Anda di halaman 1dari 31

PSORIASIS GUTATA

Disusun oleh :
VINA
Pembimbing :
dr. SILVIA T.BANGUN, M,Ked Sp.KK

BAGIAN ILMU KULIT KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE KABUPATEN KARO
2015

1 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan bimbingannya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam Kepanitraan Klinik Departemen
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
Pada kesempatan ini penulis juga hendak Mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
atas bantuan dari pembimbing kami yaitu dr.Silvia T.Bangun, Sp.KK berupa bimbingannya yang
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul Psoriasis Gutata
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan
tentang Psoriasis gutata. Dengan menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis

Kabanjahe,Mei 2015

DAFTAR ISI
2 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

COVER....................... ............... . i
KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI .......................... . iii


PENDAHULUAN ... 4
LAPORAN KASUS.............................................................................................. 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
PSORIASIS GUTATA
1 Definisi .. 10
2 Epidemiologi.................................................................... 11
3 Etiopatogenesis............ 12
4 Gejala klinis......... 15
5 Bentuk klinis .................................................. 16
6 Histopatologi....................... 20
7 Diagnosis dan diagnosis banding........................ 21
8 Penatalaksanaan.......... 22
9.Komplikasi 28
10.Edukasi pasien 28
11. Prognosis . 28
BAB III KESIMPULAN ....................

30

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31

BAB I
3 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

PENDAHULUAN

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.2,3
Dewasa ini kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak
berbahaya tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, mengingat bahwa perjalanannya menahun
dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di
Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada
bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di
Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua
usia tetapi umumnya pada orang dewasa.2,3
Penyebab psoriasis masih belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor resiko
timbulnya psoriasis seperti faktor genetik dan faktor imunologi. Berbagai faktor pencetus pada
psoriasis diantaranya stress

psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin,

gangguan metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus yang
utama .2,4

BAB II
4 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.B

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 53 tahun

Alamat

: Parasmiah

Agama

: Kristen

Status Perkawinan: Menikah


Tanggal Berobat : 24 April 2015
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan gatal di seluruh tubuh
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSU Kaban jahe dengan keluhan gatal di
seluruh tubuh sejak 6 bulan yang lalu. Awal mulanya bintik-bintik muncul dibagian
lengan kemudian kemerahan dan bersisik.
Beberapa hari kemudian bintik-bintik muncul diseluruh badan. Keluhan semakin luas dan
gatal terutama di rasakan pada waktu malam hari. Gatal di rasakan terus menerus hingga
menganggu istirahat, rasa gatal sedikit berkurang saat digaruk. Pada hari berikutnya
pasien sempat menggunakan salep kulit namun keluhan tidak menghilang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit seperti ini

: disangkal.

Riwayat hipertensi

: diakui

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat maag

: disangkal

Riwayat alergi obat

: disangkal.

5 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

Konsumsi rokok

: disangkal

Konsumsi alkohol

: disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit seperti ini

: disangkal

Riwayat penyakit kulit

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

e. Riwayat Alergi
Alergi obat, debu dan makanan disangkal
f. Riwayat Habituasi
Os mandi 1x sehari dan menggunakan sabun, selalu mengganti pakaian setelah
mandi. tidak menggunakan handuk bergantian.
g. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 april 2015 pukul 11.30 WIB di Poli Penyakit
Kulit dan Kelamin
a. Status Generalis
Keadaan umum : Kooperatif, Tampak sakit sedang
Kesadaran

: Compos mentis

b. Vital Sign
Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi

: 80 kali/menit regular

6 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

Nafas

: 22 kali/menit, regular.

Suhu

: afebris

Status gizi

: Kesan gizi cukup

c. Status Internus
Kepala
Mata
Leher
Telinga
Hidung
Mulut
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah

: Normocephali, rambut hitam


: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
: Normal, tidak ada kelainan kulit
: Normal, deviasi (-), sekret (-)
: bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
: tidak dilakukan, kulit status dematologikus
: tidak dilakukan, kulit status dematologikus
: akral hangat, (status dermatologikus)
: akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan pada (status dermatologikus)

d. Status dermatologis
Distribusi

: Di seluruh tubuh (Generalisata)

Ad region

: Ekstremitas atas ( brachii, antebrachii, cubiti ) dekstra et sinistra


Ekstremitas bawah ( femoralis, tibialis, popliteal ) dekstra et sinistra
vertebralis, infrascapularis, lumbalis,abdomen.

Efloresensi

: kering, papular-eritematosa mendatar, skuama transparan dan


berwarna putih mengkilat, makula hiperpigmentasi multiple lenticular
sampai plakat Ekskoriasi dan multiple.

Konfigurasi

: Ukuran : lentikular (kurang dari 1cm), Bentuk : bulat (seperti tetesan),


batas tegas .

4. DIAGNOSA BANDING

Psoriasis gutata

Sifilis

Erupsi obat

7 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

Dermatitis seboroik

Ptiriasis rosea

5. DIAGNOSA KERJA

Psoriasis Gutata

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
7. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
- Menghindari garukan pada bagian lesi
- Hindari stres yang terlalu berat
b. Medikamentosa

Sistemik
1. Antibiotik Azitromycyin 1x500 mg/hari
2. Pemberian antihistamin yang bersifat sedative dapat diberikan bila pasien
mengeluhkan gatal yang mengganggu, Cetirizin 10mg 1x1 perhari.
3. Methotrexate 2,5mg setiap 12 jam 1-1-1

Topikal

Desoximethasone cream 5gram 2x1 perhari (kortikosteroid)


Asam fusidat cream 5 gram 3- 4x/hari selama 7 hari
(antibiotik infeksi kulit)

8. PROGNOSIS
Ad vitam

: ad bonam

Ad fungsionam

: ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

8 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

Ad kosmetikum

: dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9 | L A P O RA N K A S U S P S O R I A S I S G U TATA

1. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit yang penyebab nya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan ada nya eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis lapis dan transparan,
terkadang disertai juga dengan fenomena tetesan lilin, auzpit, dan kobner.
Guttate psoriasis adalah presentasi klinis yang ditandai khas seperti tetesan air, diameter 1-10
mm, papula seperti salmon-pink, biasanya dengan skuama halus, seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah.

Psoriasis guttate. Khas presentasi klinis guttate psoriasis akut ditandai dengan erupsi lesi kecil, seperti tetesan, diameter 1-10 mm,
papula salmon-pink, biasanya dengan skala halus. Courtesy of Hon Pak, MD.

Psoriasis guttate. Courtesy of Hon Pak, MD.

10 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Psoriasis guttate. Perhatikan karakteristik lesi yang terdiri dari beberapa diskrit, papula seperti tetesn dengan rona pink-salmon.
Sebuah skala halus, yang biasanya tidak ada pada lesi stadium awal, dapat dihargai pada yang lebih mapan. Courtesy of Hon Pak,
MD.

Varian dari psoriasis guttate terutama terjadi pada batang tubuh dan ekstremitas proksimal, tetapi
mungkin memiliki distribusi merata. Lesi baru guttate psoriasis berkembang selama bulan
pertama, dan stabil pada bulan kedua, dan berkurang pada bulan ketiga

[1]

Kata guttate berasal

dari bahasa Latin gutta, berarti tetesan.


Guttate psoriasis lebih sering terjadi pada individu yang lebih muda dari 30 tahun. Infeksi
saluran pernapasan atas dari grup A beta-hemolitik streptokokus (misalnya, Streptococcus
pyogenes) sering mendahului erupsipada 2-3 minggu.

[2]

streptococcus dermatitis perianal,

infeksi bakteri superfisial anus dan kulit perianal pada anak-anak, juga dikaitkan dengan
munculnya psoriasis guttate [3, 4].
Meskipun bisa kambuh, biasanya didahului terutama karena infeksi faring oleh streptokokus,
serangan terisolasi juga telah dijelaskan. Kemunculan lesi papular sebagai respon terhadap
infeksi streptokokus dapat berupa manifestasi pertama psoriasis pada individu yang sebelumnya
tidak terkena atau eksaserbasi akut psoriasis plak lama. Jarang, guttate psoriasis mungkin kronis
dan / atau timbul tanpa adanya infeksi streptokokus sebelumnya.

2. EPIDEMIOLOGI
Bentuk guttate psoriasis relatif jarang di Amerika Serikat, terjadi sekitar 2% dari populasi
psoriatik. Survei internasional tentang guttate psoriasis diantara pasien dengan psoriasis memiliki
rentang prevalensi yng luas yaitu 1,6-44%. Sebuah studi 2009 menunjukkan bahwa prevalensi
psoriasis berkorelasi dengan distribusi dan mortalitas epidemi streptokokus. [7].
11 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Morbiditas dan mortalitas


Guttate psoriasis adalah erupsi yang tidak fatal yang terjadi dalam waktu singkat yaitu
beberapa minggu hingga beberapa bulan atau dapat berkembang menjadi plak kronis dari
psoriasis. Jaringan parut tidak menjadi masalah. Area yang sebelumnya mengalami lesi mungkin
menunjukkan hipopigmentasi postinflamasi atau hiperpigmentasi postinflamasiy.
Ras dan Jenis Kelamin di Guttate Psoriasis
Psoriasis gutata dapat mengenai orang-orang dari semua ras dan sama pengaruhnya pada
pria dan wanita.
Guttate Psoriasis dan Anak
Guttate psoriasis adalah varian psoriasis kedua paling umum yang dapat ditemukan pada
psoriasis anak-anak [8, 9].

3. ETIOPATOGENESIS
Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik tambahan berdasarkan perubahan
histopatologi yang ditemukan pada plak psoriatik dan data laboratorium yang menjelaskan siklus
sel dan waktu transit sel pada epidermis. Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik,
dan terdapat maturasi inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat
dari sel germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan waktu untuk transit sel
melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi kutaneus ditandai dengan
peningkatan jumlah mediator inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear, leukosit, dan makrofag,
terakumulasi di antara dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada
struktur dermis baik stadium insial maupun stadium lanjut penyakit.3

12 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Gambar 1. Patogenesis kelainan kulit pada psoriasis


Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga
yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah
sebesar 70% bila salah seorang menderita psoriasis. 1 Bila orangtua tidak menderita
psoriasis maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang
tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:

Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial

Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial

Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi berkaitan dengan
HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis
tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkaitan
dengan HLA-B27.
2. Faktor Imunologik
Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga jenis
sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesis psoriasis matang umumnya penuh dengan
sebukakan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit
sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih
didominasis oleh sel linfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis.
Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen baik endogen

13 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over
time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun.
Lebih 90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Berbaga factor
pencetus pada psoriasis yang disebutkan dalam kepustakaan diantaranya adalah stress
psikis, infeksi fokal, trauma (Fenomenan Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat,
alcohol dan merokok. Stress psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal
mempunyai hunungan yang erat dengan salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata,
sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan
kesembuhan psoriasis gutata setelah dilakukan tonsilektomi. Umumnya infeksi
disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin umumnya berpengaruh pada perjalan
penyakit. Puncak insidens psoriasis terutama pada masa pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa postpartum umumnya
memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan hipokalsemia dilaporkan menjadi
salah satu factor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta
adrenergic blocking agents, litium, anti malaria dan penghentian mendadak steroid
sistemik. 2
Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini,

yaitu:

1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.


2. Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan
bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan
penyakitnya lebih berat dan hebat.
3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,
dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.
4. Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.
5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.
6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim
panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat. 5

4. GEJALA KLINIS
14 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Onset lesi kulit psoriasis guttate seringkali akut, dengan erupsi papul multipel pada badan dan
ekstremitas proksimal. Lesi sering disertai dengan sedikit rasa gatal.
Pada hampir semua kasus psoriasis guttate, adanya riwayat infeksi streptokokus, biasanya
dari saluran pernapasan bagian atas (misalnya, faringitis atau tonsilitis), 2-3 minggu sebelum
munculnya erupsi. [10, 11] infeksi streptokokus perianal, yang sering bermanifestasi sebagai
pruritus kronis anus pada anak-anak, juga dapat dikaitkan dengan munculnya psoriasis guttate. [3,
4]
.
Beberapa agen infeksi lainnya juga terlibat dalam munculnya psoriasis gutata, namun
tidak sekuat riwayat infeksi streptokokus. Organisme organisme yang terkait meliputi: Bakteri
Staphylococcus aureus-Jamur-Malassezia, Candida Virus - Human papillomavirus (HPV),
retrovirus, retrovirus endogen manusia (HERVs) [12] Terapi obat, termasuk agen biologis, kadangkadang dapat memicu timbulnya jenis guttate. Obat yang paling sering terlibat dengan nculnya
jenis gutata termasuk lithium, beta-blocker, obat antimalaria, dan obat anti-inflamasi. [12] obat
imunomodulator seperti infliximab, etanercept, imatinib, dan adalimumab juga telah dilaporkan
menyebabkan guttate psoriasis [13, 14. , 15].
Sebuah riwayat keluarga juga turut berpengaruh dalam munculnya psoriasis gutata. [16]

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kulit menunjukkan lesi khas yang terdiri dari papul yang menyerupai tetesan
air, multipel, diskrit, diameter1-10 mm, dengan rona kemerahan. Pada psoriasis gutata huga
dapat ditemukan sisik halus, tetapi biasanya tidak ditemukan pada lesi stadium awal.

Courtesy of Hon Pak, MD.

Lesi psoriasis guttate muncul pertama kali pada badan dan ekstremitas proksimal. Lesi ini
juga dapat menyebar ke wajah, telinga, dan kulit kepala. Baik telapak tangan maupun telapak
jarang terena. Adanya perubahan kuku dan tanda tetesan lilin, yang merupakan karakteristik dari
psoriasis kronis, mungkin ditemukan pada lesi ini.
15 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Temuan lainnya bisa berupa eritema faring atau perianal tergantung dari letak infeksi
streptokokus akut. Ledoux dkk menekankan pemeriksaan yang cermat, termasuk daerah perianal
pada anak-anak. [4]

5. BENTUK KLINIS
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis vulgaris.
Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat
predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ekstremitas terutama
bagian ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.

Gambar 4. Psoriasis vulgaris


2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis
influenza atau morbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.

Gambar 5. Psoriasis Gutata

16 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang mulai
timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata guttate berasal dari bahasa Latin yang
berarti jatuh.(drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit.
bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki. Bintik-bintik ini biasanya
tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak.
Psoriasis Guttate kadang-kadang timbul secara tiba-tiba. berbagai kondisi
diketahui menjadi pencetus timbulnya psoriasis guttate, termasuk infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi streptococcal, amandel, stress, luka pada kulit dan penggunaan
obat-obatan tertentu (termasuk anti-malaria dan beta-bloker). Infeksi streptococcal pada
tenggorokan (strep throat) biasanya merupakan salah satu pencetus psoriasis guttate.
Strep throat bisa terjadi tanpa gejala dan tetap bisa menimbulkan psoriasis guttate.
berkonsultasilah dengan dokter anda untuk menjalani pemeriksaan strep guna mengetahui
apakah anda terserang infeksi strep atau tidak. Psoriasis Guttate masih bisa tetap ada,
walaupun infeksi streptococcus telah hilang. Bentuk psoriasis ini dapat hilang dengan
sendirinya, kadang-kadang penderita akan sembuh untuk selamanya, atau sembuh untuk
sementara waktu kemudian kambuh kembali sebagai pecahan dari psoriasis plak. kadangkadang psoriasis guttate bisa timbul pada masa anak-anak dan terbawa sampai dewasa.

3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)


Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan namanya.

Gambar 6. Psoriasis Inversa

17 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

4. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan pada psoriasis itu dalam bentuk
kering, tetapi pada jenis ini kelaianannya bersifat eksudatif seperti pada dermatitis akut.
5. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa
yaitu:
a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif, mengenai
telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompokkelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai
rasa gatal.

Gambar 7. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)

18 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)


Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat ditimbulkan
oleh berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang tersering karena penghentian
kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya, serta
antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium iodide, morfin,
sulfapiridin, sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain
obat ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi
bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau
telah mendapat psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah
menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertia gejala
umum berupa demam,malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada
makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan
eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul
miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi
membentuk lake of pus berukuran beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi
akibat migrasi neutrofil ke atas stratum malphigi, di mana neutrofil ini beragregasi
di antara keratinosit yang menipis dan berdegenerasi.3 Kelainan-kelainan
semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.

Gambar 8. Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch)


7. Eritroderma psoriatic
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oelh pengobatan topical yang terlalu kuat
atau karena penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis

19 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Adakalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
2,6

Gambar 9. Psoriasis eritroderma

6. HISTOPATOLOGI
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain
itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.2
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan keratinisasi
sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini
masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum korneum dapat ditemukan kantongkantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses
Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh
sebukan sel radang limfosit dan monosit.5

20 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


Riwayat yang detail harus ditanyakan seperti obat-obatan tertentu ( beta-blocker dan
lithium ) Eksantema virus juga harus dipertimbangkan.
Terutama pada pasien dengan lesi palmar dan plantar, analisis serologi harus dilakukan
untuk menyingkirkan sifilis sekunder. Biopsi kulit mungkin adalah tes diagnostik yang paling
berguna jika diagnosis klinis tidak pasti.
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan diagnosis psoriasis. Jika
tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dalam
dermatosis eritroskuamosa. Dalam mendianosis psoriasis perlu diperhatikan menganai cirri khas
psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner. Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya terdapat
di pinggir sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan yang
sangat gatal pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya
jamur.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis.
Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka yang juga
menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis positif. Dernatitis
seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan
tempat predileksinya pada tempat yang seboroik.2
Psoriasis gutata akut didiagnosis banding dengan erupsi obat makulopapular, sifilis
sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil didiagnosis banding dengan dermatitis
seboroik, likenplanus kronis simpleks, tinea korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis dengan
plak luas didiagnosis banding dengan tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis pada
daerah skalp didiagnosis banding dengan tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis inverse
didiagnosis banding dengan tinea, kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget ekstramamme. Psoriasis
pada kuku didiagnosis banding dengan onikomikosis.4

8 PENGOBATAN

21 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara sistemik,
pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan dengan cara
Goeckman.
1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen
prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan lalu
diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. 2
b. Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat
sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan replikasi dan fungsi
sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis. 7
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis
dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan
obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar, ginjal, system
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum,
colitis ulserosa dan psikosis). Pada awalnya metotrexate diberikan dengan dosis
inisial 5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala
sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka
MTX diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval 12 jam selama 1 minggu
dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis dinaikkan 2,5 - 5
mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5 mg akan tampak ada perbaikan.
Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m dosis tunggal sebesr 7,5 25 mg.
Tetapi dengan cara ini lebih banyak menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi
toksik. Jika penyakit telah terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti
ke pengobatan secara topical.
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap, fungsi
ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian MTX
dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis
22 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

mencapai dosis total 1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan
biopsy hepar bila dosis total mencapai 1 gram.
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia,
saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea,
nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat dapat terjadi
enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan
timbulnya leucopenia, trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar
dapat terjadi fibrosis dan sirosis.
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada beberapa
pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan levodopa
menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa menyembuhkan
sekitar 40% pasien dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg 3 x 250 mg.
Efek samping levodopa adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan
psikis dan gangguan pada jantung.
d. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis
pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah
anemia hemolitik, methemoglobinuria dan agranulositosis.
e. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi
sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada
bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat
dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari. Efek sampingnya berupa kulit menipis dan
kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut,
cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan
fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi
sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan
23 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

metabolit aktif etretinat yang utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa
dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 2
f. Siklosporin
Siklosporin

berikatan

dengan

siklofilin

selanjutnya

menghambat

kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan memgang


peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc
(Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi, NFATc ini
mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen yang
bertanggung jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga
mengurangi produksi IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF- yang
merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi
TGF- diduga memegang peranan penting pada efek imunosupresan siklosporin. 7
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya
setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Terapi biologic
Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok
langkah molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh
obatnya adalah alefaseb, efalizumab dan TNF--antagonist.
2. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang
berasal dari:

Fosil, misalnya iktiol.

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang
cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih
24 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi
juga besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang
berasal dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari
kayu dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil.
Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari
batu bara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau
kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis
detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 5%, dimulai
dengan konsentrasi

rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.

Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5 %. Sebagai vehikulum
harus digunakan salap karena salap mempunyai daya penetrasi terbaik.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum
bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim,
di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna
dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik
efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie
atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi
kuat atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan
potensinya dan frekuensinya dikurangi.
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep,
atau krim. Lama pemakaian hanya jam sehari sekali untuk mencegah
iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan
25 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

akan memperberat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial,


diantaranya sinar A yang dikenal dengan PUVA. Sinar tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,
metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata,
pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan
salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum
disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit,
kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari
dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah
pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik
dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak.
e. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim
50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik
daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 20% berupa
iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
f. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat
petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam
bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan
dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan
dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar
dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan
bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
26 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai
efek antipsoriasis.
3. Antimikroba
Karena hubungan yang jelas dengan infeksi streptokokus terlihat dalam
kebanyakan kasus psoriasis guttate, sangat penting untuk mendapatkan kultur
tenggorokan untuk setiap serangan faringitis pada pasien dengan riwayat diketahui
psoriasis dan segera memulai pengobatan dengan antibiotik yang tepat pada pasien
dengan biakan positif [36]
Kegunaan antibiotik dalam pengelolaan psoriasis masih dipertanyakan.. Misalnya,
Dogan dkk dan Owen dkk menemukan tidak ada perbaikan signifikan secara statistik
pada psoriasis guttate streptokokus setelah pengobatan dengan penisilin atau eritromisin
atau tanpa pengobatan.

[37, 38]

Namun demikian, beberapa ahli telah menggunakan terapi

antimikroba empiris pada psoriasis guttate streptokokus terkait dengan agen berikut

[39]

Sefaleksin (Keflex) Amoksisilin Penisilin VK Eritromisin Rifampisin


Azitromisin, yang umumnya diresepkan untuk pneumonia diperoleh masyarakat,
adalah juga pilihan.
4. Pengobatan Cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter
berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi
mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter yang
bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah
3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA. 2

9. KOMPLIKASI
Dokter harus memperhatikan reaksi hipersensitivitas yang mungkin terjadi dengan
antimikroba yang disebutkan di atas, terutama terhadap penisilin. Jika hipersensitivitas dicurigai,
obat harus segera dihentikan. Pasien yang hipersensitif terhadap penisilin umumnya

27 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

melakukannya dengan baik pada eritromisin. Sefalosporin juga dapat membunuh streptokokus,
tetapi beberapa sensitivitas silang dengan penisilin telah didokumentasikan.
Area kulit yang telah diberi steroid topikal potensi tinggi untuk waktu yang lama dapat
menunjukkan beberapa atrofi, telangiectases, dan hipopigmentasi. Mengganti preparat obat
dengan potensi yang lebih rendah atau modalitas pengobatan lain harus dipertimbangkan.
Pasien PUVA mungkin mengalami beberapa efek samping, seperti mual dan muntah.
Efek ini kadang-kadang diperbaiki dengan mengambil pil psoralen setelah makan.
Fotosensitifitasyang diinduksipsoralen bertahan hingga 24 jam setelah pemberian obat. Pasien
harus diinformasikan tentang perlunya untuk memakai lensa pelindung dan untuk menghindari
paparan sinar matahari selama periode ini akan.

10. EDUKASI PASIEN


Pasien harus dianjurkan untuk meminimalkan segala bentuk trauma kulit, seperti
menggaruk atau menggosok kuat, yang dapat menyebabkan lesi psoriasis baru di area yang
sebelumnya tidak terkena (fenomena Koebner).
Pasien harus disarankan untuk mendapatkan bantuan medis segera untuk sakit tenggorokan dan
infeksi streptokokus lain yang mungkin. Deteksi dini dan pengobatan infeksi tersebut dapat
mencegah timbulnya psoriasis akut dan penyakit kulit lainnya.

11. PROGNOSIS
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena perjalanan
penyakitnya bersifat kronis dan residif. 2 Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini
berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah
beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. Pada psoriasis
tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan eksaserbasi yang
tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi psoriasis tipe ini.
28 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Pasien denan psoriasis pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan
harus dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps
dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.4

BAB IV
KESIMPULAN

29 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Guttate psoriasis adalah salah satu jenis pdari psoriasis vulgaris dengan memiliki gejala
klinis yang khas yang ditandai oleh adanya lesi yang berbentuk ] seperti tetesan air, dengan
diameter 1-10 mm, papula seperti salmon-pink, dan biasanya dengan skuama halus.
Penyebab psoriasis guttate yang pasti belum diketahui, diduga suatu penyakit kulit yang
disebabkan oleh karena adanya hubungan dengan infeksi dari streptococcus, peranan limfosit
T dalam tubuh dan juga adanya peranan autoantibodi tubuh.
Mekanisme patofisiologis pada psoriasis guttate belum diketahui. Guttate psoriasis
diyakini hasil dari reaksi kekebalan dipicu oleh infeksi streptokokus sebelumnya dalam
berbagai genetik rentan. Sebuah fenomena autoimun juga mendasari terjadinya psoriasis
guttate karena beberapa produk dari streptokokus.
Penatalaksanaan psoriasis guttate lebih kepada simptomatik dan terapi pencegahan
terhadap terjadinya komplikasi pada psoriasis gutatte, karena bentuk psoriasis guttate akut
dapat berkembang menjadi plak kronis. psoriasis gutate ini biasanya akan membaik selama
musim panas dan akan memburuk pada musim dingin.
Meskipun psoriasis guttate terjadi dalam waktu singkat, bentuk guttate akut berkembang
menjadi bentuk plak kronis diperkirakan 68% pasien. Seperti bentuk-bentuk lain dari
psoriasis, psoriasis guttate cenderung membaik selama musim panas dan memburuk selama
musim dingin.

DAFTAR PUSTAKA

30 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

1. Psoriasis. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/health/What-is-Psoriasis.aspx.


April 2012.
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2007.h.189-95.
3. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C., Editors.
Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.
4. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatricks color atlas
and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc Graw Hill;2009.h.5371.
5. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:Hipokrates. 2000.
h.116 - 9.
6. Psoriasis.

Diunduh

dari:

Yayasan

Psoriasis

Indonesia

dalam

http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php. 2005.
7. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,Goldenstein A.,

Melfiawaty., Pendit B.U., Editors. Dermatologi Praktis.Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.

31 | L A P O R A N K A S U S P S O R I A S I S G U T A T A

Anda mungkin juga menyukai