Bab I Pendahuluan: (Stillbirth) - Komplikasi Ini Bukan Hanya Akibat ISK Bergejala, Tetapi Bakteriuria
Bab I Pendahuluan: (Stillbirth) - Komplikasi Ini Bukan Hanya Akibat ISK Bergejala, Tetapi Bakteriuria
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. 1 Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun
jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa
adanya kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran
kemih disebut bakteriuria simptomatik. Sedangkan yang tanpa gejala disebut
bakteriuria asimptomatik.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan
untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin.
Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel
dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih.
Kehamilan berpengaruh secara mekanis dan hormonal dengan fungsi traktus
urinarius yang secara embriologis berasal dari traktus genitalis. Wanita hamil
mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk
kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian
tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaankeadaan tertentu.
ISK telah diketahui berhubungan dengan kesudahan kehamilan yang buruk,
seperti persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, bahkan janin lahir mati
(stillbirth). Komplikasi ini bukan hanya akibat ISK bergejala, tetapi bakteriuria
asimtomatik juga dapat menyebabkan komplikasi tersebut. Bakteri patogen dari
vesika dapat membentuk koloni pada saluran genitalia bagian bawah, dan
menyebabkan korioamnionitis.2 Oleh sebab itu, sangat penting bagi seorang dokter
dapat melakukan upaya skrining, diagnosis, serta pemberian terapi yang sesuai pada
ibu hamil dengan ISK.
BAB II
PERUBAHAN SALURAN KEMIH PADA KEHAMILAN
Pada kehamilan normal terjadi perubahan bermakna baik pada struktur
maupun fungsi saluran kemih. Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kemih
akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering
berkemih, keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.3
Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate (GFR), dan renal plasma
flow juga akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan
vitamin yang arut air dalam jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan
suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus juga tetap harus
diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan suatu hal yang
abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai peningkatan creatinine clearance lebih
tinggi 30%.4
Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih membesar
dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri dilindungi oleh kolon
sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi
dari dekstrorotesi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang diatas ureter kanan
juga diperkirakan sebagai faktor penyebabnya. Penyebab lainnya diduga karena
pengaruh hormon progesteron.
Gambar 1. Perubahan GFR pada wanita hamil dengan 2 ginjal, 1 ginjal, serta setelah
transplantasi.
BAB III
INFEKSI SALURAN KEMIH PADA KEHAMILAN
III.1 Insidensi ISK pada Kehamilan
Infeksi saluran kemih (ISK) sering ditemukan pada kehamilan, dengan
prevalensi rerata sekitar 10%. Infeksi saluran kemih dibagi menjadi ISK bagian
bawah (bakteriuria asimtomatik, sistitis akut), dan ISK bagian atas (pielonefritis). ISK
tidak bergejala (bakteriuria asimtomatik) dan ISK bergejala (sistitis akut dan
pielonefritis) masing-masing ditemukan pada 2-13% dan 1-2% ibu hamil. Di
Indonesia, prevalensi bakteriuria asim-tomatik pada kehamilan adalah 7,3%.5
III.2 Etiologi ISK pada Kehamilan
Bakteri yang terdapat dalam urin (uropatogens) umumnya dapat diisolasi pada
bakteriuria asimtomatik, sistitis dan pielonefritis. Escherichia coli merupakan bakteri
patogen utama pada 65% sampai 80% kasus, bakteri lainnya Klebsiella pneumoniae,
Proteus mirabilis, Enterobacter species, Staphylocooccus saprophyticus dan
Streptoccus grup B.
Uropatogen
Escherichia coli
Proteus mirabilis
Klebsiella species
Enterobacter species
Staphylococcus saprophyticus
Streptococcus grup B
Persentase
86%
4%
4%
3%
2%
1%
Tabel 1. Kuman uropatogen yang umumnya diisolasi pada wanita hamil dengan ISK6
Bakteri tersebut normal terdapat pada vagina dan bagian distal uretra, serta
kolonisasi pada saluran urethra secara ascenden. Dengan adanya mekanisme miksi
dan protein permukaan epitel uretra dapat mencegah kolonisasi tersebut, namun
mekanisme tersebut tidak selalu berhasil. Selain itu kehamilan dapat menyebabkan
glukosuria dan aminoasiduria yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
Hematogen
Limfogen
2. Infeksi Asending
A. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme
kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal
kulit seperti basil difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit,
pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan
vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus
karena letak usus tidak jauh dari tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni
terbanyak pada daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan
S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena :
ii. Efek antibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik yang
bersifat bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai tekanan osmotik
yang tinggi dan pH yang rendah
iii. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan
mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa,
asam organik yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan bersifat lokal, serta
enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel
mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada
permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada keseimbangan
antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal
sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu
dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau inflamasi
sebelumya pada kandung kemih.
D. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari
pelvis ke korteks karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah keadaan
patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik
dari kandung kemih ke ginjal. Tidak berfungsinya valvula vesikoureter ini
disebabkan karena :
Pemeriksaan Bakteriologis
(i) Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang
dibuat dari sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram
dan dihitung jumlah kuman yang tampak per lapangan pandangan besar (LPB) serta
dicatat ada atau tidaknya lekosit. Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan
penyaring yang cepat dan sering dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan
sepesifisitas 88%. Bilamana pada pemeriksaan mikroskopik urine dari subyek wanita
didapatkan banyak sel epitel skuamosa dengan flora normal vagina maka sampel
urine tersebut menggambarkan adanya kontaminasi.
(ii) Biakan kuman cara konvensional untuk hitung koloni dilakukan secara
kuantitatif. Untuk biakan ini, 0,00l ml urin yang tidak di sentrifugasi diambil dengan
memakai sengkelit baku (1 / 1000) atau dengan cara pengenceran urin terlebih dahulu
dengan buffered water dan kemudian ditanamkan pada lempeng agar darah domba
dan MacConkey. jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni bakteri < 10,
kemungkinan besar ini karena suatu kontaminasi dan identifikasi bakteri tidak
dilakukan. Dalam hal ini sediaan pulasan Gram urin harus memberikan hasil kuman
Gram negatif. Jika terdapat bakteri pada sediaan Gram maka lempeng agar diinkubasi
kembali untuk semalam karena mungkin bakteri tumbuh lambat. Jumlah koloni pada
lempeng agar di antara 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan
mungkin karena pengambilan dan penanganan sampel yang tidak betul. Hitung koloni
kuman yang menghasilkan jumlah kuman pada lempeng agar > 100 dianggap
bermakna sebagai bakteriuria dan organisme yang tumbuh akan diidentifikasi. Biakan
kuman dapat juga dilakukan dengan cara Filter Paper Dilution system dari Novel.
Caranya dengan menggunakan 3 lapis filter yang dibawahnya adalah agar untuk
pembiakan kuman. Cara ini dapat untuk mendeteksi kuman Gram positif dan Gram
negatif dengan hasil yang memuaskan. Untuk kuman Gram negatif hasilnya
dibandingkan dengan kultur konvensional, ternyata sensitivitasnya 98,2 % dan
spesifisitasnya 87,4%. Sedangkan untuk kuman Gram positif, sensitivitasnya 91,2%
dan spesifisitasnya 99,2%.
10
dan eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri. Kadang-kadang dijumpai hematuria
sedangkan proteinuria biasanya tidak ada.
B.
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai
dalam kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir,
dan permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh E.coli, dan dapat
pula oleh kuman-kuman lain seperti Stafilokokus aereus, Basillus proteus, dan
pseudomonas aeruginosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen,
akan tetapi terbanyak berasal dari kandung kemih. Predisposisinya antara lain yaitu
penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan,
air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma
persalinan, atau luka pada jalan lahir. Diajurkan tidak menggunakan kateter untuk
mengeluarkan air kemih, bila tidak diperlukan sekali. Penderita yang menderita
pielonefritis kronik atau glomeroluneftitis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan,
sangat mendorong terjadinya pielonefritis akut ini.
Gejala-gejala penyakit biasanya timbul mendadak, wanita yang sebelumnya
merasa sakit sedikit pada kandung kemih, tiba-tiba menggigil, badan panas, dan rasa
nyeri di punggung (angulus kostovertebralis) terutama daerah lumbal atas. Nafsu
makan berkurang, mual, muntah-muntah, dan kadang diare. Pada pemeriksaan air
kemih ditemukan banyak sel leukosit dan sering bergumpal-gumpal, silinder sel
darah, dan kadang-kadang ditemukan bakteri E.coli. Pembiakan urine menunjukkan
hasil positif. Perlu diperhatikan diagnosis banding lain seperti appendicitis akuta,
solusio plasenta, tumor putaran tungkai, dan infeksi nifas.
Pengobatan pielonefritis akuta, penderita harus dirawat, istirahat berbaring,
dan diberikan cukup cairan dan antibioitika seperti ampicilin atau sulfonamide,
sampai tes kepekaan kuman ada, kemudian tes antibiotic disesuaikan dengan hasil tes
kepekaan tersebut. Biasanya pengobatan berhasil baik, walaupun kadang-kadang
penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari, dan
kemudian penderita harus tetap diawasi akan kemungkinan berulangnya penyakit.
Perlu diingat ada obat-obat yang tidak boleh diberikan pada kehamilan walaupun
11
mungkin baik untuk pengobatan infeksi saluran kemih seperti tetrasiklin. Terminasi
kehamilan segera biasanya tidak diperlukan, kecuali apabila pengobatan tidak berhasil
atau fungsi ginjal makin memburuk. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila
pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali
menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.12-13
C.
Pielonefritis Kronik
Pielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkkan gejala-
12
Semua ISK pada kehamilan, baik bergejala maupun tidak, harus diterapi. Oleh
sebab itu, skrining bakteriuria asimtomatik pada kehamilan dilakukan minimal satu
kali pada setiap trimester.14,15 Pilihan terapi pada ISK kehamilan serta lama terapi
dapat dilihat pada Tabel 2. Nitrofurantoin harus dihindari pada trimester ketiga karena
berisiko menyebabkan anemia hemolitik pada neonatus. 16 Beberapa penelitian
menemukan adanya resistensi antibiotik yang cukup tinggi pada bakteri patogen yang
menyebabkan ISK, antara lain extended spectrum betalactamase E.coli (ESBL) dan
MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus). Golongan antibiotik yang sudah
dilaporkan mengalami resistensi adalah golongan betalaktam, kuinolon, dan
aminoglikosida.16,17 Antibiotik yang masih jarang dilaporkan resistens adalah
golongan glikopeptida, nitrofurantoin, dan karbapenem. Oleh sebab itu, sangatlah
penting untuk memilih antibiotik berdasarkan profil bakteri patogen dan sensitivitas
antibiotik setempat.
Pencegahan
Sekitar 15% ibu hamil akan mengalami ISK berulang sehingga dibutuhkan
pengobatan ulang dan upaya pencegahan. Beberapa negara sudah mengeluarkan
panduan untuk pencegahan ISK berulang dengan antimikroba, baik secara terusmenerus maupun pascasanggama, dan dengan terapi non-antimikroba seperti
konsumsi jus cranberry.18
Pemberikan antibiotik profilaksis secara terus-menerus hanya dianjurkan pada
wanita yang sebelum hamil memiliki riwayat ISK berulang, atau ibu hamil dengan
satu episode ISK yang disertai dengan salah satu faktor risiko berikut ini: riwayat ISK
sebelumnya, diabetes, sedang menggunakan obat steroid, dalam kondisi penurunan
imunitas tubuh, penyakit ginjal polikistik, nefropati refluks, kelainan saluran kemih
kongenital, gangguan kandung kemih neuropatik, atau adanya batu pada saluran
kemih.17,18
Antibiotik profilaksis pascasanggama diberikan pada ibu hamil dengan
riwayat ISK terkait hubungan seksual. Pada kondisi ini, ibu hamil hanya minum
antibiotik setelah melakukan berhubungan seksual, sehingga efek samping obat yang
ditimbulkan akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan antibiotik profilaksis yang
digunakan secara terusmenerus.17,18
Antibiotik profilaksis yang dapat digunakan secara terus menerus sepanjang
kehamilan adalah sefaleksin per oral satu kali sehari 250 mg atau amoksisilin per oral
13
satu kali sehari 250 mg. Antibiotik yang sama dapat digunakan sebagai profilaksis
pascasanggama dengan dosis yang sama sebagai dosis tunggal. Beberapa penelitian
menunjukkan manfaat jus cranberry dalam menurunkan kejadian ISK. Jus cranberry
diperkirakan dapat mencegah adhesi bakteri patogen, terutama E. coli, pada sel-sel
epitel saluran kemih. Jus cranberry dapat dikonsumsi dengan aman pada kehamilan,
tetapi pada beberapa pasien mungkin dapat muncul efek samping gastrointestinal
seperti mual dan muntah karena jus ini bersifat asam.
III.7 Pengaruh ISK terhadap Aspek Perinatal
Tabel 3. Keterkaitan Ketuban Pecah Dini, Jenis Persalinan, dan Persalinan Kurang
Bulan pada Wanita Hamil Dengan atau Tanpa ISK
Di antara aspek perinatal yang dievaluasi dalam penelitian ini , kelahiran
prematur ditemukan pada 16,3 % dari wanita hamil dengan ISK berbanding 7,4%
tanpa ISK, Hal ini menandakan terdapat hubungan yang cukup signifikan antara
variabel aspek perintal tersebut dengan ISK. Sedangkan 6,7% kejadian Ketuban Pecah
Dini terkait wanita hamil dengan ISK berbanding 3,7% tanpa ISK serta cara
persalinan secara Sectio Cesarea tidak didapatkan hubungan signifikan pada wanita
hamil dengan ISK.19
14
Tabel 4. Keterkaitan Berat Badan Lahir Rendah, APGAR skor <7 pada 5 menit, dan
Perlunya NICU pada Wanita Hamil Dengan atau Tanpa ISK
Dalam evaluasi ini, tidak ada hubungan signifikan antara ISK dengan skor
Apgar kurang dari 7 pada 5 menit , dan bayi baru lahir menunjukkan kondisi perinatal
baik dan tidak perlu dirawat di NICU. Tetapi dari aspek perinatal Berat Badan Lahir
Rendah terdapat hubungan yang signifikan (21,5% pada wanita hamil dengan ISK:
5,9% pada wanita hamil tanpa ISK) dengan insidensi terkait pengaruh ISK pada
kehamilan.19
15
BAB IV
KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) sering ditemukan pada kehamilan. ISK dibagi
menjadi ISK bagianbawah (bakteriuria asimtomatik, sistitis akut) dan ISK bagian atas
(pielonefritis). Perubahan morfologis dan fisiologis pada sistem genitourinaria semasa
kehamilan meningkatkan risiko ISK. Infeksi saluran kemih berhubungan dengan akhir
yang buruk pada kehamilan, seperti persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat,
korioamnionitis, dan janin lahir mati, sehingga meningkatkan mortalitas neonatal.
Oleh sebab itu, skrining untuk bakteriuria asimtomatik dianjurkan sebagai salah satu
komponen pemeriksaan rutin asuhan antenatal.
Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi ISK adalah kultur urin, tetapi
pemeriksaan ini mahal, tidak praktis, dan membutuhkan waktu lama untuk
mendapatkan hasilnya. Uji nitrit dengan tes celup urin merupakan pemeriksaan yang
lebih murah dan cepat dapat dilihat hasilnya, sehingga dapat digunakan sebagai
pemeriksaan
alternatif
untuk
skrining
ISK
pada
kehamilan.
Bila
sarana
16
DAFTAR PUSTAKA
1. WebMD. Urinary Tract Infection in Pregnancy. WebMD LLC All rights
reserved;
[Updated
30/08/2012].
Available
from:
http://women.
17
18