PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana
dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat
dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar
informasi yang diterima melalui indera penglihatan. Mata sebagai organ yang
menyusun system penglihatan mempunyai dua fungsi yang berbeda namun saling
berhubungan erat. Pertama mata merupakan suatu alat optic yang menerima
gelombang cahaya dan merubahnya dalam bentuk bayangan. Kedua, mata
merupakan reseptor sensoris yang memberikan respon terhadap bayangan yang
terbentuk pada retina kemudian mengerimnya ke otak ( Siregar, dkk, 1995 ).
Respon visual dari ikan dapat dilihat pada saat pengoperasian dengan alat
tangkap jaring namun hal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan jenis ukuran dan
perbedaan spesies dalam hal jarak pandang dan ketajaman visual.Untuk memahami
mekanisme dari respon tingkah laku pada saat proses penangkapan, bagaimana
ikan mengenali alat tangkap kemudian bagaiman ikan bisa menghindari alat tangkap
dapat diketahui dalam ilmu histologi. Indera penglihatan ikan pada sebagian besar
jenis ikan ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang
memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap
lingkunganya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu oleh
adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dan cakupan
penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan objek
yang bergerak (Gunarso, 1985).
ikan
untuk
eksis
dan
mempertahankan
kelangsungan
hidup
dibutuhkan oleh hewan untuk bertahan hidup. Selanjutnya dikatakan bahwa pada
kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna, system
optik pada mata ikan melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu fokus
bayangan untuk analisis oleh retina. Sensitifitas dan ketajaman mata tergantung
pada terangnya bayangan yang mencapai retina (Fujaya, 1999).
Fungsi mata ikan selain dapat diketahui dari tingkat sensifitasnya dalam
merespon cahaya, juga dapat dikaji berdasarkan penglihatan mata ikan dari tingkat
kemampuan penglihatannya. Di Indonesia pemahaman dan kajian mengenai
kemampuan penglihatan ikan masih sangat terbatas, di pelajari dan diteliti. Disisi lain
pengetahuan tentang kemampuan penglihatan mata ikan sangat penting dalam
memahami tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap. Kemampuan
penglihatan mata ikan dapat diidentifikasi melalui observasi fisiologi dengan
menganalisis berdasarkan metode histologi retina mata ikan (Hajar, 2008, Arimoto,
1988).
Ikan layur merupakan salah satu kelompok (species group) dalam komunitas
sumber daya demersal. Dengan demikian keberadaan populasi ikan layur akan
terlibat dalam proses-proses dinamika dalam komunitas ikan demersal, seperti
interaksi biologis antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar
hubungan pemangsaan (predator-prey relationship) dan persaingan makanan (food
competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah voracious atau sangat rakus,
sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan top predator
yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikanikan predator lainnya.
Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur anakannya (yuwana,
juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal (diurnal siang;
nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang hari layur dewasa
biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari makan dan kembali
bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur anakannya yang
berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai dari dasar sampai
ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar dan
mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.
Berdasarkan kepentingan ini dalam aplikasinya di bidang teknologi
penangkapan ikan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk megetahui tingkat
kemampuan penglihatan mata ikan, khususnya ikan Layur (Trichiurus savala).
B. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan
penglihatan mata ikan Layur (Trichiurus Savala) yang dapat di aplikasikan dalam
bidang teknologi penangkapan ikan dengan :
1. Mendeskripsikan struktur susunan kon (cone mosaic) sel-sel penglihatan di
dalam retina mata ikan
2. Mengetahui arah ketajaman penglihatan ikan (Visual axis)
3. Menentukan tingkat ketajaman penglihatan mata ikan (Visual acuity)
4. Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran
terhadap suatu objek (Maximum sighting distance)
5. Mejelaskan hubungan antara tingkat ketajaman mata ikan dan penerapannya
pada bidang teknologi penangkapan ikan.
Kegunaan penelitian ini adalah mengklarifikasi fenomena dan pengetahuan
tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap yang dapat digunakan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
A.
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Class
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Sub Ordo
: Scombroidei
Family
: Trichiurus
Genus
: Trichiurus
Spesies
: Trichiurus Savala
antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar hubungan
pemangsaan
(predator-prey
relationship)
dan
persaingan
makanan
(food
competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah voracious atau sangat rakus,
sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan top predator
yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikanikan predator lainnya
Melihat morfologi kepala, mulut dan gigi-gigi ikan layur tidak diragukan lagi
bahwa ikan layur adalah ikan predator yang kebiasaan makanannya adalah hewan
hewan berkuran lebih kecil. Jenis-jenis makanan ikan layur meliputi euphausid
(udang-udang berukuran kecil seperti Rebon, larva udang penaeid), ikan-ikan
berukuran kecil (seperti; teri, sardin, myctophids, bregmacerotids, carangoids,
sphyraenids, atherinids, sciaenids, scombrids, larva/yuwana ikan layur ) dan
cumicumi berukuran kecil. Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur
anakannya (yuwana, juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal
(diurnal siang; nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang
hari layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari
makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur
anakannya yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai
dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari
menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.
B.
Indera penglihatan ikan pada sebagian besar jenis ikan pada sebagian besar
jenis ikan yang ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang
memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap
keadaan lingkungannya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu
oleh adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dari
cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan
objek yang bergerak (Gunarso, 1985).
Ikan yang bergerombol berhubungan dengan daya penglihatannya, karena
ikan berpisah dan menyebar setelah gelap. Penerimaan mata ikan terhadap cahaya
mendorong timbul daya mempertahankan diri dari pemangsa yang menyebabkan
ikan bergerak ke arah penyinaran cahaya yang dilihatnya, kemudian membentuk
gerombolan untuk mempertahankan diri dari pemangsa (Yami, 1987).
Fujaya (1999) menyatakan bahwa pada sebagian besar spesies ikan dengan
beraneka ragam habitatnya, retina mata ikan memperlihatkan struktur yang
bervariasi. Struktur retina telak dibentuk oleh tekanan selektif intensitas cahaya dan
spektral dalam lingkungannya, serta resolusi ruang yang dibutuhkan oleh hewan
untuk bertahan hidup. Perbedaan yang dihasilkan oleh tekanan selektif yang tidak
sama dapat ditemukan di dalam (1) ketebalan retina (2) perbedaan sub jenis sel
retina, khususnya fotoreseptor dan (3) spesialisasi wilayah pada sel retina terhadap
pemantulan pandangan yang diperlukan. Selanjutnya dikatakan bahwa pada
kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna. Sistem
optika pada mata ikan ialah melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu
fokus bayangan untuk dianalisis oleh retina. Sensivitas dan ketajaman mata
tergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina.
Pada jenis ikan yang aktif pada siang hari, pada umumnya kon tersusun
dalam bentuk mosaik pada retina mereka. Kon tersebut dapat tersusun dalam
bentuk barisan atau dalam bentuk persegi empat. Pada umumnya ikan-ikan yang
memiliki kon dalam bentuk mozaik seperti ini adalah jenis ikan yang intensif sekali
menggunakan indera penglihatannya, biasanya mereka jenis ikan yang aktif
memburu mangsa. Untuk jenis-jenis ikan yang aktif pada malam hari atau jenis ikan
yang hidup pada lapisan dalam (deep sea fishes) jumlah kon sangat kurang atau
tidak ada sama sekali, dan kedudukan kon sangat kurang atau tidak ada sama
sekali, dan kedudukan kon tersebut digantikan oleh rod (Gunarso,1985).
C.
dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang
memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka
terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta. Adanya lensa dan ligamentum
pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan
terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian
belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada
tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang
melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini
10
peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf.
Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
dibedakan secara histologi dan topografis (1) pars optika, yang melapisi bagian
terbesar dari ruang vitrus; (2) pars kiliaris, yamg menutupi benda silier; dan (3) pars
iridika, yang menutupi permukaan belakang iris. Pada pars optika merupakan bagian
terbesar retina yang terbagi atas sepuluh lapisan yaitu epitel berpigmen, kon dan
rod, membran pembatas luar, lapisan nucleus luar, lapisan pleksiform luar, lapisan
nucleus dalam, Lapisan pleksiform dalam lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf
dan membran pembatas dalam (Ali and Anctil, 1976). Struktur lapisan retina ikan
yang telah diteliti pada ikan Sanma (Pacific,Saury) terlihat pada gambar berikut.
(Hajar. 2000).
11
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan
sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi
pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama
pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel
basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus
berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke
tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning
hanya ada sel konus saja. Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut
rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya
sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A.
Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan
kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi
rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari
sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin
dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah,
hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap
spektrum warna.
12
METODE PENELITIAN
A.
Adapuan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, seperti
ditunjukkan pada tabel 1 :
NO
Mikroskop
Timbangan
Benang
Untuk
Mikrometer
sampel
mengukur
diameter
lingkar
badan
Pisau bedah
sampel
Botol sample
Plastik sample
Spidol
Microtom
10
Cassette
penyimpanan
retina
untuk
11
Kayu 3x2x2cm
12
Slide glass
13
Bahan
Larutan Bouins
Sampel
(formalin,PicridAcid,Acetid Acid)
Alkohol
Parrafin
Xylen
C.
Eosin
Untuk pewarnaan
Haematoxylen
Untuk pewarnaan
Aquades
hasil tangkapan. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan ukuran panjang total
yang terkecil sampai yang terbesar tergantung ukuran yang diperoleh dari hasil
setiap tangkapan. Pengambilan sampel
ketersediaan sampel yang diperoleh. Dan sampel yang di peroleh 15 ekor yang di
mana panjang totalnya 25 cm sampai 65 cm.
14
Gambar 3. Ikan
Layur
(Trichiurus
Savala
) Ukuran TL : 25
cm 65 cm
D.
dicelupkan ke dalam
15
alkohol.
Alkohol 70 %
overnight
Alkohol 75 %
60 menit
Gambar 5. Proses Washing
Alkohol 75 %
30 menit
Alkohol 85 %
30 menit
Alkohol 90 %
30 menit
16
Alkohol 96 % I
Alkohol 96 % II
30 menit
30 menit
Xylene I
Xylene II
Xylene III
60 menit
60 menit
60 menit
Gambar 7. Proses Clearing
Xylen + paraffin
1 :
1
Overnight, suhu 60C
Paraffin I
60 menit, suhu 60C
Paraffin II
60 menit, suhu 60C
Paraffin III
Gambar 8. Proses
Impregnating
17
Xylene I
Xylene II
10 menit
18
10 menit
Xylene III
Gambar 11. Proses Deparafinas
B. Rehidrasi, bertujuan untuk memasukan air kedalam jaringan dengan
tahap sebagai berikut :
B1. Sampel retina dimasukan kedalam alkohol
Alkohol 100 %
10 menit
Alkohol 96 %
10 menit
Alkohol 90 %
Alkohol 80 %
10 menit
10 menit
Gambar 12.Proses Rehidrasi
Alkohol 70 %
Air mengalir
Hematoxiline
Aquades
2 3 detik
10 menit
19
10 menit
10 menit
Eosin
Air mengalir
1 2 detik
Alkohol 70 %
10 menit
Alkohol 80 %
10 menit
Alkohol 90 %
10 menit
Alkohol 96 %
10 menit
Gambar 14. Proses Dehidrasi
Alkohol 100 %
Xylene I
Xylene II
10 menit
10 menit
Xylene III
Gambar 15. Proses
Clearing
20
Analisis Data
1. Mendeskripsikan struktur susunan kon (Con mozaik) sel-sei penglihatan
didalam retina mata ikan. Dilakukan dengan cara melihat dari susunan con
jadi bentuk mozaik merupakan kon yang tersusun dalam bentuk barisan atau
dalam bentuk pola bujur sangkar. Ikan yang memiliki struktur susunan kon
berbentuk baris atau pola bujur sangkar menunjukkan bahwa ikan tersebut
sangat intensif menggunakan indera penglihatannya.
2. Menentukan arah ketajaman penglihatan (Visual Axis) dilakukan dengan
cara:
Dilihat dari jumlah kepadatan con (n) pada setiap arah pandangan
ikan. Jadi sistem penglihatan ikan untuk kasus ketajaman penglihatan
berdasarkan kepadatan kon dan diameter lensa dapat di hubungkan dengan
21
0,1 x ( 1+ 0,25 ) x 2
VA =
x 180 x 60
-1
22
23
A.
disepanjang perairan pantai Jepang dengan berbagai variasi besar dan desain yang
berbeda. Set net yang dioperasikan diperairan pantai Jepang, mulai dari Hokkaido
sampai pulau Okinawa, ditujukan untuk menangkap berbagai jenis ikan (pelagis,
demersal, ikan bermigrasi dan ikan yang menetap). Satu unit Set net terdiri dari
beberapa bagian yakni penaju (leader net), serambi ( play ground), ijeb-ijeb
(entrance) dan kantong (bag/crib).
Keterangan gambar
1. Penaju (leader net)
2. Daun pintu
3. Serambi (play ground)
4. Jaring pengarah
5. Kantong (bag/crib)
6. Kantong tambahan
7. Pelampung
24
8. Pemberat
Gambar 19. Alat Tangkap Set net Tipe Otoshi ami (Sumber: JICA Set Net Project)
Alat tangkap yang digunakan dalam pengaplikasiannya yaitu Set Net dengan
melihat tiga bagian yaitu penaju (leader net), serambi ( play ground), ijeb-ijeb
(entrance) dan kantong (bag/crib) berdasarkan ukuran objek target yaitu diameter
benang jaring, diameter tali ris dan diameter pelampung dengan data seperti pada
Tabel 2.
Tabel. 2 Data Bagian-Bagian Set Net
Objek Target
Penaju (leader
242,4 mm
Polythelene
5 mm
Hitam
121,2 mm
Polythelene
5 mm
Hitam
30,3 mm
Tetoron
5 mm
Hitam
Polythelene
18 mm
Hitam
Polythelene
18 mm
Hitam
Polythelene
14 mm
Hitam
Timah
14 mm
Silinder
Timah
14 mm
Silinder
Timah
14 mm
Silinder
net)
JARING
Mesh
Size
Bahan
Diameter
Warna
TALI RIS
Bahan
Diameter
Warna
PEMBERAT
Bahan
Diameter
Bentuk
B.
Kemampuan Penglihatan
25
N
O
TL
(cm)
BOLA
MATA
(mm)
LENS
A
(mm)
25
5.00
2.07
320
2.64
27
6.04
2.17
307
2.77
29
6.14
2.34
294
2.98
4
5
30
32
6.40
6.90
2.40
3.27
287
262
3.06
4.17
()
0.005
3
0.005
2
0.004
9
0.004
8
0.003
D (m)
(t=10mm
)
D (m)
(t=50mm
)
0.055
1.89
9.44
0.056
1.94
9.70
0.059
2.05
10.23
0.060
0.078
2.07
2.70
10.37
13.50
(VA)
26
34
7.20
3.35
259
4.27
37
8.44
4.23
244
5.39
40
8.16
4.31
242
5.50
43
9.00
4.40
239
5.61
10
45
9.37
4.67
236
5.95
11
46
9.39
5.06
229
6.45
12
48
10.00
5.30
223
6.76
13
51
11.40
5.72
212
7.29
14
56
17.12
7.47
183
9.52
15
65
19.12
8.46
155
10.79
7
0.003
6
0.003
0
0.002
9
0.002
9
0.002
7
0.002
6
0.002
5
0.002
4
0.001
9
0.001
9
0.080
2.75
13.75
0.098
3.36
16.78
0.100
3.43
17.17
0.101
3.47
17.35
0.106
3.66
18.29
0.114
3.91
19.53
0.117
4.04
20.18
0.124
4.25
21.24
0.150
5.15
25.77
0.156
5.37
26.86
double cone
single cone
Setelah melakukan uji histologi terhadap retina mata ikan layur (Trichiurus
Savala) dengan mendeskripsikan struktur susunan kon (mosaic cone) seperti
ditunjukkan pada Gambar 20 :
10 m
27
139
203
28
158
132
178
135
215
143
152
n1; TL = 65 cm
n2; TL = 56 cm
n3; TL = 48 cm
238
227
218
192
211
222
n4 ; TL = 45 cm
n5 ; TL = 40 cm
Gambar 21. Penentuan Jumlah Kepadatan Kon Tertinggi dalam Retina dan
Arah Penglihatan Mata Ikan layur (Trichiurus Savala)
29
30
400
300
Kepadatan kon(n)
200
n
100
0
20
30
40
50
60
70
Gambar 22. Jumlah Kepadatan Kon (cone density, n) pada Berbagai Ukuran
Ikan layur (Trichiurus Savala) dengan Total Length, TL ; 25-65 cm
Berdasarkan Gambar 22 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) pada
setiap pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin sedikit jumlah
kepadatan kon (n). Ukuran terkecil ikan memiliki jumlah kepadatan kon (n) yang
lebih besar dibanding dengan ukuran ikan yang terbesar. Hal ini didasarkan kepada
nilai jumlah kepadatan kon (n) yang ditunjukkan Tabel 3 pada ukuran 25 cm yaitu
320 sementara ukuran 65 cm yaitu 155. Hubungan kepadatan kon dengan tingkat
ketajaman penglihatan adalah berbanding terbalik dimana kepadatan kon menurun
31
0.100
VA
0.050
0.000
20
30
40
50
Panjang Tubuh(cm)
60
70
32
Gambar 23. Tingkat Ketajaman Penglihatan (Visual Acuity, VA) pada Berbagai
Ukuran Ikan layur (Trichiurus Savala) dengan Total Length, TL ;
25-65 cm
33
demersal. Disamping itu pada ikan pelagis yang tergolong perenang cepat/karnivora
yang hidup bergerombol dengan jumlah yang sangat besar.
