi natrium fenolat dan karbondioksida
pada 1250C dan 4-7 bar dan kemudian dihidrlolisis. Asam asetilsalisilat
diperoleh dengan cara asetilasi asam salisilat dengan katalisis proton. (6;435)
: Acidum salicylicum
Nama Lain
: Asam salisilat
COOH
OH
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Nama Lain
Rumus Bangun :
C
H3C
Pemerian
O
C
CH3
Penyimpanan
Kegunaan
: Acidum sulfuricum
Nama Lain
: Asam sulfat
: 98,07
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai katalisator
: Ferri chloridum
Nama Lain
: 162,2
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
: Aqua destillata
Nama Lain
Penyimpanan
Kegunaan
: Natrii subcarbonas
Nama Lain
RM / BM
: NaHCO3 / 84
RB
Na H C
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
7.Benzen (5;658)
Nama Resmi
: Benzenum
Nama Lain
: Benzen
RM / BM
: C6H6 / 78,02
RB
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
: Acidum hydrochloridum
Nama Lain
RM / BM
: HCl / 36,46
RB
: H Cl
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
9.Aspirin (5;658)
Nama Resmi
: Acidum acetylsalicylicum
Nama Lain
RM / BM
: C9H8O4 / 180,16
RB
COOH
OCOCH3
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Jika masih aada padatan yang tersisa, saring larutan panas dari penyaring yang
ditempatkan dalam corong yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu lalu
menuangkan benzen panas. Pada pendinginan pada temperatur kamar, aspirin
akan mengkristalisasi. Jika tidak, tambahkan petroleum eter dan didinginkan
sedikit larutan (benzen membeku pada 5C) dalam air es, sambil digosok
dinding gelas dengan menggunakan batang kaca (batang pengaduk).
Kumpulkan peroduk (kristal) secara penyaringan vakum menggunakan
corong Hirsch. Jangan lupa menguji kristal dengan FeCl3.
BAB III
METODE KERJA
18. Tissue
19. Sendok tanduk
III.1.2 Bahan
1. Asam klorida encer
2. Anhidrida asetat
3. Asam salisilat
4. Asam sulfat pekat
5. Air suling
6. Es batu
7. Larutan besi (III) klorida
8. Natrium bikarbonat jenuh
III.2 Cara Kerja
No.
1.
Prosedur
Ditimbang asam salisilat sebanyak 2
Pengamatan
Larutan keruh
Endapan berkurang
sulfat pekat
3.
Larutan jernih
Gambar
Endapan putih
ditambahkan 50 ml air.
6.
Endapan tersaring
8.
Ditambahkan NaHCO3
Gelembung Gas
9.
10.
Endapan tersaring
saring.
11.
Kristal putih
13.
Dilarutkan
sedikit
kristal
Tidak
endapan
terbentuk
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
2.
0,774
0,400
0.374
IV.2 Reaksi
O
C
OH
+
OH
C
H3C
O
C
CH3
IV.3 Perhitungan
1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol aspirin
mol asam salisilat = gram asam salislat
BM asam salisilat
mol aspirin = 2gram
138,12
= 0,0144 mol
Berat aspirin secara teoritis
m = mol aspirin x BM aspirin
m = 0,0144 x 180,16
m = 2,5943 gr
O
C
OH
O + H3C C
O C CH
3
O
OH
0,031
2,5943
100 %
1,19 %
0,374
2,5943
100 %
= 14,41 %
Berat rendamen rata-rata = 7,8 %
BAB V
PEMBAHASAN
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dan memiliki peranan
yang sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat anti
piretik dan analgetik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalam keadaan bebas di
alam, jadi untuk memperolehnya perlu dilakukan sintesa.
Dalam percobaan ini, sintesa aspirin dimaksudkan untuk memperoleh kristal
aspirin yang sempurna. Sintesa ini melalui beberapa tahap yaitu di mulai dengan
melarutkan asam salisilat 2 gram ke dalam 5 ml anhidrida asetat. Penambahan
anhidrida asetat bertujuan sebagai pelarut asam salisilat dan sebagai pemberi gugus
asetil pada aspirin. Digunakan bentuk anhidrat karena jika pada proses sintesis ini
terdapat air air, maka aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan.
Setelah penambahan anhidrida asetat, maka diikuti dengan penambahan
H2SO4 pekat sebanyak 5 tetes yang berfungsi untuk menambah kelarutan asam
salisilat dan sebagai katalisator, sehingga reaksi dapat berlangsung dengan sempurna.
Untuk menambah kelarutan asam salisilat maka dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 5 menit.
Apabila asam salisilat telah larut seluruhnya, maka erlanmeyar didinginkan
pada suhu kamar selama beberapa menit. Didinginkan pada suhu kamar terlebih
dahulu agar erlenmeyar tidak pecah oleh perubahan temperatur yang cukup drastis.
Pendinginan kemudian pada tangas es agas kristal terbentuk lebih sempurna. Selama
proses pendinginan dilakukan penggoresan pada dinding erlenmeyer untuk membantu
proses kristalisasi. Penggoresan dapat membentuk kristal karena membentuk ronggarongga pada dinding labu erlenmeyer sehingga memungkinkan kristal tesebut
berkumpul dan menyatu.
Apabila kristal aspirin telah terbentuk, kristal kemudian dicuci dengan air
suling sebanyak 3 kali untuk mencuci kelebihan asam. Untuk mengetahui bahwa
aspirin yang terbentuk murni atau tidak, maka kristal yang diperoleh direaksikan
dengan FeCl3. Apabila terbentuk warna violet, berarti kristal yang diperoleh tidak
murni. Jika warna yang terbentuk adalah kuning atau oranye, berarti aspirin tersebut
murni.
Setelah itu ditambahkan larutan jenuh NaHCO3 untuk menghilangkan
kelebihan asam salisilat yang tidak bereaksi dan ikut mengkristal. Penambahan
larutan jenuh NaHCO3 dihentikan jika tanda bunyi reaksi berhenti. Larutan tadi
kemudian ditambahkan larutan HCl encer untuk untuk menetralkan kelebihan natrium
bikarbonat, lalu disaring untuk memperoleh kristal aspirin.
Setelah kering, aspirin tersebut ditimbang lalu diuji lagi dengan FeCl3 untuk
mengetahui apakah kristal tadi aspirin atau bukan. Hal ini dapat kita ketahui dengan
melihat warna larutan. Bila masih berwarn ungu, maka kristalnya belum murni dan
masih mengandung asam salisilat. Karena asam salisilat mempunyai gugus fenol,
maka dengan penambahan FeCl3 asam salisilat akan membentuk kompleks besi-fenol
dan memberikan warna dari merah hingga violet .
Aspirin kemudian dikeringkan dan direkristalisasi dengan menggunakan
benzen. Pada rekristalisasi ini digunakan benzen karena jika menggunakan air aspirin
akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan. Mula mula kristal aspirin dimasukkan
ke dalam benzen panas untuk menambah kelarutan aspirin. Setelah itu didinginkan
pada baskom yang berisi es batu untuk mengendapkan kembaliaspirin yang telah
larut. Endapan yang terbentuk kemudian disaring. Setelah kristal aspirin diperoleh,
selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven untuk mendapatkan kristal aspirin
yang telah bebas dari pelarutnya.
Persentase rendamen yang diperoleh dari praktikum ini adalah 7,8 %.
rendamen yang diperoleh ini sangat kecil karena menurut teori, berat aspirin yang
diperoleh adalah sekitar 2,594 gram. Hal ini disebabkan oleh
1. Penimbangan yang kurang teliti.
2. Sampel dan pereaksi yang digunakan sudah tidak murni lagi.
3. Reksi tidak berjalan sempurna.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Persentase rendamen rata rata yang di peroleh adalah 7,8 %
VI.2 Saran
Seabiknya bahan yang digunakan pada praktikum ini telah di buat
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswara dkk (1987), Farmakologi dan Terapi Edisi IV, FKUI, Jakarta
2. Tjay, Tan Huan (2001), Obat-Obat penting PT Kompusindo, Jakarta
3. Hawkines R (1989) Interaksi Obat Penerbit ITB, Bandung
4. Fessenden dan J Ralph, dkk, (1994),Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
5. Ditjen POM (1979) Farmakope Indonesia Edisi III Depkes RI Jakarta
6. Wunas, y, (2003), Penuntun Praktikum KimiaOrganik Sintesis, Laboratorium
Kimia Farmasi Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar
7. Schunack, Walter, (1990), Senyawa Obat. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta