Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH PENANAMAN MURBEI

AHMAD ILYAS ALAWY


TRY NUARI NUR A C N
BAGUS SEPTIAN
TAKAYONO PANJAITAN
GUFRON ANDI
LUTFI SYAIFULLAH
ACHMAD BAIHAQI

135050100111193
135050100111200
135050100111201
135050100111208
135050100111234
135050100111236
135050100111241

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kegiatan persuteraan alam adalah kegiatan agro-industri yang
merupakan bagian dari kegiatan perhutanan sosial, terdiri dari beberapa kegiatan
antara lain : budidaya tanaman Murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat
sutera, pengendalian hama dan penyakit tanaman Murbei dan ulat sutera,
pemanenan kokon, pemintalan benang sutera dan pertenunan kain sutera.
Budidaya tanaman Murbei menjadi hal yang sangat penting, mengingat daun
Murbei merupakan pakan ulat sutera yang sangat menentukan untuk mencapai
keberhasilan produksi kokon baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pengaruh
pakan ulat sutera yang berupa daun Murbei mencapai 38 40 % dari keseluruhan
faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pemeliharaan ulat sutera.
Wilayah negara Indonesia memiliki keuntungan dalam kegiatan budidaya tanaman
Murbei. Sebagai negara yang memiliki iklim tropis, tanaman Murbei di wilayah
Indonesia dapat berproduksi sepanjang tahun. Hal tersebut sangat menguntungkan
bagi petani sutera alam, karena petani dapat memelihara ulat sutera sepanjang
tahun. Namun hingga saat ini keuntungan tersebut belum dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh

petani di Indonesia. Salah satu sebabnya adalah

belum optimalnya produksi tanaman Murbei dari kebun-kebun yang dikelola oleh
petani. Keterbatasan produksi tanaman Murbei disebabkan oleh terbatasnya
penggunaan Murbei jenis unggul dan penerapan teknik budidaya yang masih
belum sesuai dengan standar.
Produksi daun Murbei dengan kualitas dan kuantitas yang baik dipengaruhi teknik
budidaya tanaman Murbei yang dilaksanakan. Faktor faktor yang terdapat dalam

teknik budidaya tanaman Murbei diantaranya adalah : kesesuaian lahan bagi


tanaman murbei, pengolahan lahan, penyediaan bibit, teknik penanaman Murbei,
pemeliharaan tanaman Murbei serta pengendalian hama dan penyakit. Faktor-faktor

tersebut harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar yang ada untuk
meningkatkan produktivitas tanaman Murbei.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Makalah Budidaya Tanaman Murbei untuk memahami
pengetahuan dalam kegiatan budidaya tanaman Murbei.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Taksonomi Tanaman Murbei
Taksonomi tanaman Murbei dapat dijelaskan sebagai berikut :
Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Urticalis

Famili

: Moraceae

Genus

: Morus

Spesies

: Morus sp.

Nama ilmiah dari beberapa jenis murbei antara lain:


Murbei

putih (Morus Alba

L),

murbei

hitam

(M.

Nigra L), murbei

merah/American mulberry (M. rubra L), murbei korea (M. australis), murbei
Himalaya (M. laevigata), murbei India (M. indica), M. multicaulis, M. cathayana,

M.

macroura,

murbei

Jepang

(M.

tosawase,

M.

tsukasaguwa,

M.

okinawaguwa, M. itouwase, M. shiwasuguwa dan M. amakusaguwa).


Nama daerah:
walot (Sunda); murbe, besaran (Jawa), malur (Batak), nagas (Ambon), tambara
mrica (Makassar).
Nama asing:
Mullberry (Inggris), Sangye (Cina). Morera/mora (Spanyol), moreira (Portugis),
murier (Prancis).
B. Penyebaran Tanaman Murbei

Tanaman Murbei dipercayai sebagai tanaman yang berasal dari India dan China di
kaki pegunungan Himalaya. Dari wilayah tersebut kemudian tanaman Murbei
tersebar hingga ke beberapa wilayah seiring dengan perkembangan pengusahaan
persuteraan alam. Selain itu penyebaran tanaman Murbei ke beberapa wilayah juga

didukung oleh kemudahan tanaman Murbei yang dapat tumbuh dari daerah sub
tropis hingga ke daerah tropis.
Beberapa negara yang telah mengembangkan tanaman Murbei diantaranya :
Jepang, China, Korea, Rusia, India, Brazil, Italia, Perancis, Spanyol, Yunani,
Yugoslavia, Hungaria, Rumania, Polandia, Bulgaria, Turki, Mesir, Syria, Cyprus, Sri
Lanka, Iran, Bangladesh, Afghanistan, Lebanon, Thailand, Myanmar, Vietnam,
Indonesia dan Kamboja.
C. Karakteristik Tanaman Murbei
Tanaman Murbei merupakan tanaman perdu, tingginya dapat mencapai 6 meter
dengan tajuk yang jarang, bercabang banyak, daunnya berwarna hijau tua dengan
bentuk mulai dari bulat, berlekuk dan bergerigi dengan permukaan kasar atau halus
tergantung jenisnya.
Pertumbuhan tanaman Murbei sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah dan iklim
setempat. Di Daerah tropis seperti di Indonesia, meskipun tanaman Murbei tidak
mengalami masa istirahat, tetapi terdapat perbedaan pertumbuhan pada saat
musim hujan dan musim kemarau. Penyebabnya adalah faktor kandungan air
tanah. Perbedaan pertumbuhan yang nyata terlihat antara musim hujan dan musim
kemarau. Waktu pertumbuhan yang paling baik bagi tanaman Murbei adalah
diantara musim hujan dan musim kemarau, saat curah hujan mulai berkurang
sedangkan temperatur udara masih cukup tinggi.
Tanaman Murbei merupakan jenis tanaman yang tahan pangkasan dan mudah
bertunas kembali. Tanaman ini bila dipangkas secara berkala tidak menjadi tinggi
dan tetap menghasilkan daun, tetapi apabila tidak dipangkas dapat menjadi
tanaman yang berbentuk pohon. Oleh karena itu, tanaman Murbei dapat berfungsi
sebagai tanaman penguat teras, batas areal dan penghasil kayu bakar.

Tanaman Murbei dapat bertunas

7 hari setelah pemangkasan dan selanjutnya

pertumbuhannya berjalan dengan cepat selama 30 60 hari setelah pemangkasan.

Pada bagian batang akan tumbuh cabang setelah 90 hari kemudian, dan pada saat
yang sama daun bagian bawah akan rontok. Dari segi pertumbuhan batang, saat
yang paling baik untuk memulai panen adalah antara 60 90 hari setelah mulai
bertunas.

Gambar 1. Pertumbuhan tunas pada batang Murbei

Gambar 2. Kurva pertumbuhan tanaman Murbei

Buah tanaman Murbei pada waktu muda berwarna putih kehijau-hijauan kemudian
berubah menjadi merah muda dan rasanya asam. Pada saat buah telah matang,
warna buah Murbei menjadi merah tua agak kehitaman dan rasanya manis.

Tanaman Murbei dapat ditanam bersama dengan tanaman lainnya dengan sistem
tumpang sari. Apabila ditanam dengan tanaman lainnya, perlu diperhatikan bahwa
tanaman Murbei tidak tahan terhadap naungan berat.

Gambar 3. a. Bunga tanaman Murbei; b. Buah muda

D. Perkembangbiakan Tanaman Murbei


Tanaman Murbei dapat dikembangbiakkan dengan 2 cara yaitu secara generatif
(dengan biji) dan secara vegetatif (dengan bagian tanaman).
a. Secara Generatif
Di Indonesia cara memperbanyak tanaman Murbei dengan biji sampai saat ini
belum dilakukan, selain karena memerlukan keahlian khusus, juga memerlukan
waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal.
b. Secara Vegetatif
Cara memperbanyak tanaman Murbei dengan menggunakan bagian tanaman
merupakan cara yang biasa dilakukan untuk daerah tropis. Cara ini lebih praktis
dan ekonomis dan relatif mudah dilaksanakan.

Beberapa cara perbanyakan secara vegetatif yang telah dikenal antara lain:
1. Layering
Cara ini dilakukan dengan membengkokkan cabang tanaman ke tanah,
dengan bagian tengah ditimbun dengan tanah yang telah dicampur dengan
pupuk kandang atau kompos. Bagian ujung tanaman yang dibengkokkan
tetap berada di atas tanah. Yang perlu diperhatikan pada saat cabang
dibengkokkan adalah jangan sampai patah.
2. Root Grafting (Okulasi Pangkal Lepas)
Cara ini dilakukan untuk mengganti kebun dengan jenis yang baru dan
unggul, atau mengganti kebun yang sudah tidak produktif lagi tanpa
membongkar tanaman yang sudah ada. Caranya adalah memotong tanaman
yang akan diganti pada bagian pangkal batang dan menempelkan stek
Murbei jenis unggul pada bagian tersebut.
3. Suetsugi Grafting (Sambungan Pangkal Hidup)
Cara ini hampir sama dengan Root Grafting hanya pada saat melakukan
penyambungan, tanaman yang akan dijadikan batang bawah dipotong
serata permukaan tanah dengan gergaji dan bahan tanaman ditempelkan
diantara bagian kayu dan bagian kulit dari batang bagian bawah tersebut,
kemudian ditekan dengan mempergunakan alat jepit dan ditutupi dengan
tanah.
4. Okulasi
Cara ini dilakukan dengan menempelkan mata tunas dari tanaman Murbei
jenis unggul pada tanaman Murbei lain yang mempunyai sifat perakaran
kuat, sehingga nantinya didapatkan jenis Murbei baru dengan kualitas
unggul.

5. Stek batang
Cara ini merupakan cara yang paling ekonomis dan paling banyak dilakukan,
biasanya langsung dilakukan di lapangan atau melalui persemaian terlebih

dahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: daya perakaran tanaman


dan waktu tanam.
E. Morfologi Beberapa Jenis Tanaman Murbei
Jenis-jenis tanaman Murbei yang telah dikenal sangat banyak. Penggolongan jenis
tanaman Murbei ke dalam spesies, sub spesies/varietas dilakukan berdasarkan
struktur bunga, daun dan cabang. Sebagai perbandingan, di Jepang pada saat ini
tercatat terdapat lebih dari 1.000 varietas Murbei, dari jumlah tersebut terdapat
lebih kurang 10 varietas saja yang populer dan banyak digunakan petani sutera. Di
Indonesia sendiri terdapat berbagai macam jenis tanaman Murbei, namun yang
banyak ditanam oleh petani sebanyak 6 varietas Murbei saja. Varietas Murbei
tersebut antara lain : Morus nigra, m. alba, m australis, m cathayana, m

