HIDROLOGI
1.1 Potensi Air Permukaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan potensi air permukaan
di wilayah Kabupaten Jayawijaya terdapat di beberapa tempat, yaitu:
a. DAS Baliem,
b. DAS Lorentz,
c. DAS Taritatu Tengah, dan
d. DAS Sobger.
Selain itu juga adanya pemanfaatan sumber air permukaan berupa
mata air terdapat di Distrik Napua, Distrik Walesi, Distrik Kurulu, Distrik
Libarek, Distrik Wollo, Distrik Siepkosi, Distrik Asologaima, Distrik Pyramid,
Distrik Yalengga; serta pemanfaatan sumur gali terdapat di Distrik
Wamena, Distrik Wouma dan Distrik Hubikiak. Keberadaan Danau Habema
dengan luasan mencapai 2.461 Ha yang terdapat di Distrik Walaik juga
merupakan sumber air permukaan potensial.
1.2 Cekungan Air Tanah (CAT)
Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Dari luas
Papua yang mencapai 421.981 km, terdapat 40 CAT yang menempati
sekitar 62% dari total luas Papua, yaitu sekitar 262.870 km. Di Provinsi
Papua, CAT berjumlah 23, sedangkan selebihnya berada di Provinsi Papua
Barat. Keberadaan CAT ini merupakan salah satu potensi sumber daya
alam yang terkandung dalam perut bumi Papua sehingga harus dipelihara
dan dijaga kelestariannya. Adapun di Kabupaten Jayawijaya teridentifikasi
adanya CAT, yakni CAT Wamena.
1.3 Pelayanan Air Minum
Sistem penyediaan air minum oleh PDAM di Distrik Wamena
didistribusikan berasal dari sumber air baku air permukaan, yaitu Sungai
Wamena dan dari mata air Napua. Jumlah air yang diproduksi adalah 42
liter/detik. Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Jayawijaya di Distrik
Wamena sampai tahun 2009 baru mencapai 27 % dengan jumlah
pelanggan aktif 610 sambungan rumah. Tingkat kebocoran mencapai 36
%. Kebocoran diakibatkan sebagian jaringan distribusi yang ada tidak
berfungsi dengan baik dan tanpa perawatan yang layak. Permintaaan
pelayanan air minum terus meningkat yang ditunjukkan dengan data
daftar tunggu sambungan baru adalah 4.300 sambungan rumah. Kualitas
air
minum
yang
didistribusikan
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
yang banyak kita temukan di daerah Kurulu terutama di daerah mata air
asin ini.
Secara megaskopis di sekitar daerah mata air asin Kurulu ini banyak
ditemukan fosil-fosil yang terdapat di daerah ini. Hal ini dapat pula
diindikasikan bahwa air asin yang terdapat di daerah Kurulu ini
merupakan air purba (connate water) atau air yang terbentuk atau terjadi
pada saat air laut surut, namun hal ini perlu penelitian lebih detail untuk
menentukan umur maupun proses pembentukannya.
Air tanah dengan kadar garam tinggi yang dapat mencapai sepuluh
kali lipat dari kadar garam yang terdapat pada air laut, secara umum
dapat dijumpai pada Batuan Sedimen. Air tanah ini tidak selalu terkait
dengan
aktifitas
vulkanis
maupun
aktifitas
laut
yang
ada.
Tanpa
memperhatikan asalnya, air ini dikenal sebagai air bentukan. Ketika air
tanah ini menyembul ke permukaan ia akan menjadi mata air dengan
kadar garam tinggi. Lokasi ini sangat jauh dari samudra/lautan karena
terletak di kaki Pegunungan Jayawijaya tidak ada aktifitas vulkanik di
sekitar kawasan tersebut (Edi Prasetyo, 2003).
2. GEOLOGI
2.1 Data-data Batuan
Data-data batuan di bawah ini diperoleh dari Peta Geologi Lembar
Wamena, Irian Jaya yang disusun oleh U. Sukanta, S. Wiryosujono dan A. S
Hakim tahun 1995, serta Peta Geologi Lembar Rotanburg (Idenburg Barat)
yang disusun oleh B. H. Harahap dan Y. Noya tahun 1995 yang semuanya
merupakan pegawai Pusat Penelitian Pengembangan Geologi.
Aluvium (Qa):
Aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
dari batu gamping, batu pasir kuarsa dan batu lanau gampingan.
Batu gamping umumnya pasiran dan oolitan. Napal dan biokalkarenit
merah kecoklatan biasanya dolomitan dan jarang glaukonitan, kelabu
kebiruan
dan
merupakan
sisipan.
Bentang
alam
satuan
ini
ini
mengelilingi
Wamena
di
sebelah
Barat
Utara terdiri dari batu pasir, putih kelabu, mudah diremas, tersusun
oleh kuarsa, terpilah sangat baik, berlapis sangat baik, perairan
sejajar, perairan silang siur, dan jarang gampingan. Setempat
terdapat sisipan lempung. Tebal satuan ini diperkirakan 1000 m dan
terendapkan di lingkungan pantai atau delta. Satuan ini berumur
Kapur Akhir.
ke Timur terdiri dari batu lempung dan serpih. Kedua batuan ini
umumnya berselang-seling. Batu lempung, hijau kelabu kehitaman,
dan disisipi tipis oleh serpih kelabu. Batu pasir terdapat di bagian
tengah setebal kurang dari 10 m. Batu pasir halus, terpilah sedang,
lempungan dan glaukonitan. Pada batu pasir dan lempung ditemukan
jejak fosil. Umur satuan ini disetarakan dengan satuan yang terdapat
di lembar
batu pasir, batu lumpur, batu gamping. Batu pasir, kelabu, pejal,
keras, menyudut hingga membulat tanggung, berbutir menengah,
terpilah baik, mengandung karbon dan buncak gampingan. Batu
gamping, putih kelabu, mikritan, oolitan, dan dolomitan, berselang
seling dengan batu lumpur, kelabu kehitaman, berlapis baik dan batu
gamping semakin dominan di bagian atas. Fosil daun ditemukan pada
batu lempung. Singkapannya terdapat di Ninia, sebelah Timur
Wamena. Satuan ini tertindih tak selaras oleh Formasi Tipuma dan
dibatasi bidang sesar oleh Formasi Tuaba. Satuan ini terendapkan di
lingkungan pasang. Secara regional, satuan ini disetarakan dengan
Kelompok Aifam yang berumur Permo Karbon. Tebal diperkirakan
lebih dari 1000 m.
terdiri dari batu lanau dan batu lumpur malih. Kedua batuan ini
sangat keras, banyak urat kuarsa mengisi rekahan. Lipatan bersudut
tajam sangat umum ditemukan. Tertutup tak selaras oleh Formasi
Aiduna dan Dolomit Modio . Formasi ini diperkirakan berumur Silur
Devon setara dengan Formasi Kemum di Kepala Burung. Tebal
diperkirakan lebih 1000 m. Diendapkan dalam lingkungan laut
dangkal.
3. KERAWANAN BENCANA
3.1
Bencana
Kondisi alam di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya
Undang-Undang
Nomor
24
tahun
2007
tentang
Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus
sepanjang hari.
Pendangkalan sungai,
Distrik
Musatfak,
Distrik
Asologaima,
Distrik
Silokarnodoga,
Distrik
Pyramid, Distrik Wamena, Distrik Wita Waya, Distrik Libarek, Distrik Pisugi,
Distrik Siepkosi, Distrik Kurulu, dan Distrik Usilimo, sedangkan kawasan
rawan longsor meliputi Distrik Asotipo, Distrik Asolokobal, Distrik Walesi,
Distrik Trikora, Distrik Ibele, Distrik Wadangku, Distrik Kurulu, Distrik Ibarek
dan Distrik Pyramid.
Jalur evakuasi bencana banjir di Kabupaten Jayawijaya, meliputi:
B Kegempaan
Jalur rawan gempa Indonesia berdasarkan Teori Tektonik Lempeng
akan selalu mengikuti pola tektonik Indonesia. Fenomena geologi yang
dihasilkan
akibat
dari
penyebaran-penyebaran
pola
pusat
tektonik
gempa
tersebut
dan
adalah
besaran
terdapatnya
gempa
yang
gempa
mempunyai
yang
magnitute
pernah
terjadi
di
Kabupaten
Jayawijaya
umumnya
antara
hingga
sedangkan
6,
oleh
struktur
berarah
BaratlautTimurtenggara.
Struktur
seperti
sesar
Kurima
mungkin
terjadi
hampir
geologi
teknik
merupakan
perangkat
lunak
(ilmu)
untuk
melalui
penyediaan
bangunan
(termasuk
prasarana
umum
mempunyai
kerentanan
menengah
untuk
terjadi
adalah
wilayah
Distrik
Hubikosi
(menengah-tinggi),
Distrik
tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
4. KONDISI PEMANFAATAN LAHAN
Secara garis besar kondisi pemanfaatan lahan yang ada di wilayah
Kabupaten Jayawijaya dapat dibedakan atas: lahan permukiman, padang
rumput, pertanian, lahan kering, semak belukar, tanah terbuka, tubuh air
dan
area
penggunaan
lainnya.
Dominasi
pemanfaatan
lahan
di
Jayawijaya.
Tabel 1.2
Kondisi Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Jayawijaya
Luas Lahan (Ha)
Semak
Belukar/
Alangalang
Perkebun
an
Sawa
h
Tegalan
/
Ladang
Tubu
h Air
Areal
Penggunaan
Lain
(Tanah
Kosong/Gund
ul, Pelabuhan
Udara)
Pertahan
an
Keamana
n
N0 Distrik
Permukima
Hutan
n
Wamena
581,96
229,81
456,142
3,798
556,66
38,82
39,47
2,19
1.908,8
44
Asolokobal
6,92
3.368,3
1
98,90
653,00
13,98
43,13
4.184,2
3
Walelagama
31,35
1.013,4
8
294,17
1.325,2
6
0,021
2.664,2
8
Hubikosi
24,59
889,55
680,41
152,0
0
711,72
22,23
297,12
0,076
2.777,7
3
Pelebaga
6,63
251,10
3.404,7
2
0,32
784,28
33,95
4.481,0
1
Asologima
45,37
666,65
3.111,3
6
575,98
4.401,3
5
Musatfak
9,18
840,98
1.084,41
114,9
9
1.918,4
1
151,6
9
209,17
4.328,8
4
Kurulu
30,19
1.155,2
3
164,75
933,04
1.816,6
6
48,11
4.147,9
7
Jumlah
Perkebun
an
Sawa
h
Tegalan
/
Ladang
Tubu
h Air
Areal
Penggunaan
Lain
(Tanah
Kosong/Gund
ul, Pelabuhan
Udara)
Pertahan
an
Keamana
n
N0 Distrik
Permukima
Hutan
n
2.755,1
6
4.377,6
0
34,58
7.167,3
4
10 Wollo
1.811,7
1
1.836,8
2
3.648,5
3
11 Yalengga
1.303,4
2
50,23
1.353,6
5
12 Trikora
3,57
5.1146,
95
1.113,8
4
143,81
150,2
6
3.722,53
56.280,
96
13 Napua
68,03
407,99
1.484,7
4
210,65
739,65
1,39
2,92
2.914,0
2
14 Walaik
0,036
9.563,2
6
1.172,0
1
611,72
44,52
2.271,35
13.662,
89
15 Wouma
8,58
152,17
267,47
0,97
42,88
1,04
473,11
16 Hubikiak
125,72
600,26
547,78
959,59
64,73
2.369,1
2
17 Ibele
10,86
4.420,9
3
1.112,4
9
211,61
5.755,8
9
18 Tailarek
4,23
9.028,7
6
1.576,2
2
215,69
6,24
438,31
11.269,
45
19 Itlay Hisage
7,21
11.348,
55
2.386,4
9
226,11
22,77
2.052,14
16.043,
28
20 Siepkosi
4,17
13.556,
20
3.509,0
2
1.184,63
789,27
23,54
19.066,
83
21 Usilimo
12,81
1.974,4
0
2.902,7
1
41,17
274,92
75,93
441,43
5.723,3
7
22 Witawaya
4,28
64,61
1.432,75
1.319,1
9
63,31
2.884,1
5
23 Libarek
1.504,9
8
1.113,4
9
43,99
951,92
3.614,3
8
24 Wadangku
7.884,0
3
2.655,1
6
52,03
71,64
10.662,
86
25 Pisugi
0,57
6,90
806,74
901,26
19,23
1.734,7
2
26 Koragi
615,85
615,85
27 Tagime
1.400,6
7
692,67
2.093,3
4
28 Molagalome
204,93
1.041,9
3
9,01
1.255,5
7
29 Tagineri
1.086,0
2
1.003,5
1
2.089,5
2
30 Silokarnodo
ga
3.470,8
6
36,40
51,49
671,48
181,3
8
128,47
4.540,0
8
31 Pyramid
2.789,8
3
101,9
8
2.891,8
1
32 Muliama
6,56
3.017,0
0
4.440,1
8
4,39
1.800,3
4
235,36
9.503,8
3
Bolakme
Jumlah
Perkebun
an
Sawa
h
Tegalan
/
Ladang
Tubu
h Air
Areal
Penggunaan
Lain
(Tanah
Kosong/Gund
ul, Pelabuhan
Udara)
Pertahan
an
Keamana
n
N0 Distrik
Permukima
Hutan
n
33 Bugi
146,63
872,77
1.019,4
0
34 Bpiri
3.245,4
0
1.578,0
8
4.823,4
8
35 Walesi
4,70
5.122,1
3
507,84
345,29
167,51
1,82
3.711,89
9.861,1
5
36 Asotipo
1,71
5.211,2
8
377,52
203,79
12,39
5.806,6
9
37 Maima
17,66
5.448,4
2
11.594,
86
66,42
18,69
82,74
1351,46
18.580,
25
38 Wame
932,72
597,41
1.530,1
3
39 Pepugoba
3.777,8
4
1.834,59
5.612,4
2
40 Wesaput
71,15
287,37
167,66
314,57
52,47
287,37
894,64
Jumlah Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Tata Pemerintahan
Pemerintahan
Tahun
2011
bahwa
jumlah
penduduk
Distrik
Wamena
Asologaima
Kurulu
Musatfak
Asolokobal
Jumlah
Penduduk
24.777
4.792
7.633
5.511
8.169
Jumlah
No
Distrik
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Walelagama
Hubikosi
Pelebaga
Bolakme
Yalengga
Wollo
Trikora
Napua
Walaik
Wouma
Silokarno Doga
Pyramid
Muliama
Usilimo
Wita Waya
Libarek
Wadangku
Pisugi
Welesi
Asotipo
Maima
Itlay Hisage
Siepkosi
Hubikiak
Ibele
Tailarek
Tagime
Molagalome
Tagineri
Koragi
Bugi
Bpiri
Jumlah
Penduduk
5.738
7.818
8.980
8.376
8.031
4.862
5.369
6.146
4.554
5.904
7.006
6.504
7.886
5.602
3.448
3.423
2.978
5.056
5.365
6.987
4.962
6.206
6.409
6.589
6.064
5.208
7.741
4.354
5.988
4.706
5.859
4.027
Wesaput
5.974
39
Wame
3.015
Popugoba
2.973
40
250.990
40
Jumlah
Total
5.2
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Distrik
Wamena
Asologaim
a
Kurulu
Musatfak
Asolokobal
Walelagam
a
Hubikosi
Pelebaga
Bolakme
Yalengga
Wollo
Trikora
Napua
Walaik
Wouma
Silokarno
Doga
Pyramid
Muliama
Usilimo
Wita Waya
Libarek
Wadangku
Pisugi
Welesi
Asotipo
Maima
Itlay
Hisage
Siepkosi
Hubikiak
Ibele
Tailarek
Tagime
Jumlah Penduduk
Tahun 2011 (jiwa)
24.777
2017
37.948
2022
58.120
2027
89.016
2032
136.335
4.792
7.339
11.241
17.216
26.368
7.633
5.511
8.169
11.691
8.441
12.511
17.905
12.927
19.162
27.423
19.799
29.349
42.958
30.324
44.950
5.738
8.788
13.460
20.615
31.573
7.818
8.980
8.376
8.031
4.862
5.369
6.146
4.554
5.904
11.974
13.754
12.829
12,300
7.447
8.223
9.413
6.975
9.042
18.339
21.065
19.648
18.839
11.405
12.594
14.417
10.682
13.849
28.088
32.262
30.092
28.853
17.468
19.289
22.081
16.361
21.211
43.018
49.412
46.089
44.190
26.753
29.543
33.818
25.058
32.487
7.006
10.730
16.434
25.170
38.550
6.504
7.886
5.602
3.448
3.423
2.978
5.056
5.365
6.987
4.962
9.961
12.078
8.580
5.281
5.243
4.561
7.744
8.217
10.701
7.600
15.257
18.498
13.141
8.088
8.029
6.986
11.860
12.585
16.390
11.640
23.367
28.332
20.126
12.388
12.298
10.699
18.165
19.275
25.102
17.827
35.788
43.392
30.825
18.973
18.835
16.386
27.820
29.521
38.446
27.303
6.206
9.505
14.558
22.296
34.148
6.409
6.589
6.064
5.208
7.741
9.816
10.092
9.287
7.976
11.856
15.034
15.456
14.225
12.217
18.158
23.025
23.672
21.786
18.711
27.811
35.265
36.256
33.367
28.657
42.595
N
o
Jumlah Penduduk
Tahun 2011 (jiwa)
Distrik
2022
2027
2032
34
35
36
37
Molagalom
e
Tagineri
Koragi
Bugi
Bpiri
38
Wesaput
5.974
9.150
14.013
21.463
32.872
39
Wame
3.015
4.618
7.072
10.832
16.590
40
Popugoba
2.973
4.553
6.974
10.681
16.359
250.990
391.046
597.850
914.585
1.399.68
7
33
Jumlah
4.354
6.668
10.213
15.643
23.958
5.988
4.706
5.859
4.027
9.171
7.208
8.974
6.168
14.046
11.039
13.744
9.446
21.513
16.907
21.049
14.468
32.949
25.895
32.239
22.158
Distrik
Wamena
Asologaima
Kurulu
Musatfak
Asolokobal
Walelagama
Hubikosi
Pelebaga
Bolakme
Yalengga
Wollo
Trikora
Napua
Walaik
Wouma
Silokarno Doga
Pyramid
Luas
Wilayah
(Km2)
113,85
172,97
187,62
189,43
187,99
147,74
105,97
190,95
339,87
105,58
157,60
876,25
150,24
258,03
48,75
191,54
150,00
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
24.777
4.792
7.633
5.511
8.169
5.738
7.818
8.980
8.376
8.031
4.862
5.369
6.146
4.554
5.904
7.006
6.504
Kepadatan
Penduduk
Per
Km2 (Jiwa/Km2)
224
31
41
29
43
39
74
47
25
76
31
6
41
18
121
37
43
38
Muliama
Usilimo
Wita Waya
Libarek
Wadangku
Pisugi
Walesi
Asotipo
Maima
Itlay Hisage
Siepkosi
Hubikiak
Ibele
Tailarek
Tagime
Molagalome
Tagineri
Koragi
Bugi
Bpiri
Wesaput
Luas
Wilayah
(Km2)
363,27
203,42
149,94
157,27
300,02
109,41
366,93
243,27
379,54
385,16
384,41
158,67
203,71
306,01
141,95
104,59
141,98
50,18
102,22
194,39
53,31
39
Wame
128,51
40
Popugoba
293,31
No
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Distrik
Jumlah
Sumber : Hasil Perhitungan
8.496
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
7.886
5.602
3.448
3.423
2.978
5.056
5.365
6.987
4.962
6.206
6.409
6.589
6.064
5.208
7.741
4.354
5.988
4.706
5.859
4.027
2.973
Kepadatan
Penduduk
Per
Km2 (Jiwa/Km2)
22
28
23
22
10
46
15
29
13
19
17
42
30
17
55
42
42
94
57
21
106
21
3.015
5.974
250.990
1.700
Trikora
dengan
tingkat
kepadatan
penduduk
jiwa/km2.
5.3
Nduga dan Suku Yali serta penduduk pendatang dari pulau-pulau yang ada
di Papua ataupun di luar Papua.
Struktur sosial disini mengacu pada bentuk-bentuk hubungan sosial
yang menata kehidupan bermasyarakat suatu kesatuan sosial tertentu.
Bentuk-bentuk hubungan yang mengatur relasi antara para warga itu
bersumber pada hubungan kekerabatan dan diwujudkan dalam sistem
istilah kekerabatan maupun prinsip pewarisan keturunan. Pemahaman
terhadap sistem istilah kekerabatan suatu kelompok etnis tertentu penting
sebab istilah-istilah
tidak
tertulis
yang
mengikat
masyarakat
untuk
tidak
memanfaatkan
sebagian
tanah
guna
pelaksanaan
program
dengan
tanah
yang
telah
dilepaskan
itu.
Sistem
kepemilikan komunal berbasis marga (keret) ini antara lain dianut oleh
orang Dani.
Dalam sistem kepemilikan komunal yang berbasis klen besar dan
atau kampung, hak kepemilikan berada pada kepala marga, sedangkan
kewenangan untuk mengatur pemanfaatan tanah diatur bersama oleh
kepala suku atau kepala komunitas dan kepala marga. Hal ini berarti
bahwa kewenangan itu tidak berada hanya pada ondoafi
atau hanya
hal
pelepasan
tanah
untuk
kepentingan
program-program
Transportasi Darat
Dalam membahas mengenai kondisi transportasi darat, yang akan
menjadi fokus perhatian adalah Pola Jaringan Jalan Regional, Lokal dan
Kondisi Jalan.
Kondisi Jalan
barang
dan
atau
manusia.
Berdasarkan
Wamena-Musatfak,
Wamena-Kimbim,
Wamena-Pelebaga,
Wamena-Siepkosi,
Wamena-Kurulu,
Wamena-Wadangku,
Wamena-Bolakme,
Wamena-Yalengga,
Wamena-Wollo,
Wamena-Hubikosi,
Wamena-Pisugi,
Wamena-Witawaya,
Wamena-Libarek, dan
Wamena-Muliama.
- Wamena-Kimbim,
- Wamena-Trikora,
- Wamena-Pelebaga,
- Wamena-Welesi,
- Wamena-Bolakme,
- Wamena-Kurulu,
- Wamena-Wollo,
- Wamena-Wadangku,
- Wamena-Asotipo,
- Wamena-Walaik;
- Wamena-Ibele,
- Wamena-Musatfak, dan
- Wamena-Siepkosi.
7.2
Transportasi Udara
Transportasi udara merupakan sarana utama angkutan penumpang
yaitu:
Wamena-Bokondini,
Wamena-Mulia,
masing-masing
Wamena-Dekai,
1 kali/minggu
7.3
Jaringan Listrik
Sumber
energi
yang
dipergunakan
saat
ini
oleh
penduduk
sepenuhnya
menjangkau
ke
seluruh
wilayah
permukiman
yang telah terjual. Dimana masih terdapat selisih sebesar 97.340 Kwh
yang belum termanfaatkan, dan terjual sebesar 962.160 Kwh.
Tabel 1.7
Banyaknya Unit Pembangkit Listrik PLN Kapasitas Terpasang,
Kemampuan Mesin dan Beban Puncak Menurut
Pusat Pembangkit Listrik di Kabupaten Jayawijaya 2009
No
.
Pusat Pembangkit
Listrik
1.
2.
3.
PLTD Wamena
PLTD Sinakma
PLTM Walesi
Jumlah
Daya
Banyaknya
Terpasang
Unit
( kw )
3
3
4
10
1.000
400
1.640
3.040
Kemampua
n
Mesin
( kw )
800
270
1 640
2.710
Beban
Puncak
( kw )
730
210
1.620
2.560
7.4
7.5
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Jayawijaya saat ini
dilayani oleh jaringan kabel dan satelit. Sistem jaringan kabel baru
menjangkau wilayah Distrik Wamena, sedangkan sistem telekomunikasi
jaringan
satelit
melayani
Distrik
Wamena,
Distrik
Kurulu,
Distrik
tinggi, pada tahun 2009 telah terdapat Akademi Bahasa Asing (ABA),
AKPER, STKIP, STIA dan STIPER yang berada di wilayah Distrik Wamena.
8.2
Sarana Kesehatan
Berdasarkan data tahun 2009 sarana kesehatan di Kabupaten
Jayawijaya terdiri dari Rumah Sakit sebanyak 1 unit negeri dan 4 unit
swasta (Distrik Wamena), Puskesmas sebanyak 12 unit (tersebar di setiap
Distrik Induk), Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 19 unit (tersebar
disetiap Distrik Induk, kecuali Distrik Musatfak, Distrik Wollo dan Distrik
Yalengga yang tidak memiliki Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan
sebanyak 49 unit tersebar disetiap Distrik Induk, kecuali Distrik Pelebaga
dan Distrik Yalengga.
8.3
Sarana Olahraga
8.4
kabupaten.
Berdasarkan
data
yang
diperoleh
dari
BPS
Sarana
perdagangan
yang
merupakan
sektor
usaha
untuk
Nama Hotel
1
2
3
4
5
6
Hotel
Hotel
Hotel
Hotel
Hotel
Hotel
7
8
9
10
Hotel
Hotel
Hotel
Hotel
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Pondok
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
Wisata
9. PEREKONOMIAN
Besar kecilnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi dalam
membentuk nilai tambah disuatu daerah akan berpengaruh terhadap
struktur
perekonomian
di
daerah
tersebut.
Sektor
ekonomi
yang
2007
2008
2009
252,721.93
5,292.49
2,334.16
2,164.22
52,063.32
287,641.16
6,295.08
2,676.32
2,310.87
63,398.32
316,474.39
7,254.76
3,094.64
2,481.61
88,107.60
345,689.66
8,485.77
3,585.76
2,629.87
123,109.83
374,994.31
9,177.81
4,007.10
2,809.72
154,623.71
108,481.42
63,884.84
137,714.45
92,740.21
165,592.29
116,335.59
186,414.72
143,551.69
206,955.12
176,397.55
15,012.90
19,855.07
24,601.18
53,198.76
59,636.20
144,777.14
646,732.4
3
175,035.55
787,667.0
4
218,876.61
942,818.6
7
267,355.81
1,134,021.
88
313,376.96
1,
301,978.49
2010
2011
dan
35.90
1.02
Laju
Pertumbuha
n
ADH
Konstan
2011
3.00
8.01
dan
0.34
0.33
10.13
14.73
6.59
4.43
12.71
6.97
0.02
0.01
1.29
1.03
dan
13.29
18.65
2.48
4.22
7.86
0.33
20.03
100,00
10.53
78.75
2.11
8,43
Distribusi
ADH Konstan
2000
Tahun 2010
Sektor
Pertanian
Pertambangan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan,
Hotel
Restoran
Pengangkutan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Jumlah
dan
Sumbangan
Laju
Pertumbuhan
1.08
0.08
Potensi
perikanan
tangkap
perlu
lebih
dikembangkan,
terutama
komoditas udang.
d
Potensi hasil hutan berupa kayu dan madu perlu lebih dioptimalkan,
mengingat luas hutan produksi di wilayah ini sangat signifikan.
Wamena
sebagai
pusat
transportasi,
ekonomi,
pelayanan
jasa
merupakan
permasalahan
pengembangan
wilayah.
Wilayah
diarahkan
Bentang alam khas harus menjadi faktor utama dalam penataan ruang,
mengingat wilayah ini berada di lembah yang dikelilingi pegunungan.
Selain
kondisi-kondisi
di
atas
yang
menjadi
latar
belakang
disusunnya RTRW Kabupaten Jayawijaya, ada beberapa isu lain yang perlu
dipertimbangkan dalam RTRW Kabupaten Jayawijaya antara lain adalah
sebagai berikut :
Perkembangan
kondisi
perekonomian
nasional
yang
mendorong
dengan
pendekatan
ekonomi
kerakyatan.
Reorientasi
dengan
Kabupaten Jayawijaya
fungsi
utama
dengan letak
sebagai
geografis
daerah
konservasi.
dan morfologinya
yang
dapat
mengganggu
ketertiban
proses
Pelestarian
lingkungan
dipertimbangkan
dalam
hidup
RTRW
merupakan
Kabupaten
isyu
yang
Jayawijaya,
perlu
terutama