Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

ERITRODERMA DISERTAI HIPOALBUNEMIA DAN SUSPECT


HERPES LABIALIS
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin
di RSUD dr. H Soewondo Kendal

Disusun oleh :
Rendra Darma Satria
Rizky Nugroho

(01.208.5757)
(01. 207.5418)

Pembimbing :
dr. M. N Kawakib, Sp.KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan


atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapaminggu. Bila eritemanya antara 5090% dinamakan pre-eritroderma.3 Dermatitis eksfoliativa dianggap sebagai sinonim
dari eritroderma.2,4 Dahulu, eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan
sekunder. Erotroderma primer adalah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),
dan eritroderma sekunder adalah yang disebabkan oleh penyakit kulit lain atau
penyakit sistemik. Pendapat sekarang, semua eritroderma ada penyebabnya, jadi
eritrodermaselalu sekunder.2,3
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 ahun,
meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma makin
bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis.3,6
Eritroderma dapat disebabkan oleh :
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik.2,3
Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu.
Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada areagenetalia, ekstremitas,
atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu
seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukan gambaran yang disebut
red man syndrome.6
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah
lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari
halus sampai kasar.6 Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut
dan matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada
banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. Telapak
tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenaimembran mukosa.
Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi.2,6

Pada

pemeriksaan

laboratorium

darah

rutin,

didapatkan

penurunan

hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi sekunder).


Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum menurun
sedangkan globulin meningkat relatif. Didapatkan pula ketidak seimbangan elektrolit
karena dehidrasi.6 Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus,
biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan
durasi proses inflamasi.
Terapi yang optimal untuk eritroderma tergantung pada penegakan penyebab
penyakit - penyakit pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari obat-obat
yang menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang
baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus
diatasi..Pemberian kortikosteroid topikal efektif dalam mengatasi inflamasi pada kulit.
Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengatasi pruritus. Pada eritroderma
idiopatik, pemberian steroid diindikasikan apabila pengunaan terapi konservatis tidak
menunjukan perbaikan.2
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan. Penyembuhan
golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan golongan lain.8

BAB II
STATUS PENDERITA
(BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN)
Pemeriksaan dilakukan Tanggal : 30 Mei 2013

I.

II.

IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. Siti Khamidah
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tanggga
ANAMNESIS
: Auto anamnesis
Keluhan utama
: Seluruh tubuh gatal dan mengelupas
Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien datang bersama suaminya ke Poli Kulit RS dr. H Soewondo
Kota kendal mengeluh gatal sejak 3 hari yang lalu. Awalnya, pasien
mengaku mengalami sakit gigi, kemudian pasiean membeli obat sakit gigi di
warung (tidak diketahui nama dan warna obatnya), ketika malam hari pasien
merasakan panas di badan, setelah itu timbul rasa gatal. Keesokan harinya
kulit pada seluruh tubuh memerah dan terasa gatal, Kemudian pada hari ke
tiga muncul nanah sertai kulit bersisik. Keluhan belum membaik dengan
minum pil dan diberi obat oles yang dibeli di apotik. Keluhan semakin hari
semakin memberat.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pernah sakit seperti ini 5 tahun yang lalu.
Pasien menyangkal ada riwayat ketombe pada kulit kepala
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada sakit seperti ini.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien tinggal di rumah sendiri bersama suami beserta anak. Pasien
merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bermata pencarian sebagai
petani. Biaya pengobatan ditanggung pemerintah (Jamkesda).
Kesan ekonomi : pasien kurang mampu

III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi
b. Status Dermatologik
Lokasi I
UKK

: Terlihat merasakan gatal, lemas dan mengigil


: Compos mentis
: Cukup, BB = 78 kg
: Seluruh badan
: Makula eritem, papul, pustul, skuama

Lokasi II
UKK

: Tangan kanan - kiri dan tungkai bawah kanan - kiri


: Makula eritem, papul, pustul, bula pustulosa, krusta,

skuama, erosi

IV.

V.

