Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

OS AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
OD MIOPIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:
Agung Ravi Saputra Sangadji
01.210.6072
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERRAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
OS AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
OD MIOPIA

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal: Mei 2015

Disusun oleh:
Agung Ravi Saputra Sangadji
01.210.6072

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M

dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M

1. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Nn. Anita

Umur

: 17 tahun

Alamat

: Jl. Sonobogan RT 1 RW 7

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Tanggal Poli

: 18 Mei 2015

2. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 18 Mei 2015 jam 11.00
dengan keluhan utama mata kiri untuk melihat jauh kabur dan pusing.
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik Mata RST dr. Soedjono
Magelang dengan keluhan mata kiri untuk melihat jauh kabur dan
pusing, keluhan tersebut dirasakan meskipun sudah menggunakan
kacamata. Pasien merasakan keluhan tersebut terutama pada saat di
kelas duduk di bangku belakang, maka pada saat itu pasien akan
susah untuk membaca tulisan di papan tulis dan kemudian pasien
menggunakan mata kanan nya saja untuk membaca jauh. Selain itu
juga pasien merasakan matanya lelah apabila terus-terusan melihat
jauh. Pasien menyangkal melihat cahaya silau, melihat dekat kabur,
melihat halo, dan mata tidak mengeluarkan kotoran.
Pasien mengaku sudah mulai menggunakan kaca mata
sejak 3 tahun yang lalu, dan sudah 2 kali mengganti kacamata.
Kacamata sebelum nya adalah OD S -1,0 OS S-2,5

b. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat menggunakan kacamata (+)
Riwayat trauma (-)
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat menggunakan kacamata (+)
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Cukup
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Status gizi
: Baik
Tanda Vital
1. Tekanan darah
: 120/80mmHg
2. HR
: 78 x/menit
3. Suhu
: 36,3 C
4. RR
: 20 x/menit
Status generalis dalam batas normal

b. Status Ophthalmicus

OD

OS

Visus

6/9 S -1.00 6/6

3/60 S -5.00
6/12 NBC

Bulbus Oculi
Gerak bola mata
Strabismus
Eksoftalmos

Segala arah
Tidak ditemukan
-

Segala arah
Tidak ditemukan
-

Pemeriksaan

Endoftalmos

Suprasilia
Kedudukan
Jaringan parut
Palpebra

Benjolan

Edema

Hiperemi

Blefarospasme

Pseudoptosis

lagoftalmus

Margo palpebra:

Entropion
Ektropion
Silia:
Trikiasis
Tanda radang

Konjungtiva
Hiperemi
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Sekret
Kista
Bangunan patologis
Sklera
Warna
Laserasi
Kornea
Kejernihan
Kecembungan
Infiltrat
Ulkus
Sikatrik

Simetris
-

Simetris
-

putih
-

putih
-

Jernih
Cembung
-

Jernih
Cembung
-

Cukup dalam
-

Cukup dalam
-

COA
Kedalaman
Hipopion
Hifema
Iris
Warna
Kripta
Sinekia
Pupil
Letak
Bentuk
Diameter
Reflek pupil L/TL
Lensa
Kejernihan
Corpus Vitreum
Fundus Reflek
Funduskopi

Coklat
+
-

Coklat
+
-

Sentral
Lingkaran
3 mm
+/+

Sentral
Lingkaran
3 mm
+/+

Jernih

Jernih

Jernih

Jernih

Cemerlang

Cemerlang

Focus -2
Focus -8
Papil: warna merah Papil: warna merah
jambu, bulat, CDR jambu, bulat, CDR
0,3, Myopic cresent 0,3, Myopic cresent
tidak ditemukan,
tidak ditemukan,
Vasa: AVR 2:3
Vasa: AVR 2:3
Makula: Fovea
Makula: Fovea
reflek (+)
reflek (+)
Retinal bleeding (-) Retinal bleeding (-)
Ablasio retina tidak Ablasio retina tidak
ditemukan, fundus ditemukan, fundus
tigroid tidak
tigroid tidak
ditemukan
ditemukan
Normal

TIO

Normal

4. DIAGNOSA BANDING
1. Oculi Dextra
OD Myopia dipertahankan karena pada pada OD awalnya 6/9
dikoreksi menggunakan lensa negatif S -1,00 penglihatan menjadi

6/6.
OD Hipermetropia disingkirkan karena pada hipermetropia
didapatkan keluhan pandangan kabur saat melihat jauh dan dekat.
Koreksi menggunakan lensa sferis positif akan memberikan tajam
penglihatan yang baik, namun pada pasien tajam penglihatan

membaik ketika diberikan lensa sferis negatif.


OD Astigmat Miopia Simpleks disingkirkan karena pada
Astigmat mata pasien dikoreksi menggunakan lensa Cylinder mata
akan melihat lebih jelas, namun pada pasien ini tidak.

2. Oculi Sinistra
OS Ambliopia Anisometropia dipertahankan karena pada
ambliopia ini terjadi perbedaan refraksi yang besar antara kedua
mata. Pada pemeriksaan visus pasien didapatkan visus OD 3/60
S 5,00 6/12 (NBC) dan visus OD awalnya 6/9 dikoreksi
menggunakan lensa negatif S -1,00 penglihatan menjadi 6/6, serta
tidak ditemukan kelainan pada segmen anterior dan posterior bola

mata.
OS Ambliopia Isometropia disingkirkan karena pada ambliopia
ini terjadi kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi dimana
ukurannya hampir sama antara mata kiri dan kanan, sedangkan
pada pasien ini didapatkan perbedaan refraksi antara kedua mata.

OS Ambliopia Strabismik disingkirkan karena pada pasien

tidak terdapat riwayat mata juling pada pasien.


OS Ambliopia Deprivasi disingkirkan karena biasanya terjadi
pada anak dibawah 6 tahun akibat kurang stimulasi penglihatan

pada anak tersebut.


5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
6. DIAGNOSIS KERJA
OD Miopia
OS Ambliopia Anisometropia
7. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Topikal
Tidak diberikan obat topikal
Oral
Vit. A tab 1x1
Parenteral
Tidak diberikan obat parenteral
Operatif
Tidak dilakukan tindakan operatif

Non-medikamentosa
a. Resep kacamata sesua koreksi
OD: S -1,00 OS S -5,00 = Pasien merasa pusing
Dilakukan under correction
OD: OD: S -1,00 OS S -2,00 = Pasien tidak pusing
b. Oklusi
Menggunakan mata yang mengalamai ambliopia untuk melihat,
dengan cara menutup mata yang tidak mengalami ambliopia pada
kasus ini yaitu mata kanan pasien. Kemudian menurut Amblyopia
Treatment Studies dilakukan patching (penutupan mata selama)

selama 2 jam/hari yang dikombinasi dengan membaca dekat


selama 1 jam/hari.
8. PROGNOSIS

VOD

VOS

Quo ad visam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad sanam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad kosmeticam

bonam

Bonam

Quo ad vitam

bonam

Bonam

9. EDUKASI
Untuk miopia
Menjelaskan pada pasien bahwa dirinya mengalami rabun jauh,
dimana mata kiri minusnya jauh lebih tinggi daripada mata yang
kanan, sehingga mata yang digunakan untuk melihat adalah mata
yang kanan dan itu menyebabkan mata kiri nya menjadi mata

malas.
Memberitahukan pada pasien agar kacamata selalu dipakai , agar

tidak menambah derajat minus.


Jika pasien sudah berumur lebih dari 20 tahun maka bisa dilakukan
operasi laser.

Untuk ambliopia

Melakukan latihan pada mata dengan menutup mata sebelah kiri


selama 2 jam / hari dikombinasi dengan membaca dekat selama 1
jam/hari.

10. RUJUKAN
Pasien tidak dirujuk ke bagian spesialis lain
10. KOMPLIKASI
Miopia: Ablasio Retina

AMBLIOPIA

Pendahuluan
Amblyopia lebih dikenal dengan sebutan Lazy Eye (mata malas). Mata malas atau
Amblyopia adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan penglihatan yang
tidak bisa dibantu meskipun menggunakan kacamata maupun lensa kontak.
Amblyopia tidak disebabkan karena adanya kesalahan pada mata. Pada kondisi
ini, otak tidak tidak sepenuhnya melakukan fungsinya dalam menggambarkan
objek yang dilihat oleh mata. Amblyopia hampir selalu terjadi hanya pada satu
mata saja, tapi di beberapa kasus sangat jelas menunjukkan bahwa amblyopia
mempengaruhi penglihatan pada kedua belah mata. Sebagian besar penderita
Amblyopia adalah anak-anak.
Penyembuhan Amblyopia sendiri banyak dilakukan pada tahun pertama ketika
seseorang di diagnosis menderita Amblyopia ketika mata masih dapat berkembang
dengan baik.
Amblyopia adalah kondisi neurogikal bawaan atau karena sebab di atas. Otak
akan menghalangi mata untuk melihat objek secara jelas dan proses tersebut dapat
menyebabkan penurunan permanen pada penglihatan yang tidak dapat ditolong
dengan kacamata, lensa kontak atau operasi lasik sekalipun. Kebanyakan orang
tua dan anak dapat secara dini mencegah kondisi ini, dengan menjaga kondisi
mata dari penyakit yang sangat sulit disembuhkan.
Kedua mata harus menerima objek benda yang dilihat dengan jelas selama masa
awal penglihatan (pada anak hingga usia 6 tahun). Semua hal yang menghalangi
penglihatan yang jelas pada mata selama masa tersebut diakibatkan karena
Amblyopia. Pada umumnya penyebab Amblyopia adalah Atrabismus konstan
(bola mata turun sebelah), Anisometropia (penglihatan yang berbeda), adanya
penyumbatan pada mata karena trauma dan kelopak mata yang layu.
Anisometropia adalah penyebab utama amblyopia, dan banyak penelitian
menginformasikan bahwa ia sering tidak terdiagnosa dan tertangani. Untuk
membantu faktor-faktor risiko amblyopia (kekeruhan media refraksi, strabismus
dan atau kesalahan refraksi), The vision screening committee of the American
Association forPediatric Ophthalmology and Strabismus (AAPOS) telah
mengembangkan petunjuk (guidelines) skrening penglihatan. Seorang anak yang

memenuhi criteria kegagalan ini harus dirujuk untuk menjalanai evaluasi


oftamologik untuk mencegah amblyopia.
Waktu yang tepat saat memberikan kacamata yang dapat mengkoreksi
anisometropia yang nyata masih belum jelas. Namun, umur anak, tipe dan derajat
anisometropia yang dialami oleh seorang anak dapat berguna dalam memprediksi
tindakan yang rasional untuk mengembangkan sistem penglihatan.
Berbagai modalitas terapi amblyopia dan seberapa berhasil terapi ini dalam
mengembalikan penglihatan yang sempurna masih terus digali sampai saat ini.
Adaptasi refraktif, patching enam jam dalam sehari, penggunaan atropin dan
kombinasi atropin dengan optical penalization telah terbukti efektif dalam
menangani amblyopia anisometropia yang moderat. Faktor risiko untuk masingmasing metode, tipe dan derajat anisometropia serta umur pasien dan tajam
penglihatan harus dipertimbangkan kapan memilih rencana terapi terbaik untuk si
pasien.
Patofisiologi
Walaupun terdapat berbagai macam ambliopia, ia dipercaya memiliki mekanisme
dasar yang sama bahkan meskipun masing-masing faktor berperan terhadap tipe
spesifik ambliopia. Pada umumnya, amblyopia dipercaya disebabkan karena
ketiadagunaan dari fovea atau stimulus retina perifer yang tidak adekuat dan/atau
interaksi binokular yang menyebabkan perbedaan input visual dari fovea.
Tiga periode kritis perkembangan visus manusia telah diketahui. Selama periode
ini, penglihatan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam mekanisme untuk bisa
menyebabkan atau membalikkan amblyopia. Tiga periode ini adalah sebagai
berikut :
1.

Perkembangan visus dari kisaran 20/200 sampai menjadi 20/20, yang


terjadi dari kelahiran sampai umur 3-5 tahun.
2.
Periode risiko tinggi munculnya amblyopiam dari umur beberapa bula
sampai 7 atau 8 tahun.
3.
Periode selama penyembuhan amblyopia dapat disembungkan, yaitu
dari periode waktu nomor 2 sampai remaja atau bahkan kadang-kadang
dewasa.
Epidemiologi
Prevalensi amblyopia sangat sulit dinilai dan bervariasi pada berbagai literature,
yang berkisar dari satu sampai tiga persen pada anak sehat dan empat sampai lima

persen pada anak-anak dengan masalah mata. Sebagian besar data menunjukkan
bahwa kira-kira 2% populasi umum menderita amblyopia.
Amblyopia seperti yang ditunjukkan pada Visual Acuity Impairment Survey yang
disponsori oleh National Eye Institute (NEI) merupakan penyebab utama
hilangnya penglihatan monokular pada dewasa yang berumur 20-70 tahun atau
lebih. Prevalensi amblyopia tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Amblyopia was shown in the Visual Acuity Impairment Survey sponsored by
the National Eye Institute(NEI) to be the leading cause of monocular vision loss
in adults aged 20-70 years or older. Prevalence of amblyopia has not changed
much over the years.
Amblyopia merupakan masalah sosioekonomi yang terjadi masyarakat. Banyak
studi menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu hilangnya penglihatan
monokular pada orang dewasa. Lebih jauh lagi, seseorang dengan amblyopia
memiliki risiko yang lebih tinggi menjadi buta karena penyebab potensial dari
sebab lain. Tidak terdapat faktor ras dan jenis kelamin pada kelainan ini. Risiko
yang tinggi ada pada anak-anak yang perkembangannya terlambat seperti lahir
premature, dan atau mempunyai riwayat keluarga amblyopia.
Etiologi
Amblyopia dapat disebabkan oleh banyak kelainan yang mendahului. Sebagian
besar penyebab tersebut antara lain :
1.

2.
3.
4.
5.

Anisometropia. Amblyopia jenis ini lebih sering terjadi pada pasien


anisohipermetropia daripada anisomyopia. Hiperopia anisometropia derajat
ringan, seperti 1-2 dioptri, dapat menginduksi amblyopia. Pada myopia, miopia
anisometropia sampai -3 dioptri biasanya tidak menyebabkan amblyopia.
Hipermetropia anisometropia 1,5 dioptri atau lebih besar adalah faktor risiko
jangka panjang untuk perburukan tajam penglihatan setelah terapi oklusi
Strabismus. Insidensi amblyopia lebih besar pada pasien estropia
dibandingkan dengan eksotropia
Pasien yang suka memfiksasi satu mata. Hal ini menyebabkan inhibisi
input visual ke jalur retinokorteks.
Strabismic anisometropia. Pasien ini menderita strabismua yang
berhubungan dengan anisometropia.
Defisit
visual.
Amblyopia
dapat
disebabkan
oleh diuse atau understimulation retina. Kondisi ini dapat bersifat unilateral
atau bilateral. Contohnya seperti katarak, kekeruhan kornea, ptosis dan
pembedahan penutupan kelopak mata.

6.

Organik. Kelainan struktur retina atau nervus optikus dapat saja terjadi.
Amblyopia fungsional dapat bersuperimposisi dengan kelainan visual organik.
Diagnosis
Anamnesis
Hal ini diperlukan untuk mencari riwayat kelainan sebelumnya. Perlu pula
dicari informasi riwayat bedah mata sebelumnya. Sebagai tambahan informasi
rutin, penggalian informasi mengenai riwayat strabismus dalam keluarga atau
masalah mata lain adalah sangat penting karena keberadaan masalah mata tersebut
dapat merupakan faktor predisposisi terjadi amblyiopia pada anak-anak.
Pemeriksaan fisik

1.

1.

1.

2.

3.

Pemeriksaan visus
Diagnosis amblyopia biasanya memerlukan dua garis perbedaan tajam
penglihatan yang bermakna antara kedua mata; namun definisi ini masig
membingungkan dan perbedaan yang hanya sedikit sering terjadi.
Crowding phenomenon : karakteristik yang umum terjadi pada mata
amblyopia adalah kesulitan dalam membedakan optotipe yang saling
berdekatan. Visus sering lebih baik ketika pasien dihadirkan huruf tunggal
daripada sebaris huruf.
Tes pada anak yang belum bisa bicara.
Kesukaan memfiksasi mata lebih mudah dinilai terutama ketika
terdapat strabismus.
Induced tropia test dapat dilakukan dengan cara memegang prisma 10
dioptri pada kasus orthophoria atau microtropia.
Pada bayi yang matanya terfiksasi silang, yaitu dengan cara
memberikan perhatian ketika perpidahan fiksasi (fixation switch) terjadi. Jika
ini terjadi mendekati posisi primer, maka visusnya sama pada kedua mata.
Sensitifitas kontras (contrast sensitivity). Mata amblyopia strabismus
dan anisometropia mengalami kehilangan ambang sensitifitas kontras yang
nyata, terutama pada frekuensi spasial yang besar. Kehilangan ini
meningkatkan perburukan amblyopia.
Neutral density filters. Pasien dengan amblyopia strabismus
mempunyai visus yang lebih baik atau hanya mengalami sedikit penurunan
ketika diuji dengan neutral density filters dibandingkan mata normal. Hal ini
tidak ditemukan pada pasien dengan amblyopia anisometropia atau penyakit
organik.
Fungsi binokular. Amblyopia biasanya berhubungan dengan perubahan
pada fungsi binokular atau stereopsis.

4.

Eccentric fixation. Beberapa pasien dengan amblyopia dapat secara


konsisten memfiksasi mata dengan menggunakan daerah nonfovea retina di
bawah penggunaan monokular mata yang amblyopia. Mekanismenya belum
diketahui. Hal ini dapat didiagnosis dengan cara memegang lampu fiksasi pada
garis tengah di depat pasien dan memintanya untuk memfiksasi pada titik ini
ketika mata normal ditutup. Refleksi dari cahaya tersebut tidak akan
dipusatkan.
5.
Refraksi. Refraksi sikloplegik harus dilakukan pada semua pasien,
dengan menggunakan retinoscopy untuk mendapatkan refraksi yang objektif.
Pada sebagian besar kasus, semakin hiperopia atau astigmatis sebuah mata
maka semakin besar kemungkinan mata tersebut menjadi amblyopia.
Pemeriksaan Penunjang
Jika timbul kecurigaan adanya sebab organik penurunan penglihatan dan
pemeriksaan mata menunjukkan normal, investigasi lebih jauh terhadap retina
atau nervus optikus harus dilakukan. Pemeriksaan lain yang memerlukan
pencitraan sistem visual adalah melalui CT scan, MRI, dan fluorescein
angiography untuk menilai retina.
Pemeriksaan histologik pada nukleus genikalatum lateral pada anak kucing
dengan amblyopia telah menunjukkan keadaan sel tersebut, yang mana sel yang
menerima input dari mata yang terganggu mengalami pengecilan (atrofi),
sedangkan sel yang menerima input dari mata yang tidak terganggu mengalami
pembesaran.
Penatalaksanaan
Para klinisi pertama-tama harus mencari sebab organik dan menangani masalah
yang mengganggu penglihatannya. Penatalaksanaan anisometropia dan kelainan
refraktif harus menjadi prioritas selanjutnya. Mata yang amblyopia harus
mendapatkan koreksi optikal yang paling akurat sebisa mungkin. Hal ini
dilakukan sebelum terapi oklusi karena penglihatan dapat diperbaiki hanya dengan
kacamata. Refraksi sikloplegik penuh harus diberikan kepada pasien dengan
esotropia akomodasi dan amblyopia. Koreksi refraktif sendiri dapat
menyembuhkan amblyopia pada kira-kira sepertiga populasi anak-anak.
Langkah selanjutnya adalah rencana terapi oklusi. Terapi oklusi adalah terapi
pilihan utama sejak abad ke-18. Berikut petunjuk umum terapi oklusi.

Patching dapat bersifat full-time atau part-time.

Pertimbangkan selalu rendahnya compliance pada anak yang visusnya


tidak mengalami perbaikan. Compliance sangat sulit diukur namun merupakan
faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi.
The Amblyopia Treatment Studies telah membantu mendefinisikan
peranan full-time patchingdan part-time patching pada pasien dengan
amblyopia. Studi tersebut menunjukkan bahwa pada pasien yang berumur 3-7
tahun dengan amblyopia berat (visus antara 20/100 sampai 20/400),full-time
patching menghasilkan efek yang sama dengan 6 jam patching per hari. Pada
studi yang terpisah, 2 jam patching per hari menghasilkan perbaikan visus
sama dengan 6 jampatching per hari ketika digunakan untuk menangani
amblyopia moderat (visus lebih baik dari 20/100) pada anak yang berumur 3-7
tahun.
Amblyopia Treatment Studies juga menyediakan data untuk pasien yang
lebih tua. Untuk pasien yang berumur 7 sampai kurang dari 13
tahun, Amblyopia
Treatment
Studiesmenginformasikan
bahwa
2-6
jam patching per hari dapat memperbaiki visus bahkan bila amblyopia
sebelumnya telah ditangani. Untuk pasien yang berumur 13 tahun sampi
kurang dari 18 tahun, menjalankan 2-6 jam patching per hari dapat
memperbaiki visus ketika amblyopia sebelumnya belum ditangani, namun ia
hanya memiliki sedikit keuntungan bila amblyopia telah ditangani sebelumnya.
The Amblyopia Treatment Studies juga telah menemukan bahwa
seperempat populasi anak-anak dengan amblyopia yang telah berhasil
ditangani dapat mengalami rekurensi dalam tahun pertama setelah penghentian
terapi. Data dari studi ini mengisyratkan bahwa pasien yang ditangani dengan
enam jam atau lebih patching memiliki risiko rekurensi yang lebih besar
ketikapatching dihentikan secara mendadak dibandingkan dikurangi setiap 2
jam sebelum penghentian.
Pada masa lalu, terapi penalisasi (penalization) dilakukan untuk anak yang tidak
menggunakan patchingatau pada anak yang compliancenya merupakan sebuah
masalah. The Amblyopia Treatment Studies, telah menunjukkan bahwa penalisasi
atropine pada pasien dengan amblyopia moderat (didefinisikan dengan visus yang
lebih baik dari 20/100) sama efektifnya dengan patching. Studi tersebut dilakukan
pada anak-anak berumur 3-7 tahun.
The Amblyopia Treatment Studies juga telah menunjukkan bahwa pemberian
atropin mingguan memberikan sebuah perbaikan pada visus sama dengan
pemberian atropin harian ketika digunakan menangani amblyopia pada anak-anak
berumur 3-7 tahun. Atropin drop atau ointment diberikan pada mata yang tidak
amblyopia. Terapi ini kadang-kadang digunakan dalam hubungannya
dengan patching.
PadaThe
Amblyopia
Treatment
Studies yang
menilai patching dengan
penalisasi
atropin,
penalisasi
atropin

danpatching digunakan dalam hubungannya dengan aktifitas visual jarak dekat


dalam waktu 1 jam. Tehnik ini juga digunakan untuk terapi maintenance, yang
berguna terutama pada pasien dengan amblyopia ringan.
Pilihan terapi lain meliputi optical blurring dengan lensa kontak atau peningkatan
segmen bifokal. Tujuan terakhir terapi adalah adanya perubahan spontan fiksasi
atau kesamaan visus pada kedua mata. Ketika visus mata telah
stabi, patching dapat dikurangi secara perlahan-lahan, tergantung tendensi apakah
amblyopia tersebut dapat kambuh kembali.
Karena amblyopia dapat kambuh kembali pada sebagian besar kasus,
terapi maintenance atau taperingsangat perlu dipikirkan. Penatalaksanaan
Prognosis
Setelah satu tahun, kira-kira 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah uji
coba pertama terapi oklusi mereka. Pasien dengan anisometropia berat dan pasien
dengan kelainan organik mempunyai prognosis yang buruk. Pasien dengan
amblyopia strabismus mempunyai hasil yang paling baik. Semakin muda pasien
maka semakin baik prognosisnya. Lalu semakin baik visus awal pada mata
amblyopia maka semakin bagus pula prognosisnya

MIOPIA
1 DEFINISI
Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinarsinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan
retina. Sehingga untuk meletakkan bayangan di retina maka titik terjauh harus
lebih dekat ke bola mata dibandingkan dengan orang normal. Untuk
mengoreksinya dengan lensa sferis negatif terkecil (American Academy of
Ophthalmology,2009-2010)
2 KLASIFIKASI
Bentuk miopia menurut penyebabnya :
a. Miopia aksial
Panjang aksial bola mata lebih panjang dari normal, walaupun kornea dan
kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopia
dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak
normalnya besar segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan
exaggerated cincin scleral, dan staphyloma posterior.
b. Miopia refraktif
Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi kekuatan refraksi
mata lebih besar dari normal
Hal ini dapat terjadi pada :
-Miopia kurvatura
Mata memiliki panjang aksial bola mata normal, tetapi kelengkungan
dari kornea lebih curam dari rata-rata, misal : pembawaan sejak lahir atau
keratokonus,

atau

kelengkungan

lensa

bertambah

seperti

pada

hyperglikemia sedang ataupun berat, yang menyebabkan lensa membesar.


-Miopia karena peningkatan indeks refraksi

Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan


permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan
penyebab umum terjadinya miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa
meningkatkan index refraksi, dengan demikia membuat mata menjadi miopik
Miopia karena pergerakan anterior dari lensa
Pergerakan lensa ke anterior sering terlihat setelah operasi glaukoma
dan aka meningkatkan miopik pada mata
Secara klinis beberapa bentuk miopia ditetapkan sebagai berikut :
1. Miopia Fisiologis
Sering disebut dengan simpel miopia atau school myopia yang
berhubungan dengan proses pertumbuhan normal dari tiap-tiap komponen
refraksi dari mata. Akibat dari proses ini menimbulkan miopia ringan dan
sedang
2. Miopia Patologis
Disebut juga Malignant, Progressive atau Degenerative myopia. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan panjang aksial bola mata yang berlebihan,
sedangkan komponen lain dari mata pertumbuhannya normal.
Berdasarkan saat usia mulai terjadinya miopia dibagi dua yaitu :
1. Miopia yang timbul pada saat usia anak-anak
Miopia ini timbul pada usia antara 7 hingga 16 tahun, hal ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan dari panjang aksial bola mata. Semakin dini
usia timbulnya miopia maka semakin besar proses pertambahan miopianya
2. Miopia yang timbul pada usia dewasa
Miopia ini timbul berkisar usia 20 tahunan. Terlalu banyak mambaca
dekat merupakan faktor resiko untuk berkembangnya miopia pada usia ini
(Khurana,2007)
Derajat miopia diukur oleh kekuatan korektif lensa sehingga bayangan
dapat jatuh di retina, yang dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Miopia ringan : -0.25 D s/d -3.00 D
2. Miopia sedang : -3.25 D s/d -6.00 D

3. Miopia tinggi : > -6.00 D


3 ETIOLOGI
Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis
bola mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain.
Begitu juga perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan
menimbulkan miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis
bola mata. Beberapa hal yang dikaitkan atau diperkirakan sebagai etiologi
miopia adalah :
1. Herediter
2. Penyakit sistemik
3. Kelainan endokrin
4. Malnutrisi, defisiensi vitamin dan mineral tertentu
5. Penyakit mata
6. Gangguan pertumbuhan
7. Lingkungan (iluminasi)
8. Kerja dekat yang berlebihan
9. Pemakaian kaca mata yang tidak sesuai
10. Sikap tubuh yang tidak sesuai
4 GAMBARAN KLINIS
Gejala subjektif
Penglihatan jauh kabur, sedangkan untuk dekat tetap terang. Kadangkadang pada daerah lapangan pandangan ia melihat seperti benang-benang,
dan lain-lain disebabkan oleh jaringan retina perifer mengalami proses
degenerasi dan terlepas dalam corpus vitreum (muscae volitantes). Pada
miopia tinggi , punctum remotum terletak lebih dekat maka titik terjauh
masih terang terlihat sehingga ia harus berkonvergensi lebih banyak dari pada
biasa sehingga akan menimbulkan astenopia oleh konvergensi yang
berlebihan (astenopia konvergensi)
Gejala objektif

1. Diameter kornea lebih besar


2. Bilik mata depan lebih dalam
3. Iris tremulans
4. Pupil dilatasi
5. Vitreus floaters
6. Pada miopia aksial terlihat perubahan pada fundus okuli misalnya
tigroid fundus dan myopic crescent
5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan miopia terbagi menjadi
1. Terapi optikal
Miopia bisa dikoreksi dengan kacamata spheris negatif atau lensa
kontak sehingga cahaya yang sebelumnya difokuskan didepan retina dapat
jatuh tepat di retina.

2. Terapi bedah
Seiring dengan semakin berkembangnya tehnik operasi dan semakin
banyaknya orangyang lebih memilih operasi dibandingkan dengan memakai
kacamata ataupun lensa kontak. Sekarang telah dilakukan banyak prosedur
operasi untuk mengkoreksi kelainan refraksi seperti miopia secara permanen.
Setelah operasi penderita miopia akan mendapatkan tajam penglihatan sampai
20/40 bahkan sampai 20/20 (American Academy of Ophthalmology,20092010)
Beberapa tehnik operasi yang telah digunakan untuk mengatasi kelainan
refraktif miopia ini,
diantaranya :
Epikeratophakia
Radial keratotomy (RK)
Photo-refractive keratotomy (PRK)
Laser Insitu Keratomileusis (LASIK)
Clear lens extraction in unilateral high myopia
Phakic IOL

6 KOMPLIKASI
1. Retinal detachment
2. Katarak komplikata
3. Perdarahan vitreus
4. Perdarahan koroid
5. Strabismus divergen

Anda mungkin juga menyukai