Anda di halaman 1dari 32

Dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, banyak hal yang dilakukan.

Namun, evaluasi ini tidak


harus berupa tes-tes hasil belajar. Akan tetapi dalam setiap sekolah atau lembaga pendidikan, evaluasi hasil
belajar yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan
salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Sebagai salah satu pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi
bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : tes hasil belajar bentuk uraian (non objektif) dan
tes hasil belajar bentuk obyektif.[1]
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas / serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku
atau prestasi anak tersebut yang dapat di bandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
dengan nilai standar yang ditetapkan.
Tes uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai berikut: [2]

1.
Tes tersebut berbentuk pertanyaan / perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
2.
Bentuk-bentuk pertanyaan / perintah itu menuntut kepada tester untuk memberikan penjelasan
komentar, penafsiran dan lain-lain.
3.

Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir

4.
Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata, jelaskan, terangkan,
uraikan dan lain-lain.
Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun dan memadukan gagasangagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan
siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga
tingkat kebenaran dan tingkat kesalahannya pun menjadi bervariasi. Hal inilah yang mengundang
subjektivitas penilai ikut berperan menentukan, karena itu tes ini disebut pula dengan tes subjektif (non
objektif).
Tes uraian dibagi 2 macam, yaitu :[3]

1.
Tes uraian bentuk bebas artinya butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan
tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh:Mengapa bangsa Indonesia memilih
politik luar negeri yang bebas aktif?
2.
Tes uraian terbatas, peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun
arah jawaban dibatasi sedemikian rupa, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah. Contoh:
Apakah dasar yuridis dan politik yang mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri
yang bebas dan aktif?
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes ini tepat dipergunakan
apabila pembuat soal (guru, dosen, dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman
test terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap

kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya, selain itu tes ini lebih tepat
dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
Adapun kelemahan dan kelebihan tes uraian adalah :[4]
a.

Kelebihan tes uraian :

1)
2)

Mudah disiapkan dan disusun


Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi / untung-untungan

3)

Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang
bagus

4)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya
sendiri

5) Dapat diketahui sejauh mana siswa, mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
b. Kekurangan tes uraian :
1)

Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang
betul-betul telah dikuasai

2)

Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya
hanya beberapa saja (terbatas).

3)
4)

Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif


Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

5)

Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Bertitik tolak dari kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh tes hasil belajar
bentuk uraian maka ada beberapa petunjuk operasional yang bisa di lakukan ataupun dijadikan pedoman
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Adapun petunjuk operasional itu adalah :[5]

1.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar butir-butir soalnya dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan kepada testee
untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sekalipun butir-butir soal itu jumlahnya terbatas, akan tetapi
telah terkandung di dalamnya materi yang luas dan bersifat komprehensif.
2.
Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee (misalnya : menyontek / bertanya pada
testee lain), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat
yang terdapat dalam buku pelajaran / bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya. Cara ini
dimaksudkan, sebelum testee menentukan dan menuliskan jawabannya di atas lembar jawaban, mereka
agar berfikir lebih dahulu secara cermat, apakah jawabannya benar dan tepat ataukah tidak.
3.
Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas,
bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban yang
betul. Dengan cara ini maka faktor subyektifitas yang menyelinap ke dalam diri tester akan dapat dikurangi
sampai sekecil-kecilnya.
4.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan
atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam melainkan dibuat secara bervariasi.
5.
Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh
testee dan tidak menimbulkan keraguan / kebingungan bagi testee dalam memberikan jawabannya.
6.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada butir-butir soal yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau

menjawab butir-butir soal tersebut. Misalnya : Jawaban soal harus dituliskan di atas lembar kertas
berdasarkan nomor urut soal. Hal ini merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester.
Hal yang perlu dicermati adalah kelemahan tes uraian yang terletak pada variasi jawaban yang tak terbatas
sehingga menyulitkan penskoran, apalagi membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh langkah peningkatan objektivitas dengan jalan: [6]
1. Menyusun pola jawaban yang diambil dari sampel jawaban peserta didik
2. Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap halaman satu peserta didik sampai
selesai melainkan diperiksa berdasarkan nomor.
3. Setiap lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali dan urutan dalam penilaiannya diubah-ubah yang
tadinya urutan atas dijadikan urutan bawah kemudian hasilnya digabungkan dan diambil reratanya.
4. Nilai peserta didik tidak langsung dijumlahkan, secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian,
misalnya :
a. Konsistensi pemikiran
b. Kemampuan membahasakan gagasan
c. Isi / bobot materi
d. Kepustakaan yang dijadikan referensi
e.

a.

Nilai-nilai baru yang dimunculkan.


Sehingga penilaian tidak didasarkan penjumlahan antar nomor soal.
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan reliabilitas dari pada essay:
Sebelum mulai memberi skor siapkanlah terlebih dahulu sebuah model jawaban, tentukanlah berapa

jumlah skor yang akan diberikan pada tiap-tiap item


b. Setiap jawaban hendaknya diperiksa tanpa melihat identitasnya terlebih dahulu
c.

Periksalah jawaban anak-anak secara item demi item.


KESIMPULAN
Test adalah : suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas
dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan nilai
Kelebihan dan kekurangan tes :

a.

Kelebihannya : mudah disiapkan disusun, tidak memberi daya kesempatan untuk berspekulasi / untunguntungan dan lain-lain

b. Kekurangannya : pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan, waktu untuk koreksinya
lebih lama dan tidak diwakilkan kepada orang lain.
a.

Tes uraian dibagi menjadi dua macam, yaitu :


Bentuk bebas artinya menyangkut masalah utama yang dibicarakan

b. Terbatas, artinya kebebasan untuk menjawab soal sedemikian yang ditanyakan dengan arah jawaban yang
dibatasi.
Yang intinya tes adalah evaluasi dalam pendidikan guna memberi penilaian ke anak didiknya sehingga
dapat mengukur pantas atau tidakkah meluluskan dalam pendidikannya. December 7, 2014
http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2014/12/tes-non-objektif.html

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19591130
1987031-YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN/TES_URAIAN.pdf

Selasa, 10 Mei 2011

tesdannontes
TES DAN NON TES
1. TES
Tipe evaluasi yang pertama adalah tes. Tes dapat didefinisikan sebagai suatu
pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. yang biasanya di realisasikan dengan tes tertulis dan tes lisan, tes ini juga

digunakan untuk memperoleh data, baik data kualitatif maupun kuantitatif.


Suatu bentuk tes dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
A. Tes tertulis merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang
direncanakan oleh guru maupun para evaluator secara sistematis, guna
memperoleh informasi siswa. Akan tetapi, tes tertulis dapat mengevaluasi
prinsip-prinsip yang menyertai keterampilan termasuk keterampilan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Tes tertulis juga bisa digunakan untuk menganalisis
dan mensintesiskan informasi tentang siswa. Di lihat dari segi peranannya
suatu tes dapat di bedakan menjadi :
a.

Tes diagnostic

b.

Tes formatif

c.

Tes penempatan (asosiasi)


Tes mempunyai di dalamnya satu set atau lebih item pertanyaan atau
pernyataan yang relevan. Tes tertulis ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu:

a.

Tes objektif, disebut tes objektif karena para siswa tidak dituntut merangkai
jawaban atas dasar informasi yang dimilikinya seperti pada tes esai. Secara garis
besar tes ini dapat dibedakan kedalam 2 kelompok:

Tes objektif jenis isian (supply type), dimana tes ini mendekati pada tes
sederhana. Tes ini juga memerlukan siswa untuk mengingat materi
pembelajaran, dan menyimpan informasi materi dalam fikiran kemudian
menuangkannya dalam bentuk memberikan jawaban atas suatu pertanyaan. Tes
objektif jenis isian pada prinsipnya mencakup 3 tes yaitu:

1)

Tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, mengungkap kemampuan siswa


dengan cara bertanya

2)

Tes melengkapi, mengungkap kemampuan siswa denagn memberikan spasi


atau ruang kosong untuk diisi dengan jawaban (kata) yang tepat.

3)

Tes asosiasi, mengungkap kemampuan siswa dengan menyediakan spasi yang


diisi dengan satu jawaban atau lebih, dimana jawaban tersebut masih memiliki
keterkaitan dan bersifat homogeny antara satu dengan yang lainnya.
tes objektif jenis isian ini walaupun telah di kelompokkan sebagai tes objektif,
namun sebenarnya masih berkaitan dengan esai yaitu bahwa tes ini masih
menuntut jawaban bebas dan singkat dari para siswa. Tapi karena tes ini hanya
memberiakn kesempatan kepada siswa menjawab dengan satu kata dan
biasanya telah terikat dalam definisi, fakta dan aatau prinsip-prinsip
pengetahuan maka tes tersebut disebut sebagai tes objektif jenis isian.
Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi 3 macam yaitu
benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.

Tes esai, secara ontology merupakan salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang
merefleksikan kemampuan berpikir siswa. Tes esai dapt dibedakan menjadi 2
macam yaitu tes esai dengan jawaban panjang dan tes esai dengan jawaban
singkat. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya
digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan,
memberikan pembuktian, menganalisi perbedaan, menarik kesimpulan, dan
menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
B.

Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang
disusunsecara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya
tanpa melalui media tulis. Pada kondisi tertentu, seperti jumlah siswa kecil atau
sebagian sisawa yang memerluakn tes remidi maka tes lisan dapat digunakan
secara efektif. Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai tes pelengkap, setelah
tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan.

2. NON TES
Tipe evaluasi yang kedua adalah non tes, alat ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Non tes ini
tidak menggunakan item pertanyaan atau pernyataan seperti pada tes, tetapi
non tes ini menggunakan metode lain untuk memperoleh data atau informasi
yang diperlukan. Alat non tes kadang ada yang menggunakan pengukuran,
tetapi ada pula yang tidak menggunakannya, sabagai contoh observasi, bentuk
laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri. Alat observasi ini dapat
berupa ceklis (banyak digunakan sebagai pelengkap teknik observasi), skala
rating dan beberapa kartu skor. Yang termsuk teknik evaluasi non tes
diantaranya yaitu:

a.

Rating scale (skala bertingkat) yaitu alat non tes yang memberikan nilai angka
untuk semacam pertimbangan (judgement) suatu objek yang dievaluasi atas
dasar persepsi atau pilihan evaluand.

b.

Questionnaires atau angket merupakan teknik evaluasi yang menggunakan


angket untuk dijawab oleh responden sesuai dengan pilihan responden. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner
tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan
yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda
silang (X) atau cek () pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan
kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan
memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa
yang ia ketahui.

c.

Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan
kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X)
atau cek () pada awaban yang ia anggap sesuai.

d.

Wawancara, teknik evaluasi yang menekankan adanya pertemuan secara


langsung antara evaluator dengan yang dievaluasi (evaluand). wawancara dibagi
dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab
(responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai
dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua
adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan
pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informsi-informasi yang diperlukan saja.

e.

Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakan dengan


mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat
sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1)
observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang
diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang
diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai
memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam objek
pengamatan.Observasi teknik evaluasi yang menekankan pada gangguan indera
penglihatan.

f.

Dokumentasi merupakan teknik evaluasi yang menekankan pada aspek data


tertulis atau dokumen yang berkaitan erat dengan informasi tentang siswa. Data
dokumentasi ini termasuk riwayat hidup (curriculum vitae) peserta didik.

TES SUBJEKTIF DAN TES OBJEKTIF


1.

TES SUBJEKTIF (TES ESSAY/URAIAN)


Tes essay menurut Nurkanca dan Sumartana adalah suatu bentuk tes yang
terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa
uraian-uraian yang relatif. Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana
unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun
sendiri oleh pengambil tes serta peserta tes juga harus menyusun sendiri katakata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya.
Ciri-ciri tes subjektif antara lain:

a.

Jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak.

b.

Hasil yang diperoleh kurang mewadahi karena jangkuan bahannya tidak terlalu
luas.

c.

Banyak dipengaruhi oleh faktor : bahasa yang digunakan oleh testi, kerapatan
tulisan yang dibuat oleh testi, sikap penilai terhadap testi, penyekoran bersifat
relatif, jawaban sangat panjang, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan
yang diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatasenyusun
sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya.

d.

Pertanyaannya di dahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa,


bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.
Tes uraian/esssay dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a.

Tes uraian terbuka (Extended respons question)


Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide, mengintegrasikan
pelajaran dalam berbagai bidang, membuat desain eksperimen, mengevaluasi
manfaat suatu ide dan sebagainya. Pada test uraian bentuk terbuka, jawaban
yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada teste itu
sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam

merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk


uraian.
b.

Tes uraian terbatas (Restricted respons question)


Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau
teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat
kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Tes essay/subjektif dibedakan manjadi 3 macam yaitu :

a.

Ingatan sederhana dengan ciri-cirinya, dapat dijawab dengan singkat, dapat


dinilai secara objektif, dan umumnya menggunakan kata tanya yang berupa kata
bagaimana, di mana, berapa banyak, dan kapan

b.

Jawaban pendek (short answer ) dengan ciri-cirinya meliputi : pertanyaan berisi


perintah seperti berikan difinisi, susunlah, tuliskan (jawaban berupa pernyataan
atau kalimat pendek dan dapat dinilai secara objektif.

c.

Bentuk diskusi dengan ciri-cirinya : memerlukan jawaban panjang, tidak dapat


dinilai secara objektif, menggunakan kata : jelaskan, gambarkan, bandingkan,
terangkan, berikan alasan.
Kelebihan tes subjektif /essay yaitu:

a.

Mudah disiapkan dan disusun

b.

Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan

c.

Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun


dalam bentuk kalimat yang bagus

d.

Memberikesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan


gaya bahasadan caranya sendiri

e.

Dapat diketahui sejauh mana siswa mwndalami sesuatu masalah yang di


teskan.
Kekurangan tes subjektif/essay yaitu:

a.

Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana
dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

b.

Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang
akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).

c.

Cara memerikasanya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur subjektif. Ini


terjadi, utamanya ketika telah terjadi hubungan moral yang baik antara para
siswa dengan guru.

d.

Pertanyaan esai yang disusun oleh seorang evaluator/guru cenderung kurang


bisa mencakup seluruh materi yang diberikan

e.

Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih


banyak dari pada penilai.

f.

Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain

g.

Bentuk peratnyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada
siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan
ragu-ragu ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam tes
subjektif, saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan yaitu :

a.

Dari segi bahan

b.

Tekanan utama terletak pada pikiran, penalaran dan aspek mental.

c.
d.
e.
f.

Rumusan rambu-rambu jawaban yang pasti guna menghindari ketidak pastian


dalam penilaian.
Soal harus spesifik ruang lingkupnya, satu soal untuk satu permasalahan.
Harus ada petunjuk tentang waktu yang disediakan, jawaban yang dikehendaki
serta bobot yang diterima untuk setiap butir pertanyaan.
Jangan membuat soal pilihan atau alternatif.
Petunjuk penyusunan tes objektif yaitu:

a.
b.
c.
2.

Soal-soal tes meliputi ide-ide pkok dari bahan yang diteskan, dan kalau
menyusun soal yang sifatnya komprehansif.
Soal tidak mengambil kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah di lengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penilaiannya.
TES OBJEKTIF
Tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes
untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta
tes tinggal memilihnya, jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik,
sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban yaitu benar atau
salah. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari
tes bentuk essay.
Kelebihan dari tes objektif yaitu:

a.

Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representative


mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya
unsure-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun dari segi guru yang
memeriksa.

b.

Lebih mudah dan cepat cara memeriksnya karena dapat menggunakan kunci
tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

c.

Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain

d.

Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi


Kelemahan dari tes objektif yaitu:

a.

Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes essay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan yang lainnya.

b.

Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan


kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

c.

Banyak kesempatan untuk main untung-untungan

d.

kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Cara mengatasi kelemahan-kelemahan tes objektif yaitu:

a.
b.
c.

Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus-menerus hingga betul-betul mahir.
Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor 1 dan 2
Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitunhgkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
Ada beberapa macam tes objektif yaitu:

A. Tes benar-salah (true-false)


Soal tes ini berbentuk kalimat berita atau pertanyaan yang mengandung 2
kemungkinan yaitu benar atau salah. Siswa diminta untuk menentukan
pendapatnya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang menjadi isi darisetiap soal.
Bentuk tes ini bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola
pengerjaannya, yaitu:
Tes benar-salah untuk pertanyaan, dalam bentuk ini soal terdiri dari pernyataanpernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan betul atu salah saja.
Tes benar-salah yang menuntut alasan, dalam bentuk ini selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa member alasan apabila ia memilih
kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
Tes benar salah dengan membetulkan, dalam bentuk ini selain seperti bentuk
pertama menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal yang disalahkan
(jika siswa memilih kemungkinan salah terhadappernyataan/soal yang
bersangkutan).

Tes benar-salah berganda, padabentuk ini satu induk persoalan menghasilkan


beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu dirumuskan dalam
pernyataan/soal yang mempunyai kemungkinan benar atau salah.
Kelebihan dari tes benar-salah yaitu:
a.

Mudah dan cepat dalam menilai

b.

Waktu mengerjakannnya cepat

c.

Penilaiannya objektif

d.

Menyusun soalnya lebih mudah disbanding dengan tes pilihan ganda

e.
f.

Mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena
biasanya pertanyaan-pertanyaannyasingkat saja
Dapat dipakai/digunakan berulang-ulang
Kekurangan dari tes benar-salah yaitu:

a.

Lama menyusun soalnya disbanding dengan tes essay

b.

Kemungkinan mengira-ngira jawabannya besar

c.

Menyusun pernyataan (soal) supaya pernyataan itu benar atau hanya salah itu
sulit

d.

Kurang dapat membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai

e.

Reliabilitasnya rendah

f.

Bisa membingungkan siswa

g.

Hanya dapat mengungkapkan ingatan dan pengenalan kembali

h.

Banyak hal/persoalan yang tidak


kemungkinan (benar atau salah)

dapat

dinyatakan

hanya

dengan

Syarat-syarat menyusun soal tes benar-salah yaitu:


a.

Soal harus singkat, jelas, buakn kalimat majemuk

b.

Jumlah soal harus banyak dan disusun atas dasar tabel spesifikasi

c.

Satu soal harus berisi satu persoalan

d.
e.

Tidak menggunakan kata-kata seperti: selalu, seringkali, pada umunya,


biasanya, karena kata-kata itu memudahkan siswa untuk menerka jawaban
Setiap pernyataan/soal harus pasti salah atau benar (tidak mendua arti)

f.

Jumlah soal yang benar dan yang salahvharus seimbang

g.

Urutan soal seharusnya tidak mengikuti pola yang teratur

h.
i.
j.

Sebaiknya pernyataan tidak diambil langsung dari buku


Tulislah huruf B S pada permulaan nomor masing-masing item dengan
maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (skorring)
Hindari kalimat yang negatif yakni yang mengandung kata: tidak atau bukan

k. Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki


pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya.
l.

Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung salah


sedikit cukup banyak.
Cara melakukan penskoran/pemberian nilai pada tes benar-salah yaitu:

a.

Dengan Denda
Skor = jawaban benar jawaban Salah

b.

Tanpa Denda
Skor = jawaban yang benar

B.

Tes pilihan ganda (multiple choice)


Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/
pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok
yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara
alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci
disebut dengan pengecoh (distractor). Semakin banyak alternatif jawaban yang
ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya akan semakin kecil. Ada lima
ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:

Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)


Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti
empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan
tersebut.
Hubungan antar hal (Sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat
alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau
tidak dengan alasan.
Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
Membaca Diagram, atau tabel

Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai
dengan tabel.
Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu
pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan,
hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa
lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Kelebihan tes pilihan ganda yaitu:
a.

Lebih fleksibel dan efektif

b.

Mencakup hampir seluruh bahan pelajaran

c.

Tepat untuk mengukur penguraian informasi, perbendaharaan kata-kata,


pengertian, aplikasi prinsip, rumus serta kemampuan untuk menginterpretasikan
data.

d.

Dapat juga untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat tafsiran,
melakukan pemilihan, menentukan pendapat atas dasr alasan tertentu, dan
menarik kesimpulan

e.

Koreksi dan penilaiannya mudah

f.

Dapat dipakai berulang-ulang

g.

Objektif
Kelemahan tes pilihan ganda yaitu:

a.
b.

Sulit serta membutuhkan waktu yang lama dalam menyusun soalnya.


Tidak dapat dipakai untuk mengukur kecakapan siswa dlam mengorganisasikan
bahan
Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda:

a.

Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat

b.

Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain

c.

Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci

d.
e.

Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang
sama
Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya
Cara memberikan penilaian/scoring yaitu:

a.

Dengan denda

Soal = jawaban benar


b.

Tanpa denda
Soal = jawaban benar

C. Menjodohkan (matching test)


Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap
pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk
memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai
jawaban yang benar.
Kelebihan tes menjodohkan yaitu:
a.
b.

Baik untuk mengukur proses mental yang rendah (knowledge)


Kemungkinan untuk mengukur proses mental yang tinggi tetap ada tetapi sulit
sekali.

c.

Objektif

d.

Mudah disusun

e.

Cocok untuk mengukur informasi-informasi yang berbentuk fakta dari suatu


pengertian, hubungan antar pengertian atau konsep-konsep.
Kelemahan tes menjodohkan yaitu:

Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, dan siswa cenderung untuk
membuat tafsirn-tafsiran.
Saran penulisan tes menjodohkan yaitu:

a. Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri


b. Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah
c. Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja
d. Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal dan
pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan jawaban.
Cara pemberian scoring/penilaian yaitu:
Soal = jawaban benar
D. Tes isian (completion test)
tes isisan adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan
perkataan, ungkapan atau kalimat pendek sebagai jawaban terhadap kalimat
yang tidak lengkap,atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas
asosiasi yang harus dilakukan.

Kelebihan tes isian yaitu:


a.

Mudah dalam penyusunannya, terutama untuk mengukur ingatan/pengetahuan

b.

Sedikit kesempatan untuk menduga-duga jawaban

c.

Cocok untuk siswa kelas/tingkat rendah


Kelemahan tes isian yaitu:

a.
b.
c.

Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi


Sulit untuk menyusun soal yang hanya satu jawaban, lebih-lebih untuk proses
mental yang tinggi
Sulit penilaiannya jika terdapat bermacam-macam jawaban yang benar
Petunjuk praktis dalam tes isian yaitu:

a.

b.

Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyakckata yang dihilangkan, kata


yang dihilangkan pengertian yang penting saja tetapi maksud dari kalimat tetap
jelas dan mudah dipahami.
Jawaban yabg diinginkan hendaknya benar-benar dibatasi

c.

Titik-titik (tempat siswa menulis jawaban) sebaiknya diletakkan pada ujung


pertanyaan

d.

Jika masalah atau persoalannya memerlukan jawaban yang berupa angka,


nyatakanlah satuan-satuan tertentu dalam perhitungan itu

e.

Berilah waktu maksimal 1 setengah menit untuk setiap nomor soal

f.

Janagn mengambil soal langsung dari buku

g.

Cara penilaian/scoring sama dengan tes menjodohkan (matching)

Daftar Pustaka
Sukardi M, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya,
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2009.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 200
Diposkan oleh Paramita Rusli di 19.25 1 komentar:

http://paramitarusli.blogspot.co.id/
https://www.academia.edu/9424223/BENTUKBENTUK_SOAL_PADA_EVALUASI_PEMBELAJARAN

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prihastuti%20Ekawatiningsih,
%20S.Pd.,M.Pd./MACAM%20ALAT%20EVALUASI-2.pdf

METODE PENELITAN EKSPERIMEN


TEKNIK NON-TES DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN, PENGUKURAN, DAN
EVALUASI PENDIDIKAN

TES HASIL BELAJAR


29FEB
A.

Pengertian Tes Hasil Belajar https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/29/teshasil-belajar/

Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat
berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam
perkembangannya dan seiirng kemujuan zaman tes berate ujian atau percobaan. Ada beberapa
istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu test, testing, tester dan
testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes.
1.
2.
3.

Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian,
Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes
Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden
4.
Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam
karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur
yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat
digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku
individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes
merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau

lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan
satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian
tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh
guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik
Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be defined as a systematic
procedure for measuring a sample of an individuals behaviour (Brown,1970:2). Definisi tersebut
mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu
Pertama adalah kata systematic procedureyang artinya bahwa suatu tes harus disusun,
dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi, artinya butir-butir
soal (item) suatu tes hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan kawasan dan ruang lingkup tingkah
laku yang akan dan harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya
dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes itu
hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah ditentukan ; dan (c)
sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan
berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an
individuals is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah
laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan
terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan.
Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus dijawab dan atau
dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini
sependapat dengan seorang ahli yang menyatakan bahwa The type of ability test that describes what
a person has learned to do is called an achievement test (Thordike & Hagen, !975:5). Berdasarkan
pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam
waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya
adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan.
B.

Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar

Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat
digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan,
dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada
penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau
jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan
komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara
guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam
melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :

1. Tes Essay (uraian)


Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu
pendapat dalam bahasa sendiri.
Subino, (1987:2) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan
dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang
menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi
maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi,
baik isi maupun jawaban.
Tes uraian merupakan tes yang tertua, namun bentuk ini masih digunakan secara luas di Amerika
Serikat hingga kini, bahkan merupakan bentuk soal yang yang juga masih digunakan secara luas di
bagian-bagian dunia lainnya (Gronlund, 1977).
Tes uraian memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu
1)

Memungkinkan para testi menjawab soal secara bebas sepenuhnya,

2) Merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan, membandingkan


merangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi ;
3)
Merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan pendapat dengan
tulisan;
4)
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan
mengorganisasikan ide serta berfikir secara kritis dan kreatif ;

kemampuan

menulis,

5) Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan
menggeneralisasikan;
6)

Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;

7)

Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan

8)
Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi (lihat
Balitbang Dikbud, 1984 : 24)
Tes bentuk uraian memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Wirasasmita (1981 : 24)
yaitu (a) hendaknya setiap pertanyaan merupakan suatu perumusan yang jelas, definitif, dan pasif,
(b) tiap pertanyaan hendaknya disertai petunjuk yang jelas tentang jawaban yang dikehendaki oleh
oleh peserta, (c) hendaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup semua bahan yang
terpenting serta komprehensif, (d) perbandingan soal sukar, sedang, dan mudah harus seimbang,
walaupun belum ada patokan yang pasti. Sebaiknya perbandingannya, sukar = 30% 25%, sedang =

50%, dan mudah = 20% 25%, dan setelah soal disusun segera susn kunci jawabannya, dengan
memperhatikan berbagai kemungkinan jawaban.
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes
ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

Tes Betul-Salah (TrueFalse)


Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes Menjodohkan (Matching)
Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi
biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk
uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk
tes tersebut sangat sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan
tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa
Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang
bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis, (2) mempunyai dampak belajar yang
mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan (3) jawaban yang
diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive
domain. Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa tidak dituntut untuk
mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan, (2) siswa ada kemungkinan
dapat menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap proses berpikir dan
bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang
lebih kompleks. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa
objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come the most generally
useful is the multiple choice itemsbut other items types also have a place. Pernyataan tersebut
menunjukan bahwa item-item tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar
yang berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak,
sementara itu, tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual objectians to
objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory,
and that they do not test the ability of the student to organize his thought.
Pendapat di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidah
menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan
pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan tinggi kemampuan untuk mengorganisasikan
pemikiran, mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang ilmiah
merupakan tuntutan yang ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen
Dikdasmen, 1982/1983 : 20).
Dilihat dari sudut waktu kapan dan untuk apa tes itu dilakukan, maka tes hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tes awal (pretest), tes akhir (posttest), dan entering behaviour test

Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui
tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada proses belajar
mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
telah dilakukan, hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk menetapkan
lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir
atau ulangan umum.
Entering behaviour test adalah suatu tes yang berisikan materi pelajaran atau kemampuankemampuan siswa yang harus sudah dikuasai sebelum mereka menempuh suatu proses.
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi :
1. Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses
pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes
formatif bagi peserta didik adalah :

Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit
pembelajaran.
Merupakan penguatan bagi peserta didik.
Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

2. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik
dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
3. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki
peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
belajar.
4. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi
seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
C.

Ciri-ciri tes yang baik

Menurut arikonto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki
persyaratan tes, yaitu memiliki:
1. Validitas

Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh,
untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang
diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran,
ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada
permasalahannya.
2. Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila
hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas
adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3. Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif
yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya,
dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5. Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos
atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
D.

Langkah langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar

Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1)

Pengembangan spesifikasi tes

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang
harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta
didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja
yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.

2)

Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal
dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta
ketersediaan dana dan kepraktisan.
Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba
atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
Merencanakan banyak soal
Merencanakan jadwal penerbitan soal
Penulisan soal

3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butirbutir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan,
ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4)
Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan
dibakukan.
5)

Penganalisisan hasil uji coba.

6)

Pengadministrasian soal

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1992
Brown, A. L , and Page. A. (1970). Elements of Functional Analysis. Butler & Tanner Ltd. Frome and
London
Cronbach, Lee J. Essentials of Psychological Testing. Fifth edition. New York: Harper and Row
Publishers, 1990
Gronlund, Norman E. Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom Instruction. New York: The
Macmillan Publishing Company, 1973
Lado, Robert. (1961). Language Testing. London: Longman Group Limited.
Subino, 1987.Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan Pengukuran.
Jakarta : Depdikbud
Thorndike, Robert M., George K. Cunningham, Robert L. Thorndike and Elizabeth P.
Hagen. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. Fifth edition. New York:
Macmillan Publishing Company, 1991
Wirasasmita, Sutardi. 1998. Tehnik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar dengan
Pengembangan Tes Prestasi Belajar Bahasa Indonesia. Bandung: IKIP.

Saturday, 26 July 2014

JENIS-JENIS TES

TUGAS III
EVALUASI PENDIDIKAN

JENIS-JENIS TES

OLEH
NUR ULIL AMRI
1129040053

KELAS A
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
SOAL:
1. Tuliskan dan jelaskan beberapa jenis tes!

JAWABAN:
a. Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan
mempergunakan tes tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian,
formatif, dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan guru ini disusun untuk
mengukur tingkat penugasan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
sudah disampaikan.
b. Tes baku
Tes baku adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang
tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan
representatif. Disamping itu tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat
kelas dan klasifikasiannya. Tes buku bertujuan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam 3 aspek yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, dan
diagnostik. Tes baku juga digunakan untuk mengukur kemajuan belajar peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Dalam mata pelajaran tertentu, artinya jika
guru selesai menyelasaiakn salah satu atau beberapa pokok pelajaran guru
melakukan ujian kepada siswa.
c.

