1.
Tes tersebut berbentuk pertanyaan / perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
2.
Bentuk-bentuk pertanyaan / perintah itu menuntut kepada tester untuk memberikan penjelasan
komentar, penafsiran dan lain-lain.
3.
Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir
4.
Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata, jelaskan, terangkan,
uraikan dan lain-lain.
Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun dan memadukan gagasangagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan
siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga
tingkat kebenaran dan tingkat kesalahannya pun menjadi bervariasi. Hal inilah yang mengundang
subjektivitas penilai ikut berperan menentukan, karena itu tes ini disebut pula dengan tes subjektif (non
objektif).
Tes uraian dibagi 2 macam, yaitu :[3]
1.
Tes uraian bentuk bebas artinya butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan
tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh:Mengapa bangsa Indonesia memilih
politik luar negeri yang bebas aktif?
2.
Tes uraian terbatas, peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun
arah jawaban dibatasi sedemikian rupa, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah. Contoh:
Apakah dasar yuridis dan politik yang mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri
yang bebas dan aktif?
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes ini tepat dipergunakan
apabila pembuat soal (guru, dosen, dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman
test terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap
kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya, selain itu tes ini lebih tepat
dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
Adapun kelemahan dan kelebihan tes uraian adalah :[4]
a.
1)
2)
3)
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang
bagus
4)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya
sendiri
5) Dapat diketahui sejauh mana siswa, mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
b. Kekurangan tes uraian :
1)
Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang
betul-betul telah dikuasai
2)
Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya
hanya beberapa saja (terbatas).
3)
4)
5)
Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Bertitik tolak dari kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh tes hasil belajar
bentuk uraian maka ada beberapa petunjuk operasional yang bisa di lakukan ataupun dijadikan pedoman
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Adapun petunjuk operasional itu adalah :[5]
1.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar butir-butir soalnya dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan kepada testee
untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sekalipun butir-butir soal itu jumlahnya terbatas, akan tetapi
telah terkandung di dalamnya materi yang luas dan bersifat komprehensif.
2.
Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee (misalnya : menyontek / bertanya pada
testee lain), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat
yang terdapat dalam buku pelajaran / bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya. Cara ini
dimaksudkan, sebelum testee menentukan dan menuliskan jawabannya di atas lembar jawaban, mereka
agar berfikir lebih dahulu secara cermat, apakah jawabannya benar dan tepat ataukah tidak.
3.
Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas,
bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban yang
betul. Dengan cara ini maka faktor subyektifitas yang menyelinap ke dalam diri tester akan dapat dikurangi
sampai sekecil-kecilnya.
4.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan
atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam melainkan dibuat secara bervariasi.
5.
Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh
testee dan tidak menimbulkan keraguan / kebingungan bagi testee dalam memberikan jawabannya.
6.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada butir-butir soal yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau
menjawab butir-butir soal tersebut. Misalnya : Jawaban soal harus dituliskan di atas lembar kertas
berdasarkan nomor urut soal. Hal ini merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester.
Hal yang perlu dicermati adalah kelemahan tes uraian yang terletak pada variasi jawaban yang tak terbatas
sehingga menyulitkan penskoran, apalagi membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh langkah peningkatan objektivitas dengan jalan: [6]
1. Menyusun pola jawaban yang diambil dari sampel jawaban peserta didik
2. Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap halaman satu peserta didik sampai
selesai melainkan diperiksa berdasarkan nomor.
3. Setiap lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali dan urutan dalam penilaiannya diubah-ubah yang
tadinya urutan atas dijadikan urutan bawah kemudian hasilnya digabungkan dan diambil reratanya.
4. Nilai peserta didik tidak langsung dijumlahkan, secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian,
misalnya :
a. Konsistensi pemikiran
b. Kemampuan membahasakan gagasan
c. Isi / bobot materi
d. Kepustakaan yang dijadikan referensi
e.
a.
a.
Kelebihannya : mudah disiapkan disusun, tidak memberi daya kesempatan untuk berspekulasi / untunguntungan dan lain-lain
b. Kekurangannya : pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan, waktu untuk koreksinya
lebih lama dan tidak diwakilkan kepada orang lain.
a.
b. Terbatas, artinya kebebasan untuk menjawab soal sedemikian yang ditanyakan dengan arah jawaban yang
dibatasi.
Yang intinya tes adalah evaluasi dalam pendidikan guna memberi penilaian ke anak didiknya sehingga
dapat mengukur pantas atau tidakkah meluluskan dalam pendidikannya. December 7, 2014
http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2014/12/tes-non-objektif.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19591130
1987031-YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN/TES_URAIAN.pdf
tesdannontes
TES DAN NON TES
1. TES
Tipe evaluasi yang pertama adalah tes. Tes dapat didefinisikan sebagai suatu
pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. yang biasanya di realisasikan dengan tes tertulis dan tes lisan, tes ini juga
Tes diagnostic
b.
Tes formatif
c.
a.
Tes objektif, disebut tes objektif karena para siswa tidak dituntut merangkai
jawaban atas dasar informasi yang dimilikinya seperti pada tes esai. Secara garis
besar tes ini dapat dibedakan kedalam 2 kelompok:
Tes objektif jenis isian (supply type), dimana tes ini mendekati pada tes
sederhana. Tes ini juga memerlukan siswa untuk mengingat materi
pembelajaran, dan menyimpan informasi materi dalam fikiran kemudian
menuangkannya dalam bentuk memberikan jawaban atas suatu pertanyaan. Tes
objektif jenis isian pada prinsipnya mencakup 3 tes yaitu:
1)
2)
3)
Tes esai, secara ontology merupakan salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang
merefleksikan kemampuan berpikir siswa. Tes esai dapt dibedakan menjadi 2
macam yaitu tes esai dengan jawaban panjang dan tes esai dengan jawaban
singkat. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya
digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan,
memberikan pembuktian, menganalisi perbedaan, menarik kesimpulan, dan
menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
B.
Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang
disusunsecara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya
tanpa melalui media tulis. Pada kondisi tertentu, seperti jumlah siswa kecil atau
sebagian sisawa yang memerluakn tes remidi maka tes lisan dapat digunakan
secara efektif. Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai tes pelengkap, setelah
tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan.
2. NON TES
Tipe evaluasi yang kedua adalah non tes, alat ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Non tes ini
tidak menggunakan item pertanyaan atau pernyataan seperti pada tes, tetapi
non tes ini menggunakan metode lain untuk memperoleh data atau informasi
yang diperlukan. Alat non tes kadang ada yang menggunakan pengukuran,
tetapi ada pula yang tidak menggunakannya, sabagai contoh observasi, bentuk
laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri. Alat observasi ini dapat
berupa ceklis (banyak digunakan sebagai pelengkap teknik observasi), skala
rating dan beberapa kartu skor. Yang termsuk teknik evaluasi non tes
diantaranya yaitu:
a.
Rating scale (skala bertingkat) yaitu alat non tes yang memberikan nilai angka
untuk semacam pertimbangan (judgement) suatu objek yang dievaluasi atas
dasar persepsi atau pilihan evaluand.
b.
c.
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan
kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X)
atau cek () pada awaban yang ia anggap sesuai.
d.
e.
f.
a.
b.
Hasil yang diperoleh kurang mewadahi karena jangkuan bahannya tidak terlalu
luas.
c.
Banyak dipengaruhi oleh faktor : bahasa yang digunakan oleh testi, kerapatan
tulisan yang dibuat oleh testi, sikap penilai terhadap testi, penyekoran bersifat
relatif, jawaban sangat panjang, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan
yang diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatasenyusun
sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya.
d.
a.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana
dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b.
Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang
akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c.
d.
e.
f.
Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain
g.
Bentuk peratnyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada
siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan
ragu-ragu ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam tes
subjektif, saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
2.
Soal-soal tes meliputi ide-ide pkok dari bahan yang diteskan, dan kalau
menyusun soal yang sifatnya komprehansif.
Soal tidak mengambil kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah di lengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penilaiannya.
TES OBJEKTIF
Tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes
untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta
tes tinggal memilihnya, jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik,
sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban yaitu benar atau
salah. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari
tes bentuk essay.
Kelebihan dari tes objektif yaitu:
a.
b.
Lebih mudah dan cepat cara memeriksnya karena dapat menggunakan kunci
tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c.
d.
a.
Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes essay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan yang lainnya.
b.
c.
d.
kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Cara mengatasi kelemahan-kelemahan tes objektif yaitu:
a.
b.
c.
Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus-menerus hingga betul-betul mahir.
Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor 1 dan 2
Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitunhgkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
Ada beberapa macam tes objektif yaitu:
b.
c.
Penilaiannya objektif
d.
e.
f.
Mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena
biasanya pertanyaan-pertanyaannyasingkat saja
Dapat dipakai/digunakan berulang-ulang
Kekurangan dari tes benar-salah yaitu:
a.
b.
c.
Menyusun pernyataan (soal) supaya pernyataan itu benar atau hanya salah itu
sulit
d.
Kurang dapat membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai
e.
Reliabilitasnya rendah
f.
g.
h.
dapat
dinyatakan
hanya
dengan
b.
Jumlah soal harus banyak dan disusun atas dasar tabel spesifikasi
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
Dengan Denda
Skor = jawaban benar jawaban Salah
b.
Tanpa Denda
Skor = jawaban yang benar
B.
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai
dengan tabel.
Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu
pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan,
hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa
lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Kelebihan tes pilihan ganda yaitu:
a.
b.
c.
d.
Dapat juga untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat tafsiran,
melakukan pemilihan, menentukan pendapat atas dasr alasan tertentu, dan
menarik kesimpulan
e.
f.
g.
Objektif
Kelemahan tes pilihan ganda yaitu:
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang
sama
Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya
Cara memberikan penilaian/scoring yaitu:
a.
Dengan denda
Tanpa denda
Soal = jawaban benar
c.
Objektif
d.
Mudah disusun
e.
Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, dan siswa cenderung untuk
membuat tafsirn-tafsiran.
Saran penulisan tes menjodohkan yaitu:
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Daftar Pustaka
Sukardi M, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya,
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2009.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 200
Diposkan oleh Paramita Rusli di 19.25 1 komentar:
http://paramitarusli.blogspot.co.id/
https://www.academia.edu/9424223/BENTUKBENTUK_SOAL_PADA_EVALUASI_PEMBELAJARAN
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prihastuti%20Ekawatiningsih,
%20S.Pd.,M.Pd./MACAM%20ALAT%20EVALUASI-2.pdf
Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat
berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam
perkembangannya dan seiirng kemujuan zaman tes berate ujian atau percobaan. Ada beberapa
istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu test, testing, tester dan
testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes.
1.
2.
3.
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian,
Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes
Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden
4.
Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam
karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur
yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat
digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku
individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes
merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau
lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan
satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian
tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh
guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik
Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be defined as a systematic
procedure for measuring a sample of an individuals behaviour (Brown,1970:2). Definisi tersebut
mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu
Pertama adalah kata systematic procedureyang artinya bahwa suatu tes harus disusun,
dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi, artinya butir-butir
soal (item) suatu tes hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan kawasan dan ruang lingkup tingkah
laku yang akan dan harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya
dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes itu
hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah ditentukan ; dan (c)
sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan
berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an
individuals is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah
laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan
terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan.
Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus dijawab dan atau
dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini
sependapat dengan seorang ahli yang menyatakan bahwa The type of ability test that describes what
a person has learned to do is called an achievement test (Thordike & Hagen, !975:5). Berdasarkan
pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam
waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya
adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan.
B.
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat
digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan,
dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada
penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau
jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan
komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara
guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam
melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :
kemampuan
menulis,
5) Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan
menggeneralisasikan;
6)
Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;
7)
Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan
8)
Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi (lihat
Balitbang Dikbud, 1984 : 24)
Tes bentuk uraian memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Wirasasmita (1981 : 24)
yaitu (a) hendaknya setiap pertanyaan merupakan suatu perumusan yang jelas, definitif, dan pasif,
(b) tiap pertanyaan hendaknya disertai petunjuk yang jelas tentang jawaban yang dikehendaki oleh
oleh peserta, (c) hendaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup semua bahan yang
terpenting serta komprehensif, (d) perbandingan soal sukar, sedang, dan mudah harus seimbang,
walaupun belum ada patokan yang pasti. Sebaiknya perbandingannya, sukar = 30% 25%, sedang =
50%, dan mudah = 20% 25%, dan setelah soal disusun segera susn kunci jawabannya, dengan
memperhatikan berbagai kemungkinan jawaban.
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes
ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi
biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk
uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk
tes tersebut sangat sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan
tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa
Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang
bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis, (2) mempunyai dampak belajar yang
mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan (3) jawaban yang
diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive
domain. Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa tidak dituntut untuk
mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan, (2) siswa ada kemungkinan
dapat menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap proses berpikir dan
bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang
lebih kompleks. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa
objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come the most generally
useful is the multiple choice itemsbut other items types also have a place. Pernyataan tersebut
menunjukan bahwa item-item tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar
yang berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak,
sementara itu, tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual objectians to
objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory,
and that they do not test the ability of the student to organize his thought.
Pendapat di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidah
menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan
pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan tinggi kemampuan untuk mengorganisasikan
pemikiran, mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang ilmiah
merupakan tuntutan yang ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen
Dikdasmen, 1982/1983 : 20).
Dilihat dari sudut waktu kapan dan untuk apa tes itu dilakukan, maka tes hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tes awal (pretest), tes akhir (posttest), dan entering behaviour test
Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui
tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada proses belajar
mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
telah dilakukan, hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk menetapkan
lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir
atau ulangan umum.
Entering behaviour test adalah suatu tes yang berisikan materi pelajaran atau kemampuankemampuan siswa yang harus sudah dikuasai sebelum mereka menempuh suatu proses.
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi :
1. Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses
pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes
formatif bagi peserta didik adalah :
Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit
pembelajaran.
Merupakan penguatan bagi peserta didik.
Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
2. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik
dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
3. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki
peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
belajar.
4. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi
seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
C.
Menurut arikonto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki
persyaratan tes, yaitu memiliki:
1. Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh,
untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang
diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran,
ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada
permasalahannya.
2. Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila
hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas
adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3. Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif
yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya,
dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5. Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos
atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
D.
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1)
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang
harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta
didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja
yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
2)
Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal
dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta
ketersediaan dana dan kepraktisan.
Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba
atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
Merencanakan banyak soal
Merencanakan jadwal penerbitan soal
Penulisan soal
3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butirbutir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan,
ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4)
Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan
dibakukan.
5)
6)
Pengadministrasian soal
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1992
Brown, A. L , and Page. A. (1970). Elements of Functional Analysis. Butler & Tanner Ltd. Frome and
London
Cronbach, Lee J. Essentials of Psychological Testing. Fifth edition. New York: Harper and Row
Publishers, 1990
Gronlund, Norman E. Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom Instruction. New York: The
Macmillan Publishing Company, 1973
Lado, Robert. (1961). Language Testing. London: Longman Group Limited.
Subino, 1987.Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan Pengukuran.
Jakarta : Depdikbud
Thorndike, Robert M., George K. Cunningham, Robert L. Thorndike and Elizabeth P.
Hagen. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. Fifth edition. New York:
Macmillan Publishing Company, 1991
Wirasasmita, Sutardi. 1998. Tehnik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar dengan
Pengembangan Tes Prestasi Belajar Bahasa Indonesia. Bandung: IKIP.
JENIS-JENIS TES
TUGAS III
EVALUASI PENDIDIKAN
JENIS-JENIS TES
OLEH
NUR ULIL AMRI
1129040053
KELAS A
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
SOAL:
1. Tuliskan dan jelaskan beberapa jenis tes!
JAWABAN:
a. Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan
mempergunakan tes tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian,
formatif, dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan guru ini disusun untuk
mengukur tingkat penugasan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
sudah disampaikan.
b. Tes baku
Tes baku adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang
tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan
representatif. Disamping itu tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat
kelas dan klasifikasiannya. Tes buku bertujuan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam 3 aspek yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, dan
diagnostik. Tes baku juga digunakan untuk mengukur kemajuan belajar peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Dalam mata pelajaran tertentu, artinya jika
guru selesai menyelasaiakn salah satu atau beberapa pokok pelajaran guru
melakukan ujian kepada siswa.
c.
1) Tes kelompok
Tes kelompok adalah tes yang diadakan secara kelompok sehingga guru akan
menghadapi sekelompok peserta didik
2) Tes perseorangan
Tes perseorangan adalah tes yng dilakukan secara perseorangan sehingga guru
akan dihadapkan pada seorang peserta didik.
d. Dari segi bentuk pelaksanaannya
1) Tes Tertulis (paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas
dan pensil sebagai instrumen utamanya, sehingga peserta tes mengerjakan soal
atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan
maupun menggunakan komputer. Proses koreksi dapat dilakukan secara manual
maupun dengan OMR (alat scan lembar jawaban komputer).
2) Tes Lisan (oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara
guru (orang yang memberikan tes) dengan siswa (orang yang sedang dites).
3) Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan
peserta didik. Guru melakukan pengamatan secara seksama dengan
menggunakan instrumen (tes perbuatan) yang memuat rubrik kualitas
performen siswa.
e. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
1) Tes non objektif/essay (uraian)
Tes non objektif seringkali pula disebut sebagai soal uraian (soal essay). Tes
uraian banyak disukai oleh guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Dalam tes uraian (non-objektif) ini siswa seringkali diminta untuk
mengorganisasikan jawaban pertanyaannya dalam bentuk baru atau bahasanya
sendiri. Disebut-sebut sebagai tes non-objektif karena penskorannya seringkali
dipengaruhi oleh pemberi skor (ada kemungkinan pemberi skor memberikan skor
berbeda kepada dua jawaban yang notabene sama). Hal ini terjadi karena
penskoran tes uraian jauh lebih sulit dan memakan waktu lebih lama dibanding
tes objektif. Untuk mengurangi ketidakobjektifan pemberi skor (guru yang
mengoreksi hasil tes), maka perlu dibuat pedoman penskoran yang baik
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. tes objektif adalah tes yang memungkinkan (memberikan
kemudahan) kepada pemberi skor atau pengoreksi (dalam hal ini guru) untuk
dapat memberi skor secara objektif kepada seluruh peserta tes. Tes ini terdiri
dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
a) Tes Betul-Salah (TrueFalse)
Dalam jenis tes ini, terdapat pernyataan yang mengandung 2 kemungkinan
jawaban yakni benar dan salah. Salah satu fungsi jenis soal benar-salah adalah
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dan
pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
b) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks
dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintetis dan
evaluasi. Dalam soal ini guru bebas memberikan berapa jumlah pilihan jawaban,
akan tetapi lebih banyak lebih baik hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor
menebak-nebak sehingga dapat meningkatkan validitas dan reliabilitas soal.
Kemampuan yang dapat diukur dalam bentuk soal pilihan ganda antara lain
mengenai istilah, fakta, prinsip, metode dan prosedur mengidentifikasi
penggunaan fakta dan prinsip, menafsirkan hubungan sebab akibat dan menili
metode serta prosedur. Beberapa jenis bentuk pertanyaan pilihan ganda dalah
sebagai berikut:
Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara
pernyataan dan alasan (Sebab akibat)
Jenis soal ini hampir sama dengan pilihan ganda hanya saja dalam bentuk tes ini
disediakan 2 kolom yang berbeda dimana kolom sebalah kiri berisi sekumpulan
pertanyaan dan kolom seblah kanan adalah sekumpulan jawaban dan jumalh
jawaban disediakan lebih banyak daripada jenis soal.
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidientifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana
dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara 2 hal.
Makin banyak hubungan premis dengan respons dibuat maka makin baik soal
yang disajikan.
Kebaikan bentuk tes ini adalah (a)relatif mudah disusun, (b) penskorn udah,
objektif dan cepat, (c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya,
sebab dan akibatnya, istilah dan definisnya dan (d) materi tes cukup luas.
Kelemahannya adalah (a) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja,
(b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat taksiran.
d) Bentuk soal melengkapi dan singkat
Jenis tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
Kebaikan tes ini adalah (a) relatif mudah disusun (b) sangat baik untuk menilai
peserta didik yang sesuai dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi (c)
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan
jelas, (d) pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif.
Kelemahannya adalah (a) pada umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan
mengingat saja sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan (b) pada soal
bentuk melengkapi jika titik-titik kosong yang diisi terlalu banyak sehingga
peseta didik biasanya sering terkecoh (c) dalam memeriksa lembar jawaban
dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Tes objektif kadangkala memerlukan pemikiran lebih mendalam bagi
pembuatnya jika ingin digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kecenderungan di lapangan, tes objektif lebih banyak digunakan hanya
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah seperti ingatan (hapalan)
siswa.
f.
1) Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit
pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
a) Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap
unit pembelajaran.
b) Merupakan penguatan bagi peserta didik.
c) Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta
didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
d) Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya.
2) Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester. Tes summatif berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan atau pencapaian siswa dalam bidang-bidang atau mata
pelajaran tertentu.
3) Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan
yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik
ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
4) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan
yang dihadapi seorang siswa baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain
yang mengganggu kegiatan belajarnya.
kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang
beradab.
i.
1) Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
a) Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu
kegiatan tertentu.
b) Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan menentukan
kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang
telah dimiliki oleh peserta didik.
2) Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses
pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan
intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi
pertanyaan yang sama dengan pra test.
j.
l.
REFERENSI
http://minaltimay.wordpress.com/2010/12/16/pengertian-tes-jenis-jenis-tes/diakses 16
Juli pukul 15.58 WITA
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/jenis-jenis-tes.htmldiakses 16 Juli
pukul 16.03 WITA
http://etzawijayanti.blogspot.com/2013/04/12_14.html diakses 16 Juli pukul 16.07
WITA
http://ikhwan-perbaungan.blogspot.com/2013/05/macam-macam-tes-evaluasi-hasilbelajar.html diakses 16 Juli pukul 16.08 WITA
http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2012/02/24/jenis-jenis-tes/ diakse
s 16 Juli pukul 16.11 WITA
http://www.anneahira.com/tes-prestasi-belajar.htm
http://amrhy.blogspot.co.id/2014/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html