Hari/Tanggal
Materi
Tujuan
Metode
Iodometri
Prinsip
Dasar Teori
Garam pada umumnya diperoleh melalui proses penguapan air laut,
sehingga kemurniannya sangat tergantung pada kualitas air laut yag
digunakan. Bila air laut tercemar limbah pabrik, sampah, tumpahan minyak,
dll. Maka sangat besar kemungkinan garam yang dihasilkan mengandung
banyak zat-zat yang tidak diinginkan bahkan dapat membahayakan kesehatan
manusia.
Menurut peneletian yang dilakaukan oleh para ahli kesehatan, orang
yang kekurangan iod dalam konsumsi makanannya dapat mengalami penyakit
gondok. Sedang pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan yang
terhambat. Oleh karena itu kekurangan iod pada rakyat Indonesia diharapkan
tidak ada lagi bila semua garam yang diproduksi sudah mengandung iod.
Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
garam yang telah difortifikasi (ditambah) dengan yodium. Di. Indonesia,
yodium ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam
bentuk kalium yodat (KIO3). Penggunaan garam beryodium dianjurkan oleh
WHO untuk digunakan di seluruh dunia dalam menanggulangi GAKY. Cara
ini dinilai lebih alami, lebih murah, lebih praktis dan diharapkan dapat lestari
di kalangan masyarakat.
Hasil Survei Nasional Garam Beryodium yang dilakukan setiap tahun
oleh Badan Pusat Statistik terintegrasi dengan SUSENAS (1) menunjukkan
bahwa secara nasional persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium dengan kandungan cukup sejak tahun 1997-2002 hanya berkisar
antara 62-68%. Jika dilihat dari sisi produksi dan distribusi, hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa garam yang beredar di masyarakat masih
banyak yang tidak/kurang memenuhi syarat kandungan yodium. Hal ini
diduga disebabkan karena:
Alat
Pipet Volume
Erlenmeyer
Labu iod
Buret
Beaker Glass
Neraca
Pereaksi
Asam Fosfat
85%
Kristal KI
Amilum 1%
Na.tiosulfat
0,005N
Sampel
Cara Kerja
A. Standarisasi larutan Na.tiosulfat dengan larutan Kalium bromat
1. Memipet 10,0 ml larutan kalium bromat ke dalam erlenmeyer
2. Menambahkan 100 ml aquades
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4N dan 10 ml KI 10%, menutup
4. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat sampai kuning jerami
5. Menambah 1 ml amilum 1%
6. Menitrasi kembali hingga warna biru menghilang
B. Penetapan Kadar
1. Menimbang teliti 25 gr sampel garam dalam beker Glass
2. Melarutkan dengan aquades 125 ml
3. Memasukkan ke dalam labu ion secara kuantitatif
4. Menambahkan 2 nl asam fosfat 85%, 0,1 gr kristal KI dan 2 ml
amilum 1%
5. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat 0,005N sampai warna biru
tepat hilang
Data
Baku Primer
Pengamatan
(KBrO3)
B = 0,0870 gr
B = 25,03 gr
V.titrasi = 10,2 ml
BE = 27,8 gr/ek
V.titrasi = 0,6 ml
BE.KIO3 = 35,67
V = 0,25 L
gr/ek
V.dipipet = 5,0 ml
Perhitungan
Standarisasi Na2S2)3 dengan KBrO3
N.KBrO3 =
0,0125 N (
B . KBrO 3
BE . KBrO 3 x V . KBrO 3
ek
L )
0,0870 gr
gr
27,8
x 0.25 L
ek
( N x V ) Na2SO3
= ( N x V ) KBrO3
N.Na2SO3 x 10,2mL = 0,0125N x 5,0mL
N.Na2SO3
= 0,00612N
Penetapan kadar
( V x N ) Na2 S 2O 3 x BE . KIO 3 x 1000
Kadar KIO3 =
B . sampel
=
mg
x 35,67
x 1000
(0,6 mL x 0,00612 mek
)
mL
mek
25,03 gr
= 5,23
ppm
Hasil
Kadar KIO3 pada garam tanpa merek = 5,23 ppm
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini Metode yang digunakan adalah metode
iodometri, yaitu iodat yang ada dalam contoh garam direaksikan dengan KI
dalam suasana asam sehingga akan dihasilkan I 2. I2 yang terbentuk dititrasi
dengan Na2S2O3 menggunakan indicator amylum. Dan rumus persamaannya
sebagai berikut:
IO32- + 6 H+ + 5 I- 3 I2 + 3 H2O
I2 + 2 S2O3 2 I- + S4O62Pada standarisasi natrium thyosulfat digunakan kalium dikromat
sebagai standar primernya karena sifatnya stabil, mudah diperoleh dalam
kemurnian tinggi, dan inert tehadap asam. Dan digunakan natrium thiosulfat
sebagai larutan standarnya karena mudah diperoleh dalam keadaan murni,
higroskopis, dan murah harganya. Lalu ditambahkan HCl untuk memberikan
suasana asam dan sebagai reduktor. Lalu ditambahkan larutan KI 20% dan
indicator amylum sebagai peruduksi dan katalisator.
Lalu pada penetapan kadar KIO3, garam sampel yang telah dilarutkan
ditambah HCl, lalu indicator amylum dan larutan KI. Fungsinya sama seperti
pada tahap standarisasi. Dalam praktikum, kami terlebih dulu menggunakan
H2SO4 dan Kristal KI, namun ternyata larutan sama sekali tidak berubah
warna menjadi biru. Lalu kami mengganti H 2SO4 dan Kristal KI dengan HCl
dan larutan KI 20%. Setelah itu baru larutan bisa berwarna biru. Hal ini dapat
dikarenakan fungsi dari H2SO4 adalah untuk memberi suasana asam, padahal
seharusnya pemberian larutan asam disini adalah untuk mengendapkan
larutan. Dan penggunaan krital KI terlalu pekat sehingga perlu dibuat yang
lebih rendah konsentrasinya. Lalu untuk indicator kami menggunakan
amylum, karena warna yang terjadi dalam larutan tersebut akan lebih
sensitive dengan menggunakan larutan amylum sebagai katalisatornya.
Amylum dengan I2 dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu kompleks
Iodium yang berwarna biru meskupun konsentrasi I2 sangat kecil. Hal yang
dapat menyebabkan keselahan dalam praktikum ini , antara lain:
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum Penetapan kadar KIO3 dalam garam tanpa merek
dengan metode iodometri didapat kadar sebesar 5,23 ppm
Daftar Pustaka
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM MINUMAN
Hari/Tanggal
Materi
Tujuan
Metode
Iodimetri
Prinsip
Dasar Teori
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis
kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada
keadaan kering.
Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna
hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan
sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel
kapiler dan perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi
dan metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C
tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level
vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan
diekskresi tanpa mengubah apapun.
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan
wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70
mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C
meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, penyakit
Pipet Volume
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Buret
Beaker Glass
Pereaksi
HCL
Kristal KI
Amilum 0,5%
Iodium 0,01/0,001N
Na.tiosulfat 0,01/0,1N
Kalium Bromat 0,01/0,1N
H2SO4 4N
Larutan KI 10%
Sampel
Nutrisari Jeruk
Cara Kerja
A. Standarisasi larutan Na.tiosulfat dengan larutan Kalium bromat
1. Memipet 10,0 ml larutan kalium bromat ke dalam erlenmeyer
2. Menambahkan 100 ml aquades
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4N dan 10 ml KI 10%, menutup
4. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat sampai kuning jerami
5. Menambah 1 ml amilum 1%
6. Menitrasi kembali hingga warna biru menghilang
B. Standarisasi larutan iodium dengan larutan Na.tiosulfat
1. Memipet larutan Na.tiosulfat (Normalitas sudah diketahui) sebanyak
10,0 ml ke dalam erlenmeyer
2. Menambahkan 100 ml aquades dan 1 ml HCL
3. Menambahkan 1 ml indikator amilum 0,5%
4. Menitrasi dengan menggunakan larutan baku iodium sampai
terbentuk warna biru
C. Penetapan Kadar
1. Menimbang 10 gr sampel dengan teliti, memasukkan ke dalam
erlenmeyer
2. Mengencerkan dengan 75 ml aquades
3. Menambahkan 1 ml amilum 0,5%
4. Menitrasi dengan iodium 0,1/0,01N hingga terbentuk warna biru
Data
Pengamatan
Baku Primer
(KBrO3)
B = 10,02 gr
B = 0,0870 gr
V.titrasi= 9,3 ml
V.titrasi= 108,9 ml
BE = 27,8 gr/ek
V.dipipet= 10,0 ml
BE = 88,06 gr/ek
V = 0,25 L
N.KBrO3 =
0,0125 N (
0,0870 gr
gr
27,8
x 0.25 L
ek
ek
L )
( N x V ) Na2SO3
= ( N x V ) KBrO3
N.Na2SO3 x 9,3mL = 0,0125N x 5,0mL
N.Na2SO3
= 0,0067N
Standarisasi iodium dengan Na2S2O3
( N x V ) Iodium
= ( N x V ) Na2S2O3
N.Iodium x 10,3mL = 0,0067N x 5,0mL
N.Iodium
= 0,0065N
Penetapan kadar
( V x N ) Iodium x BE .Vitammin C x 1000
Kadar Vit. C =
B . sampel
=
mg
x 88,06
x 100
(108,9 mL x 0,0065 mek
)
mL
mek
10020mg
0,622%
Hasil
Kadar vitamin C pada sampel Nutrisari = 0,622%
Pembahasan
Kesimpulan