Berdasarkan banyaknya peserta tes:

1) Tes kelompok
Tes kelompok adalah tes yang diadakan secara kelompok sehingga guru akan
menghadapi sekelompok peserta didik

2) Tes perseorangan
Tes perseorangan adalah tes yng dilakukan secara perseorangan sehingga guru
akan dihadapkan pada seorang peserta didik.
d. Dari segi bentuk pelaksanaannya
1) Tes Tertulis (paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas
dan pensil sebagai instrumen utamanya, sehingga peserta tes mengerjakan soal
atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan
maupun menggunakan komputer. Proses koreksi dapat dilakukan secara manual
maupun dengan OMR (alat scan lembar jawaban komputer).
2) Tes Lisan (oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara
guru (orang yang memberikan tes) dengan siswa (orang yang sedang dites).
3) Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan
peserta didik. Guru melakukan pengamatan secara seksama dengan
menggunakan instrumen (tes perbuatan) yang memuat rubrik kualitas
performen siswa.
e. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
1) Tes non objektif/essay (uraian)
Tes non objektif seringkali pula disebut sebagai soal uraian (soal essay). Tes
uraian banyak disukai oleh guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Dalam tes uraian (non-objektif) ini siswa seringkali diminta untuk
mengorganisasikan jawaban pertanyaannya dalam bentuk baru atau bahasanya
sendiri. Disebut-sebut sebagai tes non-objektif karena penskorannya seringkali
dipengaruhi oleh pemberi skor (ada kemungkinan pemberi skor memberikan skor
berbeda kepada dua jawaban yang notabene sama). Hal ini terjadi karena
penskoran tes uraian jauh lebih sulit dan memakan waktu lebih lama dibanding
tes objektif. Untuk mengurangi ketidakobjektifan pemberi skor (guru yang
mengoreksi hasil tes), maka perlu dibuat pedoman penskoran yang baik
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. tes objektif adalah tes yang memungkinkan (memberikan
kemudahan) kepada pemberi skor atau pengoreksi (dalam hal ini guru) untuk

dapat memberi skor secara objektif kepada seluruh peserta tes. Tes ini terdiri
dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
a) Tes Betul-Salah (TrueFalse)
Dalam jenis tes ini, terdapat pernyataan yang mengandung 2 kemungkinan
jawaban yakni benar dan salah. Salah satu fungsi jenis soal benar-salah adalah
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dan
pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
b) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks
dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintetis dan
evaluasi. Dalam soal ini guru bebas memberikan berapa jumlah pilihan jawaban,
akan tetapi lebih banyak lebih baik hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor
menebak-nebak sehingga dapat meningkatkan validitas dan reliabilitas soal.
Kemampuan yang dapat diukur dalam bentuk soal pilihan ganda antara lain
mengenai istilah, fakta, prinsip, metode dan prosedur mengidentifikasi
penggunaan fakta dan prinsip, menafsirkan hubungan sebab akibat dan menili
metode serta prosedur. Beberapa jenis bentuk pertanyaan pilihan ganda dalah
sebagai berikut:

Distracters, yaitu setiap pernyataan atau pertanyaan mempunyai beberapa


pilihan jawaban yang salah tetapi disediakan pilihan jawaban yang benar

Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara
pernyataan dan alasan (Sebab akibat)

Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberap


pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang
salah.
Kebaikan dari soal pilihan ganda adalah (a) cara penilain yang dapat dilakukan
dengan mudah, cepat dan objektif (b) kemungkinan peserta didik menjawab
dengan terkaan dapat dikurangi (c) dapat digunakan untuk menilai kemampuan
peseta didik dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif, (d) dapat digunakan
berulang-ulang, (e) sangat cocok untuk peserta didik dalam jumlah banyak.
Sedangkan kelamahan dari jenis tes ini adalah (a) tidak dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah, (b) penyusunan soal
yang benar-benar baik membutuhkan waktu yang lama, (c) sukar menentukan
alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi.

c) Tes Menjodohkan (Matching)

Jenis soal ini hampir sama dengan pilihan ganda hanya saja dalam bentuk tes ini
disediakan 2 kolom yang berbeda dimana kolom sebalah kiri berisi sekumpulan
pertanyaan dan kolom seblah kanan adalah sekumpulan jawaban dan jumalh
jawaban disediakan lebih banyak daripada jenis soal.
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidientifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana
dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara 2 hal.
Makin banyak hubungan premis dengan respons dibuat maka makin baik soal
yang disajikan.
Kebaikan bentuk tes ini adalah (a)relatif mudah disusun, (b) penskorn udah,
objektif dan cepat, (c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya,
sebab dan akibatnya, istilah dan definisnya dan (d) materi tes cukup luas.
Kelemahannya adalah (a) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja,
(b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat taksiran.
d) Bentuk soal melengkapi dan singkat
Jenis tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
Kebaikan tes ini adalah (a) relatif mudah disusun (b) sangat baik untuk menilai
peserta didik yang sesuai dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi (c)
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan
jelas, (d) pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif.
Kelemahannya adalah (a) pada umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan
mengingat saja sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan (b) pada soal
bentuk melengkapi jika titik-titik kosong yang diisi terlalu banyak sehingga
peseta didik biasanya sering terkecoh (c) dalam memeriksa lembar jawaban
dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Tes objektif kadangkala memerlukan pemikiran lebih mendalam bagi
pembuatnya jika ingin digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kecenderungan di lapangan, tes objektif lebih banyak digunakan hanya
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah seperti ingatan (hapalan)
siswa.
f.

Dari segi fungsi tes di sekolah

1) Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit
pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :

a) Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap
unit pembelajaran.
b) Merupakan penguatan bagi peserta didik.
c) Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta
didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
d) Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya.
2) Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester. Tes summatif berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan atau pencapaian siswa dalam bidang-bidang atau mata
pelajaran tertentu.
3) Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan
yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik
ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
4) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan
yang dihadapi seorang siswa baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain
yang mengganggu kegiatan belajarnya.

g. Jenis Tes Berdasarkan Pengukuran Terhadap Aspek-Aspek Individu


Berdasarkan pengukuran terhadap aspek-aspek individu, tes dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu: (1) tes prestasi belajar (achievement test); (2)
tes beracuan konten (content-referenced test) atau tes beracuan kriteria
(criterion-referenced test); (3) tes beracuan norma (norm-referenced test); (4)
tes bakat (aptitude test); (5) tes minat (skala minat). Berikut penjelasannya satu
persatu.
1) Tes prestasi belajar
Tes prestasi belajar (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk
memperoleh keterangan tentang hal-hal yang telah dicapai seseorang (prestasi
belajar).
2) Tes Beracuan Konten atau Tes Beracuan Kriteria

Tes beracuan konten (content-referenced test) atau tes beracuan kriteria


(criterion-referenced test) mengukur pencapaian penguasaan suatu standar
tingkah laku (pengetahuan atau keterampilan khusus dalam pelajaran tertentu).
3) Tes Beracuan Norma
Jenis tes beracuan norma (norm-referenced test) merupakan tes yang berfungsi
dalam hal membandingkan prestasi kelompok dalam pelajaran tertentu,
misalnya antara beberapa daerah atau kota.
4) Tes Bakat (Aptitude Test)
Jenis tes yang satu ini digunakan untuk melihat kemungkinan keberhasilan
seseorang dalam belajar sesuatu di masa-masa yang akan datang.
5) Tes Minat
Tes minat atau dikenal juga dengan istilah skala minat dapat dipergunakan
misalnya untuk mengetahui jenis pekerjaan atau subjek yang disenangi oleh
seseorang.
h. Jenis Tes Berdasarkan Ranah Yang Diukur
Berdasarkan ranah (domain) yang diukur, tes dapat dibedakan menjadi:
1) tes kognitif, adalah jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan
hasil belajar. Selama proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai
macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan. Untuk mengetahui
hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif ini, maka dapat melihat dari
hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes yang diselenggarakan sekolah
dan guru dalam waktu tertentu. Ujian atau tes prestasi belajar ini merupakan
program integral dalam kurikulum sekolah.tes psikomotor, adalah
2) tes psikomotorik, terkait dengan keterampilan yang didapatkan siswa dari proses
pendidikan dan pembelajarannya. Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini,
maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa untuk bekerja,
melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah, maka tes prestasi belajarnya
berupa kegiatan keterampilan. Dalam konteks ini, guru atau sekolah
mengadakan tes prestasi belajar siswa dengan evaluasi praktek. Siswa harus
melakukan kegiatan praktek terkait dengan kemampuan yang harus dimiliki
siswa.
3) Tes afektif, merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk
mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah
aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Tes
prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku,

kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang
beradab.
i.

Menurut waktu diberikannya test terbagi atas:

1) Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
a) Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu
kegiatan tertentu.
b) Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan menentukan
kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang
telah dimiliki oleh peserta didik.
2) Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses
pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan
intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi
pertanyaan yang sama dengan pra test.
j.

Menurut kebutuhannya, macam test antara lain:


1) Psycho test, yaitu test tentang sifat-sifat atau kecenderungan atau hidup
kejiwaan seseorang (peserta didik).
2) IQ test, yaitu test kecerdasan. Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang (peserta didik).
3) Test kemampuan (aptitude test), yaitu test bakat. Test ini bertujuan untuk
mengungkap kemampuan atau bakat khusus yang dimiliki oleh seseorang.
k. Menurut jenis waktu yang disediakan test terdiri atas:
1) Power test, yakni test dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test
tidak dibatasi.
2) Speed test, yaitu test dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test
dibatasi.

l.

Berdasarkan bentuk responnya, yaitu:


1) Tes verbal (verbal test)
Tes verbal merupakan tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam
bentuk kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.
2) Tes non-verbal (non-verbal test)

Tes non-verbal merupakan tes yang menghendaki jawaban bukan berupa


ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.

REFERENSI
http://minaltimay.wordpress.com/2010/12/16/pengertian-tes-jenis-jenis-tes/diakses 16
Juli pukul 15.58 WITA
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/jenis-jenis-tes.htmldiakses 16 Juli
pukul 16.03 WITA
http://etzawijayanti.blogspot.com/2013/04/12_14.html diakses 16 Juli pukul 16.07
WITA
http://ikhwan-perbaungan.blogspot.com/2013/05/macam-macam-tes-evaluasi-hasilbelajar.html diakses 16 Juli pukul 16.08 WITA
http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2012/02/24/jenis-jenis-tes/ diakse
s 16 Juli pukul 16.11 WITA
http://www.anneahira.com/tes-prestasi-belajar.htm

diakses 16 Juli pukul 16.11 WITA

Diposkan oleh Nur Ulil Amri''s Note di 11:09


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

http://amrhy.blogspot.co.id/2014/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai