PENDAHULUAN
1.1 Ciri Umum Kelompok Bacillus
Secara umum, Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan
tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang
mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic
sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang
dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Beberapa anggota Bacillus memiliki S-layer yang merupakan lapisan crystalline
dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul kebanyakan anggota
Bacillus mengandung D atau L-glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki
kapsul yang mengandung karbohidrat. Variasi struktur dinding sel seperti pada
kebanyakan bakteri gram negatif tidak ditemukan pada genus Bacillus. Dinding sel
vegetatif kebanyakan anggota Bacillus terbuat dari peptidoglikan yang mengandung
Meso-Diaminopimelic acid (DAP) dengan tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi
diantara spesies. Kebanyakan anggota genus Bacillus merupakan bakteri yang bersifat
motil dan memiliki flagela tipe peritrik.
Bakteri Bacillus sp. biasanya banyak ditemukan di tanah. Cara untuk mendapatkan
bakteri Bacillus sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah menggunakan sendok yang
telah disterilisasikan terlebih dahulu kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari
permukaan tanah. Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif dengan sel batang
berukuran 0,3-22x1,27-7 m, sebagian bersifat motil (mampu bergerak) mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman
sel vegetatif sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang tidak
menguntungkan bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan
dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila
dilihat di bawah mikroskop. Endospora dibentuk dalam sporangium di dalam sel dan
dibentuk saat sel masak. Endospora memiliki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten.
Letak endospora dalam sel ukuran selama pembentukannya tidak sama antara spesies satu
dengan lainnya. Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora
dapat berbentuk oval, silindris, bulat, atau lainnya.
Bacillus sp. bersifat aerob sampai anaerob fakultatif, metabolisme dengan
fermentasi dan respirasi. Isolat-isolat murni tersebut dipelihara dalam medium agar
miring. Untuk memastikan bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka dilakukan
serangkaian pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram, pengecetan negatif
dan motilitasnya. Bacillus dibedakan dari anggota familia Bacillaceae lainnya
berdasarkan sifat-sifatnya yaitu: keseluruhannya merupakan pembentuk spora, hidup pada
kondisi aerob baik sebagai jasad yang sepenuhnya aerob maupun aerob fakultatif, selnya
berbentuk batang, dan memproduksi katalase.
1.2 Jenis-jenis Bacillus
Kebanyakan anggota genus Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat
dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus
subtilis. Beberapa di antaranya patogen bagi insekta Bacillus cereus dapat tumbuh pada
makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan.
Organisme ini kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit pada orang fungsi imun yang
terganggu (misalnya meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, atau gastro
enteritis akut). Bacillus anthracis, penyebab antraks adalah bakteri patogen utama genus
ini.
1. Bacillus anthracis
Kuman antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi pada ternak lembu,
kambing, domba dan babi. Kuman dikelurakan melalui feses, urin dan saliva binatang
yang terinfeksi dan bertahan hidup di ladang dalam bentuk spora untuk waktu yang lama
sekali.
Morfologi
Batang dengan ukuran 1 x 3-4 m, dapat tersusun dengan seperti bamboo, bentuk
batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk
rantai pendek, tidak bergerak, berspora oval yang letaknya sental, kadang-kadang
berkapsul.
Struktur Antigen
Bahan simpai B anthracis, yang terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang
mengandung asam D-glutamat, adalah suatu hapten. Badan bakteri mengandung protein
dan suatu polisakarida somatic, keduanya bersifat antigenik.
Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan hewan lainnya;
manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan masuknya spora melalui luka
pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi spora ke dalam paru-paru. Pada
hewan, pintu masuknya adalah mulut dan saluran pencernaan. Spora dari tanah yang
tercemar mudah masuk bila termakan bersama tumbuhan berduri atau yang merangsang.
Pada manusia, goresan pada kulit atau inhalasi menyebabkan timbulnya infeksi.
Spora tumbuh pada jaringan di tempat masuk, dan pertumbuhan organisme vegetative
mengakibatkan pembentukkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui
getah bening ke dalam aliran darah, bakteri berkembang biak dengan bebas dalam darah
dan jaringan segera sebelum dan setelah kematian hewan. Dalam plasma hewan yang
mati karena antraks, telah ditemukan suatu faktor toksik. Bila diinokulasikan, zat ini
mematikan mencit atau marmot dan secara spesifik dinetralisasi oleh antiserum antraks.
Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan
polipeptida pada
simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti reaksi akibat
infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang kekebalan yang kuat
terhadap antraks bila disutikkan pada hewan. Dari filtrat (toksin antraks), telah
dipisahkan tiga zat dengan filtrasi gelas dan kromatrografi: (1) antigen proktektif, (2)
faktor edema, dan (3) faktor letal. Campuran dari (1), (2), dan (3) lebih toksik pada
hewan, dan campuran seperti ini lebih imunogenik daripada masing-masing zat sendirisendiri. Pembentukan toksik berada di bawah pengaruh suatu plasmid; bila plasmid ini
hilang, toksik tidak diproduksi.
Tipe antraks yang lain adalah antraks pernapasan (penyakit tukang sortir wool).
Spora atraks yang terhirup dari debu wool, bulu atau kulit mengakibatkan berkembangnya
spora dalam paru-paru atau dalam kelenjar getah bening trakebronkial dan menimbulkan
mediastinitis hemoragik, pneumonia, meningitis, dan sepsis yang biasa cepat
menimbulkan kematian jumlah organisme dalam darah melebihi 10/ mL.
Patologi
3
Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat masuk. Simpai tetap
utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar cairan seperti protein yang
mengandung sedikit leukosit, organisme kemudian dengan cepat menyebar dan mencapai
aliran darah.
Pada hewan yang resisten, organisme berkembang biak selama beberapa jam, setelah
itu terkumpul sejumlah besar leukosit. Simpai lambat laun mengalami disintegrasi dan
menghilang. Organisme tetap terlokalisasi.
Gambaran Klinik
Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-mula timbul
popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora melalui goresan. Papula
ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian pustula, dan akhirnya menjadi ulkus
nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar, menimbulkan septikemia.
Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis, meningitis
atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok merupakan gejala
yang terakhir.
Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme menyebar
lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena itu, sakit perut,
muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.
Tes Diagnostik Laboratorium
A. Bahan: Cairan atau nanah dari lesi lokal, darah, dahak.
B. Pewarnaan Sediaan: Dari lesi lokal atau darah hewan yang mati; rantai bakteri
terbentuk batang besar Gram-positif sering terlihat. Antraks dapat diidentifikasi
pada sediaan kering dengan teknik pewarnaan imunofluoresensi.
C. Biakan: Bila dibiakkan pada lempeng agar darah, organisme ini membentuk
koloni kelabu nonhemolitik dengan morfologi mikroskopis yang khas. Peragian
karbohidrat tidak bermanfaat. Pada perbenihan setengah padat, basil antraks selalu
tidak bergerak, sedangkan organisme tidak patogen yang sejenis (misal B cereus)
menunjukkan pergerakkan dengan menyebar. Biakan antraks virulen mematikan
mencit atau marmot bila disutikkan secara intraperitoneal.
D. Tes Serologi: Antibodi penyebab presipitasi atau
hemaglutinasi
dapat
diperlihatkan dalam serum orang atau hewan yang telah divaksinasi atau
terinfeksi.
harus diimunisasi dengan vaksin bebas-sel yang dapat diperoleh dari Centers for Disease
Control, Atlanta, GA 30333.
2. Bacillus cereus
Dapat menyebabkan keracuann makanan dan juga menyebabkan pneumonia,
bronkopneumonia dan luka.
Morfologi
Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang pertama kali
diisolasi pada tahun 1969 dari darah dan cairan pleura pasien pneumonia. Bacillus cereus
memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: Gram positif dengan lebar sel 0,9
1,2 m dan panjang 3 5 m. motilitas positif, spora elipsoidal, sentral atau parasentral,
spora jarang keluar dari sporangia. Tidak membentuk kapsul, biasanya muncul dalam
bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk koloni irregular, opague terkadang waxy. Pada
medium cair membentuk turbiditas moderate .
Enterotoksin
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus thuringiensis dan
Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan determinasi motilitas
(kebanyakan Bacillus cereus bersifat motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan
oleh B. thuringiensis), aktivitas hemolisis (B cereus memiliki sifat ini, sedangkan B.
anthracis bersifat non-hemolitik).
Bacillus cereus menghasilkan beberapa enterotoksin dapat dalam makanan atau
dibentuk dalam usus penyebab penting dari infeksi mata, keratitis berat, endoftalmitis dan
panoftalmitis (khasnya bakteri masuk ke dalam mata melalui benda asing yang berkaitan
dengan trauma). Enterotoksin penyebab diare bersifat keracunan lewat makan (diarrheal
type). Enterotoksin penyebab muntah berkaitan pada nasi panas tercemar (emetic type)
dengan gejala mual, kejang otot perut. Dalam pertumbuhan Bacillus cereus menghasilkan
toksin selama pertumbuhan atau selama sporulasi.
Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi manusia
karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya yang bersifat
saprofitik dapat bermanfaat sebagai probiotik dan juga penghasil antibiotik yang
potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan terkandung dalam bahan pangan dan
menyebabkan 2 tipe keracunan makanan: 1) emetic yang merupakan keracunan yang
dimediasi oleh toksin yang sangat stabil yang dapat bertahan pada temperatur tinggi, pH
6
ekstrim serta tahan terhadap enzim pencernaan seperti: trypsin, pepsin. 2) diarrhoeal
yang dimediasi oleh enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam. Bacillus cereus
merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang luas dan
terdapat strain yang tergolong psychrophilic hingga thermophilic. Karena kebanyakan
strain Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal dan menyebabkan infeksi diarrhoeal,
maka temperatur 37oC merupakan temperatur pertumbuhan yang optimal.
Antibiotika
Beberapa species utama genus Bacillus yang dapat memproduksi peptida antibiotik
diantaranya: Bacillus brevis (contoh: Gramicidin, Tyrothricin), Bacillus cereus (Cerexin,
Zwitermicin), Bacillus circulans (contoh: Circulin) , Bacillus laterosporus (contoh:
Laterosporin). Bacillus licheniformis (contoh: Bacitracin), Bacillus polymyxa (Polymixin,
Colistin), Bacillus pumilus (contoh: Pumilin) dan Bacillus subtilis (Difficidin, Subtilin,
Mycobacillin).
Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang memiliki potensi
antibiotik.
Bacillus
cereus
memproduksi
Biocercin
yang
efektif
menghambat
UW 56, UW 64, UW 78, UW 89, UW 96,UW 119 dan UW 120. Beberapa strain tersebut
selain memproduksi Zwittermycin A, juga memproduksi Kanosamin yang merupakan
antibiotik dengan spektrum luas.
Gejala-gejala Penyakit
Keracunan makanan karena B. cereus merupakan penamaan secara umum, walaupun
ada dua tipe penyakit yang disebabkan oleh dua metabolit yang berbeda. Penyakit dengan
gejala diare (tipe diare) disebabkan oleh protein dengan berat molekul besar, sementara
penyakit dengan gejala muntah (tipe emetik) diyakini disebabkan oleh peptida tahan
panas dengan berat molekul rendah.
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena B. cereus mirip dengan gejala
keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens . Diare berair, kram
perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang
terkontaminasi. Rasa mual mungkin menyertai diare, tetapi jarang terjadi muntah
(emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap berlangsung selama 24 jam.
Keracunan makanan tipe emetik ditandai dengan mual dan muntah dalam waktu 0.5
sampai 6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang kram
perut dan/atau diare dapat juga terjadi. Umumnya gejala terjadi selama kurang dari 24
jam. Gejala-gejala keracunan makanan tipe ini mirip dengan gejala keracunan makanan
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus . Beberapa strain B. subtilis dan B.
licheniformis telah diisolasi dari kambing dan ayam yang dicurigai menjadi penyebab
kasus keracunan makanan. Organisme-organisme ini menghasilkan racun yang sangat
tahan panas yang mungkin mirip dengan racun penyebab muntah yang diproduksi oleh B.
cereus .
Keberadaan B. cereus dalam jumlah besar (lebih dari 10 6 organisme/g) dalam
makanan merupakan indikasi adanya pertumbuhan dan pembelahan sel bakteri secara
aktif, dan berpotensi membahayakan kesehatan.
Diagnosis
Bacillus cereus dipastikan sebagai penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila
(1) hasil isolasi Bacillus cereus menunjukkan bahwa strain-strain dari serotip yang sama
ditemukan pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan pasien, atau (2)
hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai, kotoran, atau muntahan pasien
8
menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal sebagai
penyebab keracunan makanan, atau (3) dengan cara mengisolasi Bacillus cereus dari
makanan yang dicurigai dan menentukan kemampuannya dalam menghasilkan
enterotoxin ( enterotoxigenicity ) dengan uji serologis (untuk toxin penyebab diare) atau
uji biologis (untuk tipe diare dan emetik). Pada tipe emetik, waktu yang cepat munculnya
gejala segera setelah infeksi, didukung dengan beberapa bukti pada makanan, seringkali
sudah cukup untuk mendiagnosis keracunan makanan tipe ini.
Tes Diagnostik Laboratorium
Bacillus cereus non pathogen menunjukkan pergerakan dengan penyebaran
(swarming) pada media kultur seengah padat. Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat
tumbuh pada rentang temperatur 5 50 oC dengan temperatur optimal antara 35 - 40 oC,
resisten terhadap pH 4,59,3. Dapat tumbuh pada anaerobic agar dan nutrien broth dan
penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 10 % darah domba.
Waktu generasi relatif singkat, antara 20 30 menit. Dalam medium GA, Bacillus cereus
telah mencapai fase eksponensial pada 6 jam inkubasi dan mencapai fase stasioner 20 jam
setelah inkubasi.
Patogenesis
Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan makanan
(2-5%), menyebabkan mual muntah, parah dan diare penyakit bawaan makanan Bacillus.
Terjadi karena kelangsungan hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar matang.
Memasak suhu kurang dari atau sama dengan 100 C (212 F) memungkinkan beberapa
spora Bacillus cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan itu
tidak benar didinginkan, yang memungkinkan endospores untuk berkecambah. Makanan
dimasak tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau pendinginan yang cepat dan
pendinginan harus disimpan pada suhu di atas 60 C (140 F). Perkecambahan dan
pertumbuhan umumnya terjadi antara 10-50 C (50-122 F), meskipun beberapa strain
psychrotrophic hasil pertumbuhan bakteri dalam produksi enterotoksin, salah satunya
sangat tahan terhadap panas dan pH antara 2 dan 11;. konsumsi menyebabkan dua jenis
penyakit, diare dan muntah (muntah) sindrom .
Makanan yang Terkait
Berbagai jenis makanan, termasuk daging, susu, sayuran, dan ikan, berkaitan dengan
penyebab keracunan makanan tipe diare. Kasus-kasus tipe emetik umumnya berkaitan
dengan makanan dari beras. Walaupun demikian, makanan bertepung lainnya seperti
kentang, pasta, dan keju juga dapat menjadi penyebabnya. Campuran makanan seperti
saus, pudding, sup, casserole (sejenis makanan yang dimasak dalam wadah tertutup di
atas api kecil), pastry (sejenis kue), dan salad sering dicurigai sebagai penyebab dalam
kasus-kasus keracunan makanan.
Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian, makanan
yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun yang
menyebabkan muntah. Resiko paling besar yaitu kontaminasi silang, yakni apabila
makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang
terkontaminasi (misalnya alas pemotong).
Tipe emetik umumnya berkaitan dengan makanan yang mengandung tepung, yang
disimpan dengan cara yang tidak benar (misalnya nasi, pasta). Penyimpanan dengan
benar (di bawah 7C dan hanya untuk beberapa hari) akan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan produksi racun.
Populasi Rentan
Semua orang diyakini rentan terhadap keracunan makanan oleh Bacillus cereus.
Epidemiologi
Bacillus sp termasuk kedalam family Bacillaceae. Untuk bakteri Bacillus cereus
sendiri merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora
yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, et al., 1982).
Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung
NaOH dan HCL.
3. Bacillus subtilis
Dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-lainnya.
Morfologi
10
Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif,
katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan
untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut
mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus
subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak benar.
Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi
yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada
roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya
bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua
membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus subtilis merupakan jenis
kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55 C dan
mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 C 80 .
Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian Gottfried Ehrenberg
pada tahun 1835. Kemudian nama Bacillus subtilis dikenalkan oleh Ferdinand Cohn pada
1872. Bacillus subtilis telah digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif dari obat karena
efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah ditemukan secara
signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM, IgG ,dan Iga keluarnya. Bakteri
ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946 sebagai immunostimulatory
bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract seperti Rotavirus dan
Shigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah pengenalan konsumen antibiotik murah
walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi kesempatan yang cukup rendah dan racun
normal flora usus.
Toksik
Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai manusia pathogen; dapat mencemari makanan
tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. Bacillus subtilis produces the proteolytic
enzyme subtilisin . Bacillus subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin.
Bacillus subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan
untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yang
lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang rantai
polysaccharides dan manja dalam adonan roti.
11
12
BAB II
IDENTIFIKASI
ditanam specimen)
Untuk memperbanyak bakteri (yang ditanam culture bakteri atau koloni bakteri)
Untuk menghitung jumlah kuman (yang ditanam, suspensi sampel)
Cara penanaman:
1. Goresan sejajar : (isolasi)
a. Ose dibakar sampai steril, dinginkan
b. Dengan ose yang sudah steril diambil sampel atau bakteri culture, dipulaskan
di salah sisi/ tepi media jangan menyentuh dinding petridish
c. Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar sampai
memenuhi permukaan media.
2. Goresan sejajar melingkar : (isolasi)
a. Ose dibakar sampai steril, dinginkan
b. Dengan ose yang sudah steril diambil sampel atau bakteri cultur, dipulaskan di
salah sisi/ tepi media jangan menyentuh dinding petridish
c. Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar pada salah
satu tepi media, dengan salah satu sisinya
d. Ose dibalik dengan melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama, setelah
medianya diputar 90C
e. Dengan ose yang dimiringkan goresan-goresan sejajar kedua, digoreskan
sejajar lagi setelah medianya diputar 90C
f. Media diputar 90C, goresan-goresan sejajar yang ketiga digoreskan sejajar
lagi dengan ose yang sudah dibalik, sampai memenuhi permukaan media
plate.
3. Cara taburan : (isolasi dan memperbanyak)
13
a. Suspensi sampel, sampel cair atau cultur bakteri di dalam media cair diambil
dengan pipet steril sebanyak 0,1 ml diteteskan di permukaan media plate tepat
ditengah-tengahnya
b. Dengan menggunakan spatel yang terbuat dari kaca/kawat, yang sudah steril
dan dingin, tetesan itu diratakan pada seluh permukaan media plate.
4. Cara penuangan : (penghitungan)
a. Suspensi sampel/ sampel cair diteteskan ke dalam petridish steril ssebanyak
0,1 atau 1 ml secara steril
b. Dituangi media padat steril yang dicairkan, sebanyak sampai menutupi semua
permukaan dasar petridish
c. Campur baik-baik, tunggu sampai agar-agarnya membeku
d. Dibalik, masuk incubator 37C 48 jam
Catatan: Media yang digunakan tergantung dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan:
-
B.
14
Cara penanaman:
a.
b.
c.
d.
Cara penanaman:
a.
b.
c.
d.
Jarum ose
Object glass
Mikroskop
Mikrometer
Kertas merang
Tabung reaksi
Pipet tetes
Beaker glass
Cawan petri
Oven
Pembakar spirtus
16
Inkubator
Wrapper
B. Bahan
-
Aquades
Alkohol 70%
Alumunium foil
Medium Nutrient Agar (NA)
Nitrat Broth (NB)
Malachite Green
Sterch Agar (SA)
SIMA Semisolid
Skim Milk Agar (SMA)
Simon Citrat
MR-VP Broth
KOH-Alfanafto
Reagen A dan B,
NB 0%
NB +NaCl (6,5%, dan 10 %)
Kristal Violet
Lugols Iodine
Safranin
Etanol 96%
Reagen HO
Media Rafinosa
Laktosa
Reagen Oksidase
C. Metode
- Hari I :
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Mac Conkey.
Masuk inkubator 37C 24 jam. (hasil pada Hari II)
- Hari II :
Koloni yang tersangka dari Blood agar plate dicat Gram. Kalau ditemukan Gram
(+) batang kemudian ditanam pada media gula dan media lainnya.
Masuk inkubator 37C 24 jam. (hasil pada Hari III)
Hari III :
Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media lainnya, dilakukan
test kimia.
a.
D. Cara Kerja
Pengambilan Sampel
1. Tanah diambil secara aseptis
2. Alumunium foil disiapkan yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%
3. Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam
alumunium foil steril kemudian ditutup rapat.
b. Tahap Isolasi Bacillus
1. Preparasi suspensi dilakukan
2. Sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama
3. Sampel tanah direbus pada suhu 80oC selama 10 menit
17
c.
18
Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Starch Agar sebanyak 1 ose.
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperature 30oC
Permukaan media ditetesi dengan larutan Lugols Iodine.
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni
menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona jernih (warna biru
reagen) menandakan hasil uji negatif
19
l.
Uji Katalase
1.
2.
3.
4.
m. Uji Oksidase
1.
2.
3.
4.
Dibuat preparat ulas bakteri pada objek glass, tutup dengan potongan tissue
Ditetesi dengan reagen oksidase
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil uji negatif yaitu tidak terbentuk
warna biru marun
Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair Nitrate Broth sebanyak 1 ose
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
Diteteskan 1 ml nitrat reagen A dan dilanjutkan dengan nitrate reagen B
Hasil positif jika terbentuk warna merah tua/ merah gelap, jika belum
terbentuk warna merah, ditambahkan bubuk seng (sampai dengan 5 mg/ml
media) dan diamati jika terbentuk warna merah maka hasi pengujian positif
20
Pengamatan
Bentuk koloni
Ukuran
Elevasi
Margin
Permukaan
Hasil
Circular
Moderate
Convex
Entire
Halus mengkilap
Jenis Uji
Isolat
1.
Gram
2.
Endospora
3.
Katalase
4.
Starch
5.
Casein
6.
Rafinossa
7.
NaCl 10%
8.
Sitrat
9.
Motilitas
10. VP
11. Oksidase
21
Spesies
B. anthracis
Glukosa
+
Laktosa Mannitol
-
2.
B. cereus
3.
B. subtilis
Maltosa
+
Sukrosa
+
+/-
Jenis Uji
IA
IB
IC
ID
IE
1.
Gram
2.
Endospora
3.
Starch
4.
Casein
5.
Rafinossa
6.
NaCl 10%
7.
Sitrat
8.
Motilitas
9.
VP
10. Oksidase
1
1
1
Jumlah karakter
8
7
7
yang sama
% Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%
Jumlah karakter yang diujikan
= 8 x 100 %
10
= 80 %
Keterangan :
d = 16-84% strain positif
A = Bacillus anthracis
B = Bacillus cereus
C = Bacillus thuringiensis
D = Bacillus megaterium
E = Bacillus subtilis
22
b. Pembahasan
Pengambilan sampel (tanah kandang) dilakukan dengan cara sterilisasi
sendok yang ingin dipakai terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf
kemudian ambil sampel tanah kedalaman 3cm dari permukaan, masukkan
kedalam alumunium foil yang sebelumnya disterilisasikan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol 70% kemudian ditutup rapat. Pengambilan
sampel dilakukan dengan mensterilisasikan alat terlebih dahulu agar dapat
dilindungi dari kontaminasi. Dilakukan dengan prosedur kerja aseptik dengan
senyawa desinfektan yang sesuai. Menyesuaikan wadah sampel yang diambil
dan metode yang sesuai dengan jenis sampel. Kemudian sampel yang
mengandung bakteri tersebut dijaga agar tetap menggambarkan kondisi yang
ada sebelum memasuki tahap analisa.
Isolasi Bacillus sp. dilakukan dengan cara sampel tanah yang telah
didapat dimasukkan kedalam tabung yang berisi akuades steril kemudian
direbus 10 menit dengan suhu 80C diatas dandang, tanah rebusan
diinokulasikan kedalam cawan yang telah berisi medium NA kemudian
disreak sinambung, inkubasi selama 2x24 jam dengan suhu ruang. Proses
perebusan dilakukan agar bakteri yang diinginkan (Bacillus sp.) membentuk
endospora. Terbentuknya endospora bertujuan untuk melindungi bakteri dari
lingkungan yang kurang menguntungkan (Sudjadi, 2006).
Misalnya, lingkungan yang terlalu kering, banyak mengandung bahan
kimia, dan panas yang terlalu tinggi. Endospora memiliki dinding yang tebal,
oleh karena itu bakteri yang menghasilkan endospora dapat bertahan hidup
pada lingkungan yang ekstrim. Jika keadaan lingkungan membaik, maka
pembungkus spora segera pecah dan bakteri kembali memulai aktivitas
hidupnya sebagaimana biasanya. Contoh bakteri yang menghasilkan
endospora adalah Bacillus dan Clostridium (Sudjadi, 2006).
Pemurnian sampel dari hasil yang telah diisolasi dilakukan dengan cara
pemilihan satu koloni (koloni tunggal) yang nampak terdiri dari satu tipe sel,
amati bakteri Bacillus sp. inokulasikan ke media NA disteak kuadran
kemudian diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu ruang 30oC. Hasil
pemurnian ambil koloni tunggal kemudian diamati bentuk, ukuran, elevasi,
permukaan, dan margin didapatkan hasil koloni berbentuk bulat atau circular,
berukuran sedang atau moderate, elevasi convex, permukaan halus mengkilap,
object glass (Udin, 2001). Kemudian ditetesi dengan gram A yaitu Kristal
violet didiamkan selama 60 detik, pemberian Kristal violet bertujuan untuk
memberikan warna dasar atau pewarna primer yaitu pewarnaan dinding sel
bakteri.
Kemudian dicuci keringanginkan, ditetesi lugols iodine dibiarkan
selama 60 detik bertujuan sebagai pewarna kedua atau pewarna pengganti.
Setelah terwarnai dicuci keringanginkan kemudian dicuci dengan gram C
(ethanol 96%) setetes demi setetes sampai ethanol yang jatuh berwarana
bening, namun jangan sampai terlalu banyak. Berfungsi untuk melarutkan
pewarna (decolorizing agent) kemudian ditetesi dengan gram D (safranin)
dibiarkan 45 detik lalu cuci keringanginkan, pemberian safranin digunakan
sebagai pewarna pembanding (James, 2008). Setelah itu amati dibawah
mikroskop. Hasil yang didapat terlihat warna ungu muda. Bakteri gram positif
mempertahankan zat warna gentian violet dan bakteri gram negatif
mempertahankan warna merah (Udin, 2001).
Uji pewarnaan endospora dilakukan dengan mengulas bakteri pada
object glass kemudian ditutup dengan kertas merang lalu ditetesi dengan
malachite green diatas kertas merang kemudian diuapkan diatas dandang,
pemberian malachite green bertujuan untuk melumuri fiksasi panas. Jangan
sampai mengering jika kering ditetesi lagi malachite green. Pemanasan
bertujuan untuk membantu warna menembus dinding endospora. Kemudian
bilas dengan aquades lalu ditetesi dengan safranin sebagai counterstain yang
digunakan untuk melumuri bagian warna dari sel yang lain daripada endospora
(James, 2008). Didiamkan selama 45 detik, dicuci keringanginkan kemudian
diamati dibawah mikroskop didapatkan hasilkan endospora berwarna hijau
sedangkan sel vegetative berwarna merah.
Uji mortilitas bakteri yang diinokulasikan pada medium SIMA semisolid
sebanyak 1 ose kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang 30 oC,
menunjukan tidak adanya pertumbuhan koloni pada medium tegak SIMA yang
telah ditusuk dengan jarum ose, hasilnya hanya tumbuh diatas permukaan
medium. Banyaknya koloni bakteri yang tumbuh pada suatu substrat sangat
dipengaruhi oleh tersedianya kondisi fisik, nutrisi, dan sifat hudupnya
(Priyani,
2006). Pertumbuhan
dipermukaan
medium
ini
media
hanya
tertanam
dipermukaan.
Namun
ada
beberapa
spesies Bacillus yang tidak bersiat motil salah satunya adalah Bacillus
anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 m, tidak
mempunyai alat gerak atau motil (Akoso, 2009).
Uji hidrolisis starch dengan menggunakan medium padat Starch Agar
sebanyak 1 ose yang diinkubasi selama 2x24 jam dalam suhu ruang kemudian
permukaan media digenangi dengan larutan Lugols iodine menghasilkan
positif karena terbentuknya zona jernih pada media hal ini disebabkan karena
enzim amilase yang bersifat eksoenzim akan memecah amilum menjadi
monomer-monomernya. Starch atau pati dipecah menjadi unit-unit yang lebih
kecil yaitu dengan memotong ikatan-ikatan glikosidiknya. Salah satu yang
dapat memotong ikatan glokosidik adalah enzim amilase (Anonim, 2011).
Uji hidrolisis kasein menggunakan medium padat Skim Milk Agar
(SMA) diinokulasikan bakteri sebanyak 1 ose kedalam medium tersebut
kemudian diinkubasi selama 2x24 jam suhu ruang. Hasil menunjukan positif
yaitu terdapatnya zona jernih pada media SMA. Kaseinase akan memecah
kasein menjadi parakaseinase yang dapat bereaksi dengan susu tersebut
sehingga menghasilkan kalsium parakaseinat.
Uji VP (Voges Proskaner) menggunakan medium cair MR-VP yang telah
diinokulasikan dengan 1 ose bakteri kemudian diinkubasi selama 2x24 jam
pada temperature 30oC, bakteri ditetesi dengan alfanaftol sebanyak 3 tetes dan
KOH 40% 2 tetes menunjukan hasi positif karena warna media menjadi
orange muda mendekati merah. Penambahan alfanaftol akan bereaksi dengan
aseton sedangkan pemberian KOH 40% untuk mengoksidasi proses tersebut
sehingga terjadi warna orange sampai merah.
Prinsip dari uji ini adalah menentukan kemampuan beberapa
mikroorganisme untuk menghasilkan produk akhir yang netral (asetil-mythyil
karbinol) dari fermentasi glukosa. Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri
memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama,
akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan (Sudjadi,
2006).
Penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfanaphtol dalam etanol dapat
menentukan adanya asetolin (asetilmethylkarbinol), suatu senyawa pemuka
negatif.
Produksi
katalase
bisa
diidentifikasikan
dengan
selama
penguraian
karbohidrat
untuk
menghasilkan
energi.
bakteri. Enzim ini merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan
dalam proses foforilasi oksidatiif. Reagen yang digunakan adalah tetramethylD- phenylenediaminedihyrocloride. Reagen akan mendonorkan electron
terhadap enzim ini sehingga akan terosidasi membentuk senyawa yang
berwarna biru kehitaman. Positif tertunda (warna biru muncul antara 10-60
detik setelah ditetesi) menandakan bahwa bakteri uji memiliki sedikit enzim.
Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan bahwa uji yang dilakukan
negatif (James, 2008).
Uji penggunaan sitrat dilakukan dengan menginokulasikan bakteri uji
pada medium agar miring Simon Citrate sebanyak 1 ose, inkubasi selama 2x24
jam pada temperature 30oC kemudian diamati perubahan yang terjadi, hasil
yang didapat adalah negatif karena media tetap berwarna biru. Sumber karbon
asam sitrat akan dipecah menjadi oksalo asetat kemudian menjadi asam asetat.
Karena adanya proses peningkatan ph sehingga berwarna biru.
Uji lactose dan raffinosa dilakukan dengan cara bakteri uji ditumbuhkan
pada medium lactosa dan raffinosa, diinkubasi selama 2x24 jam pada
temperature 30oC kemudian diamati perubahan warna pada media, hasil
menunjukan bahwa warna media tidak berubah tetap berwarna ungu.
Uji toleransi NaCl dibuat tiga buah tabung Nutrient broth yang
mengandung NaCl 0%, 6,5%, dan 10%, isolate diinokulasikan kedalam ketiga
tabung masing-masing 1 ose, diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature
30oC kemudian diamati hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan media.
Hasil yang didapat tingkat kekeruhan yang paling tinggi adalah pada
konsentrasi NaCl 0%.
Penentuan spesies melalui pendekatan homologi dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan data
karakter bakteri dari sumber. Berdasarkan hasil perhitungan persen homologi,
jumlah terbesar adalah 80% yaitu antara isolat dengan spesies A (Bacillus
anthracis). Karena pengambilan sampel tanah disekitar kandang maka tanah
tersebut mengandung banyak Bacillus anthracis. Bakteri ini banyak
menyerang hewan herbivora. Misalnya domba, lembu, unta, rusa, sejenis
campuran kuda-keledai, kuda, dan kambing. Bacillus anthracis termasuk
klasifikasi gram positif, nonmotile, yang menjadi cikal bakal bakteri spora.
Kuman ini berkembang dan bertahan tahunan dalam berbagai keadaan di
tanah, air, atau benda apa pun. Vegetasi sel berukuran panjang 8 mikron
dengan lebar 1-1,5 mikron ini mampu hidup selama bertahun-tahun di tanah
(Akoso, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong
dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung
oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers.
Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat dalam tanah, air, udara, dan
tumbuh-tumbuhan.
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bersifat aerob,
memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan
puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.
Hewan tertular akibat memakan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan.
Hewan yang mati akibat antraks harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai
supaya bakteri tidak menyebar. Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora
yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau
darah); mengonsumsi produk hewan yang kena antraks: atau melalui udara yang
mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya
ada empat tipe antraks yaitu antraks kulit, antraks usus (pencernaan), antraks paru
(pernapasan) dan antraks otak.Antraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke
otak.
Bacillus cereus dapat menyebabkan keracuann makanan oleh enterotoksin yang
terdapat pada makanan seperti nasi yang telah dimasak tetapi kemudian diletakkan
ditempatyang hangat sehingga terjadi sporulasi dan terbentuklah toksin itu. Dapat juga
menyebabkan pneumonia, bronkopeumonia dan luka.
Bakteri ini adalah jenis bakteri yang umum ditemukan di tanah, air, udara dan
materi tumbuhan yang terdekomposisi. Termasuk kelompok bakteri gram positif, aerobik,
mampu membentuk endospora. Bacillus subtilis memiliki kemampuan memproduksi
antibiotik dalam bentuk lipopeptida, salah satunya adalah iturin. Iturin membantu
Bacillus subtilis berkompetisi dengan mikroorganisme lain dengan cara membunuh
mikroorganisme lain atau menurunkan tingkat pertumbuhannya. Iturin juga memiliki
aktivitas fungisida terhadap pathogen. ada beberapa penelitian ditemukan bahwa
penambahan Bacillus subtilis perairan dapat meningkatkan kualitas perairan dengan
mengurangi konsentrasi CO2 perairan. Penggunaan Bacillus subtilis pada tambak udang
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Rahim, Abdul dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara:
Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Soemarno. 2000. Isoalsi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan:
Yogyakarta.
Akoso., B. 2009. Epidemiologi dan Pengendalian Anthrax Penyakit Menular pada Hewan
dan Manusia. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI): Yogyakarta.
Barrow, G. I and Feltham, R.K.A.1993. Cowan and Steels Manual for The Identification of
Medical Bacteria Third Education. Cambridge: University Press, Australia.
Dwipayana., Herto. D. 2010. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint
Sludge by Conventuonal Microbiological Technique. Environmental Engineering Study
Program. Bandung.
James. J., Colin. B. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Sudjadi. B., S. Laila. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira.
Priyani. N., Liliyanto., dan Kiki. N. 2006. Uji Potensi Bacillus sp. dan Escherichia coli
dalam Mendegradasi Alkil Berzen Sebagai Bahan Aktif
Detergen.Jurnal
Biologi