VI.
VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah rutin
b. Albumin
c. Elektrolit
d. GDS
e. SGOT dan SGPT
DIAGNOSIS BANDING
a. Eritroderma et causa drug eruption
b. Eritroderma et causa idiopatik
c. Eritroderma et causa dermantitis seboroik
d. Pustulosa eksamatosa akut generalisata
DIAGNOSIS KERJA
Eritroderma et causa drug eruption
PENGOBATAN
Hari pertama perawatan
Infuse RL 20 tetes/menit
Injeksi metyl prednisolon 2x1 ampul (1 ampul = 2 ml)
Injeksi cefotaxime 2x1 ampul (1 ampul = 2 ml)
Loratadine 1x1 (jika gatal)
Krim fucilex 3x/hari (untuk lecet dan bernanah)
Krim racikan carmed 20% 40gr (urea 20%) pyderma 20gr (depoximetasone)
Hari kedua dan ketiga perawatan
Terapi tetap
Metal prednisolon 2 x ampul
Hari kempat dan lima perawatan

Terapi tetap
Metyl prednisolon 2x0,8 ml
Infuse albumin
Konsul ke bagian interna
Hari keenam dan ketujuh perawatan
Terapi tetap
Metyl prednisolon 2x0,5 ml

Hari kedelapan perawatan


Terapi krim tetap
Terdapat pustul di wajah, di curigai adalah herpes labialis
Obat untuk dirumah :
Prednisolon tab. 2x0,3 mg

Cefadroxil tab. 2x1


Loratadine 1x1 (jika gatal)
Krim hidrocortison 2,5% 3x/hari (untuk bercak merah)
Krim oxytetrasiklin 3x/hari (untuk lecet dan bernanah)
Nacl O,9% (untuk nanah dan wajah)
Kassa stril
Acyclovir 3x400 mg tab. Selama 7 hari
VIII.

IX.

PROGNOSIS
a. Ad Vitam
b. Ad Sanam
c. Ad kosmetikan

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

ANJURAN
a. Berobat sampai tuntas dan teratur.
b. Tidak membeli obat sembarangan di warung.
c. Menggunting kuku yang panjang mengurangi erosi akibat garukan
d. Menjaga higienitas.

BAB III
PEMBAHASAN
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien S didapatkan keluhan seluruh
tubuh gatal dan mengelupas pada ukk di lokasi I terdapat makula eritem, papul,
pustul, skuama di seluruh tubuh dan di lokasi ke II tangan kanan - kiri dan tungkai
bawah kanan kiri terdapat makula eritem, papul, pustul, bula pustulosa, krusta,
skuama, erosi. Ini sesuai dengan kepustakaan tentang Gambaran klinis eritroderma

dengan beraneka ragam dan bervariasi tiap individu. Kelainan yang paling pertama
muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, yang
umumnya terjadi pada areagenetalia, ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan
meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan
terkena, yang akan menunjukan gambaran yang disebut red man syndrome.6
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah
lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari
halus sampai kasar.6 Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut
dan matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada
banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. Telapak
tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenaimembran mukosa.
Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi.2,6
Riwayat penyakit dahulu pasien mengaku 5 tahun yang lalu pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya, riwayat ketombe pada kulit kepada disangkal dan alergi
terhadap obat juga disangkal. Keluarga terdekat tidak ada yang memiliki penyakit
seperti ini sebelumnya, pasien tinggal di rumah sendiri bersama suami beserta anak.
Pasien merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bermata pencarian sebagai
petani. Biaya pengobatan ditanggung pemerintah (Jamkesda), secara ekonomi pasien
merupakan warga yang kurang mampu.
Dari hasil pemeriksaan labolatorium berupa, darah rutin , albumin, elektrolit,
GDS, SGOT dan SGPT didapatkan hipoalbunemia, pemeriksaan penunjang berupa
histopatologi tidak dilakukan karena keterbatasan sarana yang ada. Sesuai dengan
kepustakaan yang ada pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan
penurunan hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum
menurun sedangkan globulin meningkat relatif. Didapatkan pula ketidak seimbangan
elektrolit karena dehidrasi.6 Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi
dapat membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50%
kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat
dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol,
terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih
dominan.2
Dari UKK dan hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang pasien
dapat diadnosis banding :
a. Eritroderma et causa drug eruption

Keadaan ini biasanya ditemukan pada dewasa muda, obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenic organic, emas, merkuri (jarang), penisilin,
barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat sering
melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.
b. Eritroderma et causa idiopatik
Pada pioderma gangrenosum, batas ulkus mempunyai gejala khas dengan
terapi nekrotik kebiruan yang bergaung dan halo eritematosa perifer. Ulkus sering
berawa sebagai pustula yang kemudian meluas lebih cepat sampai berukuran 20
cm. walaupun lesi ini sering ditemukan pada eritemas bagian bawah, lesi dapet
timbul dimana saja pada permukaan tubuh, termasuk pada tempat trauma (patergi).
Sejumlah kira-kira 30-50% kasus adalah idiopatik, dan kelainan yang paling sering
dikaitan adalah colitis ulseratif, dan penyakit Crohn. Lesi jarang berkaitan dengan
hepatitis kronis aktif, artritis rematoid seropositife, leukimian gronulostik kronik
dan akaut, polisetemia vera dan meiloma.
c. Eritroderma et causa dermantitis seboroik
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga
dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita
berkisar 4-20 minggu.Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa
minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2,

d. Pustulosa eksamatosa akut generalisata

Erupsi

akneiformis

berhubungan

dengan

iodida,

bromida,

hormon

adrenokortikotropin (ACTH), glukokortikoid, isoniazid, androgen, lithium,


aktinomisin D dan fenitoin. Akne yang diinduksi oleh obat biasanya muncul di area
atipikal, seperti pada lengan dan kaki, dan yang paling sering monomorphous.
Biasanya tidak terdapat komedo. Faktanya adalah erupsi akneiformis tidak
mempengaruhi masa prepubertas pada anak yang menunjukkan bahwa perubahan
hormonal pertama kali sebelumnya bukan merupakan syarat terjadinya erupsi
akneiformis. Pada kasus dimana agent penyebab tidak dapat dihentikan, tretionoin
topikal mungkin sangat berguna.
Eksantematosa pustulosis akut generalisata (AGEP) merupakan demam erupsi
akut

yang sering terjadi disertai adanya leukositosis (figur. 183-2). Setelah

10

konsumsi obat, akan memakan waktu 1 sampai 3 minggu sebelum lesi pada kulit
muncul, yang mana, pada pasien yang sebelumnya tersensitisasi, gejala pada kulit
mungkin muncul dalam 2 sampai 3 hari. Lesi sering mucul pertama kali pada
wajah atau lipatan kulit. Deskuamasi menyeluruh terjadi kurang lebih 2 minggu
kemudian. Perkiraan laju insidensi AGEP kurang lebih mencapai 1 dari 5 juta kasus
per tahun. Diagnosis banding meliputi psoriasis pustular, sindroma reaksi
hipersensitivitas dengan pustul, dermatosis pustular subkorneal ( penyakit
Sneddon-Wilkinson), vaskulitis pustular, atau TEN terutama pada kasus AGEP
yang berat. Analisis histopatologi yang khas pada lesi AGEP menunjukkan
subkorneal spongiformis dan atau pustul-pustul intraepidermal, tanda sering dari
edema papilar dermis, dan infiltrat perivaskuler dengan banyak neutrofil dan
eksositosis dari sejumlah eosinofil.
Diagnosis kerja dari penyakit yang di derita oleh pasien S adalah Eritroderma
et causa drug eruption karena sesuai dengan tanda-tanda yang ada dalam pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan UKK yang ada serta riwayat sebelumnya. Seperti
seluruh tubuh gatal dan mengelupas pada ukk di lokasi I terdapat makula eritem,
papul, pustul, skuama di seluruh tubuh dan di lokasi ke II tangan kanan - kiri dan
tungkai bawah kanan kiri terdapat makula eritem, papul, pustul, bula pustulosa,
krusta, skuama, erosi. Ini sesuai dengan kepustakaan tentang Gambaran klinis
eritroderma dengan beraneka ragam dan bervariasi tiap individu. Kelainan yang
paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh
darah, yang umumnya terjadi pada areagenetalia, ekstremitas, atau kepala. Eritema ini
akan meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan
terkena, yang akan menunjukan gambaran yang disebut red man syndrome.6
Riwayat penyakit dahulu pasien mengaku 5 tahun yang lalu pernah mengalami sakit
seperti ini sebelumnya, riwayat ketombe pada kulit kepada disangkal dan alergi
terhadap obat juga disangkal. Keluarga terdekat tidak ada yang memiliki penyakit
seperti ini sebelumnya, pasien tinggal di rumah sendiri bersama suami beserta anak.
Pasien merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bermata pencarian sebagai
petani. Biaya pengobatan ditanggung pemerintah (Jamkesda), secara ekonomi pasien
merupakan warga yang kurang mampu.
Dari hasil pemeriksaan labolatorium berupa, darah rutin , albumin, elektrolit,
GDS, SGOT dan SGPT didapatkan hipoalbunemia, pemeriksaan penunjang berupa
histopatologi tidak dilakukan karena keterbatasan sarana yang ada. Sesuai dengan
11

kepustakaan yang ada pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan


penurunan hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum
menurun sedangkan globulin meningkat relatif. Didapatkan pula ketidak seimbangan
elektrolit karena dehidrasi.6 Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi
dapat membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50%
kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat
dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol,
terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih
dominan.2
Keadaan ini biasanya ditemukan pada dewasa muda, obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenic organic, emas, merkuri (jarang), penisilin,
barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat sering
melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.
Pengobatan
Hari pertama perawatan
Infuse RL 20 tetes/menit
Injeksi metyl prednisolon 2x1 ampul (1 ampul = 2 ml)
Injeksi cefotaxime 2x1 ampul (1 ampul = 2 ml)
Loratadine 1x1 (jika gatal)
Krim fucilex 3x/hari (untuk lecet dan bernanah)
Krim racikan carmed 20% 40gr (urea 20%) pyderma 20gr (depoximetasone)
Hari kedua dan ketiga perawatan
Terapi tetap
Metal prednisolon 2 x ampul
Hari kempat dan lima perawatan
Terapi tetap
Metyl prednisolon 2x0,8 ml
Infuse albumin
Konsul ke bagian interna
Hari keenam dan ketujuh perawatan
Terapi tetap
Metyl prednisolon 2x0,5 ml
Hari kedelapan perawatan
Terapi krim tetap
Terdapat pustul di wajah, di curigai adalah herpes labialis
Obat untuk dirumah :
Prednisolon tab. 2x0,3 mg
Cefadroxil tab. 2x1
Loratadine 1x1 (jika gatal)
Krim hidrocortison 2,5% 3x/hari (untuk bercak merah)
Krim oxytetrasiklin 3x/hari (untuk lecet dan bernanah)
Nacl O,9% (untuk nanah dan wajah)
Kassa stril

12

Acyclovir 3x400 mg tab. Selama 7 hari


Prognosis
Ad Vitam
: ad bonam
Pasien dapat sembuh bila mengikuti anjuran dokter meminum obat teratur dan
menaati anjura yang diberikan.
Ad Sanam
: dubia ad bonam
Pasien dapat sembuh namun akan diderita lagi apabila pasien terkena alergi
terhadap suatu obat tertentu.
Ad kosmetikan
: dubia ad bonam
Pasien dapat sembuh namun secara estetika kulit yang terkena tergantung tingkat
keparahannya.
Anjuran , berobat sampai tuntas dan teratur, tidak membeli obat sembarangan di
warung, menggunting kuku yang panjang mengurangi erosi akibat garukan,
menjaga higienitas.

13

BAB IV
KESIMPULAN
Pasien S dari pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa pasien ter sebut
menderita Eritroderma et causa drug eruption karena sesuai dengan tanda-tanda yang ada
dalam pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan UKK yang ada serta riwayat
sebelumnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th
ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;3-5.
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa, Data editor; mochtar hamzah, siti aisah.
mochtar hamzah, siti aisah. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-200.
3. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Emedicine (updated 24
Januari 2012; cited 10 Februari 2012). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
4. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit kulit. 2nd ed. Jakarta: EGC.
2005.p; 94-106,236-238.
5. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th
ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 138.
6. Imtikhananik. Dermatitis Exfoliativa. Cermin Dunia Kedokt 1992;74:16-18.
7. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.2007.p; 11.
8. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical study of 97 cases. BMC Dermatology.
2005; 5:5
9. Freedberg M. Irwin, Cutaneous reaction to drugs, Editor; Arthut Z.Eisen, Klaus Wolff,
K. Frank Austen, Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz. Fitzpatrics Dermatologi in
general medicine vol 1 sixth edition 2003.p.1330-1332

15

Anda mungkin juga menyukai