4.Jarak Maksimum Penglihatan
Setelah melakukan uji histologi pada retina mata ikan layur (Trichiurus
Savala) dengan mendapatkan nilai sudut pandang minimum ( ) maka dapat
menentukan jarak maksimum penglihatan (D) ikan Layur(Trichiurus Savala) pada
suatu objek dengan menggunakan analisis data. Maka grafik yang diperoleh
ditunjukkan pada Gambar 24 :
30
25
20
D 50 (m)
Logarithmic (D 50 (m))
15
Jarak pandang maksimum (m)
10
D 10 (m)
5
Logarithmic (D 10 (m))
0
10
20
30
40
50
60
70
34
5.Hubungan Panjang Total (TL) dengan Bola Mata, Diameter Lensa, dan
Estimimasi Sudut Pandang ()
35
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Hubungan panjang total ikan Layur (TL) dengan bola mata ditunjukkan pada grafik
gambar 25.
Gambar 25. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Bola Mata Ikan
Berdasarkan Gambar 25 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) setiap
pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin besar Bola matanya.
Ukuran terbesar ikan memiliki nilai Bola mata yang lebih besar dibandingkan dengan
ikan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan kepada nilai yang ditunjukkan Tabel 3 Bola
mata ikan pada ukuran 25 cm yaitu 5,00 sementara ukuran 65 yaitu 19,12.
36
Hubungan panjang total ikan Layur (TL) dengan diameter lensa mata ikan (F)
ditunjukkan pada grafik gambar 26.
Gambar 26. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Diameter Lensa
Mata Ikan (F)
37
ditunjukkan Tabel 3 diameter lensa mata pada ukuran 25 cm yaitu 2.07 sementara
ukuran 65 yaitu 8,46.
Hubungan panjang Total ikan Layur (TL) dengan diameter lensa mata ikan
(F) ditunjukkan pada grafik gambar 27.
Hubungan Panjang & Estimasi Sudut Pandang Minimum
0.0060
0.0050
0.0040
0.0030
Estimasi
Sudut Panjang
Hubungan
Panjang Minimum
& Estimasi ()
Sudut Panjang Minimum
0.0020
0.0010
0.0000
20 30 40 50 60 70
Panjang Total Ikan (TL)
Gambar 27. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Estimasi
Sudut Pandang Minimum()
38
Jika arah penglihatan ikan Layur (Trichiurus Savala) yang nantinya cenderung
ke atas maka untuk menangkapnya dioperasikan beberapa alat tangkap
misalnya untuk pancing dapat di pasang di sekitar permukaan perairan dengan
panjang tali kail yang bisa mencapai kedalaman 1- 5 m dari permukaan,
sehingga ikan bisa melihat pada jarak tersebut dan memakan umpan.
39
Untuk ikan Layur dengan ukuran 25 - 65 cm yang dapat melihat jaring dengan
diameter 5 mm pada jarak 0,94 2,69 m, hal ini berbeda untuk tingkatan
ukuran yang lain sehingga aplikasinya dilakukan pada pengoperasian alat
tngkap Set net misalnya karena jarak maksimum penglihatan ikan Layur
(Trichiurus Savala) telah di dapat, maka jaring Set net bisa dimodifikasi pada
bagian penaju dengan memperbesar diameter material jaring menjadi 6 mm
agar bisa terlihat oleh ikan sehingga ikan mengikuti penaju menuju kantong.
Untuk alat tangkap gil net bisa dilakukan perubahan ukuran diameter mata
jaring misalnya dengan memperkecil menjadi 4 mm sehingga pada jarak
kurang dari 0,94 m 2,69 m ikan tidak dapat menghidari alat tangkap sehingga
bisa terjerat.
40
kone yang baik dapat tertarik dari efek cahaya yang diberikan dengan respon
yang cepat, sehingga pemanfaatan tingkah laku ikan dapat dilakukan.
41
m dan pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (5 mm)
yaitu sejauh 2,69 m.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada ikan ukuran TL;25 cm memiliki
jarak penglihatan maksimum mata ikan layur(Trichiurus Savala) pada objek ukuran
diameter tali pada penaju sebesar 18 mm, yaitu sejauh 3,4 m, pada ikan ukuran
TL;40 cm pada objek ukuran diameter yang sama (18 mm) yaitu sejuh 6,18 m dan
pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (18 mm) yaitu
sejauh 9,67 m.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada ikan ukuran TL;25 cm memiliki
jarak penglihatan maksimum mata ikan layur (Trichiurus Savala) pada objek ukuran
diameter pemberat pada penaju sebesar 14 mm, yaitu sejauh 2,64
m, pada ikan
ukuran TL;40 cm pada objek ukuran diameter yang sama (14 mm) yaitu sejauh 4,81
m dan pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (14 mm )
yaitu sejauh
7,52 m.
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh dari jarak penglihatan ikan layur
(Trichiurus Savala) pada suatu objek dapat diaplikasikan pada alat tangkap. Dan
untuk pengaplikasiannya, alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap set net
pada objek jaring, tali ris dan pelampung (Gambar 27).
2m
4m
6m
8m
D : 2,69 m
D : 9,67 m
D : 7,52 m
D : 6,18 m
D : 1,72 m
D : 4,81
m m
D : 4,81
D : 2,64 m
Pemberat
(t = 14 mm)
2m
TL ; 65 cm
TL ; 40 cm
D : 3,4 m
D : 0,94 m
BenangJaring
(t =5 mm)
10 m
TL ; 25 cm
tali ris
(t =18 mm)
4m
6m
8m
10 m
42
D : 2,64 m
43
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian kemampuan penglihatan mata ikan
Struktur susunan kon (mosaic cone) pada ikan Layur (Trichiurus Savala)
ditemukan memiliki struktur berbentuk segi empat beraturan (Regular Square
Pattern) yang saling berhubungan dimana setiap single cone dikelilingi oleh
empat double cone.
2.
3.
4.
5.
44
dengan melihat tiga bagian ukuran objek masing-masing yaitu diameter benang
jaring, diameter tali ris, dan diameter pemberat. Ikan Layur (Trichiurus Savala)
ukuran (TL) 25 cm memiliki jarak penglihatan maksimum 0,94 m, dengan objek
ukuran diameter benang jaring sebesar 5 mm. Agar ikan layur tersebut tidak
menghindari alat tangkap, Maka kita dapat mengubah diameter benang jarring.
B.
SARAN
Peneliti selanjutnya di sarankan mengkaji tingkah laku ikan berdasarkan
aspek respon penglihatan terhadap cahaya (Visual Sensitivity), dan perlu juga di
lakukan penelitian sampel yang berbeda untuk perbandingan dari hasil penelitian,
namun lebih di perlukan ketelitian dan kesabaran dalam proses histologi yang akan
di lakukan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rasak, Kasful Anwar, Muliono S. Baskoro. 2005. Fisiologi Mata Ikan.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Ali, M.A. and M. Anctil. 1976. Retinas of Fishes An Atlas. Springer Verley Berlin
Heidelberg New York. Department de Biologie, Universite de Montreal,
Canada.
Arimoto, T., N.Watanabe and N. Okamoto, 1988. Retinomotor Responses of Jack
Mackerel, Trachurus japanicus to Light Condition. Journal of The Tokyo
University of Fisheries.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Bahan pengajaran Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu
Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metoda dan
Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Harris Siregar, 1995. Neuro Fisiologi. Bagian Ilmu Feal FAkultasd Kedokteran Unhas
Ujung Pandang.
Hajar, M.A.I. 2008.Visual Physiology of Fish in Capture Process of Light Fishing.
Doctoral Course of Applied Marine Biosciences Tokyo University of Marine
Science and Technology.
Hajar, M.A.I, Hiroshi Inada, Masahide Hasobe and Arimoto, T. 2008, Visual Acuity of
Pasifis Saury Cololabis saira for Understanding Capture Process.
Hajar, M.A.I. 2000. Studi Analisis Jaringan Makanan pada Dua Kombinasi Alat
Bantu Pengikat Ikan di Perairan Jeneponto. Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.
Tamura T. 1957. A study of visual perception in fish, especially on resolving power
and accommodation. Nippon Suisan Gakkaishi; 536-537.
Wagner HJ.Retinal structure of fishes.In: Douglas RH, Djamgos MBA (eds).1990,
The Visual System of Fish. Chapman and Hall, London. 1990; 109-157.
Yami, B.M. 1987. Fishing With Light. FAO United Nation Fishing News Book Ltd.
Surrey, England.
46
OLEH:
BK.ASLAN
L 231 04 020
47
MAKASSAR
2011