Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM
dianggap lebih bernilai apabila sikap, perilaku, wawasan, kemampuan,
keahlian, serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan berbagai
bidang dan sector. Pendidikan merupakan salah satu alat pengubah
karakter manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui
segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya. Dengan
demikian,

peranan

pembiayaan

pendidikan

terlihat

jelas

dalam

peningkatan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain, baik


secara regional, nasional maupun internasional.
Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per murid
tahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya
pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah. Dana merupakan
salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas
dan efisiensi peneglolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi
dalamnya implementasi manajamen berbasis sekolah, yang menuntut
kemampuan

sekolah

untuk

merencankaan,

melaksanakan

dan

mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana


secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan sumber dana
ini merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan
baguan yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan.
Jenis-jenis biaya pendidikan ini ditanggung oleh orang tua siswa
baik

yang

langsung

dibayarkan

kepada

sekolah

maupun

yang

dibelanjakan sendiri oleh siswa sangat perlu untuk diketahui oleh


pengelola sekolah. Hal ini penting untuk diketahui dalam rangka
menentukan kebijakan yang lebih operasioanl tentang pembiayaan
pendidikan pada tingkat sekolah. Apabila jumlah pengeluaran siswa
untuk masing-masing komponen dapat diketahui, maka dalam rangka

mengurangi beban keluarga miskin pemerintah dapat menetapkan


komponen-komponen tersebut yang dapat disubsidi dan untuk berapa
banyak subsidi tersebut dapat diberikan.
Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya
adalah lembaga pendidikan harus mengetahui terlebih dulu berapa
titik impasnya. Artinya lembaga pendidikan harus memiliki jumlah
siswa

tertentu

sehingga

lembaga

pendidikan

tidak

mengalami

kerugian ataupun keuntungan.


Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal
dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan
lembaga pendidikan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering
digunakan apabila lembaga pendidikan ingin mengeluarkan suatu
keahlian baru terhadap siswanya.
Analisis BEP memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk
minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar
lembaga pendidikan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep BEP?
2. Bagaimanakah rumus perhitungan BEP?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep BEP.
2. Mengetahui rumus perhitungan BEP
D. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini agar pembaca bisa mengetahui
dan menambah wawasan pembaca yang menegenai materi yang telah
dibuat. Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat menambah
pengetahuan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP).
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk,
baik barang maupun jasa, lembaga pendidikan terkadang perlu
terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh.
Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah
lembaga pendidikan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik
impasnya. Artinya lembaga pendidikan beroperasi pada jumlah
produksi atau penjualan tertentu sehingga lembaga pendidikan tidak
mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal
dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan
lembaga pendidikan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering
digunakan apabila lembaga pendidikan ingin mengeluarkan suatu
produk

baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu

berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian


penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan
diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau lembaga pendidikan
beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama
dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga
sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah
siswa minimal, yang harus dimiliki sekolah. Tujuannya adalah agar
lembaga pendidikan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.
Artinya dengan jumlah siswa yang dimiliki dengan kapasitas produksi
5

yang dimilikinya, lembaga pendidikan akan tahu batas minimal yang


harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila
diproduksi secara penuh.
Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan
biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi
penentu terhadap harga jual lembaga pendidikan. Besar kecilnya
biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula
sebaliknya, oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas
adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah
produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa jumlah yang
layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer
mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan
(produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya,
kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan
pada berbagai tingkat penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah
suatu keadaan dimana lembaga pendidikan beroperasi dalam kondisi
tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita
kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima
sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
B. Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan

analisis

titik

impas

bagi

lembaga

pendidikan

memberikan banyak manfaat. Secara umum analisis titik impas


digunakan

sebagai

alat

untuk

mengambil

keputusan

dalam

perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Dari uraian di atas


sebelumnya, jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para
manajer dalam mengambil keputusan apabila mengetahui hasil
analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, manajer
mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan
memprediksi keuntungan yang diharapkan.

Penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin


dicapai, yaitu :
1. Mendesain spesifikasi produk;
2. Menentukan harga jual persatuan;
3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak
mengalami kerugian;
4. Memaksimalkan jumlah produksi;
5. Merencanakan laba yang diinginkan
Dalam mendesain suatu produk, diperlukan suatu pedoman yang
memberi arah bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang
berhubungan

dengan

biaya

dan

harga.

Analisis

titik

impas

memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai


desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya
sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik
impas, kita dapat menguji terlebih dulu kelayakan suatu produk.
Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga jual
yang dapat diterima pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang
akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak pesaing. Jika
penentuan harga jual yang tidak realistis, lembaga pendidikan tidak
akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang akan
dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan
tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, lembaga pendidikan
juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperti yang telah
ditentukan.
Maksud penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar
tidak mengalami kerugian adalah agar lembaga pendidikan mampu
menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba
dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan
memudahkan lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan apakah
harga jual sudah layak jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan
dan kapasitas produksi yang dimiliki.
Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik
impas, kita akan atau tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal
atau belum. Tujuannya adalah agar jangan sampai ada kapasitas
produksi yang menganggur. Kemudian lembaga pendidikan juga
mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
9

Arti

menentukan

perencanaan

laba

yang

diinginkan

adalah

manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan


kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya laba dapat kita
ukur dari batas minimal produk atau total rrupiah yang diproduksi,
kemudian

mampu

merencanakan

atau

menentukan

jumlah

keuntungan setiap unti produksi yang dijual.


Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat
yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis BEP mau tidak mau
pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1. Perlu asumsi. Artinya analisis titik impas membutuhkan banyak
asumsi,

terutama

mengenai

hubungan

antara

biaya

dengan

pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah tidak


sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2. Bersifat statis. Artinya analisis ini hanya digunakan pada titik
tertentu, bukan pada suatu periode tertentu
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir. Analisis BEP
hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang
dapat dilakukan.
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik. Artinya jika
aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus
dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap
sama.
5. Hubungan penjualan dan biaya. Hubungan penjual dan biaya adalah
dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuhm
tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya
tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel
dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya
tetap juga akan meningkat.
6. Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa
penjualan. Artinya selama masa penjualan begitu banyak risiko
yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga bahan baku, yang
akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan

11

berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik


unit maupu rupiah.
7. Pengukuran kemungkinan penjualan. Artinya jika hendak membuat
grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan yang
konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat
harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga.
Namun, meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan,
manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat
perencanaan

keuangan,

terutama

perencanaan

laba,

produksi,

maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya saja bagaimana


perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi
atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
C. Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan


analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis
ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita
mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan
asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan
akurat. Hanya sajaasumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu
memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh
karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harust tetap
dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila
kita maumenggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah
sebagai berikut :
1. Biaya
Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu
fixed cost dan variablecost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan
dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya
mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain.
2. Biaya tetap (Fixed Cost)

13

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami


perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
(dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan
sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang
dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga
menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva
tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya. Biaya
yang tidak berubah (tetap) meskipun pemicu biaya (cost driver)
berubah Biaya pemeliharaan gedung, gaji kepala sekolah dan tenaga
administrasi, biaya pengadaan referensi, honorarium tenaga pengajar.
Total biaya tetap bersifat konstan, tetapi biaya tetap rata-rata bersifat
variabel (tidak konstan).Total biaya adalah total biaya variabel dan
total biaya tetap..
3. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah- ubah
sesuai dengan perubahan aktivitas yang menyebabkan biaya. Artinya
asumsi

kita

biaya

variabel

berubah-ubah

secara

sebanding

(proporsional) dengan perubahan aktivitas.Contoh: Biaya ujian (UTS


dan UAS), biaya

pembimbing tugas akhir, biaya wisuda. Total biaya

variabel berubah, tetapi biaya variabel rata-rata bersifat tetap.


4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk
satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah
selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang
sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu

periode dapat

berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang


berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.
D. Rumus yang Digunakan
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model
rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan
15

dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki


keuntungan

atau

kelebihan

masing-masing.

Misalnya

rumus

matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda


dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan
kemudahan

dalam

menggunkan.

Sebagai

contoh,dengan

menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari


dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan
model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan
dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis
BEP :
1. Dengan Rumusan Matematik
a. Analisis Titik Impas Dalam Unit
Total penerimaan = Total Biaya
Total penerimaan = SPP/Bos x Mahasiswa
PQ = VQ + BT
PQ VQ = BT
Q (P-V) = BT

BT
P V

P = SPP/ DANA BOS


Q = JUMLAH SISWA
V = BIAYA VARIABEL
BT = BIAYA TETAP
2. Dengan Grafik
Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit penjualan
terdapatinformasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total
biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian
unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan
baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.

17

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Titik Impas dapat dipengaruhi oleh 3 komponen


1. Biaya Tetap
Semakin kecil BT, semakin kecil BEP
Lembaga berisiko lebih kecil
2. Biaya Variabel
Semakin kecil BV, semakin kecil BEP
3. Harga
Semakin mahal, semakin kecil BEP
Unit pada titik impas adalah kondisi tidak surplus dan tidak defisit.
Setiap unit diatas (dibawah) unit titik impas menghasilkan surplus
(defisit) sebesar selisih antara harga per unit dan biaya variabel per
unit.
Aplikasi:

Program Studi bisa memberikan beasiswa sehingga SPP


akan sama dengan biaya variabel per mahasiswa

19

Program Studi bisa memberikan program penghargaan


mahasiswa berprestasi

21

BAB III
KESIMPULAN
Analisis

titik

impas

adalah

suatu

keadaan

dimana

lembaga

pendidikan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan


(laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini
jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat digunakan untuk :
1. Desain produk
2. Pembelian peralatan dana
3. Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Membutuhkan banyak asumsi terbatas


Bersifat statis
Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa
penjualan.

Asumsi dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut.


1. Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu memisahkan antara
biaya tetap dan biaya variabel
2. Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas tertentu saja
3. Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional)
dengan perubahan volume penjualan
4. Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual atau
diproduksi
5. Tidak ada perubahan harga jual

23

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir,2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Indra Bastian,2007. Akutansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai