Metabolisme Obat
Metabolisme Obat
PERCOBAAN II
METABOLISME OBAT
Disusun oleh :
Golongan 1 , Kelompok 1
Oki Lia Saputri
(G1F012001)
Dina Prarika
(G1F012003)
Putri Dwi Lestari
(G1F012005)
Rezky Bella Putri P.N.
(G1F012007)
Nilta Dizzania
(G1F012009)
Tanggal Praktikum
:
Dosen Pembimbing praktikum : Esti Dyah Utami , M.Sc., Apt.
Asisten Praktikum
:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
METABOLISME OBAT
PERCOBAAN II
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dalam proses metabolisme dapat terjadi metabolisme obat berupa induksi
atau inhibisi enzim pemetabolisme, terutama enzim sitokrom P-450.
Induksi enzim berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat
transkripsi sehingga terrjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang
menjadi substrat enzim yang bersangkutan (Syarif, 1995).
Metabolisme obat memiliki 2 efek penting :
1. Obat menjadi lebih hidrofilik hal ini mempercepat ekskresi melalui
ginjal karena metabolit yang kuat larut lemak tidak mudah di
reabsorbsi dalam tubulus ginjal.
2. Umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Akan tetapi, kadang
kadang metabolit sama atau lebih aktif daripada obat aslinya. Sebagai
contoh diazepam, yaitu obat yang digunakan untuk ansietas,
dimetabolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam, keduanya samasama aktif. Prodruk bersifat inaktif sampai dimetabolisme dalam
tubuh menjadi obat aktif. Sebagai contoh, levodopa, suatu obat
antiparinkinson, dimetabolisme menjadi dopamin, sementara obat
hipotensif metildopa dimetabolisme menjadi metilnorepineprin-
(Neal,2005).
Metabolisme dapat digunakan untuk menilai atau menaksir
manfaat dan keamanan obat, merancang pengaturan dosis, menaksir
kemungkinan terjadinya resiko atau bahaya dari zat pengotor dan lainlain.
Oleh karena itu, metabolisme obat perlu dipelajari oleh mahasiswa
farmasi untuk mengetahui salah satu proses yang penting dalam
pembuatan dan pemberian obat beserta efek yang ditimbulkan jika suatu
obat diberikan bersama dengan obat lain.
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh
beberapa
senyawa
kimia
terhadap
enzim
biotransformasi
yang
konstan.
Sebagai
contoh
dapat
dikemukakan natrium salisilat dan etanol bila diberikan dengan dosis yang
melebihi 5000mg dan 20g, pada grafik konsentrasi-waktu dari etanol.
Kecepatan biotransformasi konstan ini tampak dari turunnya secara
konstan pula dari konsentrasinya dalam darah (Mycek, 2001).
Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi
enzim metabolisme,terutama enzim cyp. Induksi berarti peningkatan
sistem enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi
peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim
yang bersangkutan.Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang
terjadi secara langsung dengan akibat peningkatan kadar substrat dari
enzim yang dihambat juga terjadi secara langsung (Mycek, 2001).
faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat, antara lain:
1.
2.
terhadap
kecepatan
metablisme
obat.
banyak
obat
suatu
senyawa
dapat
meningkatkan
kecepatan
kerjanya
menjadi
lebih
singkat.
induksi
enzim
juga
Faktor Lain
dan
detoksifikasi
xenobiotik.
Metabolisme
juga
bisa
Oksidasi
2.
reduksi
3.
Hidrolisi
Sedangkan reaksi metabolisme fase 2 adalah:
1.
glukoronidasi
2.
sulfasi
3.
glutation
4.
hidrolisis epoksida
5.
asetilasi
6.
metilasi
7.
esterase/amides
8.
(Mardjono, 2007)
Monografi bahan-bahan yang digunakan :
1. Diazepam
Diazepam (C16H13ClN2O) adalah turunan dari
benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.
BM Diazepam = 284,75. Pemerian Serbuk hablur,
hampir
putih
sampai
kuning,
praktis
tidak
Mekanisme kerja obat dari diazepam ini adalah bekerja pada sistem
GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA.Reseptor
Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan
yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus
dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai
agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi
III.
CARA KERJA
Diazepam, Fenobarbital,
Simetidin, dan Siprofloksasin
tikus
-Ditimbang
- Dimasukkan kedalam wadah
Larutan obat
Diberikan kepada hewan uji ( tikus )
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok
466666666666
Diazepam
fenobarbital
simetidin
ciprofloksasin
-Diberikan secara
i.p pada tikus
tikus
tikus
- Didiamkan 15
menit
Diberikan
secara
intraperitonial
pada tikus
tikus
- Didiamkan 15
menit
Diberikan
secara
intraperitonial
pada tikus
Diberikan
secara
intraperitonial
pada tikus
tikus
- Didiamkan 15
menit
- Didiamkan 15
menit
Diazepam
-
hasil
-
data
IV.
N0
Perlakuan
Diazepam + aquades
Diazepam + Fenoftalein
Diazepam + Simetidin
Diazepam + siprofloksasin
Waktu
Perlakuan
1
2
3
4
Onset
Menit ke - 15
Menit ke - 15
Menit ke - 60
Menit ke - 15
Durasi
45 menit
15 menit
45 menit
15 menit
Diazepam
Diazepam +
Diazepam +
Diazepam
+ aquades
Feno
Cimet
+ Cipro
8x
6x
5x
5x
5x
2x
4x
0x
3x
5x
6x
4x
12 x
2x
1x
1x
15 menit
30 menit
60 menit
90 menit
Perhitungan :
1. Kelompok 1 ( Diazepam ( I.P) dan Aquades (P.O) )
Dosis manusia
: 10 mg/ 70 kg BB manusia
Dosis tablet
: 2 mg
Bobot tikus
: 180 gram
Bobot tablet
: 116,4 mg
a. Aquades (P.O)
Volume pemberian = BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
= 180 x 1 x 5
100
= 4,5 ml
b. Diazepam (I.P)
Dosis konversi
0,018 x 10 mg
200 gr BB tikus
= dosis konversi
2 x Vmax
= 0,18
2 x 5 ml
= 0,018 mg/ml
0,36 mg / ml
obat yang diambil = larutan stok x bobot tablet
dosis tablet
= 0,36 x 116,4 mg
2
= 20, 965 mg dimasukkan ke dalam labu
takar kemudian isi aquades hingga 20 ml
Volume pemberian = BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
2
= 180 x 1 x 5 ml
100 2
= 4,5 ml
2. Kelompok 2 ( Diazepam ( I.P) dan Fenobarbital (I.P) )
Dosis manusia
: 30 mg/ 70 kg BB manusia
Ampul fenobarbital : 50 mg/ 2 ml
: 25 mg/ml
Bobot tikus
: 160 gram
a. Fenobarbital ( I.P)
Dosis konversi
0,018 x 30 mg
200 gr BB tikus
= dosis konversi
2 x Vmax
= 0,54
2 x 5 ml
= 0,054 mg/ml
Pengenceran
V1 . M1
= V2
M2
V1
Volume pemberian
b. Diazepam (I.P)
Volume pemberian
= BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
2
= 160 x 1 x 5 ml
100 2
= 4 ml
= BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
2
= 160 x 1 x 5 ml
100 2
= 4 ml
0,018 x 200 mg
200 gr BB tikus
= dosis konversi
2 x Vmax
= 3,6
2 x 5 ml
= 0,36 mg/ml
obat yang diambil = larutan stok x bobot tablet
dosis tablet
= 0,36 x 387 mg
200
= 6,966 7 mg dimasukkan ke dalam labu
takar kemudian isi aquades hingga 10 ml
0,018 x 500 mg
200 gr BB tikus
= dosis konversi
2 x Vmax
= 9 .
2 x 5 ml
= 9 mg/ 10 ml
obat yang diambil = larutan stok x bobot tablet
dosis tablet
= 9 x 702,6 mg
500
= 12, 6468 12,6 mg dimasukkan ke dalam
labu takar kemudian isi aquades hingga 10 ml
Volume pemberian = BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
2
= 160 x 1 x 5 ml
100 2
= 4 ml
b. Diazepam (I.P)
Volume pemberian
= BB tikus x 1 x Vmax
100 gr
2
= 160 x 1 x 5 ml
100 2
= 4 ml
V.
PEMBAHASAN
Praktikum metabolisme obat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat menggunakan
hewan uji yaitu tikus. Percobaan ini menggunakan obat yang berperan sebagai
induktor enzim yaitu fenobarbital dan yang berperan sebagai inhibitor enzim
yaitu simetidin dan siprofloksasin.
Metabolisme atau biotransformasi adalah suatu perubahan secara
biokimia atau kimiawi suatu senyawa di dalam organisme hidup. Reaksi
metabolisme obat tersebut sebagian besar terjadi pada organ hati, paru, ginjal,
mukosa, dan sel darah merah (Nugroho, 2011). Pada proses ini molekul obat
diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang
larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekresikan melalui ginjal
( Kee,1993).
Mekanisme perobaan ini yaitu kelompok 1 (kontrol) melakukan
percobaan dengan hewan uji yang diberi akuades secara p.o kemudian diberi
diazepam secara i.p, kelompok 2 melakukan percobaan dengan hewan uji yang
diberi fenobarbital secara i.p kemudian diberi diazepam secara i.p, kelompok 3
melakukan percobaan dengan hewan uji yang diberi simetidin secara p.o
kemudian diberi diazepam secara i.p, dan kelompok 4 melakukan percobaan
dengan hewan uji yang diberi siprofloksasin secara p.o kemudian diberi
diazepam secara i.p.
Sebagai kelompok 1 (kontrol), langkah pertama yang dilakukan yaitu
tikus ditimbang, dan didapatkan bobot tikus yaitu 180 gram. Setelah itu
dilakukan perhitungan dosis, larutan stok obat, jumlah obat yang harus diambil,
serta perhitungan volume akuades dan diazepam yang akan diberikan.
Volume akuades yang diberikan sebanyak 4,5 ml dan diberikan pada hewan uji
secara p.o. Sedangkan pemberian diazepam secara i.p menggunakan obat
diazepam berbentuk tablet dengan dosis 2 mg dan dengan bobot 116,4 mg.
Setelah membuat larutan stok dengan konsentrasi 0,18 mg/ml dan
penghitungan obat yang diambil, maka diperoleh jumlah volume obat
sebanyak
4,5
ml.
dari rotarod diperoleh data yaitu, pada menit ke-15 tikus dari kelompok I jatuh
sebanyak 8 x, tikus dari kelompok II sebanyak 5x , tikus dari kelompok III
sebanyak 3, dan tikus dari kelompok IV sebanyak 12x. Pada menit ke-30 tikus
dari kelompok I jatuh sebanyak 6 x, tikus dari kelompok II sebanyak 2 x ,
tikus dari kelompok III sebanyak 5 x , dan tikus dari kelompok IV sebanyak 2
x. pada menit ke-60 tikus dari kelompok I jatuh sebanyak 5 x, tikus dari
kelompok II sebanyak 4 x , tikus dari kelompok III sebanyak 6 x , dan tikus
dari kelompok IV sebanyak 1 x. Pada menit ke-90 tikus dari kelompok I jatuh
sebanyak 5 x, tikus dari kelompok II sebanyak 0 x , tikus dari kelompok III
sebanyak 4 x , dan tikus dari kelompok IV sebanyak 1 x.
Perbandingan berbagai onset dan durasi masing-masing kelompok yaitu:
fenobarbital
dengan
diazepam
dan
diazepam
dengan
enzim
yang
dapat
ciprofloxacin.
Fenobarbital
bekerja
dengan
merangsang
pengeluaran enzim CYP berlebih, sehingga ketika ada obat lain diberikan
obat tersebut langsung dimetabolisme dan diekskresikan sehingga
diperoleh durasi obat yang pendek. Durasi obat yang pendek berarti efek
terapi yang diberikan obat tersebut pun tidak optimal dan belum sampai
mencapai efek terapi maksimal (Egga, 2012).
durasi yang lebih lama, dan onsetnya pun telah sesuai karena lebih lama.
Hal ini telah sesuai dengan teoritisnya bahwa penggunaan inhibitor dapat
memperpanjang onset dan durasi diazepam. Interaksi antara diazepam dan
simetidin cenderung terjadi lebih cepat daripada yang melibatkan induksi
enzim karena interaksi ini terjadi segera setelah obat yang dihambat
mencapai konsentrasi yang cukup tinggi untuk berkompetisi dengan obat
yang dipengaruhi. Obat bisa menghambat berbagai bentuk sitokrom P-450
sehingga hanya mempengaruhi metabolisme obat yang dimetabolisme oleh
isoenzim tertentu (Neal, 2005). Simetidin berperan sebagai inhibitor non
kompetitif karena enzim pemetabolisme natiopental dihambat sehingga
reaksi bioinaktivasi akan turun. Penurunan bioinaktivasi, atau metabolisme
akan mengakibatkan metabolit inaktif hasil metabolisme obat menjadi
berkurang. Akibatnya kadar obat dalam plasma darah akan bertambah
sehingga durasi kerja obat akan lebih panjang. Secara teoritis, simetidin
sebagai inhibitor enzim pemetabolisme obat akan menghasilkan durasi
yang paling lama dari perlakuan perlakuan yang lain. Simetidin selain
sebagai inhibitor juga dapat menurunkan absorbsi dari berbagai senyawa
(Egga, 2012).
Kelompok IV (Diazepam dan Ciprofolxacin)
Ciprofloxacin juga merupakan inhibitor enzim yang dapat
memperlama efek obat yang diberikan selanjutnya. Diharapkan dengan
pemberian ciprofloxacin dapat memberikan durasi yang lama dibanding
kelompok I dan II. Pemberian diazepam dan ciprofloxacin didapatkan
onset yaitu pada menit ke-15 dan durasi selama 15 menit. Jika
dibandingkan dengan hasil onset dan durasi pada kelompok I dan II maka
tidak sesuai dengan teoritis yaitu diperoleh onset dan durasi yang lebih
cepat. Hal ini tidak sesuai dengan teoritisnya karena penggunaan inhibitor
seharusnya dapat memperpanjang onset dan durasi diazepam. Secara
teoritis, ciprofloxacin sebagai inhibitor enzim pemetabolisme obat akan
menghasilkan durasi yang paling lama dari perlakuan perlakuan yang lain.
Ciprofloxacin selain sebagai inhibitor juga dapat menurunkan absorbsi dari
berbagai senyawa (Egga, 2012).
Fenobarbital
Fenobarbital
merupakan
induktor
enzim.
Fenobarbital
lain
diberikan
obat
tersebut
langsung
dimetabolisme
dan
Simetidin
Berperan
sebagai
inhibitor
non
kompetitif
karena
enzim
lama.
Urutan lamanya durasi dari yang tercepat sampai yang terlama berdasarkan
teori yaitu : pemberian fenobarbital dengan diazepam , diazepam dengan
dosis tunggal,dan yang terlama adalah
diazepam dengan ciprofloksasin.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Egga, Buja. 2012. Metabolisme Obat. http://www.id.scribd.com/ . Diunduh
tanggal 14 April 2013.
Katzung,Bertram G.2007.Farmakologi Dasar & klinik ,edisi 10, diterjemahkan
oleh Aryandhito Widhi Nugroho dkk. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce L dan Evelyn R. Hayes. 1993. Farmakologi. Jakarta: EGC
Mardjono, Mahar. 2007.
Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta :
Widya Medika,
Neal, M.J. 2005. Farmakologi Medis. Jakarta: Erlangga.
Nugroho, Agung Endro. 2011. Prinsip Aksi & Nasib Obat dalam Tubuh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siswandono, Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga
University Press.
Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Tjay, Tan Han dan Kirana Rahaja. 2008. Obat-obat Penting. Jakarta : Alex
Media Komputindo
LAMPIRAN
kumarin,
fenitoin,
hidrokortison,
testosteron,
enzim
yang
memetabolisme
tolbutamid
dan
(s)-warfarin,
sehingga
dapat
menghambat
meningkatkan
aktivitas
menaikan
proliferasi
aromatik
(metilkolatren,
triklordibenodioksin,
inhibitor
enzim
terjadi
pula
obat
yang
menjadi
substrat
enzim
yang
berarti
terjadi
toleransi
farmakokinetik
karena