multicaulis dan m. macroura. Ciri ciri morfologis tanaman Murbei tersebut


adalah sebagai berikut :
a.
nigra

Morus

Dikenal dengan nama murbei hitam. Berupa perdu yang dapat mencapai
ketinggian sampai 1,5 meter. Warna batang hijau kecoklat-coklatan, adakalanya
coklat hitam jika sudah tua. Bentuk daun lonjong dan ujungnya lancip, dengan
panjang antara 5 10 cm atau lebih, tergantung dari daerah tumbuhnya. Daun
berwarna hijau tua dengan permukaan halus dan adakalanya bercelah/berlekuk
dalam. Morus nigra memiliki cabang yang banyak. Stek yang berusia 9 12
bulan mempunyai 10 cabang atau lebih apalagi jika sudah dipangkas. Jarak
antar mata 6 cm. Buah berwarna merah jambu, ketika masih muda, dan
berwarna hitam apabila telah berumur tua. Bunga dan buah akan banyak
apabila tanaman telah mencapai umur lebih dari 8 bulan (langsung dari stek)
atau lebih dari 2 bulan setelah pemangkasan.

b.
alba

Morus

Dikenal dengan nama Murbei buah, karena pada umumnya ditanam untuk
diambil buahnya. Sifat yang sangat mencolok dari jenis ini adalah tentang buku
atau ruas batangnya yang pendek-pendek dan pertumbuhannya yang tidak ke
atas melainkan ke samping. Bentuk daunnya seperti jenis Nigra, atau Australis

tetapi lebih kecil lagi. Tinggi pohon mampu mencapai 1,5 meter apabila tumbuh
di daerah dingin dengan cabang yang banyak.
c. Morus australis
Dikenal dengan nama Murbei pagar atau Murbei kecil, mengingat sering
ditanam sebagai pagar dan daunnya kecil-kecil. Sifat hidupnya hampir sama
dengan Morus nigra, hanya batangnya berwarna coklat kekuning-kuningan dan
dapat mencapai ketinggian sampai 3 5 meter, berupa pohon. Apabila telah
berumur 10 tahun lebih, dari satu batang dapat tumbuh sampai 50 cabang yang
lebat dengan daun, sehingga setiap musim (3 4 bulan sekali) dari satu pohon
yang sudah tua bisa didapat 200 400 Kg daun. Sekarang banyak ditanam
sebagai batang bawah, yang bagian atasnya disambung dengan okulasi,
dengan jenis

Nigra

atau

Multicaulis.

Hal

ini

disebabkan

oleh

daya

tumbuhnya, yang besar dan kuat dan tahan terhadap pergantian musim atau
cuaca dan penyakit.
d. Morus cathayana

Morus cathayana memiliki bentuk daun 3 skepsis dengan ketebalan daun tipis
berwarna hijau muda. Percabangan berwarna coklat tua berukuran sedang,
perakarannya baik dan dalam. Pertumbuhan batang lurus ke atas dengan sedikit
percabangan, cabang mulai tumbuh pada bagian tengah dari cabang utama.
Ketahanan terhadap musim kemarau cukup kuat, demikian pula ketahanan
terhadap serangan penyakit.
e. Morus multicaulis
Dikenal dengan nama murbei multi atau murbei besar. Berupa perdu yang
cepat besar dan tinggi. Warna batang coklat, atau coklat kehijau-hijauan.
Daunnya

sangat

besar,

membulat

dan

permukaannya

bergelombang,

sedangkan penggiran daun bergerigi. Cabang tidak banyak, jumlah cabang 2

4 cabang. Setiap cabang cepat memanjang dan membesar. Buahnya berwarna


merah, yang keluar pada waktu stek ditanam atau batang baru dipangkas. Buah
jarang didapat pada cabang atas. Pada saat ini Morus multicaulis banyak
ditanam untuk makanan ulat, karena bentuk daunnya yang besar dan

kecepatan tumbuhnya. Tetapi sangat disayangkan bahwa pucuk-pucuknya


mudah dan cepat sekali diserang hama serangga atau penyakit bakteria, virus
dan jamur sehingga bentuknya menggulung dan rusak.
f. Morus macroura
Ciri morfologis jenis ini adalah percabangan tegak lurus dengan jumlah cabang
tidak terlalu banyak. Cabang berwarna putih kehijauan dan ujung melengkung
ke atas
Dari jenis-jenis di atas, perlu diketahui bahwa M. alba dan M. cathayana
mempunyai produksi daun yang lebih tinggi dibanding M. nigra dan M. australis.
Akan tetapi M. alba dan M. cathayana daya pertumbuhan akarnya rendah dan
sangat rentan dari serangan hama dan penyakit jika dibandingkan M. nigra dan

M. australis. M. multicaulis, M. alba

dan M. cathayana

mempunyai sifat

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan M. nigra, tetapi M. multicaulis


presentase tumbuh steknya sangat rendah. Oleh karena itu jenis yang
dianjurkan untuk ditanam oleh petani adalah M.alba dan M.
cathayana.

Gambar 4. Daun beberapa jenis Murbei (kiri ke kanan : M. nigra, M. Alba, M.

Australis, M. Cathayana, M. Multicaulis)

III. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN MURBEI


A. Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Murbei
Agar tanaman Murbei dapat berproduksi dengan baik, perlu diperhatikan kondisi
lahan yang optimal bagi tanaman Murbei, yaitu :
a. Iklim
Tanaman Murbei dapat tumbuh pada iklim yang berbeda. Untuk daerah tropis
seperti di Indonesia, Murbei dapat tumbuh pada tempat dengan suhu udara
o

rata-rata 13 31 C dengan kondisi optimal pada suhu 24 28 C. Kondisi


curah hujan optimal bagi tanaman Murbei adalah antara 1500 2500 mm dan
akan tumbuh dengan baik pada daerah yang sepanjang tahun mendapat hujan
merata.

Kelembaban udara tempat tumbuh Murbei agar pertumbuhannya

optimal berada pada rentang 65 80 %.

b. Topograf
Ketinggian tempat yang optimal bagi tanaman Murbei adalah pada ketinggian
400 800 mdpl dengan kemiringan lahan 0 -

15 %. Meskipun demikian,

penanaman murbei di daerah dataran rendah tetap dapat dilakukan, asalkan


keadaan suhu udaranya tidak terlalu panas. Sebaiknya dipilih lahan yang datar
atau tidak terlalu miring, cukup subur dan dekat dengan mata air, tetapi tidak
tergenang pada musim hujan.
c. Tanah
Kondisi tanah optimal bagi tanaman Murbei adalah agak Asam (pH 6,2 6,8),
solum

tanah

tebal,

pengairan/drainase
berlempung geluh.
B. Persiapan Lahan
a. Pembersihan Lahan

kemampuan

baik,

tanah

porous/berpori,

menahan
tekstur

kelembaban

tanah

berupa

baik,
geluh

Apabila lahan yang telah dipersiapkan untuk penanaman Murbei memiliki


penutupan lahan berupa semak, alang-alang atau vegetasi lainnya, maka

terlebih dahulu lahan tersebut dibersihkan (land clearing). Pembersihan lahan


sebaiknya tidak dilakukan dengan pembakaran lahan, kecuali telah dipersiapkan
metode pembakaran lahan yang tepat. Sisa hasil pembersihan lahan yang
berupa daun dari semak dan alang-alang dapat digunakan untuk membuat
biokompos atau bokhasi, sebagai pupuk bagi tanaman Murbei.
b. Pengolahan Lahan
Murbei termasuk tanaman keras dan berakar dalam, oleh karena itu tanah pada
lokasi penanaman Murbei harus diolah terlebih dahulu agar akar tanaman
Murbei dapat tumbuh dengan baik. Lahan yang telah bersih dari vegetasi
penutup diolah menggunakan cangkul atau bajak sedalam 30 50 cm.
Pengolahan lahan dapat pula dilakukan secara mekanis menggunakan alat
berat seperti traktor. Pada lahan yang berbatu, pengolahan lahan hanya
dilakukan pada tempat-tempat yang akan ditanami Murbei saja (sistem
cemplongan).

Gambar 5. Lahan yang telah bersih dan telah diolah, siap untuk ditanami Murbei

c. Pembuatan Larikan Tanaman


Tanah yang telah dicangkul/dibajak dibuat larikan tanaman dengan jarak antar
larikan disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan. Larikan tanaman
(jalur) ditinggikan dari tanah di sekitarnya dengan ketinggian 5 10 cm. Pada
setiap larikan perlu dibuat parit sedalam

30 cm dengan lebar 30 cm. Untuk

lahan yang miring, jalur penanaman dibuat searah dengan kontur. Tujuan
pembuatan jalur searah dengan kontur adalah untuk mengurangi erosi yang
terjadi terutama pada saat musim hujan. Pada lahan yang miring juga perlu
dilaksanakan teknik konservasi berupa pembuatan teras. Jenis teras yang
dibuat disesuaikan dengan kemiringan lahan. Apabila lahan yang akan ditanami
Murbei tidak memungkinkan untuk dibuat larikan tanaman, misal karena tanah
yang berbatu, maka untuk penanaman Murbei dapat dibuat lubang tanam
dengan ukuran panjang 20 cm, lebar

20 cm dengan kedalaman 20 40 cm

(sistem cemplongan).

Gambar 6. Pembuatan larikan tanaman

d.
Pemberian
Dasar

Pupuk

Untuk memperbaiki struktur, aerasi, kapasitas menahan air tanah dan


menyediakan unsur hara, pada parit yang telah dibuat dapat ditaburkan pupuk
kandang atau humus. Jumlah pupuk kandang yang diperlukan 10 15 ton per
hektar lahan. Jika tanah bersifat asam dapat dicampurkan kapur pertanian
secukupnya.

Gambar 7. Pemberian pupuk dasar

C. Penyediaan Bibit Tanaman Murbei


Jenis Murbei yang akan ditanam dipilih dari jenis yang memiliki produktivitas tinggi
dan sesuai dengan lokasi penanaman. Beberapa jenis tanaman Murbei yang
memiliki produktivitas tinggi antara lain : Morus cathayana, M. multicaulis dan M.

indica. Selain itu terdapat pula jenis tanaman Murbei yang lain, yaitu : M. alba, M.

nigra, M. australis, M. macroura, S54, Kanva dan beberapa jenis tanaman


Murbei hasil persilangan.

Teknik yang paling sering digunakan untuk penyediaan bibit tanaman Murbei
adalah menggunakan stek batang. Teknik ini lebih mudah dilaksanakan oleh petani
di lapangan.
a.
Stek

Pemilihan

Bahan

Tanaman Murbei yang akan digunakan sebagai bahan stek harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
-

Tanaman Murbei harus sehat dan telah berumur lebih dari 1 tahun

Cabang tanaman Murbei yang dipilih telah berumur 4 6 bulan sejak


pemangkasan, memiliki diameter 1 cm dan lurus

Jangan menggunakan cabang yang terlalu muda atau terlalu tua

b. Pembuatan Stek
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan stek tanaman Murbei,
yaitu:
-

Pada saat memotong cabang menjadi stek, harus digunakan alat potong
yang tajam berupa gunting stek atau parang.

Panjang stek tanaman Murbei adalah 20 25 cm dengan jumlah mata tunas


4 5 buah.

Ujung atas stek dipotong agak mendatar 1 cm di atas mata tunas,


sedangkan bagian bawah dipotong miring 1,5 cm di bawah mata tunas.

Hindari pemotongan stek yang mengakibatkan stek rusak atau pecah,


karena akan mengganggu pertumbuhan stek yang ditanam.

Stek yang telah dipotong diatur letak penyimpanannya, semua bagian


bawah potongan stek diletakkan searah dengan mata tunas diusahakan
menghadap ke atas.

Apabila stek tidak segera ditanam, simpan di tempat yang lembab dan teduh
paling lama 2 3

hari. Atau dapat pula diletakkan tegak pada tanah,

dengan terlebih dahulu tanahnya digemburkan.

Pemotongan stek sebaiknya dilakukan setelah batang-batang Murbei untuk


bahan stek diangkut ke lapangan dengan tujuan mengurangi tingkat
kerusakan stek serta lebih efektif dan efisien dalam penanaman Murbei.

Untuk transportasi stek dengan jarak yang cukup jauh, stek/bahan stek
dapat dibungkus karung goni/kain yang dibasahi.

Pada saat kegiatan penyediaan stek bibit tanamam Murbei hendaknya


dipersiapkan stek cadangan sebagai sulaman pada saat pemeliharaan
tanaman.

Gambar 8. Stek tanaman Murbei

c. Persemaian
Apabila diperlukan persemaian (umumnya dilakukan pada saat musim kemarau
atau sebagai cadangan untuk sulaman pemeliharaan), perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
-

Tempat persemaian dibuat dari bahan kayu atau bambu dengan naungan
dari daun kelapa, alang-alang atau paranet.

Media tanam yang digunakan dalam polybag berupa tanah, pasir dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1

Stek yang telah disiapkan, ditancapkan setengah bagian secara lurus ke


dalam polybag yang telah berisi media tanam

Pemeliharaan

persemaian

dilakukan

dengan

rumput/tanaman pengganggu dan menyiram air setiap hari

cara

mencabut

Setelah berumur
siap ditanam.

1,5 bulan bibit tanaman Murbei dalam persemaian

Gambar 9. Bibit tanaman Murbei dari persemaian, siap tanam

D. Penanaman Murbei
a. Waktu tanam
Waktu tanam untuk setiap daerah akan berbeda, tergantung kondisi iklim
setempat. Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada permulaan sampai dengan
pertengahan musim hujan. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan akar dan
tanaman cukup kuat menghadapi musim kemarau.
b. Pola tanam
-

Murni
Pola tanam Murbei Murni berupa suatu hamparan yang hanya terdiri dari
tanaman Murbei saja, tidak bercampur dengan tanaman lain. Pola tanam ini
dilakukan untuk pengelolaan kebun Murbei secara intensif.

Campuran (tumpang sari)


Tanaman Murbei dapat dicampur dengan tanaman semusim atau tanaman
tahunan yang intensitas naungannya rendah, karena tanaman Murbei
memerlukan cahaya matahari yang cukup. Tanaman Murbei tidak dapat

dicampur

dengan

tanaman

Tembakau,

karena

daunnya

dapat

menyebabkan keracunan pada ulat sutera. Tanaman Murbei juga tidak

disarankan untuk dicampur dengan ketela pohon, karena tanaman ini


banyak menyerap hara sehingga poduksi daun Murbei relatif rendah.

Gambar 10. a. Pola tanam Murbei Murni; b. Pola tanam Murbei tumpang sari

c. Jarak Tanam
Jarak tanam Murbei tergantung dari jenis Murbei, kondisi lahan tanam dan
sistem pengelolaan tanaman Murbei selanjutnya. Apabila tanaman Murbei
dikelola secara Manual jarak tanam dapat lebih kecil, sedangkan apabila
dikelola secara mekanis atau akan dilakukan secara campuran (tumpang
sari) maka jarak tanam dibuat lebih besar. Beberapa pilihan jarak tanam yang
dapat digunakan, antara lain : 1,0 x 0,5 m ; 1,5 x 0,5 m ; 1,0 x 1,0 m dan 2,0 x
0,5 m.
Pada saat penanaman Murbei juga perlu diperhatikan adanya naungan
pada areal atau sekitar areal tanam Murbei. Tanaman Murbei merupakan

tanaman yang tidak tahan terhadap naungan (intolerant), oleh karena itu
apabila terdapat naungan jarak antara tanaman Murbei dengan tanaman
penaung perlu diperlebar.

d. Teknik Penanaman Murbei


Untuk penanaman stek Murbei secara langsung (tanpa polybag), stek Murbei
ditancapkan pada jalur/tempat yang telah ditentukan. Stek ditanam dengan 2
mata stek tertanam dan 2 mata stek lainnya di atas permukaan tanah.
Usahakan agar pada saat penanaman stek tidak terbalik.

Untuk penanaman Murbei menggunakan stek yang telah disemaikan dalam

polybag, terlebih dahulu kantong plastik dibuka dengan hati-hati agar tidak
merusak akar yang telah tumbuh. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang
yang telah disiapkan dan lubang tanam ditutup kembali dengan tanah.

Gambar 11. a. Penanaman bibit Murbei dari persemaian; b. Penanaman stek


Murbei

E. Pemeliharaan Tanaman Murbei


a. Penyulaman

Penyulaman dilaksanakan apabila terdapat stek yang tidak tumbuh atau


terdapat tanaman Murbei yang mati. Segera setelah diketemukan stek yang

tidak tumbuh atau tanaman Murbei yang mati, bibit sulaman ditanam pada
lokasi tersebut. Penyulaman perlu dilakukan agar produktivitas kebun Murbei
yang telah dibuat mampu berproduksi sesuai dengan yang telah direncanakan.
b. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan kebun Murbei dari tanaman
pengganggu (gulma). Tumbuhnya gulma disekitar tanaman Murbei akan
mengganggu pertumbuhan tanaman, karena gulma turut menghisap zat hara di
sekitar perakaran tanaman Murbei. Oleh karena itu penyiangan perlu dilakukan
secara periodik, agar tanaman Murbei dapat tumbuh dengan baik.
Penyiangan dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau secara
mekanis menggunakan traktor. Gulma yang telah disiangi dikumpulkan dan
dibuang atau dikubur bersamaan dengan kegiatan pendangiran kebun. Cara lain
untuk

menghilangkan gulma adalah menggunakan herbisida.

Herbisida

disemprotkan pada gulma, sehingga pertumbuhan gulma terhambat dan mati.


Penggunaan Herbisida perlu dibatasi mengingat herbisida adalah racun yang
dapat membahayakan manusia dan lingkungan sekitarnya.
c. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman dengan
tujuan agar tanah tidak padat dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang
tidak padat (gembur) mempermudah akar tanaman Murbei untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Pendangiran harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam agar
tidak merusak sistem perakaran tanaman Murbei. Kegiatan pendangiran dapat
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penyiangan gulma. Dalam setahun
dapat dilakukan 3 4 kali pendangiran.

Gambar 12. a. Penyemprotan herbisida; b. Penyiangan dan pendangiran tanaman Murbei

d. Pemupukan
Panen daun Murbei yang dilakukan beberapa kali dalam setahun akan
menguras zat hara yang tersedia di dalam tanah. Untuk meningkatkan
kandungan zat hara dalam tanah di sekitar tanaman Murbei, maka harus
dilakukan kegiatan pemupukan.
1. Unsur pemupukan pada tanaman Murbei
Tanaman Murbei seperti juga tanaman lainnya, membutuhkan unsur-unsur
makro dan mikro. Unsur-unsur makro seperti : N (Nitrogen), P (Phospor)
dan K (Kalium) dan unsur mikro terdapat secara alami dalam tanah.
2. Jenis pupuk
Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan pupuk
anorganik (buatan). Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang maupun
kompos yang dapat dibuat sendiri dari rumput, jerami dan bahan lainnya.

Pupuk anorganik (pupuk buatan) banyak jenisnya dan dapat diperoleh


dengan mudah di pasaran. Pupuk anorganik mempunyai kelebihan

dibanding pupuk organik karena pengaruhnya terhadap kandungan hara


dalam tanahlebih

cepat, tetapi pupuk anorganik tidak dapat memperbaiki

keadaan struktur tanah.


3. Dosis pemupukan
Dosis pemupukan untuk tanaman Murbei dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Dosis pemupukan pada tanaman
Murbei
Jenis
Pupuk
Urea
TSP
ZK
NPK

Kandungan
Unsur Hara
N
P
K
N, P, K

Dosis Pemupukan
(Kg/Ha/Tahun)
Kebun Ulat Kebun Ulat
Kecil
Besar
420
210
100
130
260

Dosis di atas untuk 3 kali pemupukan dalam setahun. Untuk pupuk organik
berupa pupuk kandang digunakan dosis 10 ton/ha.
4. Waktu pemupukan
Pemupukan dilakukan segera setelah selesai pemangkasan (7 10 hari).
Waktu pemberian pupuk pada tanaman Murbei umumnya dilakukan pada
awal musim hujan, akhir musim hujan dan antara musim hujan dan musim
kemarau.
5. Cara pemupukan
Cara pemupukan dapat dilakukan dengan teknik penugalan (pembuatan
lubang di samping tanaman), teknik lingkaran dan penaburan pupuk di
sepanjang jalur di tengah baris tanaman.
-

Teknik penugalan
Untuk menugal diperlukan tonggak dari kayu atau dari bahan lainnya,
kemudian dibuat lubang di samping tanaman 30 cm dari batang

tanaman, dengan kedalaman 5 10 cm, kemudian pupuk dimasukkan


pada lubang tersebut, setelah selesai lubang ditutup kembali dengan
tanah.

Teknik lingkaran
Teknik ini dilakukan dengan cara mencangkul tanah di sekitar tanaman
dengan diameter

30 cm, dengan kedalaman 5 10 cm,

kemudian pada lingkaran bekas cangkulan ditaburi pupuk dan ditutup


kembali dengan tanah.
-

Teknik penaburan
Tanah dicangkul sepanjang baris di tengah-tengah tanaman, kemudian
pupuk ditaburkan pada bekas cangkulan, selesai pemupukan segera
ditimbun dengan tanah agar tidak menguap. Cara ini baik dilakukan
karena pertumbuhan akar seimbang ke semua jurusan, ini baik sekali
dilakukan pada tanaman Murbei yang sudah tua.

Selain pemberian pupuk, pada kebun Murbei perlu diberikan jerami serta sekam
padi sebagai mulching setebal 10 cm.

e. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman Murbei bertujuan untuk membentuk tanaman dan
mengatur produksi daun Murbei pada waktu dan tingkat produksi tertentu.
Apabila tanaman Murbei tidak dipangkas akan menyulitkan dalam proses
pengambilan daun karena tanaman akan tumbuh tinggi. Melalui pemangkasan
akan tumbuh tunas-tunas baru yang mampu menghasilkan daun dengan
kualitas yang sesuai untuk pakan ulat sutera.
Untuk tanaman Murbei yang baru ditanam, pemangkasan pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 9 12 bulan. Hal ini dimaksudkan agar perakaran
tanaman telah kuat sehingga apabila dipangkas tanaman tidak terganggu
pertumbuhannya. Waktu dan metode pemangkasan selanjutnya dilakukan
sesuai dengan tujuan pemangkasan. Metode-metode pemangkasan dan panen

daun

yang

digunakan

disesuaikan

dengan

lingkungan

pemeliharaan ulat sutera dan pola pengelolaan tanaman Murbei.

alam,

metode

Gambar 13. Pemangkasan pertama pada tanaman Murbei

Terdapat tiga metode pemangkasan murbei, yaitu :


-

Pangkasan rendah
Pada pangkasan rendah tanaman Murbei dipangkas 10 30 cm dari
permukaan tanah. Metode ini akan menghasilkan jumlah daun banyak dan
tidak cepat mengeras. Keuntungan metode ini adaah pemungutan daun
lebih mudah dan hasil daunnya banyak. Namun perlu diperhatikan bahwa

pemeliharaan tanaman harus seefisien mungkin, karena persaingan


dengan

rerumputan sangat tinggi. Metode pangkas rendah umumnya dilakukan


pada tanaman yang sudah berumur tua.
-

Pangkasan sedang
Pada pangkasan sedang tanaman Murbei dipangkas 50 100 cm dari
permukaan tanah. Metode ini memberi kemungkinan tanaman Murbei untuk
mempunyai perakaran yang dalam, sehingga tidak mudah terserang
penyakit kerdil. Metode pangkasan sedang disebut juga dengan pangkasan
produksi.

Pangkasan tinggi
Pada pangkasan tinggi tanaman Murbei dipangkas lebih dari 100 cm.
Pangkasan ini baik dilakukan pada sistem tanam tumpang sari. Pada
metode ini cabang yang dibiarkan tumbuh dari batang pokok sebanyak 2 3
batang saja. Metode ini mengakibatkan waktu menunggu panen daun cukup
lama dan pelaksanaan panen daun sulit dilakukan.

Gambar 14. Kegiatan pemangkasan pada tanaman Murbei

Jenis pemangkasan Murbei dibagi menjadi teknik pangkasan produksi dan


pangkasan pemeliharaan.
1. Pangkasan Produksi
Pangkasan produksi merupakan kegiatan pemangkasan tanaman Murbei
yang bertujuan untuk penyediaan daun Murbei sebagai pakan ulat sutera
(panen daun). Pangkasan produksi dibagi menjadi penyediaan daun untuk
ulat kecil dan penyediaan daun untuk ulat besar.
-

Penyediaan daun untuk ulat kecil


Pada saat ulat sutera masih dalam tahapan ulat kecil, ulat sutera hanya
membutuhkan daun dalam jumlah yang sedikit saja. Ulat kecil
membutuhkan daun yang lunak, daun tersebut tumbuh di ujung atas
tunas atau ranting. Daun Murbei yang dapat diambil untuk ulat kecil
berupa daun berumur pangkas 1 bulan atau bila tidak tersedia tanaman
khusus untuk ulat kecil dapat diambil daun yang terdapat di ujung
tanaman (pucuk). Apabila ulat sutera yang dipelihara cukup banyak,
maka perlu dibuat kebun khusus untuk penyediaan daun bagi ulat kecil.
Luas kebun untuk ulat kecil 10 15 % dari seluruh kebun yang ada.
Cara pemanenan daun untuk ulat kecil adalah sebagai berikut :

atas

Pemangkasan tunas bagian

Untuk persiapan pemotongan tunas, tanaman dipangkas 2 3 bulan


sebelumnya. Kira-kira

25 30 hari sebelum hakitate (pemberian

makan pertama bagi ulat sutera) Tunas yang tumbuh pada bagian
atas cabang tanaman, dipotong 15 cm dari atas (pucuk). Daun yang
masih ada di bagian bawah tunas dipetik sekali. Pemetikan daun
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya luka
pada tunas. Beberapa hari kemudian dari bekas pangkasan dan

pemetikan akan tumbuh tunas muda yang sangat cocok untuk ulat
kecil.

cabang

Pemangkasan

Tanaman Murbei yang telah dipersiapkan untuk penyediaan daun


bagi ulat kecil dipangkas 2 3 bulan sebelumnya. Kira-kira 25 30

hari sebelum hakitate (pemberian makan pertama bagi ulat sutera),


cabang-cabang yang tumbuh dipangkas 30 cm dari batang pokok
dan daun yang tertinggal dibiarkan. Tunas yang tumbuh dari cabang
yang dipangkas dapat digunakan sebagai pakan bagi ulat kecil.
Teknik ini menghasilkan tunas yang lebih sedikit dibandingkan teknik
pemotongan tunas bagian atas, namun tunas yang dihasilkan lebih
besar dan panjang. Untuk instar I daun yang diambil adalah daun
yang berada di bagian atas tunas, dan daun selebihnya dapat
diberikan pada ulat instar II dan III.
Setelah dipangkas, tanaman Murbei segera dipupuk Nitrogen dengan dosis
200 Kg/Ha/tahun.
-

Penyediaan daun untuk ulat besar


Ulat besar membutuhkan daun Murbei dalam jumlah yang cukup banyak
dalam rangka pertumbuhan dan pembentukan kelenjar sutera dalam
tubuhnya. Kualitas dan kuantitas daun Murbei yang baik sangat
menentukan produksi kokon ulat sutera.
Pemangkasan dalam rangka penyediaan daun untuk ulat besar
dilakukan dalam beberapa tahapan :

Pangkasan pada tahun


pertama
Tujuan pemangkasan pada tahun pertama adalah untuk membentuk
batang pokok yang baik dan pertumbuhan perakaran yang kuat.
Pangkasan ini merupakan dasar bagi pertumbuhan Murbei pada
tahun-tahun berikutnya. Pangkasan pada tahun pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 9 12 bulan. Cabang-cabang tanaman
Murbei dipangkas 50 cm dari permukaan tanah.

sedang

Pangkasan

Setelah tanaman Murbei berumur 2 tahun, produksi daunnya mulai


banyak. Pada saat inilah dapat dilakukan teknik pangkasan sedang.
Pangkasan sedang dilakuan dengan memangkas cabang-cabang
tanaman setinggi 50 100 cm dari permukaan tanah. Teknik ini

dilakukan satu tahun sekali. Agar hasil pangkasan dapat digunakan


sebagai pakan bagi ulat besar, pangkasan dilakukan 2 3

bulan

sebelum pemeliharaan ulat sutera karena daun Murbei yang baik


bagi ulat besar adalah daun yang berumur pangkas 2 3 bulan.

Pangkasan tunas tingkat


pertama
Setelah pangkasan sedang dilaksanakan, maka untuk periode
pemeliharaan selanjutnya tunas-tunas Murbei sepanjang 5 6 mata
dipangkas dari bekas pangkasan sedang. Dari hasil pangkasan
tersebut akan tumbuh cabang-cabang baru, yang daun-daunnya
setelah berumur 2 3 bulan sangat cocok bagi ulat besar.

kedua

Pangkasan tunas tingkat

Dalam periode pemeliharaan selanjutnya, tanaman Murbei dipangkas


lagi sepanjang 5 6 mata dari bekas pangkasan tunas tingkat
pertama. Cabang-cabang yang baru setelah berumur 2 - 3 bulan
akan menghasilkan daun yang cocok bagi ulat besar.
Setelah pemangkasan, tanaman Murbei dipupuk Nitrogen dengan
dosis
200 kg/Ha/tahun.
2. Pangkasan Pemeliharaan
-

Kabunaosi
Pemangkasan ini bertujuan untuk merapikan tanaman Murbei setelah
dilakukan pemangkasan sehingga mempunyai tinggi cabang yang sama.
Kegiatan ini dimaksudkan agar produksi daun lebih banyak serta
mencegah timbulnya hama.

Kabusage

Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman Murbei yang terserang hama


penggerek batang atau hama/penyakit lainnya. Teknik pemangkasan
dilakukan

dengan

pemotongan

batang

pokok

yang

terserang

hama/penyakit setinggi 10 20 cm dari permukaan tanah. Dengan


pemangkasan

batang

pokok,

diharapkan

hama/penyakit

yang

menyerang tanaman Murbei musanah. Selain itu tujuan Kabusage


adalah untuk meremajakan tanaman Murbei. Kabusage dengan tujuan
meremajakan tanaman Murbei minimal dilakukan setiap 5 tahun sekali.

Kabukirei
Pemangkasan ini bertujuan memangkas cabang yang kecil dan tidak
produktif sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Cabang yang
tersisa diharapkan akan tumbuh dengan baik. Selain itu cabang yang
terserang penyakit juga dibuang agar penyebaran penyakit bisa ditekan.

Gambar 15. Penyediaan daun untuk ulat kecil

Gambar 16. Penyediaan daun untuk ulat besar

Gambar 17. Pemangkasan kabusage

Anda mungkin juga menyukai